Anda di halaman 1dari 9

Faktor Penyebab Terjadinya Konflik antara Warga Beutong Ateuh dengan

PT. EMM ( EMAS MINERAL MURNI ) di Nagan Raya

Oleh

Nama : Rifqi Amal Maulana


NIM : 1710103010054

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tambang ataupun pertambangan yakni suatu proses menggali bahan cadangan tambang
yang berada didalam tanah (insitu) secara sistematik dan terencana , untuk mendapatkan
produk yang dapat dipasarkan . Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam segi
pembangunan maupun perekonomian.
Peran tambang terlihat jelas dimana pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan
negara, berkontrinbusi dalam pembangunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun
program comunity developement atau coorporate social responsibility (CSR). Yakni
memberikan nilai surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi; memberikan
efek berantai yang positif terhadap ketenagakerjaan; dan menjadi salah satu faktor dominan
dalam menentukan indeks Harga Saham Gabungan
Keberadaan tambang dalam masyarakat dapat memberikan aspek positif dan negatif.
Aspek positif pertambangan menyediakan barang yang diperlukan oleh masyarkat maupun
lapangan kerja. Aspek negatif, tidak jarang masyarakat mendapatkan dampak buruk dari
aktivitas pertambangan. Banyak kasus ketidakpuasan publik bermunculan, baik yang berkaitan
dengan pencemaran lingkungan, serta eksploitasi besar besaran terhadap energi dan sumber
daya alam ( SDA ) yang menyebabkan kerusakan alam .
Beutong Banggalang adalah sebuah kecamatan yang ada di Nagan Raya, letaknya
diantara penggunungan Leuser dan berbatasan lansung dengan Aceh Tengah yang keseluruhan
wilayahnya berada di kawasan ekosistem leuser (KEL). Untuk menuju daerah tersebut dari
kota Suka Makmu ibukota Nagan Raya membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan melewati
medan yang berat dengan penggunungannya. Kehidupan perekonomian masyarakat umumnya
bercocok tanam baik dalam pertanian sawah maupun perkebunan.
Sebelumnya pemerintah Nagan Raya telah memberi izin pada tahun 2006 kepada PT
Emas Mineral Murni (EMM) di lokasi garapan Desa Blang Puuk, Kecamatan Beutong
Banggalang dengan nomor 545/68/KP-EKSPLORASI/2006 dengan kuasa pertambangan
Eksplorasi NR.1 Map 06 dimana izin survei selama delapan tahun. Dan pada tahun 2012 lalu
Owen Hegarty pengusaha pertambangan Australia dari kelompok Tigers Realms Group yang
sekarang berkongsi dengan Kalimantan Gold juga membuat pernyataan mencengangkan di
Koran The Australian dimana Owen mengatakan perusahannya baru saja melakukan survei
temuan kandungan emas-tembaga di Beutong, Nagan Raya. Dimana angkanya mencapai 500
juta ton. Agaknya dengan pernyataan yang menjanjikan tersebut sekarang pihak Kalimantan
Gold bersedia mengakuisasi 40 % saham pada pertambangan emas Beutong.
Penggabungan kedua perusahan Besar ini yang mana kedua-duanya berasal dari luar
negeri (asing) maka pertambangan emas Beutong akan dapat di operasionalkan semaksimal
mungkin. Tetapi pertanyaannya siapkan Aceh khususnya Kabupaten Nagan Raya mengawasi
laju pertambangan ini. Karena sebelumnya pada tahun 2013 tokoh masyarakat Beutong juga
pernah mendatangi Kantor Serambi Indonesia untuk menolak pertambangan emas yang di
lakukan oleh perusahan EMM di Beutong dengan alasan karena perusahan tersebut tidak
bermanfaat bagi masyarakat juga merusak lingkungan. Hal ini terjadi karena pihak perusahan
tidak memberikan kesempatan kerja pada masyarakat setempat.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang ditinjau pada penelitian, sbb :
 Bagaimana proses pengurusan izin tambang di PT. EMM ?
 Mengapa PT EMM ini banyak ditolak oleh berbagai kalangan masyarkat ?
 Apa saja dampak – dampak yang ditimbulkan dari proyeksi tambang PT EMM
?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini :
 Untuk mengetahui bagaimana proses pengurusan izin tambang
 Untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari PT. EMM

