Anda di halaman 1dari 228

MODUL LOKAKARYA

BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


MODUL 2
PEMECAHAN KASUS
MENGGUNAKAN BUKU SAKU

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


PEMECAHAN KASUS
MENGGUNAKAN BUKU SAKU

 Untuk membantu pembaca mempelajari materi yang


terdapat di dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu,
WHO Indonesia dan Departemen Obstetri dan
Ginekologi FKUI telah mengembangkan sebuah modul
latihan yang dapat diakses di www.edukia.org.

 Modul tersebut terdiri dari sembilan belas contoh


kasus, disertai gambar dan video.
KASUS 1
PENCEGAHAN INFEKSI

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 1
PENCEGAHAN INFEKSI

Ny. I, berusia 22 tahun, datang ke Puskesmas pk. 10.00


bersama suami dan ibunya karena merasakan kontraksi di
rahimnya sejak 6 jam yang lalu. Ny I sedang hamil anak
pertama. Kini usia kehamilannya sudah memasuki 38
minggu dan Ny. I merasakan kontraksi uterus yang
semakin teratur dan kuat. Pemeriksaan menunjukkan
bahwa Ny. I telah memasuki persalinan kala I aktif.
KASUS 1
PENCEGAHAN INFEKSI

Apa saja upaya pencegahan infeksi yang harus dilakukan


pada kasus ini?

JAWABAN:

 Menyiapkan instrumen atau perlengkapan pertolongan


persalinan yang steril atau sudah melalui proses DTT.

 Menyiapkan tempat penampungan sampah tajam,


sampah medis medis, dan sampah non-medis.

 Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,


atau dengan cairan pembersih tangan berbahan dasar
alkohol bila tangan tidak terlihat kotor (lihat video).
KASUS 1
PENCEGAHAN INFEKSI

 Mengenakan sarung tangan steril atau DTT (lihat


video), dan menyiapkan sarung tangan steril
panjang jika sewaktu-waktu diperlukan. Sarung
tangan non-steril boleh digunakan hanya untuk
pemeriksaan dalam, memasang infus, memberikan
obat injeksi, dan mengambil darah.

 Mengenakan alat pelindung diri (lihat video): apron


panjang dari plastik atau bahan tahan air, sepatu bot
karet, kacamata pelindung.
KASUS 1
PENCEGAHAN INFEKSI

 Mencelupkan setiap instrumen yang telah


digunakan ke larutan klorin 0,5% (dekontaminasi),
dilanjutkan dengan pencucian, lalu sterilisasi atau
DTT sebelum digunakan kembali.
KASUS 1
PENCEGAHAN INFEKSI

 Mengelola sampah medis tajam dengan benar.


 Siapkan tempat penampungan sampah medis tajam yang
tidak dapat ditembus oleh jarum.
 Pastikan semua jarum dan spuit digunakan hanya satu kali.
 Jangan menutup kembali, membengkokkan, ataupun
merusak jarum yang telah digunakan.
 Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke
tempat penampungan sampah tajam tanpa
memberikannya ke orang lain.
 Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat penuh,
tutup, sumbat, atau plester wadah tersebut dengan rapat
lalu bakar dengan insinerator.
KASUS 1
PENCEGAHAN INFEKSI

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 1.2: Pencegahan Infeksi,
halaman 6.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 2
TERLAMBAT HAID

Pada tanggal 8 Oktober 2013, Ny. D, 22 tahun, datang ke


puskesmas karena terlambat haid 1 minggu. Ia merasakan
sedikit mual dan nafsu makan berkurang. Ia membawa
hasil tes kehamilan yang menunjukkan hasil positif. Hari
pertama haid terakhirnya adalah pada tanggal 1
September 2013. Ia memiliki siklus haid yang teratur, 28 –
30 hari. Ini merupakan kehamilan pasien yang pertama.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

1. Bagaimana memastikan kehamilan pada kasus ini?

JAWABAN:

Berdasarkan data awal, didapatkan beberapa gejala dan


tanda yang dapat dijumpai pada kehamilan seperti:

 terlambat haid

 mual dan nafsu makan berkurang

 tes kehamilan positif.

Namun gejala dan tanda tersebut tidak dapat memastikan


terjadinya kehamilan.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

Pemeriksaan ultrasonografi trimester pertama dapat


memastikan adanya kehamilan dan usia kehamilan,
dengan ditemukannya kantung kehamilan, yolk
sac (kantung kuning telur), fetal echo, denyut jantung
janin. Pemeriksaan USG juga berguna untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik,
menentukan jumlah kehamilan, dan menemukan adanya
kelainan pada uterus dan adneksa seperti mioma atau
kista ovarium.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

2. Berapa usia kehamilan saat ini?

JAWABAN:

Berdasarkan hari pertama haid terakhir (1 September


2013), usia kehamilan pasien saat datang adalah 7
minggu dengan taksiran persalinan 8 Juni 2014.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

Taksiran persalinan didapatkan dari:

 tanggal ditambah 7  1+7 = 8

 bulan dikurangi 3  9-3 = 6

 tahun ditambah 1  2013+1 = 2014

CATATAN: Penentuan taksiran persalinan dari hari pertama


haid terakhir ini hanya dapat digunakan pada ibu yang
memiliki siklus haid yang teratur.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

3. Bagaimana cara melakukan deteksi dini risiko


komplikasi atau penyulit kehamilan?

JAWABAN:

Pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, perlu


dilengkapi data-data dibawah ini untuk menapis adanya
kemungkinan risiko terjadinya kompilkasi atau penyulit
kehamilan.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

 Anamnesis: identitas, riwayat kontrasepsi, riwayat


obstetri sebelumnya, catatan kehamilan saat ini dan
riwayat medis lainnya.

 Pada pasien ini, kehamilan merupakan kehamilan


pertama, sehingga catatan riwayat kehamilan
sebelumnya dapat dilewati.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

 Pemeriksaan fisik umum: tanda vital, status nutrisi (IMT,


lingkar lengan atas), status generalis dan status obstetri.

 Pemeriksaan status obstetri pada pasien ini adalah


melihat vulva dan perineum serta melakukan
pemeriksaan spekulum untuk menyingkirkan kelainan
seperti fluor albus, polip serviks, atau kondiloma
akuminata.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

 Pemeriksaan penunjang:

 Ultrasonografi

 Laboratorium: hemoglobin, golongan darah dan rhesus, tes


HIV dan malaria, urinalisis dan gula darah.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

4. Suplementasi dan vaksinasi apa yang perlu diberikan?

JAWABAN:

Ibu diberikan 30-60 mg zat besi elemental (setara dengan


sulfas ferosus 150-300 mg) dan 400 ug asam folat setiap
hari sesegera mungkin. Efek samping yang mungkin
ditemukan dengan pemberian suplemen besi adalah mual,
muntah dan konstipasi. Hindari konsumsi suplemen besi
bersamaan dengan teh atau kopi, sebaliknya berikan
bersamaan dengan vitamin C. Imunisasi TT diberikan sesuai
dengan status imunisasinya.
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

5. Konseling apa yang perlu diberikan saat ini?

JAWABAN:

Pada kunjungan pertama pada trimester pertama


kehamilan, berikan edukasi tentang:

 usia kehamilan dan taksiran persalinan

 frekuensi yang dianjurkan untuk melakukan perawatan


antenatal
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

 nutrisi dan kenaikan berat badan yang dianjurkan selama


kehamilan

 gejala dan tanda yang mungkin dijumpai akibat perubahan


fisiologi kehamilan seperti mual, muntah, konstipasi, pusing,
payudara menegang atau perubahan mood dan nafsu
makan

 larangan untuk mengkonsumsi rokok, alkohol ataupun


obat-obatan terlarang yang dapat menganggu kehamilan

 aktivitas fisik, olah raga, berhubungan seksual selama


kehamilan
KASUS 2
TERLAMBAT HAID

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 2.1: Asuhan Antenatal,
halaman 22.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Ny. N 30 tahun, G2P1, datang ke puskesmas pada tanggal


10 Oktober 2013 untuk melakukan pemeriksaan
kehamilannya. Hari pertama haid terakhirnya 14 Maret
2013. Sebelumnya, ia sudah melakukan pemeriksaan
kehamilan sebanyak 3 kali. Pada tanggal 9 Mei 2013 Ny. N
melakukan pemeriksaan kehamilan pertama dan
melakukan pemeriksaan USG dengan hasil sesuai dengan
kehamilan 8 minggu, janin tunggal intrauterin.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Saat ini tidak ada keluhan dan gerakan janin dirasakan


aktif. Kenaikan berat badan selama kehamilan 5 kg. BB
sebelum hamil 54 kg, TB 160 cm (IMT 21). Pada pasien ini
didapatkan: tinggi fundus uteri 27 cm, bokong, punggung
di sisi kanan ibu, kepala, 5/5, DJJ 156 kali per menit. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium pada usia kehamilan 26
minggu didapatkan: Hb 10.6 g/dL. Selama kehamilan
pasien mendapatkan suplementasi zat besi dalam bentuk
sediaan sulfas ferosus 1x sehari dan asam folat 400
ug/hari.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

1. Berapa usia kehamilan saat ini?

JAWABAN:

Berdasarkan hari pertama haid terakhir dan pemeriksaan


USG, usia kehamilan pasien saat ini adalah 30 minggu
dengan taksiran persalinan 21 Desember 2013.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Leopold?

JAWABAN:

Lihat video palpasi abdomen menggunakan manuver


Leopold I-IV.

 Leopold I: menentukan
tinggi fundus uteri dan
bagian janin yang
terletak di fundus uteri
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

 Leopold II: menentukan bagian


janin pada sisi kiri dan kanan
ibu (dilakukan mulai akhir
trimester II)

 Leopold III: menentukan


bagian janin yang terletak di
bagian bawah uterus (dilakukan
mulai akhir trimester II)
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

 Leopold IV: menentukan berapa


jauh masuknya janin ke pintu
atas panggul (dilakukan bila
usia kehamilan >36 minggu)

CATATAN: Jangan lupa lakukan juga auskultasi denyut


jantung janin menggunakan fetoskop atau Doppler
(jika usia kehamilan > 16 minggu)
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

3. Bagaimana pertumbuhan janin pada kasus ini?

JAWABAN:

Tinggi fundus uteri yang normal pada usia kehamilan 30


minggu adalah 28-32 cm. Pada pasien ini tinggi fundus uteri
adalah 27 cm (di bawah persentil 5). Pada keadaan ini perlu
dicurigai adanya janin kecil masa kehamilan/pertumbuhan
janin terhambat atau jumlah cairan ketuban yang
berkurang/oligohidramnion. Langkah selanjutnya adalah
melakukan pemeriksaan USG atau merujuk pasien untuk
melakukan pemeriksaan USG apabila alat tidak tersedia.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

4. Apa masalah yang muncul dari hasil pemeriksaan


laboratorium pada kasus ini? Bagaimana tatalaksana
selanjutnya?

