Perjanjian :
Penggunaan meterai dalam sebuah surat perjanjian sering kali kita temui pada kehidupan
sehari-hari, terutama pada dokumen penting seperti surat perjanjian, kontrak, surat pernyataan,
dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sebagian besar masyarakat juga beranggapan
bahwa perjanjian menjadi tidak sah tanpa adanya meterai didalamnya. Padahal,
menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (UU Bea Meterai), fungsi
meterai adalah sebagai pengenaan pajak atas dokumen tertentu, sehingga tidak menjadi hal
penentu atas sah atau tidaknya suatu perjanjian. Agar tidak keliru, berikut ini Libera akan
menjelaskan beberapa fungsi dari meterai di dalam surat perjanjian yang masih banyak tidak
diketahui.
1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang akan digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan dan keadaan mengenai seseorang dan atau pihak lain yang
berkepentingan;
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-
rangkapnya;
4. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp1.000.000 (satu juta Rupiah);
5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek yang mempunyai harga lebih dari
Rp1.000.000 (satu juta Rupiah);
6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai
dengan Rp1.000.000 (satu juta Rupiah);
7. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di pengadilan, seperti surat-
surat biasa, surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan bea
meterai seperti: surat keterangan dokter, surat taksiran, dan berita acara pemeriksaan.
Dan ketika Anda akan menggunakan dokumen tanpa meterai sebagai alat bukti di pengadilan,
Anda tetap harus membubuhkan meterai di dokumen tersebut. Hal ini dinamakan dengan istilah
pemeteraian kemudian dimana pemeteraian kemudian dilakukan atas dokumen yang akan
digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan
Menteri Keuangan No. 70/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeteraian Kemudian.
Pemeteraian kemudian dapat dilakukan dengan menggunakan meterai tempel atau
menggunakan surat setoran pajak.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa meterai berfungsi sebagai pembayaran
pajak atas suatu dokumen tertentu dan tidak memiliki kaitan dengan sah atau tidaknya suatu
perjanjian. Oleh karena itu, Anda tidak perlu khawatir apabila Anda menandatangani perjanjian
tanpa adanya meterai karena perjanjian tersebut tetap sah selama memenuhi syarat yang diatur
dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Namun, apabila Anda akan menggunakan perjanjian tersebut
sebagai alat bukti di pengadilan, maka Anda perlu melakukan pemeteraian kemudian agar
perjanjian tersebut dapat Anda gunakan sebagai alat bukti pada saat persidangan berlangsung.