Anda di halaman 1dari 9

Analisis Home Tax sebagai Produk Pelayanan e-Tax di Korea Selatan

Faiz Aldimas Malik

185030400111018

Republik Korea (bahasa Korea: Daehan Minguk; Hangul :대한민국; bahasa


Inggris: Republic of Korea) atau nama kerennya adalah Korea Selatan merupakan
salah satu negara yang berada di Asia Timur. Negara ini berbatasan dengan Korea
Utara yang dimana kedua negara ini bersatu hingga terpisah sejak tahun 1948
pasca perang korea. Negara ini biasanya disebut dengan nama hanguk ( 한 국 ).
Korea Selatan sendiri memiliki 9 provinsi yang diantaranya adalah: Chungcheong
Utara, Chungcheong Selatan, Gangwon, Gyeonggi, Gyeongsang Utara,
Gyeongsang Selatan, Jeju, Jeolla Utara, dan Jeolla Selatan. Provinsi-provinsi
tersebut memiliki ibukota layaknya seperti di negara lain.

Korea Selatan sendiri memang terkenal dengan budayanya yang biasa disebut
dengan budaya Korean wave di mana kebudayaan ini digandrungi oleh kalangan
muda. Selain terkenal dengan kebudayaannya, negara ini memiliki catatan yang
sangat baik dalam bidang ekonomi yang walaupun pada abad ke 18 negara ini
memiliki krisis ekonomi. Hal tersebut dibuktikan pada tahun 2017 oleh
Kementerian Perindustrian, Perdagangan dan Sumber Daya yang menyampaikan
rincian dari 'statistik ekspor komoditi bulanan' yang dirilis Badan Perdagangan
Dunia WTO.Berdasarkan statistik yang tertulis, rasio peningkatan impor pada
bulan September 2017 tertulis sebesar 35% yang angka tersebut melebihi negara
Belanda yang hanya mencapai 14,6% sehingga Korea Selatan berhasil menaiki
peringkat ke posisi 6 yang sebelumnya berada pada posisi 8. Kementerian
Perindustrian menyatakan bahwa penyebab peningkatan ekspor adalah
meningkatnya volume ekspor seiring pulihnya ekonomi global, diversifikasi jenis
barang ekspor dan peningkatan ekspor di pasar negara berkembang.

Tidak hanya mengandalkan ekspor, Korea Selatan juga mengandalkan pajak


sebagai salah satu sumber pemasukan negaranya. Pajak merupakan kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang–undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar–besarnya
kemakmuran rakyat. Pengertian tersebut tertulis dalam undang-undang
ketentuan umum perpajakan Indonesia No.28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1.
Mengenai pemasukan pajak, pemasukan pajak di Korea bisa terbilang besar.
Berdasarkan data dari CEIC pada desember 2017, pemasukan pajak (tax revenue)
di Korea Selatan tercatat sebesar 250. miliar USD yang angka tersebut lebih tinggi
daripada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 235 miliar USD. Pemerintah
Korea (dalam pulse,2017) menyatakan jika pendapatan pajak nasional tumbuh
lebih dari target di belakang tingkat pertumbuhan ekonomi negara itu sendiri
yang sebesar 3,1 persen pada tahun lalu. Layaknya Pajak pribadi yang merupakan
pemasukan pajak terbesar di Indonesia, di Korea Selatan memiliki pajak real
estate yang merupakan pemasukan pajak terbesar di sana. Meningkatnya
pemasukan pajak ini disebabkan oleh meningkatnya wajib pajak pribadi yang
membayar, pajak real estate yang berlaku di sana selalu menjadi pemasukan
pajak terbesar, serta sistem perpajakan yang diatur oleh otoritas pajak dengan
baik.

Otoritas pajak di Korea biasa disebut dengan NTS (National Tax Service).
Sejarah berdirinya dimulai ketika NTS berdiri pada 1966 setelah berpisah fungsi
dengan Kementrian Keuangan (Ministry of Finance). Sebagai lembaga yang
bersifat semi-otonomi, lembaga ini bertanggung jawab atas bidang administrasi
perpajakan di Korea. Bisa dibilang NTS ini adalah DJP-nya Korea tetapi lebih
independen. Pada tahun 1999, NTS mengalami reorganisasi. Sebelum tahun itu,
NTS telah diatur oleh beberapa jenis pajak, misalnya pajak penghasilan pribadi,
pajak peghasilan badan, pajak pertambahan nilai, dan lain-lain. NTS
menghabiskan sekitar 0,70 won untuk mengumpulkan 100 won pajak dan satu
petugas pajak bertanggung jawab atas 1.276 pelaku ekonomi individu.