JAWABAN:

Pada pasien ini didapatkan anemia dengan kadar Hb 10.6


g/dL. Apabila memungkinkan cari penyebab anemia.
Dengan melakukan pemeriksaan tambahan seperti
pemeriksaan apus darah tepi, atau ferritin untuk melihat
cadangan besi.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Apabila pemeriksaan lanjutan tidak memungkinkan, pasien


dapat diberikan sediaan besi yang mengandung besi
elemental 60 mg sebanyak 2-3x/hari. Pemberian sediaan
besi ini selain untuk terapi juga untuk mendiagnosis adanya
defisiensi besi pada pasien.

Lakukan pemeriksaan kadar hemoglobin setelah 1 bulan


pemberian. Apabila ada kenaikan kadar hemoglobin,
lanjutkan pemberian sampai hingga 3 bulan, namun apabila
tidak ada perbaikan segera rujuk pasien ke pusat pelayanan
yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia lainnya.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

5. Edukasi apa yang dapat diberikan terkait kenaikan


berat badan ibu?

JAWABAN:

Pasien dengan IMT 21 (normal), kenaikan BB yang


dianjurkan selama kehamilan adalah 11.5-16 kg (1-1.5
kg/bulan). Pada pasien ini kenaikan BB hanya 5 kg dan
janin kecil saat usia kehamilan 30 minggu. Malnutrisi ini
mungkin juga merupakan penyebab anemia pada pasien.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Berikan tambahan makanan pemulihan untuk ibu hamil


yang tersedia di puskesmas. Selain itu berikan informasi
kepada ibu nutrisi yang dianjurkan selama kehamilan. Pada
ibu hamil normal kebutuhan kalori tambahan selama hamil
adalah 300-500 kcal. Namun karena kenaikan BB pada
pasien kurang dari yang direkomendasikan, kebutuhan kalori
yang diperlukan lebih banyak lagi.
KASUS 3
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 2.1: Asuhan Antenatal,
halaman 22.
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

Ny. C, 27 tahun, G2P1 hamil 39 minggu, datang ke


Puskesmas pada pukul 08.00 WIB diterima oleh bidan A,
tanggal 15 September 2013 dengan keluhan utama
mules-mules sejak 8 jam yang lalu.
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

1. Bagaimana rencana penanganan kasus ini?

JAWABAN:
 Melakukan anamnesis yang terstruktur
 Melakukan pemeriksaan keadaan umum, tanda vital
 Melakukan pemeriksaan fisik
 Melakukan pemeriksaan status obstetrik, mulai dari
pemeriksaan Leopold dan diikuti dengan pemeriksaan
dalam
 Melakukan pemeriksaan kardiotokografi bila tersedia
(lihat video)
 Melakukan pemeriksaan laboratorium berupa
pemeriksaan darah dan urin rutin.
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

Pada pemeriksaan didapatkan his 3 kali dalam 10 menit ,


lamanya 30 detik. Penurunan kepala 4/5, denyut jantung
janin 150 kali/menit, tekanan darah 120/80 mmHg,
temperatur 36,7°C dan frekuensi nadi 88 kali/menit.
Cairan ketuban berwarna jernih. Pada pemeriksaan dalam,
didapatkan porsio anterior, lunak, pembukaan 4 cm, tebal
1 cm, tidak ada molase. Tidak didapatkan edema dan
kadar Hb 11 g/dl. Tidak didapatkan proteinuria dan
aseton dari pemeriksaan laboratorium.
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

2. Buatlah partograf sesuai kasus diatas!

JAWABAN:

[akan ditampilkan di akhir pembahasan kasus]


KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

3. Kapan anda akan melakukan pemeriksaan ulang?


JAWABAN:
 Nadi: setengah jam kemudian ( pukul 08.30)
 Pemeriksaan denyut jantung janin dan His: setengah
jam lagi (pukul 08.30)
 Tekanan darah: 1 jam kemudian ( pukul 09.00)
 Suhu: 4 jam kemudian (pukul 12.00)
 Pemeriksaan dalam: 4 jam lagi (pukul 12.00)
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

4. Lanjutkan pengisian partograf!

JAWABAN:
[akan ditampilkan di akhir kasus]
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

5. Kapan anda akan melakukan pemeriksaan dalam


kembali?

JAWABAN:
2 jam kemudian ( pukul 14.00)
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

6. Apakah langkah selanjutnya pada pasien ini?

JAWABAN:
 Melakukan amniotomi
 Memimpin meneran dan mengajari ibu bagaimana
cara meneran yang baik
 Menerangkan bahwa ibu dapat memilih posisi mana
saja untuk melahirkan yang dirasa lebih nyaman
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

7. Lanjutkan pengisian partograf! Bagaimana hasil


akhir pengisian partograf?
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA
KASUS 4
MULAS TERATUR DISERTAI KELUARNYA
LENDIR DAN DARAH DARI VAGINA

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 2.2: Asuhan Persalinan Normal
dan Perawatan Neonatal Esensial pada Saat Lahir, halaman 36.
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

Ny. N, 20 tahun, baru saja melahirkan anak pertamanya 6


jam yang lalu. Persalinan berlangsung normal, skor APGAR
8/10. Saat ini kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan
per vaginam. Terdapat laserasi vagina derajat I, namun darah
sudah berhenti mengalir. Tekanan darah 120/70 mmHg,
frekuensi nadi 90 kali/menit. Ibu belum berkemih. Berat
badan bayi 2700 gram. Frekuensi napas 50 kali/menit, suhu
tubuh 37°C. Bayi sudah diberikan salep mata antibiotika,
suntikan vitamin K, dan hepatitis B. Saat ini bayi menyusu,
namun ASI ibu hanya keluar sedikit.
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

1. Persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum ibu


dan bayi boleh dipulangkan?
JAWABAN:
 Mengajarkan ibu merawat kebersihan diri, meliputi cara
membersihkan vulva, mengganti pembalut, mencuci
tangan dengan sabun dan air besih, dan perawatan luka
laserasi.
 Menjelaskan ibu mengenai kebutuhan istirahat, latihan,
dan gizi di masa nifas. Suplemen besi dapat diberikan
hingga 3 bulan pascasalin, terutama di daerah dengan
prevalensi anemia tinggi.
 Memberikan ibu kapsul vitamin A 200.000 IU dan
meminta ibu mengkonsumsi kapsul berikut 24 jam
kemudian.
 Menjelaskan ibu cara merawat payudara.
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

 Menjelaskan dan menawarkan ibu berbagai pilihan


metode kontrasepsi untuk menunda kehamilan
berikut.
 Menjelaskan ibu cara merawat bayi, termasuk cara
merawat tali pusat, memberikan ASI, dan memandikan
bayi.
 Menunda pemulangan ibu hingga ibu berkemih.
 Tidak memandikan bayi sebelum 24 jam.
 Melakukan pemeriksaan fisik lengkap terhadap bayi.
 Pemulangan bayi paling cepat dilakukan 24 jam
setelah lahir. Biasanya mekonium telah keluar sebelum
periode ini berakhir.
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

2. Kapan ibu dan bayi harus melakukan kunjungan


ulang?

JAWABAN:
 Ibu harus melakukan kunjungan ulang 6 hari setelah
persalinan, 2 minggu setelah persalinan, dan 6 minggu
setelah persalinan. Bayi harus melakukan kunjungan
ulang 3-7 hari setelah persalinan dan 8-28 hari setelah
persalinan.
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

3. Pemeriksaan apa yang harus dilakukan saat


kunjungan berikutnya?

JAWABAN:
 Untuk ibu: tekanan darah, perdarahan pervaginam,
kondisi perineum, tanda infeksi, kontraksi uterus,
tinggi fundus (involusi uterus), dan temperatur.
 Untuk bayi: pemeriksaan fisik (termasuk kondisi tali
pusat), berat badan, suhu, kebiasaan menyusu.
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

Tiga minggu setelah persalinan, Ny. N datang kembali


menemui dokter. Payudara kanannya terasa sakit sejak
dua hari yang lalu dan kini badannya demam.
Sebelumnya, ia menyusui seperti biasa, namun dua hari
yang lalu ia mulai merasakan nyeri yang makin lama
makin memberat di payudara kanannya. Payudaranya
tersebut juga mengeras dan memerah. Pada pemeriksaan,
suhunya 38,5°C dan frekuensi nadinya 100 kali/menit.
Terdapat indurasi di bagian atas-luar payudara kanan
dengan kemerahan dan nyeri tekan. Terdapat fluktuasi di
jaringan payudara ketika dipalpasi. Tidak ada nyeri tekan
abdomen dan tidak ada nyeri ketok CVA. Pemeriksaan
pelvis tidak menunjukkan kelainan.
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

4. Apa tanda bahaya masa nifas yang ditemukan pada


ibu ini?

JAWABAN:
 Demam dan nyeri payudara
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

5. Apa diagnosis yang paling mungkin?

JAWABAN:
 Mastitis dengan abses payudara
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

6. Apa tatalaksana yang harus dilakukan?


JAWABAN:
 Lakukan insisi dan drainase abses
 Berikan antibiotika :
 Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam selama 10-14 hari
 ATAU eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10-14 hari
 Pompa payudara untuk mengeluarkan isinya.
 Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak
dan nyeri.
 Berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral.
 Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
 Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
KASUS 5
NYERI PAYUDARA SETELAH
MELAHIRKAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 6.5: Mastitis, halaman 226.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

Ny. M, berusia 20 tahun, sedang hamil anak pertama dengan


usia kehamilan 11 minggu, datang ke Puskesmas karena rasa
mual yang makin hebat sejak dua minggu yang lalu.
Berdasarkan keterangan suami, Ny. M sudah berkonsultasi ke
bidan dan diberikan obat tapi pasien tidak tahu namanya.
Setelah minum obat, mual agak berkurang, namun sejak
seminggu yang lalu, ia kembali mual. Obat yang diberikan
tidak lagi membuatnya merasa lebih baik, dan sejak dua hari
yang lalu ia muntah setiap kali makan. Semenjak timbul rasa
mual tersebut Ny. M agak kesulitan untuk makan dan
minum, karena setiap habis makan dan minum, akan timbul
rasa mual yang menyebabkan terjadinya muntah.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

Hari ini, Ny. M sudah muntah lebih dari sepuluh kali, dengan volume
kira-kira seperempat hingga setengah gelas belimbing setiap kali
muntah. Ia merasa lemas dan berkeringat dingin. Ia belum buang air
besar sejak empat hari yang lalu. Terakhir buang air kecil dua jam
yang lalu, jumlahnya sedikit dan berwarna kuning pekat. Sebelum
hamil, Ny. M memiliki riwayat sakit maag. Ia sering minum obat maag
cair dan biasanya langsung merasa lebih baik. Sebelumnya Ny. M
tidak pernah mengalami apa yang kini ia alami.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak lemas, cenderung apatis.
Tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 108 kali per menit,
frekuensi pernapasan 24 kali per menit. Suhu badan normal.
Membran mukosa tampak kering. Tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid. Terdapat nyeri tekan epigastrium. Turgor kulit menurun. Rahim
tidak teraba pada palpasi abdomen.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

1. Apa diagnosis awal pada kasus ini ? Data apa saja


yang mendukung diagnosis tersebut ?
JAWABAN:
Pasien ini didiagnosis awal sebagai hiperemesis
gravidarum. Data yang mendukung untuk diagnosis awal
ini adalah gejala berupa rasa mual yang hebat dan
muntah yang cukup sering sehingga pasien kesulitan
untuk melakukan makan dan minum. Akibatnya pasien
dicurigai mengalami dehidrasi berdasarkan tanda-tanda
dehidrasi seperti tekanan darah yang turun, frekuensi
nadi yang cepat, frekuensi nafas yang cepat, turgor kulit
yang menurun dan produksi urin yang berkurang.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

2. Berdasarkan teori yang ada, apa penyebab kejadian


hiperemesis gravidarum ?
JAWABAN:
Kejadian hiperemesis gravidarum dikaitkan dengan
peningkatan kadar hormon hCG (human chorionic
gonadotrophin) dan estrogen. Peningkatan kadar hormon
hCG berasal dari sel-sel trofoblas dapat memicu kondisi
hipertiroid karena bereaksi silang dengan hormon
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan juga
mempengaruhi distensi dari saluran cerna.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

Peningkatan hormon estrogen yang berasal dari plasenta


dapat memicu gangguan motilitas saluran cerna,
peningkatan enzim hati serta memudahkan terjadinya
refluks gastro-esofageal. Oleh karena itu segala hal yang
terkit dengan peningkatan produksi hormon hCG oleh
plasenta dihubungkan dengan kondisi hiperemesis,
seperti pada kondisi kehamilan ganda atau mola
hidatidosa.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

3. Apa diagnosis banding untuk kasus ini ?

JAWABAN:
Gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), gangguan saluran
cerna (esofagitis, gastroenteritis, ulkus peptik, hepatitis,
pankreatitis, irritable bowel syndrome), gangguan saluran
kemih (nefrolitiasis).
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

4. Pemeriksaan laboratorium apa yang Anda


rencanakan?

JAWABAN:
Pemeriksaan darah tepi, elektrolit, gula darah sewaktu,
ureum, kreatinin, SGOT, SGPT dan urinalisis.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

Berikut adalah hasil pemeriksaan laboratorium yang telah


dilakukan.

Hemoglobin 11 g/dL
Hematokrit 35 vol%
Leukosit 8900/uL
Trombosit 298000/uL
Natrium 126 mEq/L
Kalium 3,0 mEq/L
Klorida 90 mEq/L
Gula darah sewaktu 70 mg/dL
Urea 20 mg/dL
Kreatinin 1 mg/dL
SGOT 35 U/L
SGPT 32 U/L

BJ 1,030, protein (-), eritrosit (-), nitrat (-),


Urinalisis
leukosit (-), keton (+++), glukosa (-)
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

5. Kelainan apa saja yang ditemukan dari hasil


pemeriksaan laboratorium di atas ?
JAWABAN:
Didapatkan adanya hemokonsentrasi yang mungkin
disebabkan oleh kondisi dehidrasi, di mana hematokrit
meningkat. Terdapat penurunan kadar elektrolit (natrium,
kalium maupun klorida) yang diakibatkan oleh karena
hilangnya cairan akibat muntah-muntah yang hebat.
Akibat dehidarsi juga didapatkan berat jenis urin yang
meningkat. Peningkatan keton urin menunjukkan bahwa
akibat kesulitan asupan dan mual muntah hebat, maka
tubuh pasien mulai menggunakan sumber energi di luar
karbohidrat sehingga memberikan hasil sampingan
berupa badan keton.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

6. Apakah ada pemeriksaan penunjang lain yang


perlu dilakukan untuk mencoba mencari
penyebab masalah ?

JAWABAN:
Pemeriksaan ultrsonografi untuk memastikan ada atau
tidaknya kehamilan ganda atau kehamilan mola.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

7. Bagaimana rencana tatalaksana selanjutnya?


JAWABAN:
 Hentikan seluruh asupan bahan-bahan yang dapat
memicu rasa mual, seperti pemberian tablet besi.
 Pasang kanula intravena dan lakukan resusitasi cairan.
Pemberian cairan Ringer Laktat (RL) hingga 2000 cc dapat
diberikan antara 3-5 jam, dan pemberian cairan
dilanjutkan untuk mempertahankan produksi urine paling
tidak 100 cc per jam.
 Berikan suplemen multivitamin secara intravena. Thiamine
100 mg IV dapat diberikan sebelum pemberian infus
dextrosa untuk mencegah terjadinya ensefalopati
Wernicke.
 Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV
selama 20 menit, setiap 4-6 jam sekali
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

 Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini:


 Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
 Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
 Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
 Metoklopramid 5-10 mg IV tiap 8 jam
 Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8
jam ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam
atau 1 mg/jam terus-menerus selama 24 jam
 Pasien untuk sementara dipuasakan hingga toleransi untuk
melakukan intake makanan dan minuman berangsur pulih.
 Hitung kebutuhan cairan dan kalori pasien setiap harinya.
 Koreksi gangguan elektrolit yang terjadi.
KASUS 6
MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.1: Mual dan Muntah
pada Kehamilan, halaman 82.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

Ny. M, berusia 26 tahun, datang ke poliklinik sebuah


rumah sakit di usia kehamilan 31 minggu untuk
memeriksaan kehamilannya. Saat Ny. M menjalani
kehamilan yang keempat. Ketiga anak sebelumnya lahir
cukup bulan, dilahirkan secara pervaginam dan spontan.
Namun demikian, saat melahirkan anaknya yang ketiga
(kini berusia 18 bulan), Ny. M mengalami komplikasi
perdarahan pascasalin hingga ditransfusi 4 kantong
darah.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

Di kehamilannya kali ini, Ny. M sering merasa lelah karena


merawat tiga anaknya. Namun demikian, ia merasa
kehamilannya baik-baik saja karena dapat merasakan gerak
bayinya lebih dari sepuluh kali sehari.

Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 125/70


mmHg. Berat badan 54 kg, tinggi badan 158 cm. Konjungtiva
pucat, sklera tak ikterik. Pemeriksaan abdomen tidak
ditemukan pembesaran hepar dan lien. Tinggi fundus 30 cm,
denyut jantung janin 150 kali per menit. Pemeriksaan
ultrasonografi menunjukkan biometri janin sesuai dengan
usia kehamilan 31 minggu dan aktivitas janin baik.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

Berikut adalah hasil pemeriksaan laboratorium rutin Ny. M.

Hemoglobin 8,5 g/dL


Hematokrit 25 vol%
MCV 78 fL
MCH 26 pg
Leukosit 8,400 /uL
Trombosit 237,000 /uL

gambaran mikrositik-hipokrom, tidak terdapat


Sediaan apus darah tepi gambaran kelainan morfologi sel darah merah,
dan tidak terdapat gambaran parasit

Golongan darah A (+)


Urinalisis tidak ada kelainan
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

1. Apakah terdapat kelainan pada hasil temuan klinis


atau penunjang?

JAWABAN:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjugtiva yang
anemis. Pada hasil pemeriksaan penunjang didapatkan
kadar hemoglobin yang rendah, serta MCV dan MCH
yang rendah.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

2. Apa diagnosis pada kasus ini? Temuan apa yang


mendukung diagnosis tersebut?

JAWABAN:
Pasien didiagnosis menderita anemia dalam kehamilan.
Menurut batasan WHO seorang wanita yang memiliki Hb
< 11 g/dL dapat dikategorikan menderita anemia.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

3. Apa kemungkinan penyebab dari diagnosis


tersebut?

JAWABAN:
Anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan
jenis anemia yang sering terjadi pada kehamilan. Hal yang
mendukung diagnosis ini adalah kadar hemoglobin yang
rendah serta MCV (normal 84-97 um3) dan MCH (27-32
pg) yang rendah.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

4. Pemeriksaan apa yang digunakan untuk


mengkonfirmasi penyebab dari diagnosis tersebut?

JAWABAN:
Apabila fasilitasnya tersedia, maka dapat
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
kadar feritin, serum iron (SI), dan transferin iron binding
capacity (TIBC). Kadar feritin akan menggambarkan
cadangan besi (iron storage). SI akan menggambarkan
kadar besi di dalam serum. Sementera TIBC menunjukkan
seberapa jenuh ikatan transferin terhadap besi. Apabila
terdapat kondisi anemia yang diakibatkan oleh karena
kekurangan zat besi, maka kadar feritin akan menurun,
kadar SI juga akan menurun, sementara TIBC akan
meningkat.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

5. Apa implikasi kelainan pada ibu tersebut terhadap


kehamilannya?

JAWABAN:
 Bayi berat badan lahir rendah
 Ancaman persalinan preterm
 Gangguan vaskularisasi plasenta
 Ancaman terjadinya perdarahan post-partum
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

6. Bagaimana rencana penanganan selanjutnya?

JAWABAN:
 Setelah defisiensi besi dapat dipastikan berikan 180 mg
besi elemental setiap hari setelah makan. Tablet yang saat
ini banyak tersedia fasilitas kesehatan adalah tablet
tambah darah yang berisi sulfas ferosus setara dengan 60
mg besi elemental serta 250 μg asam folat. Pada ibu
hamil dengan anemia, berikan tablet tersebut 3 kali
sehari.
 Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan
pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.Apabila
setelah 90 hari terapi kadar hemoglobin tidak meningkat,
rujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk
mencari penyebab anemia lebih lanjut.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

7. Apa yang perlu diinformasikan kepada pasien yang


akan menjalani terapi tablet besi per oral?

JAWABAN:
 Sepuluh persen pasien yang menjalani terapi tablet
besi per oral akan mengalami efek samping gastro-
intestinal berupa mual, muntah, konstipasi, keram
perut, dan diare. Selain itu pasien yang mengkonsumsi
tablet besi per oral juga dapat mengalami fesesnya
berwarna hitam.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

8. Apa yang perlu dilakukan sekiranya efek samping


akibat penggunaan tablet besi per oral tersebut
terjadi pada pasien?

JAWABAN:
Efek samping gastro-intestinal umumnya sangat
berhubungan dengan dosis obat. Oleh karena itu dapat
dilakukan beberapa alternatif. Alternatif yang pertama
adalah mereduksi dosis obat hingga dosis yang dapat
ditoleransi oleh pasien. Alternatif berikutnya adalah
meminum obat itu saat makan dan bukan setelah makan.
Meski disadari pemberian tablet besi bersama-sama
dengan makanan dapat mengurangi penyerapan besi.
Alternatif yang terakhir adalah dengan mengganti jenis
sediaan besi oral yang dipakai menjadi jenis lain yang
efek sampingnya lebih minimal.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

9. Apa yang dapat dilakukan oleh pasien untuk


meningkatkan penyerapan besi pada saat terapi
besi per oral?

JAWABAN:
Pasien dapat menghindari beberapa jenis makanan dan
minuman yang bila dikonsumsi bersamaan dengan tablet
besi dapat mengurangi penyerapan besi, seperti : teh,
kopi, bayam, lemak, sereal, produk kedelai, susu dan
produk berasal dari susu serta kalsium. Sementara
konsumsi daging, ayam, ikan, sayuran (kecuali bayam),
buah, vitamin C, dan gula dapat meningkatkan
penyerapan besi.
KASUS 7
LEMAS DAN PUCAT PADA KEHAMILAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 5.1: Anemia, halaman 160.
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

Ny. E 41 tahun, G4P3 datang ke Puskesmas pada tanggal


10 Oktober 2013 untuk melakukan pemeriksaan
antenatal. Hari pertama haid terakhir adalah pada tanggal
14 Februari 2013. Pasien baru melakukan pemeriksaan
kehamilannya 1 kali pada usia kehamilan 4 bulan,
dikatakan normal. Pemeriksaan USG belum pernah
dilakukan.
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

Saat ini Ny. E tidak merasakan keluhan. Riwayat penyakit


dahulu ataupun keluarga disangkal. Riwayat persalinan
sebelumnya:
1. laki-laki, 17 tahun, lahir spontan di puskesmas, berat
lahir 2800 g
2. laki-laki, 16 tahun, lahir spontan di bidan, berat lahir
3000 g
3. perempuan, 10 tahun, lahir spontan di puskesmas, berat
lahir 2900 g
4. kehamilan yang sekarang
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

Pada pemeriksaan didapatkan: tekanan darah 140/90


mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi
pernapasan 22 kali/menit. Status generalis dalam batas
normal kecuali edema di kedua tungkai. Status obstetri:
tinggi fundus uteri 31 cm, bagian terendah janin adalah
kepala, penurunan 5/5, punggung kiri, DJJ 150 kali/menit.
Protein urin (diperiksa dengan stik) negatif. Kadar Hb 11
g/dL.
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

1. Apa diagnosis pada kasus ini?


JAWABAN:
Perlu dilakukan pemeriksaan ulang sebelum memutuskan
diagnosis hipertensi pada pasien ini. Diagnosis hipertensi
ditegakkan apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada dua
kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam. Pengukuran tekanan
darah dilakukan setelah pasien beristirahat dengan posisi
berbaring atau duduk. Apabila setelah dua kali pengukuran
didapatkan tekanan darah tetap 140/90 mmHg pada pasien
ini, maka diagnosis pada pasien ini adalah hipertensi dalam
kehamilan mengingat:
 Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
 Tidak ada riwayat hipertensi pada pemeriksaan
sebelumnya
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

2. Bagaimana tatalaksana kasus ini?

JAWABAN:
Tatalaksana pada pasien ini adalah pantau tekanan darah
dan proteinuria tiap minggu.
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

Satu minggu kemudian, Ny. E melakukan pemeriksaan


ulang. Ia kadang-kadang merasakan sakit kepala. Keluhan
lain disangkal. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi nadi 90
kali/menit, frekuensi pernapasan 22 kali/menit. Status
generalis lain dalam batas normal. Dari pemeriksaan
status obstetri didapatkan: tinggi fundus uteri 31 cm,
bagian terendah janin adalah kepala, penurunan 5/5,
tidak ada kontraksi, DJJ 148 kali/menit. Protein urin +3.
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

3. Apa diagnosis pada kasus ini?

JAWABAN:
Diagnosis pasien pada saat ini adalah preeklampsia berat
pada G4P3 hamil 35 minggu.
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

4. Bagaimana tatalaksana kasus ini?

JAWABAN:
 Pasien dengan preeklampsia berat segera dirujuk ke
rumah sakit.
 Sebelum melakukan rujukan pasien dapat diberikan
dosis awal MgSO4 40% 4 g IV untuk pencegahan
kejang. Pada saat melakukan rujukan pasien dapat
dipasang jalur intravena dahulu sebelumnya dan
diberikan cairan kristaloid yang berisi MgSO4 dosis
rumatan 1 g/jam.
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

Sebelum memberikan MgSO4, pastikan syarat pemberian


MgSO4 sudah terpenuhi, yaitu: Tersedia Ca Glukonas 10%
 Ada refleks patella
 Frekuensi napas >16 kali/menit
 Jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam
 Lakukan pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, tiap jam serta lakukan pula pemantauan refleks
patella, jumlah urin dan tanda perburukan preeclampsia berat.
 Antihipertensi juga perlu diberikan pada pasien dengan
hipertensi berat seperti pada pasien ini. Obat antihipertensi
yang dapat digunakan adalah nifedipin 10 mg oral. Jangan
memberikan obat ini secara sublingual karena dapat
memberikan efek hipotensi yang dapat mempengaruhi ibu dan
janin.
 Segera lakukan rujukan pasien ke rumah sakit setelah
melakukan tatalaksana awal.
KASUS 8
TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.8: Hipertensi dalam
Kehamilan, Preeklampsia, dan Eklampsia, halaman 109.
KASUS 9
KEJANG PADA KEHAMILAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 9
KEJANG PADA KEHAMILAN

Ny. K 18 tahun, G1, datang ke puskesmas diantar oleh


keluarganya karena kejang 1 kali di rumah. Pasien belum
pernah melakukan pemeriksaan antenatal sebelumnya di
puskesmas. Pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 kali di bidan
pada saat usia kehamilan 5 bulan. Menurut keluarga usia
kehamilan pasien saat ini adalah 8 bulan. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit dahulu sebelumnya.

Pada saat datang didapati: kesadaran somnolen, tekanan


darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 98 kali/menit,
frekuensi pernapasan 22x/menit, protein urin (diperiksa
dengan stik): +3
KASUS 9
KEJANG PADA KEHAMILAN

1. Apa diagnosis pada kasus ini?

JAWABAN:

Pada kasus ini, ditegakkan diagnosis eklampsia, atas dasar


terdapatnya kejang, tekanan darah 170/100 mmHg
dengan protein urin +3, dan tidak ada riwayat kejang atau
hipertensi sebelumnya.
KASUS 9
KEJANG PADA KEHAMILAN

2. Bagaimana tatalaksana kasus ini?

JAWABAN:
 Pada pasien yang kejang/riwayat kejang lakukan
penilaian awal pada jalan napas (airway), pernapasan
(breathing), dan sirkulasi (circulation).
 Berikan oksigen
 Untuk mengatasi kejang, berikan dosis awal MgSO4
40% 4 g IV.
 Pasien dengan preeklampsia/eklampsia harus dirujuk
karena perlu mendapat tatalaksana di rumah sakit
KASUS 9
KEJANG PADA KEHAMILAN

 Pada saat melakukan rujukan pasien dapat dipasang


jalur intravena dahulu sebelumnya dan diberikan
cairan kristaloid yang berisi MgSO4 dosis rumatan 1
g/jam. Sebelum memberikan MgSO4, pastikan syarat
pemberian MgSO4 sudah terpenuhi, yaitu:
 Tersedia Ca Glukonas 10% (sebagai antidotum bila terjadi
intoksikasi)
 Ada refleks patela
 Frekuensi pernapasan >16 kali/menit
 Jumlah urin minimal 0, 5 ml/kgBB/jam

 Apabila terjadi kejang berulang dapat diberikan


MgSO4 40% 2 g iv tambahan. Pemberian
antihipertensi sama pada kasus preeklampsia berat.
KASUS 9
KEJANG PADA KEHAMILAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.8: Hipertensi dalam
Kehamilan, Preeklampsia, dan Eklampsia, halaman 109.
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

Ny. H, berusia 36 tahun, datang ke poliklinik sebuah rumah


sakit untuk memeriksaan kehamilan. Saat ini Ny. H sedang
menjalani kehamilannya yang ketiga. Anaknya yang pertama
perempuan, kini berusia 12 tahun. Kehamilan kedua
berlangsung 9 tahun lalu, namun mengalami keguguran.
Saat itu, Ny. H tidak berniat untuk hamil lagi.

Akan tetapi, 8 tahun yang lalu, suaminya meninggalkan


rumah dan menikah lagi. Ny. H tidak mengetahui kabar
suaminya lebih lanjut, namun beberapa orang mengatakan
suaminya telah meninggal. Karena itu, empat tahun lalu, Ny.
H menikah lagi dan ingin punya anak dari suami keduanya.
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

Hari pertama haid terakhir adalah 11 minggu yang lalu.


Tidak ada keluhan yang dirasakan pada kehamilan saat ini,
serta tidak ada temuan signifikan pada riwayat kehamilan
dan pemeriksaan fisik.

Berikut adalah hasil pemeriksaan penunjang rutin Ny. H.

Hemoglobin 11,9 g/dL


MCV 82 fL
Leukosit 4,1 x 109/L
Trombosit 129 x 109/L
Golongan darah B (+)
HIV positif
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

1. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini?

JAWABAN:
Infeksi HIV.
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

2. Apa rencana penanganan selanjutnya?

JAWABAN:
 Berikan ibu konseling dan penjelasan mengenai hasil
pemeriksaan dan diagnosis.
 Konsultasikan ibu dengan tim dokter atau tenaga
kesehatan lain yang turut berperan dalam perawatan
kasus HIV/AIDS di fasilitas kesehatan terkait
 Periksa hitung CD4 dan viral load untuk menentukan
status imunologis dan mengevaluasi respons terhadap
pengobatan.
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

2. Apa rencana penanganan selanjutnya?

JAWABAN:
 Berikan ibu konseling dan penjelasan mengenai hasil
pemeriksaan dan diagnosis.
 Konsultasikan ibu dengan tim dokter atau tenaga
kesehatan lain yang turut berperan dalam perawatan
kasus HIV/AIDS di fasilitas kesehatan terkait
 Periksa hitung CD4 dan viral load untuk menentukan
status imunologis dan mengevaluasi respons terhadap
pengobatan.
 Mulai terapi antiretroviral. Lihat Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
bab 5.2 untuk pilihan paduan ARV yang dapat diberikan.
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

 Tawarkan pemeriksaan infeksi menular seksual di usia


kehamilan 28 minggu.
 Persalinan per vaginam dapat dilakukan bila ARV
sudah diminum minimal selama 6 bulan, dan viral load
< 1.000 kopi/μL. Persalinan dengan seksio sesarea
dipilih bila terdapat indikasi obstetri, viral load >1.000
kopi/μL, atau ARV baru dimulai di usia kehamilan >36
minggu.
 Pilihan makanan untuk bayi serta pemberian ARV dan
antibiotik profilaksis dapat dilihat di Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan bab 5.2.
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

 Sarankan ibu dengan HIV positif memeriksakan status


HIV suami dan seluruh anaknya. Saat berhubungan
seksual, tetap gunakan kondom meskipun suami
ditemukan HIV positif.
 Ibu sebaiknya juga diskrining hepatitis B, sifilis dan
hepatitis C. Bila terdapat batuk lebih dari 2 minggu,
lakukan pemeriksaan ke arah TB.
 Ibu sebaiknya dianjurkan untuk divaksin hepatitis B.
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

 Ibu juga dianjurkan menggunakan kontrasepsi jangka


panjang atau kontrasepsi mantap bila tidak ingin
punya anak lagi. Bila BUKAN termasuk sindroma AIDS
dan telah minum ARV, sebenarnya semua metode
kontrasepsi termasuk hormonal maupun AKDR dapat
digunakan. Untuk sindroma AIDS, AKDR tidak
disarankan.
 Setelah bayi lahir, berikan terapi profilaksis dalam
bentuk puyer zidovudin 4 mg/kgBB, 2 kali sehari
selama 6 minggu. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan
viral load pada bayi di bulan pertama dan umur 4-6
bulan. Bila kedua pemeriksaan viral load negatif, maka
lakukan konfirmasi di usia 18 bulan dengan ELISA.
KASUS 10
KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 5.2: HIV/AIDS, halaman 162.
KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

Ny. G, 29 tahun mengaku hamil 2 bulan datang ke


Puskesmas kecamatan dengan keluhan perdarahan dari
kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Usia kehamilan saat ini
(berdasarkan hari pertama haid terakhir) adalah 8
minggu. Sejak 6 jam yang lalu, keluar darah dari
kemaluan berwarna merah kehitaman, disertai kontraksi
yang sering.
KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/80


mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi pernapasan 20
kali/menit, dan suhu 37 °C. Konjungtiva tidak pucat, sklera
ikterik. Abdomen lemas, tidak ada nyeri tekan maupun nyeri
lepas. Tampak perdarahan mengalir dari kemaluan. Pada
pemeriksaan inspekulo, tampak ostium licin, terbuka dan
terdapat jaringan keluar dari ostium. Perdarahan mengalir
dari ostium. Pada pemeriksaan dalam, korpus uteri
berukuran setelur bebek, ostium terbuka. Teraba jaringan
keluar dari ostium, dikeluarkan secara digital. Pada adneksa
tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan.
KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

1. Apa saja diagnosis banding perdarahan pada kasus


ini?

JAWABAN:
Diagnosis banding perdarahan pada kehamilan trimester
pertama adalah sebagai berikut.
No Diagnosis Gejala Tanda
1 Abortus o Perdarahan pervaginam dari bercak o Jumlah perdarahan tergantung macam
hingga berjumlah banyak abortus
o Kadang-kadang ada pengeluaran o Ostium bisa tertutup atau terbuka
sebagian produk konsepsi o Pada abortus inkomplit kadang teraba
o Perut terasa nyeri atau ada jaringan keluar dari ostium
kontraksi
2 Mola o Perdarahan pervaginam o Ukuran uterus lebih besar dari usia
hidatidosa o Mual dan muntah hebat kehamilan
o Keluar jaringan seperti anggur o Tidak ditemukan janin intrauterin
o Kadang-kadang ada tanda tirotoksikosis
o Kadang-kadang keluar jaringan seperti
anggur
3 Kehamilan o Perdarahan pervaginam
ektopik o Nyeri perut
o Tampak pucat
o Hipotensi dan hipovolemia
o Nyeri tekan abdomen dan pelvis
o Nyeri goyang porsio
KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

2. Apakah diagnosis yang paling mungkin?

JAWABAN:
Abortus inkomplit.
KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

3. Penatalaksanaan apa yang dapat dilakukan pada


kasus di atas?
JAWABAN:
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia
kehamilan kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau
forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks
 Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, lakukan evakuasi isi uterus.
 Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan
 Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak
tersedia
 Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan
ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian
bila perlu)
KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

4. Apa saja alat yang dibutuhkan untuk melakukan


aspirasi vakum manual?
JAWABAN:
 Tabung dengan volume 60 mL
 Pengatur katup (1 atau 2 buah)
 Toraks dan tangkai penarik/pendorong
 Penahan toraks (collar stop) di pangkal tabung
 Silikon pelumas cincin karet
 Kanula steril dengan 2 lobang di ujungnya. Kanula
terdapat dalam ukuran kecil (4,5, dan 6 mm) dan besar
(6, 7, 8, 9, 10 dan 12 mm)
KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

5. Bagaimana langkah-langkah melakukan aspirasi


vakum manual?
JAWABAN:
 Lihat video prosedur aspirasi vakum manual
KASUS 11
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN AWAL

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.2: Abortus, halaman 84.
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

Ny. P, berusia 29 tahun, mengaku hamil 8 bulan dengan


keluhan perdarahan dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu.
Usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir
adalah 35 minggu. Sejak 6 jam yang lalu, keluar darah
dari kemaluan berwarna merah kehitaman, disertai
kontraksi yang sering. Tidak ada keluhan keluar air-air
dari kemaluan, gerakan janin masih terasa aktif. Pasien
selama ini sudah periksa hamil 5 kali di bidan dan tidak
ditemukan ada kelainan.
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 150/100


mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi pernapasan 20
kali/menit, dan suhu 37oC. Konjungtiva tampak pucat, sklera
ikterik, status generalis lainnya dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen, didapatkan tinggi fundus uteri 28
cm, janin presentasi kepala. Kontraksi 5 kali dalam10 menit,
kuat, relaksasi baik. Pemeriksaan inspekulo menunjukkan
porsio licin ostium terbuka dengan darah merah kehitaman
keluar dari ostium.
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

1. Apakah diagnosis banding perdarahan pada kasus


ini?

JAWABAN:
Diagnosis banding perdarahan pada trimester ketiga
meliputi solusio plasenta, plasenta previa dan ruptura
uteri.
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

2. Bagaimana cara membedakan berbagai diagnosis


banding tersebut secara klinis?

JAWABAN:
No Diagnosis Gejala Tanda
1 Plasenta • Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 22
previa minggu
• Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya
anemia
• Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas
panggul
• Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
• Uterus masih relaks
2 Solusio • Perdarahan dengan nyeri intermiten atau • Syok tidak sesuai dengan jumlah darah
plasenta menetap keluar (tersembunyi)
• Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin • Anemia berat
ada bekuan jika solusio 
relatif baru • Gawat janin atau hilangnya denyut
jantung janin
• Uterus tegang terus menerus dan nyeri
3 Ruptura uteri • Perdarahan pervaginam
• Nyeri perut hebat
• Nyeri tekan abdomen
• Mudah meraba bagian janin
• Tanda-tanda syok
• Loss of station
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

3. Berdasarkan gejala dan tanda yang ada, apakah


diagnosis yang paling mungkin?

JAWABAN:
Solusio plasenta.
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

4. Apa saja faktor risiko untuk terjadinya perdarahan


pada kasus ini?

JAWABAN:
Faktor risiko untuk terjadinya solusio plasenta adalah
hipertensi, versi luar, trauma abdomen, hidramnion,
gemeli dan defisiensi besi. Pada kasus di atas faktor risiko
yang jelas tampak adalah hipertensi.
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

5. Penatalaksanaan apa yang dapat dilakukan di


fasilitas kesehatan dasar (primer)?

JAWABAN:
Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas
kesehatan dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap. Yang dapat dilakukan di layanan primer
adalah pemasangan jalur intravena dan pemberian cairan
kristaloid, sementara melakukan rujukan.
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

6. Apabila keluarga pasien bertanya kemungkinan


tindakan pada kasus di atas, konseling apa yang
dapat anda jelaskan?

JAWABAN:
Pada umunya dengan denyut jantung janin yang masih
ada maka akan dilakukan seksio sesarea, kecuali
pembukaan sudah lengkap dan syarat ekstraksi terpenuhi
maka ada pilihan untuk melakukan ekstraksi.
KASUS 12
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.6: Solusio Plasenta,
halaman 99.
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

Ny. P, usia 18 tahun, usia kehamilan 31 minggu 6 hari, datang ke


rumah sakit dengan nyeri di perut. Selama kehamilan ini, ia kerap
merasakan nyeri punggung bawah dan dua kali mengalami infeksi
saluran kencing. Kemarin, ia merasakan adanya produksi cairan
(discharge) dan darah berwarna gelap dari vaginanya, disertai rasa
tidak nyaman di perut. Ia berpikir bahwa gejala yang dialaminya
berhubungan dan gado-gado yang ia konsumsi sebelumnya.

Saat ini, muncul nyeri perut yang hilang timbul. Nyeri biasanya
timbul beberapa menit sekali, dan di antara dua episode nyeri
tersebut, nyeri menghilang. Gerakan janin normal. Tidak ada riwayat
rembesan ketuban.
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu afebris, tekanan


darah 110/60 mmHg, dan frekuensi nadi 96 kali/menit.
Tinggi fundus uteri 30 cm, teraba kontraksi saat palpasi, yang
berlangsung kira-kira 35 detik. Posisi janin longitudinal
dengan bagian terendah janin bokong, sudah engaged.

Tidak ada cairan ketuban pada pemeriksaan spekulum.


Serviks sudah menipis dan dilatasi 3 cm, teraba bagian
terendah janin 2 cm di atas spina iskiadika. Membran
ketuban intak.
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

1. Apa diagnosis yang paling sesuai untuk kasus ini?


Hal apa yang mendukung diagnosis Anda?

JAWABAN:
Persalinan preterm. Terdapat kontraksi teratur, dengan
serviks yang sudah menipis dan berdilatasi.
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

2. Apa faktor predisposisi terjadinya kondisi/masalah


ini?
JAWABAN:

 Usia ibu <18 tahun atau  Bakterial vaginosis


>40 tahun
 Serviks inkompeten
 Hipertensi
 Kehamilan ganda
 Perkembangan janin
 Penyakit periodontal
terhambat
 Riwayat persalinan preterm
 Solusio plasenta
sebelumnya
 Plasenta previa
 Kurang gizi
 Ketuban pecah dini
 Merokok
 Infeksi intrauterin
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

3. Apa tatalaksana yang harus dilakukan untuk menangani


kasus ini?

JAWABAN:
 Lakukan terapi konservatif dengan tokolitik, kortikosteroid,
dan antibiotika mengingat berdasarkan data yang ada, syarat
berikut ini terpenuhi:
 Usia kehamilan antara 24-34 minggu
 Dilatasi serviks kurang dari 3 cm
 Tidak ada korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklampsia,
atau perdarahan aktif
 Tidak ada gawat janin
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

 Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk


memberikan kesempatan pemberian kortikosteroid. Obat-
obat tokolitik yang digunakan adalah:
 Nifedipin: 3 x 10 mg per oral, ATAU
 Terbutalin sulfat 1000 μg (2 ampul) dalam 500 ml larutan infus
NaCl 0,9% dengan dosis awal pemberian 10 tetes/menit lalu
dinaikkan 5 tetes/menit tiap 15 menit hingga kontraksi hilang,
ATAU
 Salbutamol: dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan infus 10
tetes/menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan kecepatan 10
tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi berhenti atau
denyut nadi >120/ menit kemudian dosis dipertahankan hingga
12 jam setelah kontraksi hilang
 Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Obat
pilihannya adalah:
 Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali, ATAU
 Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

 Antibiotika profilaksis diberikan sampai bayi lahir. Pilihan


antibiotika yang rutin diberikan untuk persalinan preterm
(untuk mencegah infeksi streptokokus grup B) adalah:
 Ampisilin: 2 g IV setiap 6 jam, ATAU
 Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam, ATAU
 Klindamisin: 3 x 300 mg PO (jika alergi terhadap penisilin)
 Antibiotika yang diberikan jika persalinan preterm disertai
dengan ketuban pecah dini adalah eritromisin 4×400 mg per
oral (kombinasi amoksilin dengan asam klavulanat jangan
digunakan karena dapat memicu terjadinya enterokolitis
nekrotikans) Lakukan semua persiapan untuk mengantisipasi
kelahiran bayi prematur
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

 Persiapan resusitasi/konsul dokter anak untuk perawatan


bayi berat lahir rendah:
 Prinsipnya adalah mencegah hipotermia
 Jaga suhu ruang tempat melahirkan agar tidak kurang dari 25 °C
 Keringkan bayi dan jauhkan handuk yang basah
 Letakkan bayi pada dada ibu
 Periksa nafas dan denyut jantung bayi
 Pakaikan bayi topi dan kaos kaki
 Bungkus bayi dengan plastik
 Selimuti Ibu dan bayi dan dijaga agar tetap hangat
 Lakukan IMD satu jam pertama kelahiran
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

 Untuk menghangatkan bayi, perawatan metode kanguru


dapat dilakukan bila syarat-syarat di bawah ini dipenuhi:
 Bayi tidak mengalami kesulitan bernapas
 Bayi tidak mengalami kesulitan minum
 Bayi tidak kejang
 Bayi tidak diare
 Ibu atau keluarga bersedia, dan tidak sedang sakit
KASUS 13
MULAS TIDAK TERATUR PADA KEHAMILAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.9: Persalinan Preterm,
halaman 116.
KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

Seorang ibu berusia 26 tahun bernama Ny. R datang ke


rumah sakit setelah dirujuk oleh dokter di puskesmas.
Usia kehamilannya 36 minggu, di mana kehamilan ini
adalah kehamilan keempat untuknya. Ny. R sudah dua kali
melahirkan dan sekali mengalami keguguran. Selama
kehamilan ini, Ny. R pernah dua kali dirawat di rumah
sakit. Pertama kali adalah di usia kehamilan 31 minggu,
ketika terjadi perdarahan pervaginam tanpa sebab yang
jelas. Kedua kali adalah di usia kehamilan 35 minggu
ketika ia terbangun dan terkejut dengan seprai yang
basah.
KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

Tidak ada cairan ketuban yang terdeteksi pada


pemeriksaan spekulum saat ibu dipulangkan. Dalam dua
hari terakhir, Ny. R merasa kurang enak badan, demam,
hilang nafsu makan, rasa tidak nyaman di perut, dan sakit
kepala. Menurutnya, gerakan janinnya berkurang dalam
beberapa hari terakhir dengan perkiraan 8-10 kali per
hari.
KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

Pemeriksaan fisik menunjukkan suhu 37,8°C, tekanan darah


106/80 mmHg dan frekuensi nadi 109 kali/menit. Tinggi fundus
uteri 34 cm, dengan penurunan kepala janin 3/5. Frekuensi
denyut jantung janin 170 kali per menit. Terdapat nyeri tekan
uterus. Pada pemeriksaan spekulum, serviks terlihat tertutup,
terdapat duh tubuh hijau keabu-abuan di dalam vagina.

Hemoglobin 10,9 g/dL


MCV 80 fL
Leukosit 17.300/uL
Trombosit 327.000/uL
KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

1. Apa diagnosis yang paling sesuai untuk kasus ini? Hal


apa yang mendukung diagnosis Anda?

JAWABAN:

Korioamnionitis akibat ketuban pecah dini (preterm rupture of


membrane). Meskipun diagnosis ketuban pecah dini tidak
dikonfirmasi pada kunjungan di usia kehamilan 35 minggu, hal
tersebut mungkin saja terjadi. Pada saat itu, diduga terdapat
organisme yang naik ke uterus dan menyebabkan infeksi. Tanda
dan gejala yang mendukung dugaan ini adalah demam,
takikardia ibu dan janin, leukositosis, nyeri tekan uterus, dan
peningkatan CRP.
KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

2. Apa faktor predisposisi terjadinya kondisi/masalah ini?

JAWABAN:
 Persalinan prematur
 Persalinan lama
 Ketuban pecah lama
 Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
 Adanya bakteri patogen pada traktus genitalia (IMS, BV)
 Alkohol
 Rokok
KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

3. Apa tatalaksana yang harus dilakukan untuk menangani


kasus ini?

JAWABAN:
 Beri antibiotika kombinasi: ampisilin 2 g IV tiap 6 jam
ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.
 Terminasi kehamilan. Nilai serviks untuk menentukan cara
persalinan:
 Jika serviks matang: lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
 Jika serviks belum matang: matangkan dengan prostaglandin
dan infus oksitosin, atau lakukan seksio sesarea
KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

 Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan antibiotika


setelah persalinan. Jika persalinan dilakukan dengan seksio
sesarea, lanjutkan antibiotika dan tambahkan metronidazol
500 mg IV tiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.

 Jika bayi mengalami sepsis, lakukan pemeriksaan kultur


darah dan beri antibiotika yang sesuai selama 7-10 hari.
KASUS 14
DEMAM PADA KEHAMILAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.11: Korioamnionitis,
halaman 124.
KASUS 15
PERSALINAN LAMA

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 15
PERSALINAN LAMA

Ny. B, 30 tahun, G2P1 hamil 40 minggu, datang ke


Puskesmas tanggal 7 Oktober 2013, pada pukul 20.00
WIB, dan diterima oleh bidan dengan keluhan utama
mules-mules sejak 10 jam ketuban pecah sejak 3 jam
sebelum masuk rumah sakit. Pasien melakukan
pemeriksaan antenatal di bidan secara teratur. Anak
pertama berusia 5 tahun. lahir dengan ekstraksi vakum,
berat lahir 3300 gram.
KASUS 15
PERSALINAN LAMA

Pada pemeriksaan didapatkan his 3 kali dalam 30 menit ,


lamanya 40 detik. Tinggi fundus uteri 36 cm, penurunan
kepala 4/5, denyut jantung janin 155 kali/menit, tekanan
darah 110/70 mmHg, suhu 36,8°C dan frekuensi nadi 90
kali/menit. Cairan ketuban berwarna jernih. Pada
pemeriksaan dalam, didapatkan pembukaan 4 cm, tidak
ada molase. Proteinuria (-), aseton (-), volume urin 350 ml.
KASUS 15
PERSALINAN LAMA

1. Buatlah partograf yang sesuai dengan kasus di atas!

JAWABAN:
KASUS 15
PERSALINAN LAMA

2. Kapan Anda akan melakukan pemeriksaan dalam


ulang?

JAWABAN:
Pemeriksaan ulang akan dilakukan 4 jam lagi, yaitu pukul
00.00 WIB
KASUS 15
PERSALINAN LAMA

3. Apakah rencana tatalaksana pada kasus ini?

JAWABAN:
Partus normal, pemantauan kemajuan persalinan sesuai
partograf
KASUS 15
PERSALINAN LAMA

Dari observasi denyut jantung janin, his dan frekuensi nadi


maternal setiap 30 menit didapatkan data sebagai berikut:

Waktu Denyut His Frekuensi Penjelasan


jantung janin nadi maternal
20.30 150 dpm 3x/10’/40” 90 dpm
21.00 160 dpm 3x/10’/40” 92 dpm
21.30 155 dpm 3x/10’/40” 92 dpm
22.00 158 dpm 3x/10’/45” 90 dpm
22.30 155 dpm 4x/10’/45” 90 dpm diuresis+ 200 cc
23.00 158 dpm 4x/10’/45” 88 dpm
23.30 155 dpm 4x/10’/45” 88 dpm
00.00 160 dpm 4x/10’/45” 90 dpm TD: 120/80 mmhg, suhu: 370C frek.nafas:
20x/menitKepala 4/5VT: pembukaan 4 cm,
ketuban (-) kepala di H1-2, molase derajat 2.
KASUS 15
PERSALINAN LAMA

4. Lanjutkan pengisian partograf!


KASUS 15
PERSALINAN LAMA

5. Apakah tatalaksana selanjutnya pada pasien ini?

JAWABAN:
Kasus ini tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan
dasar. Karena itu, segera rujuk ke rumah sakit yang
memberikan layanan persalinan dengan seksio sesarea.
KASUS 15
PERSALINAN LAMA

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.17: Persalinan Lama,
halaman 137.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

Seorang ibu berusia 28 tahun bernama Ny. E, baru saja


melahirkan anaknya yang keenam di Puskesmas tempat
Anda bekerja 30 menit yang lalu. Anda yang baru datang
untuk memulai dinas menyempatkan diri melihat kondisi
bayi dan ibu saat ini. Bayi telah berada di dada ibu dan
tengah menyusu, sudah diberi topi dan diselimuti.
Berdasarkan catatan medis, plasenta telah lahir lengkap
dan kini telah dimasukkan ke dalam kantong plastik.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

Ibu telah mendapat suntikan oksitosin dan robekan jalan


lahir telah dijahit. Kini, rekan Anda tengah membereskan
segala perlengkapan persalinan dan tengah menyiapkan
keperluan untuk perawatan bayi baru lahir. Anda
kemudian memutuskan untuk membantu memeriksa
kondisi ibu.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

Dari pemeriksaan, didapatkan bahwa ibu tampak lemas


dan sedikit pucat. Ketika ditanya, ibu menjawab dengan
lemah bahwa ia merasa lemas, berkeringat dingin, dan
sedikit mual. Tidak ada rasa nyeri. Tekanan darah 100/60
mmHg, frekuensi nadi 105 kali/menit, dan akral pucat.
Luka episiotomi derajat II sudah dijahit dan tidak ada
perdarahan aktif. Kontraksi uterus tidak baik. Setelah
dilakukan VT, gumpalan darah keluar diikuti rembesan
darah yang masih terus megalir.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

1. Apakah kondisi yang dialami ibu saat ini normal?


Mengapa?

JAWABAN:
Tidak. Pada ibu telah terjadi gangguan hemodinamik,
sehingga volume darah yang hilang akibat perdarahan
diduga telah melewati 500 ml.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

2. Apa diagnosis yang paling sesuai untuk kasus ini?


Hal apa yang mendukung diagnosis Anda?

JAWABAN:
Perdarahan pascasalin primer. Diagnosis ini ditegakkan
karena terdapat perdarahan aktif dan gangguan
hemodinamik segera setelah persalinan.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

3. Berapa perkiraan darah yang hilang dan berapa


banyak cairan yang harus diberikan untuk
menggantikan kehilangan darah tersebut?

JAWABAN:
Berdasarkan tabel di Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
bab 4.7, kehilangan darah diperkirakan sebesar 900 ml.
Untuk itu diperlukan penggantian cairan sebanyak 2000-
3000 ml.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

4. Apa tatalaksana awal yang akan Anda lakukan


untuk kasus ini?
JAWABAN:
 Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan
(lihat bab 4.7). Minta seorang rekan menyiapkan
rujukan ke rumah sakit (lihat bab 1.3).
 Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
 Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan
penatalaksanaan syok (lihat bab 3.2).
 Berikan oksigen.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

 Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar


(16 atau 18 Gauge) dan mulai pemberian cairan
kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer
Asetat) sesuai dengan kondisi ibu (berdasarkan tabel
di atas, sebanyak 2000-3000 ml). Pada saat memasang
infus, lakukan juga pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

 Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan


pemeriksaan: Kadar hemoglobin (pemeriksaan
hematologi rutin)
 Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk pencocokan
silang
 Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)
 Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
 Prothrombin time (PT)
 Activated partial thromboplastin time (APTT)
 Hitung trombosit
 Fibrinogen
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

 Lakukan pengawasan nadi, tekanan darah, dan


pernapasan ibu.
 Periksa kembali kondisi abdomen: kontraksi uterus,
nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri. Bila
kontraksi uterus lemah, lakukan pemijatan uterus atau
minta bantuan keluarga ibu untuk melakukannya.
 Periksa kembali jalan lahir dan area perineum untuk
melihat perdarahan dan laserasi (jika ada, misal:
robekan serviks atau robekan vagina).
 Periksa kembali kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

 Pasang kateter Foley 12 French untuk memantau


volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang
masuk. (CATATAN: produksi urin normal 0.5-1
ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam)
 Apabila fasilitas memungkinkan, siapkan transfusi
darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis
ditemukan keadaan anemia berat.
 Tentukan penyebab dari perdarahannya (lihat bab 4.7)
dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

5. Apa kemungkinan penyebab masalah pada ibu ini?

JAWABAN:
Apabila data yang disampaikan oleh rekan Anda dapat
dikonfirmasi keakuratannya dengan melakukan
pemeriksaan ulang (plasenta sudah lahir lengkap dan
tidak ada robekan jalan lahir), maka kemungkinan
penyebab saat ini adalah atonia uteri, yang didukung oleh
lemahnya kontraksi uterus. Selain itu, penyebab lain harus
juga dipikirkan, meliputi 4 T (tone, tissue, tear, and
thrombin).
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

6. Apa tatalaksana khusus yang harus dilakukan


untuk mengatasi penyebab masalah tersebut?
JAWABAN:
 Siapkan proses rujukan. Sebelum menatalaksana
pasien, perlu diingat bahwa setiap tatalaksana yang
diberikan jangan sampai menunda proses rujukan.
 Lakukan pemijatan uterus.
 Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60
tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin
20 unitdalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

 Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak


berhenti, berikan ergometrin 0,2 mg IM atau IV
(lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15
menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4
jam bila diperlukan. JANGAN BERIKAN LEBIH DARI 5
DOSIS (1 mg)
CATATAN:
 Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang
mengandung oksitosin
 Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi berat/ tidak terkontrol, penderita sakit
jantung dan penyakit pembuluh darah tepi
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

 Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam


traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit).
 Lakukan pasang kondom kateter (lihat video) atau
kompresi bimanual internal selama 5 menit (lihat
lampiran A.8 atau lihat video) sambil melakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan yang memadai (bila
kasus ditemukan di fasilitas primer) atau
mempersiapkan tindakan operatif (bila kasus
ditemukan di fasilitas rujukan). Pemasangan kondom
kateter atau kompresi bimanual hanya merupakan
tindakan sementara untuk mengatasi perdarahan,
sehingga jika dilakukan di fasilitas primer, pasien
harus tetap dirujuk.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

 Saat merujuk, pastikan pasien didampingi tenaga yang


kompeten dan dimonitor sirkulasi serta pernapasannya
agar tetap stabil sampai di tujuan rujukan. Hubungi
rumah sakit rujukan sebelum berangkat agar
mendapat kepastian pelayanan.

 Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila


kontraksi uterus tidak membaik, dimulai dari yang
konservatif.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

 Pilihan-pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan


antara lain prosedur jahitan B-lynch (lihat lampiran A.17),
embolisasi arteri uterina, ligasi arteri uterina dan arteri
ovarika (lihat lampiran A.18), atau prosedur histerektomi
subtotal (lihat lampiran A.19).

 Dokumentasikan secara kronologis dan lengkap semua


tindakan yang sudah dilakukan dalam rekam medis.
KASUS 16
LEMAS DAN PUCAT SETELAH MELAHIRKAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 4.7: Perdarahan Pascasalin,
halaman 101.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

Ny. K, berusia 36 tahun, G2P2, usia kehamilan 33 minggu,


datang ke rumah sakit tempat Anda bekerja diantar suami
karena kesadarannya menurun. Awalnya, sekitar 4 jam yang lalu,
Ny. K dibawa ke Puskesmas oleh suaminya karena merasa tidak
sehat, mengeluh sakit perut hebat, dan pingsan. Terdapat
riwayat preeklampsia berat saat kehamilan sebelumnya,
sehingga persalinan dilakukan dengan seksio sesarea.

Selama di perjalanan, kesadaran Ny. K naik turun. Karena itu, Ny.


K diberikan oksigen dan dipantau tanda vitalnya secara berkala.
Frekuensi nadinya 150 kali per menit, sedangkan tekanan darah
tidak tercatat.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

Saat tiba di rumah sakit, kesadaran Ny. K sedikit membaik.


Namun, saat dipindahkan ke ruang gawat darurat, ia kembali
pingsan. Kesadarannya terlihat sangat menurun, dan ia berhenti
berespons terhadap suara. Tim yang terdiri atas dokter umum,
bidan, dan perawat segera memeriksa kondisi Ny. K. Ia tetap
tidak memberikan respons terhadap rangsang suara maupun
nyeri. Tidak terlihat usaha bernapas dan pulsasi arteri radialis
sulit teraba.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

1. Tindakan apa yang tim Anda lakukan selanjutnya untuk


menangani kasus ini?

JAWABAN:

 Deklarasikan situasi gawat darurat (misal code blue). Panggil


bantuan dokter spesialis obstetri, dokter spesialis anestesi,
dan dokter spesialis anak serta menghubungi petugas di
kamar bedah dan ICU untuk menyiapkan segala
perlengkapan serta sarana jika sewaktu-waktu perlu
dilakukan seksio sesarea perimortem dan perawatan lanjutan
di ICU.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

 Sambil menunggu tim bantuan resusitasi, dapat dilakukan :

 Posisikan ibu dalam posisi berbaring ke sisi kiri dengan sudut


15-30° atau bila tidak memungkinkan, dorong uterus ke sisi
kiri yang ditujukan untuk memperbaiki venous return dan
mencegah terjadinya kompresi vena abdominalis oleh uterus
yang masih berisi bayi.

 Bebaskan jalan napas. Tengadahkan kepala ibu ke belakang


(head tilt) dan angkat dagu (chin lift). Bersihkan benda asing
di jalan napas.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

 Sambil menjaga terbukanya jalan napas, “lihat – dengar –


rasakan” napas ibu (lakukan cepat, kurang dari 10 detik)
dengan cara mendekatkan kepala penolong ke wajah ibu.
Lihat pergerakan dada, dengar suara napas, dan rasakan
aliran udara dari hidung/mulut ibu.

 Jika ibu bernapas normal, pertahankan posisi, berikan


oksigen sebagai tindakan suportif.

 Lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu tetap


bernapas normal.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

 Sambil menjaga terbukanya jalan napas, “lihat – dengar –


rasakan” napas ibu (lakukan cepat, kurang dari 10 detik)
dengan cara mendekatkan kepala penolong ke wajah ibu.
Lihat pergerakan dada, dengar suara napas, dan rasakan
aliran udara dari hidung/mulut ibu.

 Jika ibu bernapas normal, pertahankan posisi, berikan


oksigen sebagai tindakan suportif.

 Lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu tetap


bernapas normal.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

 Jika ibu tidak bernapas atau bernapas tidak normal, periksa


pulsasi arteri karotis dengan cepat (tidak lebih dari 10 detik).

 Bila nadi teraba namun ibu tidak bernapas atau megap-


megap (gasping), berikan bantuan napas (ventilasi)
menggunakan balon-sungkup atau melalui mulut ke mulut
dengan menggunakan alas (seperti kain, kasa) sebanyak satu
kali setiap 5-6 detik. Pastikan volume napas buatan cukup
sehingga pengembangan dada terlihat. Cek nadi arteri
karotis tiap 2 menit.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

 Bila nadi tidak teraba, segera lakukan resusitasi


kardiopulmoner. Dalam posisi ibu yang tetap miring, lakukan
penekanan dada di pertengahan sternum. Kompresi
dilakukan dengan cepat dan mantap, menekan sternum
sedalam 5 cm dengan kecepatan 100-120x/menit.

 Setelah 30 kompresi, buka kembali jalan napas lalu berikan 2


kali ventilasi menggunakan balon sungkup. Tiap ventilasi
diberikan dalam waktu 1 detik. Berikan ventilasi yang cukup
sehingga pengembangan dada terlihat. Kemudian lanjutkan
kompresi dada dan ventilasi dengan perbandingan 30:2.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

 Pasang kanul intravena (2 jalur bila mungkin) menggunakan


jarum ukuran besar (no. 16 atau18 atau ukuran terbesar yang
tersedia) dan berikan cairan sesuai kondisi ibu.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

Tim bantuan resusitasi akhirnya datang, dan kemudian


mengambil alih penanganan pasien. Setelah itu, dilakukan
intubasi dan pemberian epinefrin diberikan 1 mg IV.
Tindakan resusitasi tetap dilanjutkan. Hingga menit ke 4
tindakan resusitasi dilakukan tidak ada tanda-tanda
kembalinya curah jantung.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

2. Apa yang selanjutnya harus dilakukan?


JAWABAN:
Seorang dokter SpOG diharapkan dapat segera
memutuskan untuk melakukan tindakan untuk
melahirkan bayinya segera melalui tindakan pembedahan
pada usia kehamilan 20 minggu ke atas. Selanjutnya perlu
disiapkan pula tindakan resusitasi bayi yang akan
dilahirkan oleh tim dokter spesialis anak. Setelah
tindakan, pasien akan menjalani perawatan lanjutan di
ICU untuk memperbaiki oksigenasi jaringan, mengganti
komponen darah yang hilang serta melakukan antisipasi
kemungkinan terjadinya kegagalan multi-organ.
KASUS 17
PINGSAN PADA KEHAMILAN

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 3.1: Resusitasi Jantung Paru
pada Kehamilan, halaman 64.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

Ny A, 34 tahun baru saja melahirkan anak keduanya 3


minggu yang lalu. Persalinan berlangsung normal,
kondisi ibu dan bayi pascasalin baik. Sepuluh jam pasca
melahirkan, ibu dipulangkan dalam keadaan baik. Kini Ny.
A datang lagi ke poliklinik untuk konsultasi penggunaan
kontrasepsi yang tepat.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

