NPM : 16710111
Kelompok : Krian
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
(Infodatin,2015). Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di
Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum
dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan (Perki,2018).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa
tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer
kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar
25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013 (Askandar,2015).
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor
resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol
seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium dan lemak jenuh (Leonad dan Pikir,2015)
Hipertensi sangant erat hubunganya dengan penyakit ginjal, demikian pula sebaliknya.
Ada beberepa alasan yang dapat menjelaskan mengenai hubungan ini, yaitu hipertensi primer
mengakibatkan terjadinya defek fungsi ginjal yang dapat berlanjut pada kerusakan fungsi
ginjal. Sebaliknya hipertensi skunder yang sering terjadi pada penyakit ginjal kronis akan
menjadi salah satu gejala dari penyakit ginjal kronis tersebut (Askandar,2015)
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung,
penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat
kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan
salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular)
(Leonad dan Pikir,2015).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem urinaria terdiri atas dua ginjal dan dua ureter bermuara pada satu vesika
urinaria kemudian keluar dengan satu uretra. Organ ginjal berbentuk seperti kacang
letaknya retroperitoneal dinding posterior cavum abdomen. Di atas setiap ginjal terdapat
kelenjar adrenal yang terbenam dalam jaringan ikat. Tepi medial ginjal yang cekung
adalah hilus, terdapat arteri (renalis), vena renalis dan pelvis renalis berbentuk corong.
Irisan sagital ginjal, bagian luar disebut korteks, bagian dalam disebut medula, medula
terdiri atas piramid renal berbentuk kerucut. Dasar setiap piramid menyatu dengan
korteks, apeks bulat setiap piramid disebut papila renalis, dikelilingi kaliks minor
berbentuk corong. Kaliks minor bergabung membentuk kaliks mayor, dan akhirnya
bergabung membentuk pelvis renalis. Setiap pelvis renalis keluar sebagai ureter (Guyton
dan Hall, 2007).
Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Setiap ginjal terdapat kurang
lebih satu juta nefron (Guyton dan Hall, 2007). Tiap nefron terdiri dari :
a) Korpuskula renal terdiri atas glomerolus merupakan anyaman kapiler dan
dibungkus oleh kapsul glomerular (Bowman)
b) Tubuli renal terdiri atas : Tubulus kontortus proksimal, Ansa henle dan Tubulus
kontortus distal.
Glomerulus terletak di korteks kemudian menyambung tubulus kontortus
proksimal masih berada di korteks, selanjutnya menjadi ansa henle terletak di medulla,
menyambung tubulus kontortus distal terletak di korteks kemudian menyambung ke
tubulus koligens
2.2 Fisiologis Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat
vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah “menyaring/ membersihkan” darah.
Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring
menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak
1-2 liter/hari. Selain itu, fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan
komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan
ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus (Guyton dan
Hall, 2007).
Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal adalah
1. Fungsi ekskresi
Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah ekskresi air.
Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan
H+ dan membentuk kembali HCO3ˉ.
Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
Mengekskresikan produk akhir nitrogen dan metabolisme protein terutama
urea, asam urat dan kreatinin.
2. Fungsi non ekskresi
Menghasilkan renin yang penting untuk mengatur tekanan darah.
Menghasilkan eritropoietin yaitu suatu faktor yang penting dalam
stimulasi produk sel darah merah oleh sumsum tulang.
Memetabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
Degradasi insulin.
Menghasilkan prostaglandin.
2.10 Komplikasi
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark
miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy- included
hypertension (PIH) (Corwin, 2005).
1. Stroke Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global
akut, lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan
bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit
neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau
perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh
darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian
otak yang mengalami oklusi. Stroke dapat timbul akibat pendarahan
tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis
dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
anurisma (Corwin, 2005).
2. Infark miokardium dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui
pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,
maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung
dan peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin, 2005).
3. Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah
satunya pada bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme
terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan
garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA)
4. Ensefalopati (kerusakan otak) Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat
cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang intersitium
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang
dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta
kematian mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan
hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi (Corwin,
2005).
DAFTAR PUSTAKA
Askandar dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga University Press ; Surabaya.
514-524
Guyton dan Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Infodatin. 2015. Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Mentri Kesehatan Indonesia.
Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta : EGC.