Anda di halaman 1dari 40

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sehat

Menurut Chandra (2007), rumah sehat adalah suatu tempat untuk tinggal

permanen, berfungsi sebagai tempat bermukim, beristirahat, berekreasi

(bersantai) dan sebagai tempat perlindungan dari pengaruh lingkungan yang

memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan rohani dan

jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau perlindungan dari

pengaruh alam luar. Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat

ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah

usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap

struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung

yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah

satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan,

keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja

dengan produktif (Chandra, 2007).

5
6

1. Kriteria Rumah Sehat

Menurut Mukono (2006) Kriteria Rumah Sehat harus menjamin

kesehatan penghuninya dalam arti luas. Oleh sebab itu harus diperlukan syarat

perumahan sebagai berikut :

a) Memenuhi Kebutuhan Fisiologis

Secara fisik kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan suhu dalam

rumah yang optimal, pencahayaan yang optimal, perlindungan

terhadap kebisingan, ventilasi memenuhi persyaratan, dan

tersedianya ruang yang optimal untuk bermain anak. Suhu ruangan

dalam rumah yang ideal adalah berkisar antara 18-20oC, dan suhu

tersebut dipengaruhi oleh : suhu udara luar, pergerakan udara, dan

kelembaban udara ruangan. Pencahayaan harus cukup baik waktu

siang maupun malam hari. Pada malam hari pencahayaan yang ideal

adalah penerangan listrik. Pada waktu pagi hari diharapkan semua

ruangan mendapatkan sinar matahari. Intensitas penerangan minimal

tidak boleh kurang dari 60 Lux. Pertukaran hawa (ventilasi) yaitu

proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor secara

alamiah atau mekanis harus cukup. Berdasarkan Peraturan Bangunan

Nasional, lubang hawa suatu bangunan harus memenuhi aturan

sebagai berikut luas bersih jendela/lubang hawa sekurang-kurangnya

1/10 dari luas lantai. Pengaruh buruk kurangnya luas ventilasi adalah
7

berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar gas CO2, adanya

pengab, suhu udara naik, dan kelembaban udara bertambah.

b) Memenuhi Kebutuhan Psikologis

Kebutuhan Psikologis berfungsi untuk menjamin ”privacy” bagi

penghuni rumah. Perlu adanya kebebasan untuk kehidupan keluarga

yang tinggal di rumah tersebut secara normal. Keadaan rumah dan

sekitarnya diatur agar memenuhi rasa keindahan. Adanya ruangan

tersendiri bagi remaja dan ruangan untuk berkumpulnya keluarga

serta ruang tamu.

c) Perlindungan terhadap Penularan Penyakit

Untuk mencegah penularan penyakit diperlukan sarana air bersih,

fasilitas pembuangan air kotor, fasilitas penyimpanan makanan,

menghindari intervensi dari serangga dan hama atau hewan lain yang

dapat menularan penyakit.

d) Perlindungan/Pencegahan terhadap Bahaya Kecelekaan dalam

Rumah

Agar terhindar dari kecelakaan maka konstruksi rumah harus kuat

dan memenuhi syarat bangunan, desain pencegahan terjadinya

kebakaran dan tersedianya alat pemadam kebakaran, pencegahan

kecelakaan jatuh, dan kecelakaan mekanis lainnya.


8

2. Kondisi Fisik Rumah

Kondisi fisik rumah adalah keadaan rumah secara fisik dimana orang

menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia. Penyakit atau gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa kondisi

fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti ventilasi, kepadatan

penghuni, suhu, kelembaban. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh

terhadap terjadinya penyakit saluran pernapasan (Slamet, 2009).

a) Ventilasi

Menurut Chandra (2007) Ventilasi adalah usaha untuk

memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan

manusia. Ventilasi digunakan untuk pergantian udara. Hawa segar

diperlukan dalam rumah guna mengganti udara ruangan yang sudah

terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan

kelembaban udara dalam ruangan. Guna memperoleh kenyamanan

udara seperti dimaksud di atas diperlukan adanya ventilasi yang baik.

Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi menjadi dua

jenis, yaitu :

1. Ventilasi alam

Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan yaitu: daya

difusi dari gasgas, gerakan angin dan gerakan massa di udara

karena perubahan temperatur. Ventilasi alam ini


9

mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur

udara kelembabannya. Ventilasi alam yaitu jendela, pintu, dan

lubang angin. Ventilasi yang baik minimal 10% dari luas

lantai; 5% ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) dan

5% ventilasi permanen (tetap)

2. Ventilasi buatan

Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan

dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik. Alat-alat

tersebut adalah kipas angin, exhauter dan AC (air

conditioner).

Tidak tersedianya ventilasi yang baik pada suatu

ruangan akan membahayakan kesehatan karena dapat

menyebabkan pencemaran oleh bakteri ataupun pelbagai zat

kimia. Adanya bakteri di udara umumnya disebabkan debu,

uap air dan sebagainya yang akan menyebakan penyakit

pernapasan (Azrul, 2002).

Menurut Kepmenkes Nomor 829/menkes/SK/VII/1999

tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; luas penghawaan

atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas

lantai.
10

b) Pencahayaan Alami

Menurut Azrul 2002 Cahaya matahari sangat penting bagi

kehidupan manusia, terutama bagi kesehatan. Selain untuk

penerangan cahaya matahari juga dapat mengurangi kelembaban

ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman penyakit tertentu seperti

ISPA, TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain. Cahaya, berperan

sebagai gemercid (pembunuh kuman atau bakteri).

Cahaya matahari banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam

rangka menciptakan kesehatan yang lebih sempurna, seperti

membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam rumah, karena

cahaya matahari pagi tersebut banyak megandung sinar ultraviolet

yang dapat mematikan kuman (Azrul, 2002)

Agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, setiap ruang

harus memiliki lubang cahaya yang memungkinkan masuknya sinar

matahari ke dalam ruangan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Sedikitnya setiap rumah harus mempunyai lubang cahaya

yang dapat berhubungan langsung dengan cahaya matahari, minimal

10% dari luas lantai rumah; 5% dapat dibuka (Azrul, 2002).

Menurut Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999

tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; pencahayaan alami

dianggap baik jika besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang

dari 60 Lux atau lebih dari 120 Lux.


11

c) Kelembaban

Menurut Kepmenkes Nomor 829/menkes/SK/VII/1999

tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, kelembaban udara yang

memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-70 %. Rumah

yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan

akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah yang lembab

merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme

antara lain bakteri, spiroket, ricketsia, dan virus. Mikroorganisme

tersebut dapat masuk kedalam tubuh melalui udara. (Achmadi, 2009).

Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa

hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang

mikroorganisme. Bakteri pneumokokus seperti halnya bakteri lain,

akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban

tinggi karena air membentuk >80% volume sel bakteri dan

merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan

hidup sel bakteri. Selain itu jika udara terlalu banyak mengandung

uap air, maka udara basah yang dihirup berlebihan akan mengganggu

pula fungsi paru (Azrul, 2002).

d) Lantai

Menurut Achmadi (2009) lantai yang baik harus selalu

kering, tinggi lantai harus disesuaikan dengan kondisi setempat,

lantai harus lebih tinggi dari muka tanah. Ubin atau semen adalah
12

baik. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim

kemarau dan tidak basah pada musim hujan, sehingga dapat

mencegah terjadinya penularan penyakit terhadap penghuninya

Lantai rumah sangat penting untuk diperhatikan terutama

dari segi kebersihan dan persyaratan. Lantai dari tanah lebih baik

tidak digunakan lagi karena jika musim hujan akan menjadi lembab

sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap penghuninya dan

merupakan tempat yang baik untuk berkembangbiaknya kuman

penyakit, termasuk bakteri penyebab ISPA. Sebaiknya lantai rumah

tersebut dari bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan. Untuk

mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan

kira-kira 25 cm dari permukaan tanah. Lantai yang baik adalah lantai

yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus

kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menghasilkan debu (Ditjen

PPM dan PL, 2002). Menurut Kepmenkes Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan; komponen dan penataan ruangan rumah sehat dimana

lantai kedap air, mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

e) Dinding

Dinding adalah pembatas, baik antara ruangan dalam dengan

ruang luar ataupun ruang dalam dengan ruang dalam yang lain.

Bahan dinding dapat terbuat dari papan, triplek, batu merah, batako,
13

dan lain-lain (Achmadi, 2009). Dinding berfungsi sebagai pendukung

atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan rumah dari

gangguan serangga, hujan dan angin, serta melindungi dari pengaruh

panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik adalah

batu, tembok, sedangkan kayu, papan, bambu kurang baik.

Rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan

atau kayu dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung

masuk ke dalam rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya

ISPA, selain itu dinding yang sulit dibersihkan dan penumpukan

debu pada dinding, merupakan media yang baik bagi

berkembangbiaknya kuman. Menurut Kepmenkes Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan; komponen dan penataan ruangan rumah sehat dimana

dinding rumah sehat harus memiliki ventilasi, kedap air dan mudah

dibersihkan.

f) Langit-langit

Menurut Azrul, 2002 langit-langit merupakan bidang

pembatas antara atap rumah dan ruangan di bawahnya. Langit-langit

rumah memiliki banyak fungsi, fungsi utama dari langit-langit adalah

untuk menjaga kondisi suhu di dalam ruangan akibat sinar matahari

yang menyinari atap rumah. Udara panas di ruang atap ditahan oleh

langit-langit sehingga tidak langsung mengalir ke ruang di bawahnya


14

sehingga suhu ruang dibawahnya tetap terjaga. Selain menjaga

kondisi suhu ruang dibawahnya, langit-langit juga berfungsi untuk

melindungi ruangan-ruangan di dalam rumah dari rembesan air yang

masuk dari atas atap, menetralkan bunyi atau suara yang bising pada

atap pada saat hujan. Selain itu juga langit-langit dapat membantu

menutup dan menyembunyikan bendabenda (seperti: kabel instalasi

listrik, telfon, pipa hawa) dan struktur atap sehingga interior ruangan

tampak lebih indah. Pemilihan bahan langit-langit sebaiknya yang

bisa menyerap panas, sehingga suhu dan kenyamanan udara dalam

ruangan tetap terjaga. Langit-langit dapat menahan rembesan air dari

atap dan menahan debu yang jatuh dari atap rumah. Menurut

Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan

Kesehatan Perumahan; bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang

dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan dan

langit-langit harus mudah dibersihkan.

3. Syarat Hunian Sehat

Masalah perumahan telah di atur dalam Undang-Undang No.

4/1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, pada Pasal 5 ayat (1) disebutkan

bahwa: “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau

menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat,

aman, serasi, dan teratur”. Adapun persyaratan kesehatan rumah tinggal


15

menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 829/Menkes/SK/VII/1999

dapat di lihat dari 10 aspek, yaitu:

a) Bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :

1. Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3;

2. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam;

3. Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan ber-

kembangnya mikroorganisme patogen.

b) Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis

sebagai berikut:

1. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

2. Dinding => Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi

dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara, Di

kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah

dibersihkan;

3. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan

kecelakaan;

4. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih

harus di- lengkapi dengan penangkal petir;


16

5. Ruang di dalam rumah harus di tata agar berfungsi sebagai

ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang

dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak;

6. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan

asap.

c) Pencahayaan

Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung

dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60

lux dan tidak menyilaukan.

d) Kualitas udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai

berikut:

1. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C;

2. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%;

3. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam;

4. Pertukaran udara;

5. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam; dan

6. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3.

e) Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal

10% dari luas lantai.


17

f) Binatang penular penyakit

Tidak ada tikus bersarang di rumah

g) Air

1. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang

2. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air

bersih dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

h) Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan

hygiene

i) Limbah

1. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber

air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan

tanah; dan

2. Limbah padat harus di kelola agar tidak menimbulkan bau,

tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah

dan air tanah.

j) Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali

anak di bawah umur 5 tahun.


18

Selain persyaratan yang telah dikemukakan di atas, hal yang

tidak dapat diabaikan adalah, rumah yang sehat harus mempunyai

fasititas-fasilitas sebagai berikut:

1. Penyediaan air bersih yang cukup;

2. Pembuangan tinja;

3. Pembuangan air limbah;

4. Pembuangan sampah;

5. Fasilitas dapur;

6. Ruang berkumpul keluarga;

7. Gudang tempat penyimpanan, biasanya merupakan

bagian dari rumah ataupun bangunan tersendiri;

8. Kandang ternak, ini daerah pedesaan sebaiknya

kandang ternak terpisah dari rumah dan jangan di

simpan di bawah kolom rumah atau pun di

pekarangan.

Apabila dikaji lebih mendalam, sudah sewajarnya jika seluruh lapisan

masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup

hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan, tetapi

rumah juga harus mempunyai fungsi sebagai:

a) Mencegah terjadinya penyakit;

b) Mencegah terjadinya kecelakaan;

c) Aman dan nyaman bagi penghuninya; dan


19

d) Penurunan ketegangan jiwa dan social (Suparto, 2015).

4. Hubungan Hunian dengan Kesehatan

Perumahan yang memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu

usaha untuk memperbaiki kesehatan. Di Indonesia terutama di pedesaan, soal

perumahan masih belum memenuhi syarat perumahan sehat, tetapi di kota-

kota besar, hal ini sudah ada kemajuan yang cukup menggembirakan, walau di

berbagai tempat masih terdapat pula perumahan yang sama sekali tidak

memenuhi syarat yang lazimnya disebut slum (gubuggubug). Pada umumnya

di kota-kota besar terdapat masalah-masalah perumahan yang sulit dipecah-

kan yaitu:

a) Kepadatan penghuni (Overcrowding)

Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang berkembang lebih

pesat dari pada jumlah rumah maka kebanyakan orang atau keluarga,

sehingga terpaksa harus tinggal bersama-sama dalam satu rumah

dengan lain-lain keluarga (3 atau 4 keluarga dalam satu rumah).

b) Perumahan liar (Wild occupancy)

Terjadinya rumah-rumah liar ini menimbulkan aspek yang sangat

merugi- kan, baik dari segi keindahan kota, maupun dari segi

timbulnya penyakit menular, sebab pada umumnya rumah-rumah liar

ini dibuat sembarangan saja, tidak mempunyai kakus, dapur khusus,

kamar mandi, serta pem-buangan air kotor dan pembuangan

sampahnya tidak teratur. Hal ini yang menyebabkan daerah perumahan


20

liar menjadi sumber penyakit, sehingga jelas bahwa perumahan ada

hubungannya dengan kesehatan (Suparto, 2015).

5. Dampak Hunian Kurang Sehat

Perumahan dan hunian yang kurang sehat dapat mengakibatkan berbagai

dampak, di antaranya adalah:

a) Dari segi pemerintahan Pemerintah di anggap dan di pandang tidak

cakap serta tidak peduli dalam menangani pelayanan terhadap

masyarakat.

b) Dari segi sosial

Sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan

rendah dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah di anggap

sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-

norma sosial. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan

banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber

timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan

sumber penyakit sosial lainnya; kecenderungan terjadinya perilaku

menyimpang (deviant behaviour). Wajah perkotaan menjadi

memburuk dan kotor, planologi penertiban bangunan sukar

dijalankan; terjadinya bencana baik banjir, kebakaran; dan ari segi

kesehatan banyak penyakit yang ditimbulkan akibat pola hidup yang

tidak sehat
21

c) Dari segi lingkungan Lingkungan kotor, semrawut, bau dan becek

karena tidak tersedianya sarana dan utilitas, selain itu berkurangnya

tempat resapan air atau ruang terbuka hijau akibat pembangunan

permukiman pada ruang yang illegal

Suatu wilayah yang strategis memiliki peran dan fungsi sebagai pusat

pemerintahan, pendidikan, perdagangan, pariwisata dan sebagainya, bahkan

memiliki daya tarik bagi kaum urbanis untuk tinggal di dalamnya. Dalam

pemanfaatan tata ruang harus dirancang dengan sebaik mempertimbangkan

aspek-aspek keteraturan, terutama dalam mengatasi pemukiman yang kurang

sehat dan marak terjadi pada daerah sepanjang pesisir pantai, yang rata-rata

di huni oleh pekerja sektor informal seperti para nelayan, buruh, pedagang

asongan dan lain-lain. Akibat pembangunan permukiman yang tidak teratur

serta tidak dilengkapi dengan sarana dan utilitas umum yang menyebabkan

kesemrawutan. Dampak permukiman kumuh dengan pola masyarakat yang

tidak sehat dan ketidakteraturan bangunan menimbulkan berbagai masalah

(Suparto, 2015).

B. TB Paru

1. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis complex. (PDPI,2006)

2. Anatomi Paru-Paru
22

Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah


hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. (Price,2005).

Gambar 1. Anatomi Paru-Paru Sumber (google images)

Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh


membrane mukosa bersilia.Ketika masuk rongga hidung, udara disaring,
dihangatkan, dan dilembabkan.Udara mengalir dari faring menuju laring atau
kotak suara.Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang
dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara.Ruang berbentuk
segitiga diantara pita suara (yaitu glotis) bermuara ke dalam trakea dan
membentuk bagian antara saluran pernapasan atas dan bawah.Glotis
merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan
bawah.Meskipun laring terutama dianggap berhubungan dengan fonasi, tetapi
fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting.Pada waktu menelan,
gerakan laring ke atas, penutupan glottis, dan fungsi seperti pintu dari
epiglottis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring, berperan untuk
mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esophagus. Jika benda
23

asing masih mampu masuk melampaui glotis, fungsi batuk yang dimiliki
laring akan membantu menghalau benda dan sekret keluar dari saluran
pernapasan bagian bawah(Price,2005).

Paru terletak dalam rongga toraks.Mediastinum sentral yang berisi


jantung dan beberapa pembuluh darah besar memisahkan paru tersebut.Setiap
Paru mempunyai apeks dan dasar.Pembuluh darah paru dan bronkial, bronkus,
saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus dan
membentuk akar paru.Paru kanan lebih besar daripada paru kiri dan dibagi
menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris. Fissura oblik memisahkan lobus
inferior dengan lobus medius dan lobus superior. Fissura minor memisahkan
lobus superior dengan lobus medius, terletak horizontal, ujung dorsal bertemu
dengan fissura oblik, ujung ventral terletak setinggi pars cartilaginis costa IV.
Pada facies mediastinalis fissure horizontal (fissure minor) melampaui bagian
dorsal hilus paru. Lobus medius adalah lobus yang terkecil dari lobus lainnya
dan berada di bagian ventrocaudal, bentuk paru kanan bentuknya lebih kecil
tetapi lebih berat dan total kapasitasnya lebih besar (Luhulima,2004).

Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen bronkusnya.


Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru kiri dibagi menjadi 9
(Cells,2017).

Sirkulasi darah ada hubungannya dengan fungsi respirasi.Sirkulasi


pulmonal adalah aliran darah dari ventrikulus dekstra, melalui arteri
pulmonalis, berakhir pada atrium dekstra.Pada sirkulasi pulmonal terjadi
pergantian karbondioksida dengan oksigen, yang berlangsung melalui dinding
alveolus, disebut respirasi eksterna.Respirasi interna adalah penggunaan
oksigen di jaringan, yang menghasilkan karbondioksida. Peredaran darah yang
berkaitan dengan nutrisi parenkim paru dilakukan oleh arteri dan vena
bronkialis (Luhulima,2004).
24

Ramus dekstra dan ramus sinistra arteri pulmonalis adalah percabangan


dari arteri pulmonalis yang membawa darah dari paru kanan dan paru kiri,
selanjutnya bercabang-cabang mengikuti percabangan bronkus dan
kapilerkapilernya mencapai alveolus.Paru kanan menerima sebuah cabang
dari arteri bronkialis, dan paru kiri menerima dua buah cabang dari arteri
bronkialis. Arteri ini dipercabangkan dari dinding ventral aorta thoracalis
proksimal (Luhulima,2004).

Persarafan paru berasal dari serabut saraf simpatis dan parasimpatis


(nervus vagus) yang membentuk pleksus pulmonalis anterior dan pleksus
pulmonalis posterior (Eisenberg,2007).

3. Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit paling mematikan di dunia:

a. Seperempat dari populasi dunia terinfeksi TB.

b. Pada tahun 2016, 10,4 juta orang di seluruh dunia menjadi sakit karena

penyakit TB. Ada 1,7 juta kematian terkait TB di seluruh dunia.

c. TB adalah pembunuh utama orang yang terinfeksi HIV.

Sebanyak 9.272 kasus TB (tingkat 2,9 kasus per 100.000 orang)

dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 2016. Ini adalah penurunan dari

jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2015 dan jumlah kasus terendah

yang tercatat di Amerika Serikat. Tingkat kasus 2,9 per 100.000 orang adalah

penurunan 3,6% dari 2015. Sementara Amerika Serikat terus membuat

kemajuan yang lambat, strategi saat ini tidak cukup untuk mencapai tujuan

eliminasi TB di abad ini (CDC, 2017).


25

Pada tahun 2014, diperkirakan ada 9.6 juta kasus insiden TB (kisaran,

9,1 juta – 10,0 juta) 3 secara global, setara 133 kasus per 100 000 populasi.