Dalam hal kelembagaan, NTS sekarang berada di bawah Kementrian Strategi


dan Keuangan yang di mana kementrian ini bertugas dalam mengawasi kebijakan
keuangan di Korea Selatan dan bertanggung jawab atas tax policy dan tax law.
Lembaga Layanan Bea Cukai Nasional (National Customs Service) juga
ditempatkan di luar Kementerian sebagai organisasi terpisah, yang bertanggung
jawab atas kepabean dan cukai. Serta Pengadilan Pajak adalah organisasi
independen di bawah Perdana Menteri dan bertanggung jawab dalam melakukan
banding pajak.

Seperti halnya dengan Indonesia, National Tax Service memiliki struktur dalam
kantor. NTS memiliki struktur yang terikat 3; yaitu kantor utama yang terdiri dari
11 Biro, 6 Kantor Pajak Daerah dan 115 Kantor Distrik yang terletak di seluruh
Korea Selatan. JIka di Indonesia, penyebutannya adalah Kantor Pajak Pratama
(KPP) dan Kantor Wilayah Pajak (nama provinsi). Dalam laporan tahunan tahun
2015 oleh NTS, tertulis sebanyak 20 ribu petugas pajak yang bekerja di sana. 74%
nya ditempatkan ke 115 kantor distrik, 21% ditempatkan ke kantor pajak daerah,
dan 5% sisanya ditempatkan ke kantor atau lembaga yang relevan.

Serupa dengan perkembangan teknologi, pendapatan pajak di suatu negara


menjadi sumber pendapatan yang semakin hari semakin penting karena pajak
sendiri memberikan kontribusi terbesar ke negara. Agar dapat terealisasikan,
diperlukan kemudahan dalam urusan administrasi agar tercapainya kepatuhan
pajak atau tax compliance yang baik. Cara yang dilakukan adalah memanfaatkan
teknologi dan informasi dalam administrasi perpajakan agar dapat terciptanya
pelayanan pajak yang mudah dan fleksibel yang mengikuti perkembangan zaman.

Dengan terus memanfaatkan kesempatan ini, Korea Selatan berhasil


menjadikan dirinya sebagai negara dengan praktik e-government terbaik di dunia.
Menurut Hyun Seok Kim (2017), setidaknya ada beberapa faktor yang menopang
keberhasilan praktik e-Government di Negeri K-pop ini, yaitu: Pertama,
pendekatan dalam melakukan manajemen perubahan yang didasarkan komitmen
yang kokoh didukung oleh infrastruktur politik dan infrastruktur teknik.Kedua, e-
Government sebagai proyek bersama yang dipimpin langsung oleh presiden
sehingga mampu memadukan organisasi pemerintahan dengan sektor swasta
termasuk sinergi perencanaan dan penganggaran melalui Kementerian
Perencanaan dan Penganggaran.Ketiga, mengembangkan kesepakatan bersama
yang melibatkan: pemerintah, dunia usaha, media massa, lembaga swadaya
masyarakat, dan lainnya sehingga menghasilkan dukungan luas dari public.
Keempat, kerjasama yang baik antar lembaga sehingga mampu mengatasi konflik
internal negara dan mendapat dukungan eksternal semisal organisasi negara
maju (OECD) dengan mengedepankan proses perencanaan strategik yang mampu
memadukan kinerja monitoring pelaksananaan dan dukungan dasar legitimasi
(hukum) yang kokoh dengan lahirnya the Electronic Government Act.

Segala aspek pelayanan oleh pemerintah hampir tersentuh dengan elektronik


(e-government). Tak berbeda juga dengan pelayanan pajak di negara tersebut.
Nation Tax Service berhasil membuat inovasi baru di dalam hal administrasi
pajak, dengan menciptakan Home Tax Service (HTS). Menggunakan kecanggihan
teknologi termutakir ini, Korea mencoba menerapkan prinsip e-government
dibidang pelayanan pajak, yang dapat diakses melalui www.hometax.go.kr.

Melalui pelayanan yang dijadikan satu layar ternyata membawa dampak


positif dan terasa bagi seluruh kalangan masyarakat terutama yang menjadi wajib
pajak di Korea. Pelayanan yang memiliki tujuan dengan berorientasi negara dan
administrasi yang demokratis berhasil untuk direalisasikan. Pada saat belum
terjadinya gencar akan teknologi (sebelum tahun 1990), masyarakat Korea
khususnya, malas untuk membayar pajak karena bentuk keterbukaan informasi
tidak ada. harus menuju ke kantor pajak untuk menghadapi proses yang panjang
dan berbelit sehingga biaya yang dikeluarkan lebih banyak dan mahal. Namun
aplikasi HTS ini bisa membuat perspektif itu berubah. Seluruh pertanyaan
mengenai pajak, fasilitas tentang pajak, dan informasi terkait pembayaran pajak
sudah tersedia.

Pelayanan pelayanan atau fasilitas fasilitas yang ada pada HTS diantaranya
adalah : pelayanan e-tax filing, e-notice, e-payment, e-filing of taxation data, e-
tax sertificate, cash receipt service, e-tax invoice service, year-end Tax settlement
service, My-NTS Service, nation tax law information service, dan simulated tax
calculation service. Jika dibandingkan dengan Indonesia, sistem yang dipakai
sama saja yang berbeda hanya penamaan saja dan proses yang dilakukan.

Dalam e-tax filing di HTS, e-tax filing melayani item item pajak yang
selayaknya di Indonesia yaitu: Pajak Penghasilan Pribadi, Pajak Penghasilan
Badan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan withholding tax. Proses e-tax filing di
HTS ini memungkinkan para wajib pajak di sana untuk mempersiapkan dan
mengajukan spt dan seluruh dokumen mereka di hometax. E-tax filing memiliki 2
metode dalam pengembalian pajak. Yang pertama adalah dengan melakukan
sendiri di mana wajib pajak sendiri lah yang melakukan pengembalian dan
pengumpulan spt di hometax dan yang kedua adalah metode konversi yang
metodenya menggunakan jasa tax agent di mana agen pajak lah yang mengurusi
proses ini. Prosesnya sederhana, agen pajak menyiapkan dan mengajukan file spt
wajib pajak dengan menggunakan software akuntansi pajak yang kemudian
dikonversikan menggunakan National Tax Service’s conversion program lalu
diajukan kembali ke hometax. Pada Hometax, pembayar pajak dapat melakukan
e-file semua item pajak kecuali pajak warisan. Untuk beberapa item pajak utama,
termasuk pajak penghasilan dan pajak penghasilan badan, layanan untuk
pengajuan setelah waktu deadline, perubahan dan permintaan untuk koreksi
disediakan. Layanan ini buka jam 6 pagi hingga pukul 24 waktu Korea Selatan
(KST). Catatan tambahan, jika seorang wajib pajak mengajukan spt baik bentuk e-
file maupun bentuk kertas pada saat yang sama atau diajukan karena kesalahan
pajak yang tidak dikenakan pengajuan, dia dapat meminta pihak Hometax untuk
menghapusnya dalam waktu dua hari setelah periode pengajuan hukum.

Layanan yang kedua dalam HTS adalah e-notice.E-notice adalah layanan yang
memberikan pemberitahuan pajak kepada wajib pajak secara elektronik melalui
Hometax dan mereka yang telah mengajukan permohonan e-notice berkala
dapat masuk ke Hometax untuk memeriksa detailnya. Wajib pajak yang
menggunakan layanan ini akan mendapatkan notifikasi pajak melalui email dan
pesan handphone. Sebelum HTS ini disosialisasikan kepada masyarakat Korea
Selatan, wajib pajak mendapatkan pemberitahuan pajak mereka melalui kotak
pos atau pegawai pajak mengunjungi rumah wajib pajak. Seiring dengan
berkembangnya waktu dan meningkatnya jumlah rumah tangga, banyak surat
yang tidak terkirim dengan baik. Oleh karena itu, layanan e-notice dibuat untuk
mengatasi masalah pengiriman surat pemberitahuan.