1. Bagaimana anda memastikan bahwa saat ini pasien


tidak dalam kondisi hamil sehingga layak untuk
diberikan kontrasepsi?
JAWABAN:
 Untuk penapisan kehamilan dapat digunakan beberapa
pertanyaan yaitu:
 Apakah Anda mempunyai bayi berumur kurang dari 6 bulan dan
apakah Anda menyusui secara eksklusif dan tidak mendapat haid?
 Apakah Anda pantang senggama sejak haid terakhir atau bersalin?
 Apakah Anda baru melahirkan bayi kurang dari 4 minggu?
 Apakah haid terakhir dimulai 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir
bila klien ingin menggunakan AKDR)?
 Apakah Anda mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir (atau 12
hari terakhir bila klien ingin menggunakan AKDR)?
 Apakah Anda menggunakan metode kontrasepsi secara tepat dan
konsisten?
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

 Bila klien menjawab “tidak” pada semua pertanyaan,


maka kemungkinan kehamilan tidak dapat
disingkirkan. Klien harus menunggu sampai haid
berikutnya atau menjalani tes kehamilan.
 Bila klien menjawab “ya” pada minimal salah satu
pertanyaan dan klien tidak mempunyai gejala
kehamilan, maka Anda dapat memberikan metode
kontrasepsi pilihannya.
 Pada pasien ini menyusui bayi secara ekslusif, bayi
kurang dari 6 bulan dan belum haid dan melahirkan
bayi kurang dari 4 minggu dan belum melakukan
senggama sejak melahirkan sehingga dapat dipastikan
bahwa pasien tidak sedang hamil.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

2. Kontrasepsi apa saja yang dapat digunakan pada


pasien pasca salin? Kapan waktu penggunaannya
yang tepat?
JAWABAN:
Metode ASI eksklusif atau hampir eksklusif ASI parsial atau tidak menyusui
kontrasepsi
Metode Laktasi Segera Tidak dapat diterapkan
Amenorea
Vasektomi Segera atau selama istri hamil ‡
Kondom Segera
Spermisida
AKDR T Cu Dalam 48 jam setelah bersalin, bila tidak tunggu 4 minggu
Tubektomi Dalam 7 hari setelah bersalin, bila tidak tunggu 6 minggu
AKDR LNG 4 minggu setelah bersalin
Diafragma 6 minggu setelah bersalin
Metode Dimulai bila lendir serviks telah kembali normal (untuk metode Lendir Serviks) atau
kontrasepsi pasien telah 3 siklus normal (untuk metode kalender). Kedua keadaan tersebut
alamiah muncul lebih lambat pada wanita yang menyusui daripada yang idak menyusui.
Pil Progestin 6 minggu setelah bersalin § • Segera bila tidak menyusui §.
Suntikan • 6 minggu setelah bersalin bila menyusui
Progestin parsial §.
Implan
Pil Kombinasi 6 bulan setelah bersalin § • 21 hari setelah bersalin bila tidak
Suntikan menyusui . §
kombinasi • 6 minggu setelah bersalin bila
sebulan sekali menyusui parsial. §
‡ Bila suami telah menjalani vasektomi pada 6 bulan pertama kehamilan istrinya, maka metode ini telah
efektif pada saat segera melahirkan.§ Penggunaan sedini mungkin tidalk direkomendasikan
kecuali metode lain tidak tersedia atau tidak diterima.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

Ny. A saat ini sedang menyusui secara ekslusif bayinya.


Ny. A bekerja sebagai karyawan swasta dan bermaksud
untuk menunda kehamilan sampai jangka waktu 3 tahun.
Ny. A menderita tekanan darah tinggi sejak melahirkan
anak pertama, dan saat ini masih menggunakan obat-
obat anti hipertensi.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

3. Kontrasepsi apa saja yang tepat diberikan pada


kasus ini?
JAWABAN:
 Pasien melahirkan 3 minggu yang lalu, bermaksud
untuk menyusui ekslusif dan menderita hipertensi
kronis, maka pilihan kontrasepsi yang masih dapat
digunakan adalah:
 Metode laktasi amenorea, vasektomi, kondom,
spermisida, diafragma, metode kontrasepsi
alamiah, pil progestin, suntikan progestin, dan implan.
AKDR dapat digunakan 4 minggu setelah bersalin.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

4. Jika pasien ingin segera menggunakan kontrasepsi


dan memilih kontrasepsi yang dapat digunakan untuk
jangka panjang, metode kontrasepsi apa yang tepat?
JAWABAN:
Di antara metode kontrasepsi yang sesuai di atas, yang
dapat digunakan untuk jangka panjang adalah AKDR T
Cu, AKDR LNG, implan, dan suntikan progestin. Namun
mengingat pasien baru melahirkan dan tengah menyusui
ekslusif maka kontrasepsi yang tepat adalah AKDR T Cu.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

5. Pemeriksaan lanjutan apa yang anda perlukan


sebelum memberikan kontrasepsi tersebut?
JAWABAN:
Prosedur AKDR
Pemeriksaan payudara C
Pemeriksaan dalam A
Pemeriksaan penapisan kanker leher rahim C
Pemeriksaan laboratorium rutin C
Pemeriksaan hemoglobin B
Seleksi ISR/IMS : anamnesis dan pemeriksaan fisik A*
Penapisan ISR/HIV : pemeriksaan laboratorium B*
Penapisan tekanan darah C

Kelas A: Esensial dan harus dilakukan untuk keamanan dan efektivitas kontrasepsi dalam
pemakaian metode ini
Kelas B: Mempunyai dampak pada keamanan dan efektivitas kontrasepsi ini. Bila
pemeriksaan tidak dapat dilakukan, harus diperhitungkan keuntungan-kerugian
dibandingkan metode kontrasepsi yang tersedia
Kelas C: tidak mempunyai dampak terhadap keamanan dan efektivitas kontrasepsi metode
ini
* Bila wanita calon akseptor mempunyai risiko terpapar gonorea atau klamidia, maka insersi
AKDR tidak dianjurkan kecuali metode lain tidak ada atau tidak dapat diterima. Bila wanita
tersebut mempunyai gejala servisitis purulen, maka insersi AKDR harus ditunda sampai
keadaannya diatasi.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

6. Bagaimana efektifitas metode kontrasepsi tersebut


bila digunakan secara benar?

JAWABAN:
Apabila dipakai secara tepat dan konsisten, jumlah
kehamilan per 100 perempuan dalam 12 bulan pertama
pemakaian AKDR T380A adalah 0.6. Bila dipakai secara
biasa, hasilnya 0.8. Degan demikian, metode ini dianggap
sangat efektif.
KASUS 18
KELUARGA BERENCANA

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 7.1: Panduan Pemilihan
Kontrasepsi, halaman 232.
KASUS 19
DEMAM SETELAH MELAHIRKAN DISERTAI
KELUARNYA CAIRAN BERBAU DARI VAGINA

MODUL LOKAKARYA BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU


KASUS 19
DEMAM SETELAH MELAHIRKAN DISERTAI
KELUARNYA CAIRAN BERBAU DARI VAGINA

Ny. M, usia 24 tahun, G1P1 menjalani seksio sesarea 2 hari


yang lalu karena persalinan tidak maju. Sebelumnya ia
diberikan oksitosin untuk induksi persalinan pada ketuban
pecah 48 jam. Bayinya lahir dengan berat 3900 gram, dan
kini berada dalam keadaan yang baik. Tidak ada yang
signifikan pada riwayat medis sebelumnya. Saat ini, Ny. M
mengeluh demam. Tidak ada keluhan batuk maupun sulit
berkemih.
KASUS 19
DEMAM SETELAH MELAHIRKAN DISERTAI
KELUARNYA CAIRAN BERBAU DARI VAGINA

Pada pemeriksaan, didapatkan tekanan darah 120/70


mmHg, frekuensi nadi 80 kali/menit, frekuensi
pernapasan 12 kali/menit, dan suhu 38,9°C. Tidak ada
nyeri pada perabaan payudara. Auskultasi paru tidak
menunjukkan kelainan. Tidak ada nyeri ketok CVA. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan bekas insisi tidak
merah, fundus uteri keras, setinggi umbilikus, dan nyeri
jika ditekan.
KASUS 19
DEMAM SETELAH MELAHIRKAN DISERTAI
KELUARNYA CAIRAN BERBAU DARI VAGINA

1. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini?


JAWABAN:
Metritis. Metritis merupakan penyebab demam tersering
pada perempuan yang baru menjalani seksio sesarea.
Diagnosis bandingnya adalah mastitis, infeksi luka, dan
pyelonefritis. Pada kasus ini, ibu mengalami persalinan
lama, ketuban pecah dini, serta kemungkinan dilakukan
pemeriksaan dalam berkali-kali. Hal tersebut merupakan
faktor risiko metritis. Pemeriksaan fisik dan anamnesis
tidak menujukkan adanya kelainan pada payudara, paru,
luka bekas insisi, maupun saluran kemih. Meskipun nyeri
tekan uterus tidak selalu berarti metritis, namun
pemeriksaan tidak menunjukkan adanya fokus infeksi
sehingga diagnosis metritis merupakan yang paling
mungkin.
KASUS 19
DEMAM SETELAH MELAHIRKAN DISERTAI
KELUARNYA CAIRAN BERBAU DARI VAGINA

2. Apa tatalaksana yang harus dilakukan pada kasus


ini?
JAWABAN:
 Lakukan pemeriksaan penunjang:
 Golongan darah ABO dan jenis Rh
 Gula Darah Sewaktu (GDS)
 Analisis urin
 Kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi)
 Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya sisa plasenta dalam rongga uterus atau massa
intra abdomen-pelvik
KASUS 19
DEMAM SETELAH MELAHIRKAN DISERTAI
KELUARNYA CAIRAN BERBAU DARI VAGINA

 Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas


demam:
 Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
 Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
 Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam

 Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang


diagnosis dan tatalaksana.
 Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan
kristaloid.
 Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT)
bila ibu dicurigai terpapar tetanus (misalnya ibu
memasukkan jamu-jamuan ke dalam vaginanya).
KASUS 19
DEMAM SETELAH MELAHIRKAN DISERTAI
KELUARNYA CAIRAN BERBAU DARI VAGINA

 Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis (demam,


nyeri lepas dan nyeri abdomen), lakukan laparotomi dan
drainase abdomen bila terdapat pus.
 Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi
subtotal.
 Periksa suhu pada grafik (pengukuran suhu setiap 4 jam)
yang digantungkan pada tempat tidur pasien.
 Periksa kondisi umum: tanda vital, malaise, nyeri perut
dan cairan per vaginam setiap 4 jam.
 Lakukan tindak lanjut jumlah leukosit dan hitung jenis
leukosit per 48 jam.
 Perbolehkan pasien pulang jika suhu < 37,5 °C selama
minimal 48 jam dan hasil pemeriksaan leukosit <
11.000/mm3.
KASUS 19
DEMAM SETELAH MELAHIRKAN DISERTAI
KELUARNYA CAIRAN BERBAU DARI VAGINA

Rujukan:
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, Bab 6.1: Metritis, halaman 220.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Modul Latihan Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu, silakan hubungi:

WHO Country Office for Indonesia


Gedung Dr. Adhyatma Lantai 6, Kementerian Kesehatan RI
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9 Jakarta
Telp: (021) 5201126
Email: floranitar@who.int

Anda mungkin juga menyukai