Anda di halaman 1dari 3

3 Fungsi Meterai dalam Surat

Perjanjian :
Penggunaan meterai dalam sebuah surat perjanjian sering kali kita temui pada kehidupan
sehari-hari, terutama pada dokumen penting seperti surat perjanjian, kontrak, surat pernyataan,
dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sebagian besar masyarakat juga beranggapan
bahwa perjanjian menjadi tidak sah tanpa adanya meterai didalamnya. Padahal,
menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (UU Bea Meterai), fungsi
meterai adalah sebagai pengenaan pajak atas dokumen tertentu, sehingga tidak menjadi hal
penentu atas sah atau tidaknya suatu perjanjian. Agar tidak keliru, berikut ini Libera akan
menjelaskan beberapa fungsi dari meterai di dalam surat perjanjian yang masih banyak tidak
diketahui.

Pemungutan Pajak atas Suatu Dokumen


Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU Bea Meterai, fungsi meterai yang utama adalah pemungutan
pajak atas suatu dokumen yang menurut UU Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Bea
meterai menjadi salah satu cara pemerintah mengumpulkan dana dari masyarakat, di mana tarif
bea meterai adalah Rp3.000 dan Rp6.000 sesuai dengan jenis dokumen yang dikenai bea
meterai. Namun, tidak semua dokumen memerlukan penggunaan meterai. Berikut ini adalah
dokumen yang harus menggunakan meterai:

1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang akan digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan dan keadaan mengenai seseorang dan atau pihak lain yang
berkepentingan;

2. Akta-akta notaris termasuk salinannya;

3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-
rangkapnya;

4. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp1.000.000 (satu juta Rupiah);

5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek yang mempunyai harga lebih dari
Rp1.000.000 (satu juta Rupiah);

6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai
dengan Rp1.000.000 (satu juta Rupiah);
7. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di pengadilan, seperti surat-
surat biasa, surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan bea
meterai seperti: surat keterangan dokter, surat taksiran, dan berita acara pemeriksaan.

Meterai Bukan Penentu Sahnya Suatu Perjanjian


Salah satu objek dari bea meterai adalah surat perjanjian yang dibuat untuk menjadi alat bukti
dan dasar hukum atas hak dan kewajiban para pihak. Menurut salah satu ahli hukum R.
Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang saling berjanji untuk melakukan
sesuatu yang menimbulkan hubungan perikatan diantara keduanya. Berdasarkan Pasal 1320
KUHPerdata, terdapat 4 (empat) syarat sahnya suatu perjanjian. Syarat ini terdiri atas kata
sepakat, kecakapan para pihak, suatu hal tertentu, atau adanya objek perjanjian, dan suatu
sebab yang halal. Oleh karena itu, apabila suatu perjanjian telah menggunakan meterai tetapi
tidak memenuhi empat syarat tersebut, perjanjian tersebut tidak sah di mata hukum. Jadi,
sebelum membuat perjanjian, pastikan terlebih dahulu perjanjian tersebut telah memenuhi syarat
sebelum Anda menambahkan meterai didalamnya. Karena penentuan sahnya suatu perjanjian
tidak ditentukan dari ada atau tidaknya meterai, namun apabila syarat sah perjanjian
sebagaimana diatur dalam KUHPerdata telah terpenuhi seluruhnya .

Persyaratan Sebagai Alat Bukti di Pengadilan


Pembuktian merupakan tahap yang penting dalam menyelesaikan perselisihan bagi para pihak
di pengadilan. Dengan tidak adanya meterai dalam suatu dokumen, maka dokumen tersebut
tidak dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan. Oleh karena itu, fungsi meterai penting
untuk menjadikan suatu dokumen dapat digunakan sebagai alat bukti dalam persidangan.

Dan ketika Anda akan menggunakan dokumen tanpa meterai sebagai alat bukti di pengadilan,
Anda tetap harus membubuhkan meterai di dokumen tersebut. Hal ini dinamakan dengan istilah
pemeteraian kemudian dimana pemeteraian kemudian dilakukan atas dokumen yang akan
digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan
Menteri Keuangan No. 70/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeteraian Kemudian.
Pemeteraian kemudian dapat dilakukan dengan menggunakan meterai tempel atau
menggunakan surat setoran pajak.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa meterai berfungsi sebagai pembayaran
pajak atas suatu dokumen tertentu dan tidak memiliki kaitan dengan sah atau tidaknya suatu
perjanjian. Oleh karena itu, Anda tidak perlu khawatir apabila Anda menandatangani perjanjian
tanpa adanya meterai karena perjanjian tersebut tetap sah selama memenuhi syarat yang diatur
dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Namun, apabila Anda akan menggunakan perjanjian tersebut
sebagai alat bukti di pengadilan, maka Anda perlu melakukan pemeteraian kemudian agar
perjanjian tersebut dapat Anda gunakan sebagai alat bukti pada saat persidangan berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai