1.1.Latar Belakang
Resistensi (perlawanan) lokal merupakan isu menarik dalam konteks
persoalan tambang di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Resistensi mencirikan
dinamika hubungan antara negara, korporasi, dan komunitas loka l. Perlawanan
loka l (ra k yat) mengandung “kepercayaan” sosial bahwa kekuatan perubahan
ada di tangan rakyat. Ini merujuk pada kelompok yang memiliki hubungan
langsung dengan kepemilikan sumber daya alam (aset) pada tanah dan kawasan
ulayat, tetapi tidak mendapatkan nilai ekonomis, sosial dan budaya yang
mendukung keberlangsungan hidup mereka. Perlawanan MLT (MLT) dilakukan
untuk memaksa negara mengubah mekanisme regulasi yang berkaitan dengan
operasi tambang. Resistensi lokal mencakup beberapa persoalan mendasar
seperti kebijakan, operasi, dan dampak-dampak langsung bagi MLT.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
Tujuan resistensi lokal juga mengacu pada pencapaian perubahan
paradigma kebijakan industri tambang dan pola operasi yang dapat
mempertimbangkan aspek lokal.
BAB II
PEMBAHASAN
Tabel 1
Deskripsi Sejarah Pertambangan Manggarai 2Tahun Lembaga Kegiatan
1980 PT. Aneka Tambang Penyelidikan umum dan Eksplorasi tambang
ManganPT. Nusa Lontar Mining dan PT. Flores Indah Mining
(Billiton)Eksplorasi bahan mineral1993Geological Research and Development
Centre (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi) Pemetaan Geologis
tentang segi empat Ruteng (Geological Map of The Ruteng Quadrangle) PT.
Istindo Mitra Perdana Studi Kelayakan Penambangan Mangan di
Reo1994Direktorat Sumberdaya Mineral Penyelidikan Pendahuluan Logam
Besi dan Panduan Besi 1996-1997 Di rektorat Sumber daya Mineral Eksplorasi
Pendahuluan Bahan Galian Industri di daerah Kabupaten ManggaraiDirektorat
Sumber Daya Mineral Bandung Pemetaan semi mikro terhadap 35 bahan galian
golongan C Penggalian mangan di kampung Timbang 1998 PT. Flores Barat
Mining (Singapura dan PT. Aneka Tambang) Eksplorasi di wilayah Kontrak
Karya Kabupaten Manggarai 2002 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung Penyelidikan Geokimia Regional Lembar Ruteng Barat 2004
PT. Istindo Mitra Perdana.Eksploitasi Mangan di Kecamatan Lambaleda 2005
PT. Sumber Jaya AsiaEksploitasi mangan di Kecamatan Reok (Siwa &
Wangkal-Kajong) 2 Sejarah Pertambangan Manggarai diolah kembali dari
laporan yang dibuat JPIC OFM Jakarta berkaitan dengan investasi industri
tambang di kawasan Manggarai, Flores, NTT. Bahan ini dipublikasikan dalam
Kertas Posisi yang dikeluarkan JPIC OFM tahun 2008.
Tabel 2.
Analisis Studi Lapangan Dominasi Korporasi dan
NegaraDeskripsiAspekBentukDampak
Catatan•Kekuatanmonolitikyangterbentukdarikonsolidasinegara
dankorporasi•Regulasi•Operasi•SK Pemkab(izin KP)
tanpamemperhatikanaspek lokal (MLT)•Operasi (praktik)tambang
tanpamemperhitungkankeberadaan
MLT•Dominasimenyebabkansemakinmelemahnyaposisi MLTdalam
dinamikahubungandengan negaradan korporasi•Regulasi yangdiberikannegara
kepadakorporasi danoperasi tambangyang dijalankankorporasiberlangsung
tanpakontrol MLT
Selain dampak pencemaran atas tanah dan berkurangnya curah hujan, operasi
tambang di Manggarai juga menyebabkan rusaknya kondisi dan ekosistem
hutan. Hutan menutupi hampir 39,80 % (sebelum pemekaran Manggarai Timur)
kawasan Kabupaten Manggarai. Dari 39,80 % itu, 30,2 % merupakan kawasan
hutan lindung, 1 % untuk kawasan hutan cagar alam, dan 23,7 % untuk taman
nasional (Walhi, 2003:10-11). Yang meresahkan, lokasi pertambangan di
Kabupaten Manggarai persis menempati salah satu lokasi kawasan hutan
lindung, yang tentu menjadi ancaman ekologis sangat serius. Lokasi
pertambangan di Soga 1 dan 2, daerah Torong Besi, Kecamatan Reok yang
dieksploitasi oleh PT. SJA melakukan kegiatan pertambangan persis di kawasan
hutan lindung ini dalam RTK 103. Masuknya pertambangan, pertama-tama
terjadi alih fungsi hutan secara besar-besaran. Kawasan hutan lindung di sana,
yang berfungsi sebagai penyangga dan penyeimbang kehidupan, terjaganya
keanekaragaman hayati (biodiversity), penyeimbang iklim dan juga merupakan
pendukung perkonomian masyarakat sekitar, tinggal kenangan yang tak akan
pernah kembali lagi, semenjak industri pertambangan mulai beroperasi
(Wawancara dengan I1, 2,3,10, Maret-April 2009). Dampak ekologis lanjutan
dari industri pertambangan di daerah ini juga menyangkut rusak dan
terganggunya ekosistem laut. Beberapa lokasi pertambangan yang ada, yang
dieksploitasi oleh PT. ABM dan PT SJA berada sangat dekat dengan laut, dan
tentu saja, limbahnya dibuang ke laut. Hal yang jelas menyangkut ini terjadi di
sekitar lokasi pertambangan Torong Besi, Desa Robek, Kecamatan Reok, dan
Satar Punda, Kecamatan Lambaleda. Di desa ini terdapat satu lokasi pantai pasir
putih yang menjadi pusat obyek wisata bahari, yaitu pantai Ketebe (SK Bupati
Manggarai No. 4 Thn 2004 tentang Obyek Wisata, Kertas Posisi JPIC OFM
2008).Selain itu, di areal operasi PT ABM, terjadi polusi udara yang tinggi.