1.4 Manfaat Peneltian


Dengan Adanya Penelitan ini dilakukan, ada Beberapa Manfaat yang dapat diperoleh
diantaranya;
Manfaat Teoritis
 Mengetahui Permasalahan yang mengakar pada permasalahan sosial
masyarakat
 Mengetahui pokok permasalahan berdasarkan dimensi struktur dan dinamika
yang di pengaruhi oleh peran aktor yang mendorong peningkatan ketegangan
dan eskalasi konflik
Manfaat Praktis :
 Mendapatkan pengalaman serta pengetahuan mengenai konflik yang terjadi
antara masyarakat dan pihak tambang
 Mengetahui pokok permasalahan berdasarkan dimensi struktur dan dinamika
yang dipengaruhi oleh peran aktor yang mendorong peningkatan ketegangan
dan eskalasi konflik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini, penelitian ini mencantumkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan terdahulu, diantaranya penelitian dilakukan oleh Askhalani
LSM GeRAK tentang pelanggaran kewenangan yang dilakukan oleh PT. EMM dimana dalam
proses pengurusan izin usaha pertambangan (IUP) itu diduga berpotensi melanggar hukum dan
bertentangan PP kewenangan Aceh .
Dalam laporan hasil kajian kepada media kemarin Koordinator GeRAK, Askhalani Shi
menyampaikan, dalam upaya mengelola area tambang seluas 10.000 hektare itu, PT EMM
mengurus izin dengan konsep Penanaman Modal Asing yang terintegrasi pengurusannya di
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI.
Padahal, katanya, PP Nomor 3 Tahun 2015 tentang kewenangan Pemerintah yang
bersifat Nasional di Aceh, Seharusnya perizinan PT EMM harus mendapat pertimbangan
Gubernur Aceh. Namun, dalam hal itu dilakukan dalam proses perizinan tambang perusahaan
tersebut. Sehingga proses inilah yang memiliki potensi cacat formil dan materil sehingga
berpotensi melanggar hukum serta prosedur secara hukum.
2.2.1 Landasan Teori
2.2.1 Teori Konflik
Weber dalam Turner (1998) membangun proposisi dalam proses konflik antara superordinat
dengan subordinat. Adapun proposisi yangdibangun Weber, sebagai berikut:
(1) Konflik antara superordinat dengan subordinat dimungkin terjadiapabila ada tarikan
dari otoritas politik.
(2) Adapun tarikan tinggi dari otoritas politik tersebut dapat terjadi,melalui: keanggotaan
dalam kelas, kelompok status, dan hierarkipolitik. Selain itu, juga dapat terjadi melalui
diskontinu atau derajatketidaksetaraan dalam distribusi sumberdaya dengan hierarki
sosialyang tinggi. Juga dapat melalui mobilisasi sosial melalui hierarkisosial yang
didasarkan atas kekuasaan dan prestise, serta kekayaaan.
(3) Konflik antara superordinat dengan subordinat dimungkinakn terjadimelalui
kepemimpinan yang karismatik yang dapat memobilisasisubordinat.
(4) Melalui kepemimpinan yang karismatik tersebut, konflik berhasil dicapai dengan
tekanan yang kuat terhadap otoritas yang lamasehingga menghasilkan sistem baru
perihal peran dan administrasi.
(5) Sebuah sistem dengan otoritas peran dan administrasi yang terbentuk tersebut, kembali
terjadi tarikan yang terus berulang (kembalikeproposisi ke-2 dan seterusnya). Kelima
proposisi di atas, jika disarikan ke dalam teori Weber yang lebih komprehensif
ditemukan kata kuncinya yakni rasionalitas formal. Dalam hal ini, Weber memberikan
contoh mengenai proses birokratisasi yang ia kemas kedalam lembaga politik.
Menurutnya, birokrasi mempunyai otoritas yang berbeda-beda dan terbagi ke dalam
tiga sistem otoritas, yakni: tradisional, karismatik, danrasional-legal.
Dari ketiga sistem otoritas tersebut, otoritas rasional-legal hanyadapat berkembang
dalam masyarakat barat modern dan hanya dalam sistemotoritas rasional-legas itulah
birokrasi modern dapat berkembang penuh.Tentunya hal ini berbeda dengan birokrasi di
dunia lainnya, dimana otoritas karismatik atau tradisional merintangi perkembangan sistem
hukum rasional danbirokrasi modern (Ritzer dan Goodman, 2003).