Jumlah absolut dari kasus-kasus insiden menurun secara perlahan, dengan

rata-rata 1,5% per tahun 2000−2014 dan 2,1% antara 2013 dan 2014.

Pengurangan kumulatif dalam Angka kejadian TB 2000–2014 adalah 18%.

(WHO, 2015).

Sebagian besar perkiraan jumlah kasus pada tahun 2014 terjadi di Asia

(58%) dan Wilayah Afrika (28%), 4 proporsi lebih kecil kasus terjadi di

wilayah Mediterania Timur (8%), Wilayah Eropa (3%) dan Wilayah Amerika

(3%). Enam negara yang menonjol jumlah terbesar kasus insiden pada tahun

2014 adalah India, Indonesia, Cina, Nigeria, Pakistan, dan Afrika Selatan; ini

dan lima negara lain yang membentuk sepuluh besar dalam hal jumlah kasus

India, Indonesia dan China sendiri menyumbang total gabungan 43% kasus

global pada tahun 2014 (WHO, 2015).


26

Gambar 2. Prevalensi Penyebaran Penyakit TB Tertinggi Di Dunia, Sumber : WHO,2015

Gambar 3. Jumlah Tb Pernegara Sumber: WHO,2015


Gambaran upaya penemuan kasus dapat diukur dengan mengetahui

banyaknya semua kasus TB yang ditemukan dan tercatat melalui indokator

case notification rate (CNR). CNR merupakan jumlah kasus TB baru yang

ditemukan dan dicatat di antara 100.000 penduduk di wilayah dalam periode


27

waktu tertentu. Indicator ini dapat digunakan untuk menggambarkan

penemuan semua kasus TB.

Gambar 4. Kasus TB perprovinsi sumber infodatin,2015

4. Patogenesis

a. Tuberkolosis primer

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan

bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang

pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini

mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang

reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah

bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh

pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek

primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai

kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib
28

sebagai berikut :

i. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali

(restitution ad integrum)

ii. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang

Ghon, garis fibrotic, sarang pengkapuran di hilus)

iii. Menyebar dengan cara :

- Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh

adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus,

biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang

membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas

bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis

akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus

yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang

atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.

- Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan

maupun ke paru sebelahnya atau tertelan

- Penyebaran secara hematogen danlimfogen. Penyebaran ini

berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman.

Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan

tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini

akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis


29

milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis

Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis

pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,

genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini

mungkin berakhir dengan: a) Sembuh dengan meninggalkan

sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah

mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau, b)

Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis

primer.

b. Tuberkulosis post primer

Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian

setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.

Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam

yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis

menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama

menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber

penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang

umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus

inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni

kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai

berikut :
30

i. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

ii. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses

penyembuhan dengan pembentukan jaringan fibrosis.

Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam

bentuk pengapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif

kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan

kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.

iii. Sarang pneumonia meluas, membentuk jaringan keju (jaringan

kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan

eju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian

dindingnya menebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan

menjadi :

- Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia

baru. Srang pneumonia ini akan mengikuti pola perjalanan

seperti yang disebutkan di atas

- Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut

tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan

menyembuh tetapi mungkin pula aktif kembali mencair

lagi dan menjadi kaviti lagi.

- Bersih dan sembuh yang disebut open healed cavity atau

kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya


31

mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang

terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang

(stellate shaped).

Gambar 6. Patofisologi TB Sumber : PDPI,2006

5. Klasifikasi TB

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,

tidak termasuk pleura.

Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)

TB paru dibagi atas:

a. Tuberculosis paru BTA (+) adalah : Sekurang-kurangnya 2 dari 3

spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif ,Hasil pemeriksaan


32

satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan

radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif, Hasil

pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

c. Tuberculosis paru BTA (-) adalah :

i. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,

gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis

aktif

ii. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan

biakan M. tuberculosis

6. Gambaran Klinis

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,

pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan

pemeriksaan penunjang lainnya

a. Gejala klinis

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru

maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ

yang terlibat)
33

i. Gejala respiratori : batuk > 2 minggu, batuk darah, sesak

napas, nyeri dada

ii. Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada

gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas

lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check

up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,

maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang

pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya

batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

iii. Gejala sistemik : demam, malaise, keringat malam,

anoreksia, BB menurun

iv. Gejala TB ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,

misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi

pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar

getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat

gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis

terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi

yang rongga pleuranya terdapat cairan.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai

tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan

yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan


34

(awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)

menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di

daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior

(S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada

pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas

bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda

penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis

tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi

ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai

tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar

getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan

metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran

kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”

c. Pemeriksaan Bakteriologi

1. Bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman

tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam

menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan

bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor

cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan


35

bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces

dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)

d. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain

atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada

pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran

bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang

dicurigai sebagai lesi TB aktif :

i. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior

lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah

ii. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan

opak berawan atau nodular

iii. Bayangan bercak milier


36

Gambar 9. Skema Alur Diagnosis TB Paru Pada Orang Dewasa, Sumber PDPI,2006

7. Terapi TB Paru

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-


3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan.
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
· Rifampisin, INH, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
· Kanamisin, Amikasin, Kuinolon
37

Kemasan
· Obat tunggal, Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol.
· Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination – FDC) Kombinasi
dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang


penting untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB
(multidrug resistant tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk
mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama WHO. International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi
dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun 1998.
Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:
1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep
minimal
2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan
kesalahan pengobatan yang tidak disengaja
3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan
yang benar dan standar
4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat
penurunan penggunaan monoterapi merupakan dosis yang efektif
atau masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik. Pada
38

kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila


mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter
spesialis paru / fasiliti yang mampu menanganinya.

8. Pengobatan Suportif / Simptomatik

Pada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila

keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat

jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau

suportif/simptomatis untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi

gejala/keluhan.

a) Pasien rawat jalan

i. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan

vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan

untuk pasien tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)

ii. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam

iii. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak

napas atau keluhan lain.

b) Pasien rawat inap

Indikasi rawat inap :


39

i. TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :Batuk darah massif,

Keadaan umum buruk, Pneumotoraks, Empiema, Efusi pleura

massif/bilateral, Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)

ii. TB di luar paru yang mengancam jiwa : TB paru milier, Meningitis

TB. Pengobatan suportif / simptomatis yang diberikan sesuai dengan

keadaan klinis dan indikasi rawat

9. Pencegahan (Harrison,2006)

a. Vaksinasi: Strain M. bovis yang dilemahkan, bacille Calmette-Gue'rin

(BCG), melindungi bayi dan anak kecil dari bentuk TB yang serius.

Khasiatnya tidak jelas dalam situasi lain.

b. Pengobatan infeksi laten

INH tidak boleh diberikan kepada orang dengan hati aktif penyakit

C. Alat Pengukur Intensitas Cahaya dan Kelembapan Udara

Pada penelitian ini kami menggunakan alat MS-6300 yang menggabungkan

antara termometer, kelembaban meter, lux meter, sound level meter, dan

anemometer.

Lux adalah satuan intensitas penerangan per meter persegi yang dijatuhi arus

cahaya 1 lumen 2. Luxmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur

intensitas penerangan dalam satuan lux.

Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur

besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu
40

untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan

yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan

sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya

yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan

digital.

Lux meter memiliki range intensitas cahaya antara 1 – 100.000 Lux. Lux

meter disusun oleh tiga komponen utama yaitu rangka, LED dan photodiode.

Prinsip kerja lux meter adalah dengan mengubah energi cahaya menjadi arus

listrik yang kemudian ditampilkan pada LED.

Syarat pengukuran intensitas cahaya :

1. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan

dilakukan

2. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan

Metode Pengukuran

1. Hidupkan luxmeter yang telah terkalibrasi dengan membuka penutup

sensor/ fotosel

2. Lakukan pengukuran pada titik yang sudah ditentukan, baik untuk

pengukuran intensitas penerangan setempat atau umum

3. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat

sehingga didapat nilai angka yang stabil

4. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan

5. Matikan luxmeter setelah selesai melakukan pengukuran


41

Cara kerja Lux meter :

1. Sebelum pengukuran, tutup fotosel dengan bahan tidak tembus cahaya dan

memastikan bahwa jarum/ display menunjukkan angka “O”