Debu mangan dan goncangan a k ibat peleda kan yang dilakukan korporasi
menjadi ciri dari kerusakan ekologi di kawasan ini. Debu mangan merembes
masuk ke rumah-rumah warga dan mereka tidak bisa menghindar dari
kenyataan ini dan tidak bisa mela kukan relokasi tempat tingga l sebab mereka
suda h lama kehilangan hak atas tanah yang sudah diambil korporasi (Flores
Pos, 10/8/2006).
Tabel 7 hanya salah satu perhitungan dari PT SJA tiga tahun terakhir, yang
melakukan eksploitasi di Bonewangka, Torong Besi Kecamatan Reok,
Kabupaten Manggarai, tidak termasuk PT ABM yang beroperasi di Satar Punda,
Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur. Kapasitas produksi
pertahun setiap perusahaan berbeda-beda. Hasil operasi tambang sebagian besar
hanya untuk keuntungan korporasi. Manggarai yang memiliki sumber daya
mineral itu mendapatkan jumlah yang tidak sebanding dengan pendapatan
korporasi. Belum ada alasan yang cukup sahih untuk mengatakan ba hwa keseja
hteraan menjadi sa la h satu dampa k dari operasi tambang PT SJA dan PT
ABM. Yang terjadi adalah akumulasi keuntungan perusahaan, tanpa memiliki
hubungan yang kuat dengan kesejahteraan MLT. Volume kemisk ina n berta
mba h besa r juga k a rena opera si korporasi tambang telah menghancurkan
ekonomi domestik MLT yang menggantungkan kehidupan pada bidang
pertanian. Operasi tambang telah mengurangi tanah garapan. Kemiskinan
disebabkan rendahnya kemampuan MLT untuk menyediakan pangan.
Adelman, Irma & Cyntia Taft Morris. 1983. Economic Growth & Social
Equality in Developing Countries. Stanford: Stanford University Press.Blaikie,
P. 1985. the Political Economy of Soil Erosion in Developing Caountries.
London: Longman. Boulding, Kenneth E. 1968. “The Economics of The
Coming Spaceship Earth.” In Dalam Environmental Quality in A Growing
Economy, edited by Henry Jarret. Baltimore, MD: The Johns Hopkins
University Press.Brown, Lester R. 1988. “The Changing Food Prospects: The
Nineties and Beyond.” Worldwacth Paper 85, Oct. Constanza, Robert. 1989.
“What is Ecological Economics in Ecological Economics.” Vol. I (1). Cornia,
Giovanni Andrea et.al (eds.). 1987. Adjustment with a Human Face: Protecting
the Vulnerable and Promoting Growth. Oxford: Clarendon Press. Durning, Alan
B. 1989. “Action at the Grassroots: Fighting Poverty and Environmental
Decline.“ Worldwatch Paper 88.Embu, Eman & Robert Mirsel (eds.). 2004.
Gugat: Darah Petani kopi Manggarai. Ledalero: FloresFar Eastern Economic
Review, 14/9/1989.Flores Pos, 10/8/2006.Flores Pos, 3/7/2007. Jacobson. Jodi
L. 1988. “Environmental Refugees: A Yardstick of Habitability.” Worldwatch
Paper 86.Jebaru, Alex, et.al. 2009. “Pertambangan di Flores-Lembata: Berkah
atau Kutuk?” Ledalero: Maumere. Johnston, Bruce F. & Peter Kirby. 1975.
Agriculture and Structural transformation: Economic Strategies in Late
Developing Countries. New York: Oxford University Press.Keputusan Bupati
Manggarai No. 4 Tahun 2004.Komna s H A M. 20 06. tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Berdimensi HAM, tinjauan teori dan Prinsip-prinsip Universal dan
Implementasinya di Indonesia. Jakarta: Komnas HAM. Martinnusen, John.
1999. Society, State and the Market, A Guide to Completing theories of
Development. Zed Books.Pearce, David, et.al. 1989. Blueprint for A Green
Economy. London: Earthscan Publication, Ltd. Pos Kupang edisi 21/4/2009.
Prior, John M. “The Church and Land Disputes: Sobering Thoughts from
Flores.” Manuscript. Maumere. Robertson, James. 1990. Future Wealth: A New
Economics for the 21th Century. London: Cassel Publishers Limited. SK Bupati
No: HK/287/2007, 5/10/2007.Surat Menteri Kehutanan R I, No:S.41/Menhut-
VII/2009, 27 Januari 2009.Su r a t B up a t i M a n g g a r a i, No: 711/ Ta m b e
n / V I I I /2 0 0 8 , 25/8/2008. Undang-Undang Pertambangan No. 11 tahun
1967. Undang-Undang Kehutanan No. 41 tahun 1999. Undang-Undang Mineral
dan Batubara 2009.www.manggarai.go.id, diakses 22 April 2009