2.3 Posisi Pemikiran


Jika kita elaborasikan terkait dengan penelitian terdahulu dan landasan teori yang telah ada,
maka dari permasalahan mengenai Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Antar Warga Beutong
Ateuh Dengan PT. EMM (Emas Mineral Murni) di Nagan Raya kami melihat bahwa PT EMM
sendiri merupakan sebuah PT yang akan dibangun dikawasan ekosistem Leuser (KEL) yang
bertujuan untuk mengeksploitasi sumber daya alam terutama emas.
Beutong Ateuh dan Beutong Bawah terletak di perbatasan Aceh Tengah dan Aceh Barat.
Setelah kabupaten Aceh Barat mengalami pemekaran sekitar tahun 2002 dan terbelah menjadi
tiga kabupaten baru, yaitu: Aceh Jaya, Aceh Barat dan Nagan Raya, sehingga Beutong masuk
dalam kabupaten Nagan Raya.
Di Beutong terdapat pasantren yang didirikan oleh Tengku Bantaqiah tahun 1982 di desa
Blang Meurandeh yang diberi nama Babul Al Nurillah. Tengku Bantaqiah merupakan alim
ulama yang disegani dan dihormati.
Terdapat Undang Undang yang mengatur Pengelolaan Hutan Leuser :
 UU No. 11 Thn. 2006 tentang pemerintah Aceh. Undang Undang ini merupakan
hasil kesepakatan damai MoU Helsingki pada 15 Mei 2005 yang ditandatangani di
Helsinki , Finlandia. Pemerintah Provinsi Aceh diberikan wewenang penuh untuk
mengatur seluruh hutan yang ada di wilayahnya.
- Pasal 150 UU No.11 Thn. 2006 menyatakan pemerintah (Indonesia)
bersedia untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah Aceh didalam
mengelola ekosistem Leuser yang terdapat di wilayah Aceh serta
melindungi , di dalam mengelola, menjaga, melestarikan, merehabilitasi
fungsi wilayah dan memanfaatkan dengan sebaik baiknya.
 Peraturan Pemerintah No.26 Thn. 2008 tentang rencana tataruang wilayah Nasional
peraturan pemerintah ini menyatakan bahwa kawasan ekosistem leuser menjadi
kawasan strategis Nasional suatu Area yang menjadi kepentingan nasional terutama
untuk alasan Ekonomi dan Lingkungan. Khusus kawasan ekosisten leuser
menegaskan bahwa area ini “harus dilindungi dan dilestarikan , fungsinya
dioptimalkan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem, menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati,keunikan alamnya dipelihara, dan status kawasan strategis
nasionalnya berkelanjutan” PP No.26 Thn. 2008 berlaku selama 20thn.
Jika kita lihat dengan landasan teori yang ada, konflik dibagi menjadi beberapa bagian jika
kita kaitkan dengan permasalahan PT EMM terdapat beberapa masalah seperti :