2. Sebelum pembacaan dilakukan pindahkan penutup dan biarkan sel terpapar

cahaya selama 5 menit

3. Bila pengukuran dilakukan pada bidang horizontal setinggi + 0,85 m di

atas lantai

4. Bila pengukuran dilakukan pada tangga atau koridor, maka luxmeter harus

di letakkan di lantai atau tempat injakan kaki

5. Bila tingkat iluminasi pada bidang vertikal atau condong diukur maka

pembacaan harus dilakukan pada bidang relevan

6. Bila pengukuran dilakukan di tempat karja dimana sumber cahaya lampu

TL atau lampu merkuri pembacaan dilakukan paling sedikit 5 menit setelah

lampu tersebut menyala

7. Pakaian surveyor hendaknya berwarna gelap. Hal ini untuk mencegah

pantulan cahaya dari pakaian surveyor

8. Pembacaan dilakukan dengan keadaan perabot dan penghuni ruang pada

posisi kerja normal

9. Bila suatu ruang kerja menggunakan cahaya alami dan buatan, maka

dilakukan :

i. Pengukuran dilakukan dengan semua lampu menyala, membuka tirai

sehingga sumber cahaya alami ikut terukur


42

ii. Pembacaan dilakukan setelah 5 menit terpajan

iii. Setelah pembacaan, matikan lampu lalu diukur kembali dan lakukan

pembacaan

iv. Hasil gabungan pada proses diatas pada poin a) dikurangi hasil

pembacaan poin

v. jika belum mewakili bisa dilakukan pengukurandi malam hari

(Rahmah, 2010)

Daftar standar pencahayaan setiap ruangan, standar ini diperuntukan bagi

semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaan gedung untuk mencapai penggunaan energi yang efisien.

Tabel. 5 Daftar Standar Pencahayaan


43

1. Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah

sumber cahaya ke arah tertentu dan diukur menggunakan luxmeter dengan

satuan Candela (Satwiko, 2004). Pada umumnya cahaya memiliki empat

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pencahayaan yaitu kontras, silau,

refleksi cahaya dan kualitas warna cahaya. Kemampuan mata manusia hanya

dapat melihat cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang diukur dalam

besaran pokok ini.

Sumber pencahyanan ada 2 yaitu :

a. Pencahayaan alami yaitu bersumber dari sinar matahari. Cahaya ini

sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen di

dalam rumah, misalnya kuman TBC, oleh karena itu, rumah yang

cukup sehat harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela),

luasnya sekurang-kurangnya 15%-20%. Perlu diperhatikan agar sinar

matahari dapat langsung ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh

bangunan lain. Fungsi jendela disini selain sebagai ventilasi, juga

sebagai jalan masuk cahaya. Selain itu jalan masuknya cahaya alamiah

juga diusahakan dengan genteng kaca.

b. Pencahayaan buatan yaitu bersumber dari pencahayaan yang dibuat

manusia seperti lampu pijar, lampu TL, lampu merkuri dan lainnya
44

2. Kelembapan Udara

Kelembaban udara dalam rumah minimal 40% – 70 % dan suhu ruangan

yang ideal antara 180C – 300C. Bila kondisi suhu ruangan tidak optimal,

misalnya terlalu panas akan berdampak pada cepat lelahnya saat bekerja dan

tidak cocoknya untuk istirahat. Sebaliknya, bila kondisinya terlalu dingin akan

tidak menyenangkan dan pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan

alergi. Hal ini perlu diperhatikan karena kelembaban dalam rumah akan

mempermudah berkembangbiaknya mikroorganisme antara lain bakteri

spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam

tubuh melalui udara ,selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan

membran mukosa hidung menjadi kering seingga kurang efektif dalam

menghadang mikroorganisme. Kelembaban udara yang meningkat merupakan

media yang baik untuk berkembangnya bakteri-bakteri termasuk bakteri

tuberkulosis. Kelembaban di dalam rumah dapat disebabkan oleh tiga faktor,

yaitu :

a) Kelembaban yang naik dari tanah ( rising damp)

b) Merembes melalui dinding ( percolating damp)

c) Bocor melalui atap ( roof leaks)

Untuk mengatasi kelembaban, maka perhatikan kondisi drainase atau

saluran air di sekeliling rumah, lantai harus kedap air, sambungan pondasi

dengan dinding harus kedap air, atap tidak bocor dan tersedia ventilasi yang

cukup (Adhalia dkk, 2016).

Anda mungkin juga menyukai