Layanan ketiga adalah e-payment. Di layanan ini, memberikan kenyamanan


kepada wajib pajak dalam melakukan pembayaran. Pembayaran dilakukan
melalui dengan transfer di bank atau lewat kartu kredit di ATM. Layaan ini dapat
digunakan sepanjang tahun, dibuka dari jam 6 hingga pukul 23:30 waktu Korea
Selatan.

Layanan selanjutnya adalah e-tax filing data. Layanan ini memungkinkan para
wajib pajak untuk melakukan e-file data-data perpajakan mereka seperti laporan
pembayaran, faktur pajak, dan tagihan pembayaran lainnya. Data data yang ada
pada e-filing ini dikembangkan terus menerus.

Layanan yang dimiliki HTS kelima adalah e-tax sertificate. Layanan e-tax
sertificate ini memungkinkan para wajib pajak untuk mengajukan dan
mengeluarkan berbagai sertifikat pajak yang terkait dengan pajak nasional yang
bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Wajib pajak dapat menerbitkan
sertifikat pajak dengan mencetaknya. Dengan menggunakan teknologi di mana
biisa mengetahui orisinil suatu dokumen, maka wajib pajak dengan aman untuk
menggunakan sertifikat yang dikeluarkan sebagai salinan asli. Lembaga yang
meminta sertifikat pajak, seperti lembaga public , dapat memeriksa apakah
mereka adalah salinan asli dengan memasukkan nomor penerbitan mereka di
Hometax atau dengan memindai tanda perlindungan salinan di atasnya.

Layanan selanjutnya adalah cash receipt service. Layanan ini memungkinkan


pihak NTS untuk mengumpulkan rincian penerimaan kas dari para pengusaha
bisnis dan memungkinkan konsumen serta pemilik bisnis mendapatkan manfaat
dari kredit pajak atau pengurangan berdasarkan rincian transaksi penerimaan kas
mereka. Untuk membuat sistem penerimaan kas kokoh, undang-undang yang
relevan memberlakukan kewajiban hukum pada Wajib Pajak wiraswasta yang
memiliki penghasilan tinggi untuk menerbitkan rincian penerimaan kas,
sedangkan NTS secara aktif terlibat dalam mempromosikan sistem dan
menawarkan berbagai dorongan. Untuk layanan ini sudah tersedia bagi pengguna
handphone sejak tahun 2011.

Di Layanan e-tax invoice ini memberikan kemudahan kepada wajib pajak


dalam menulis serta menerbitkan faktur pajak melalui media elektronik daripada
menulis di media kertas dan selanjutnya mengirimkan detailnya menuju NTS.
Kemudian, NTS menyediakan layanan kepada wajib pajak untuk memeriksa dan
menggunakan riwayat faktur pajak mereka dalam berbagai pengajuan pajak.
Untuk memiliki e-faktur ini, wajib pajak harus terlebih dahulu dikeluarkan dengan
sertifikat pengguna untuk faktur e-pajak dari otoritas sertifikat pengguna atau
kartu keamanan di kantor pajak. Wajib pajak tanpa akses Internet dapat
menggunakan layanan automatic reponse system (ARS) atau mengunjungi kantor
pajak untuk diterbitkan dengan faktur e-pajak.

Layanan berikutnya adalah year-end Tax settlemet service dimana layanan ini
NTS mengumpulkan dan menyediakan berbagai data pemotong pajak (13 jenis),
seperti rincian biaya medis, rincian penggunaan kartu kredit, dan rincian biaya
pendidikan, yang diperlukan untuk tahun penerima upah. Degan adanya layanan
ini, para pekerja dapat menghemat waktu dan biaya yang diperlukan untuk
mengumpulkan tanda terima untuk pemotongan pajak, dan lembaga sertifikat
dapat menghemat waktu dan biaya yang diperlukan untuk mengeluarkan dan
mengirimkan tanda terima. NTS dapat mencegah pemotongan pajak yang
berlebihan dengan secara elektronik mempertahankan tanda terima untuk
pemotongan pajak.

National Tax Law Information Service dan Simulated Tax Calculation Service
merupakan 2 layanan utama terakhir dari HTS ini. National Tax Law Information
Service ini menyediakan baik pegawai pajak dan wajib pajak terkait dengan
undang undang, pemberitahuan, pedoman, dan penafsiran terkait hukum hukum
perpajakan. Menurut laporan NTS pada tahun 2015, 9 juta wajib pajak
menggunakan layanan ini setiap tahun, dan itu berkontribusi untuk
menyelesaikan masalah antara pembayar pajak dan otoritas pajak, sehingga
mencegah perpajakan yang salah dan mewujudkan administrasi pajak yang
transparan. Sedangkan Simulated Tax Calculation Service merupakan layanan di
mana wajib pajak dapat menghitung terlebih dahulu jumlah pajak yang harus
mereka bayar atau pengembalian uang pajak yang dapat mereka terima,
memungkinkan mereka untuk membuat rencana pemotongan pajak.

Berdasarkan layanan layanan yang diberikan oleh NTS, terdapat perbedaan


dengan sistem e-tax yang ada di Indonesia. Perbedaan yang pertama adalah
pengembangan produk e-tax. Di korea, semua layanan dari pelaporan hingga
pembayaran ada di dalam hometax, sedangkan di Indonesia masih terpisah.
Untuk melaporkan harus ke link ini, untuk membayar harus ke link yang berbeda
sehingga akan memberi waktu yang cukup lama. Perbedaan selanjutnya adalah
pada perhitungan pajak. Di Indonesia, layanan ini masih dikembangkan oleh
swasta (DJP belum mengembangkan ini) dan penghitungannya pun sebatas
menghitung pajak penghasilan pribadi yang berbeda dengan Korea.

Sistem e-tax di Indonesia sebaiknya mencoba sistem e-tax yang ada di Korea.
Hal ini didukung oleh pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Menurut Sri
(dalam Budi, 2017), “Presiden bilang lihat saja benchmark praktik pajak terbaik di
dunia, lalu kita copy saja”.

Negara Korea Selatan memang bagus dengan sistem e-government nya


,khususnya di dalam e-tax. Pelayanan dan pengembangan sistem dengan baik
menjadikan negara sana tinggi akan kepatuhan pajak. Oleh karena itu,
pemasukan pajak di sana sangat tinggi.

Saran saya terhadap sistem perpajakan di Indonesia adalah lebih


mengembangkan e-tax dengan mencoba sistem sistem perpajakan di luar
Indonesia yang sekiranya sistem di luar ,tidak ada di Indonesia agar bisa
memajukan perpajakan di Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
CEIC. 2017. South Korea Tax Revenue. (Online) Diakses melalui
https://www.ceicdata.com/en/indicator/korea/tax-revenue
(diakses 9 November 2018)

KBS World. 2017. Ekspor Korsel Meningkat Paling Cepat Diantara 10 Negara
Eksportir Terbesar Dunia.(Online) Diakses melalui
http://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=i&Seq_Code=48054
(diakses 9 November 2018)

Muttaqin, T. 2017. Menimbang e-Government: Belajar dari Pengalaman Korea


Selatan. (Online) Diakses melalui
https://nusantara.rmol.co/read/2017/11/08/314331/Menimbang-e-
Government:-Belajar-dari-Pengalaman-Korea-Selatan-
(diakses 9 November 2018)

National Tax Service. 2016. Hometax :World-Class Electronic Tax Administration


Service. Korea Selatan

National Tax Service. 2015. Annual Report: 2015. Korea Selatan

PulseNews. 2017. S. Korea’s tax revenue in 2017 hits fresh record high of $245.1
bn. (Online) Diakses melalui https://pulsenews.co.kr/view.php?
year=2018&no=104006 (diakses 9 November 2018)

Raharjo, B. 2017. Menkeu akan Tiru Sistem Perpajakan di Korea Selatan.(Online)


Diakses melalui
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/03/29/onky3g415-
menkeu-akan-tiru-sistem-perpajakan-di-korea-selatan (diakses 9 November
2018)

Anda mungkin juga menyukai