(1) Konflik antara superordinat dengan subordinat di mungkin terjadi apabila ada tarikan
dari otoritas politik.
Jika kita tarik kasus dari PT EMM terjadi karena proses perizinan yang sepihak,
baik itu internal pusat maupun di daerah karena di PT EMM sendiri mengenai IUP
masih banyak terdapat pelanggaran, lalu proses pengurusan AMDAL hanya di Beutong
Banggalang saja, tidak untuk daerah Aceh Tengah
(2) Adapun tarikan tinggi dari otoritas politik tersebut dapat terjadi,melalui: keanggotaan
dalam kelas, kelompok status, dan hierarkipolitik. Selain itu, juga dapat terjadi melalui
diskontinu atau derajatketidaksetaraan dalam distribusi sumberdaya dengan hierarki
sosialyang tinggi. Juga dapat melalui mobilisasi sosial melalui hierarkisosial yang
didasarkan atas kekuasaan dan prestise, serta kekayaaan.
Jika dalam kasus PT EMM kita tahu di Beutong Banggalang yang memang
notaben nya terletak di kawasan ekosistem Leuser, disini juga terdapat situs sejarah
penting di Aceh yaitu : Situs makam Tgk. Bantaqiyah, Situs Cut Nyak Dhien dan situs
Kerajaan Beutong. Ketika PT ini dibangun, tentu akan banyak konflik yang timbul
terutama dari masyarakat setempat
(3) Konflik antara superordinat dengan subordinat dimungkinakn terjadi melalui
kepemimpinan yang karismatik yang dapat memobilisasi subordinat.
Karena proses perizinan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dari proses
perizinan laha hingga proses produksi yang memiliki banyak kendala, sehingga
masalah ini semakin membesar. Baik itu masalah dari masyarakat hingga ke
stakeholder terkait
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam Bab III ini penulis akan memaparkan beberapa sub – sub judul seperti Lokasi
Penelitian, Pendekatan Penelitian, Informan Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan
Data, Teknik Analisis Data dan Jadwal Penelitian.
3.1 Lokasi Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka kami mengambil lokasi
penelitian di Banda Aceh, provinsi Aceh.
3.2 Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan uraian pada latar belakang, penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah usaha guna
mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu dalam suatu
penelitian.
Jenis metode penelitian adalah metode deskriptif analisis. Nazir mengatakan
“penelitian deskriptif hanya melibatkan satu variabel (univariat)”, di mana penelitian deskriptif
seperti ini tetap terbatas pada kemampuannya untuk menjelaskan realitas seperti apa adanya.
Metode deskriptif analisis adalah “suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran dengan tujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki”.
3.3 Informan Penelitian
Dalam Penelitian ini, informan yang kami wawancarai adalah seorang akademisi dan
salah satu tokoh partai yang bersangkutan, sebagai narasumber penelitian. Selain itu tim
peneliti melakukan pengambilan data yang diambil dari sumber pustaka atau sumber lain
(referensireferensi, buku-buku teks, internet, hasil penelitian yang relevan dan sebagainya).
3.4 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, ada 2 (dua) jenis sesuai dengan sumber
perolehannya, yaitu :
1) Data Primer,
adalah data yang dilampirkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama
(responden) di lokasi penelitian di dapat dari beberapa informan yaitu
- Ibu Lilis Suryani ( Flower Aceh )
- Devi (WALHI Aceh)
- Deni Afriyanto ( Aktivis Lingkungan )
2) Data Sekunder,
adalah data yang diambil dari sumber pustaka atau sumber lain (referensi - referensi,
buku-buku teks, internet, hasil penelitian yang relevan dan sebagainya).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengumpulkan data, fakta dan keterangan para ahli melalui sebuah
penelitian dengan menggunakan alat pengumpulan sebagai berikut Penelitian ini
mengumpulkan data, fakta dan keterangan melalui sebuah penelitian dengan menggunakan alat
pengumpul data sebagai berikut :
3.5.1 Penelitian Lapangan
 Pengumpulan data yang dilakukan dalam riset
a. Wawancara mendalam (Deep Interview).
b. Internet Research
3.5.2 Penelitian Kepustakaan ( Library Research )
Bahan-bahan penelitian yang bersumber dari perpustakaan, meliputi buku-buku ilmiah,
jurnal, karya tulis,dan sumber media berita yang berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari suatu
penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data
dapat penulis lakukan melalui tahap berikut ini :
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Sebelum penulis melanjutkan penelitian lebih mendalam, penulis membuat
random dan konsep penelitian agar penelitian berjalan dengan baik.
b. Pelaksanaan
Dalam hal pelaksanaan ini sebagai analisis data , penulis melakukan wawancara
dan diskusi terhadap narasumber yang berkaitan dengan kasus penelitian ini penelitian.
c. Evaluasi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah
dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan dan mengevalusasi kekurangan -
kekurangan data sebelumnya.
d. Penyusunan Laporan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan melaporkan hasilhasil
penelitian.

3.7 Jadwal Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 November 2018 sampai 30 Desember 2018
DAFTAR PUSTAKA
Buku :

George Ritzer. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda Jakarta: Rajawali Press. 2003

George Ritzer-Douglas J. Goodman, Sosiologi Moderen Edisi 4 Jakarta;


Kencana,Cet6, 2008

Kane Svalatage. Sosial deverentation, Terjemah Alimadu Su Jakarta: Pt Bina


Aksara 1989

Save M. Dagun, Sosio Ekonomi Analisis Ekosistensi Kapitalisme Dan Sosialisme


Jakarta: PT Renika Cipta 1992

Media Online :
https://acehsatu.com/kenapa-rakyat-menolak-tambang-emas-pt-emm-berikut-penjelasannya/
https://acehsatu.com/ratusan-masyarakat-beutong-ateuh-banggalang-gelar-aksi-tolak-
tambang-pt-emm/
http://aceh.tribunnews.com/2018/09/21/pt-emm-beri-penjelasan-terkait-kasus-penolakan-
tambang-emas

Sumber Hukum dan Undang – Undang :


Undang – Undang No. 11 Tahun. 2006 Tentang Pemerintah Aceh Pasal 150 UU No.11
Tahun. 2006
UU Nomor 4 Tahun 2000 Tentang Pertambangan Mineral dan BatuBara (UU Minerba).
Peraturan Pemerintah (PP) Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
BatuBara PP NO. 23 Tahun 2010
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Tentang Perizinan
Di Bidang Pertambangan Mineral Dan BatuBara No. 34 Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai