BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atletik merupakan aktivitas jasmani yang meliputi berjalan, berlari, melompat dan
melempar. Pada nomor lari dibagi lagi menjadi lari jarak pendek (100 m, 200 m, 400 m),
jarak menengah (800m, dan 1500m) , jarak jauh (5000m, 10.000m, dan 42,195 km), lari
gawang (100 m, 110 m, dan 400 m), estafet (4x100 m dan 4x400 m), dan halang rintang
(3000m). Nomor lompat terdiri dari lompat tinggi, lompat jauh, lompat galah, dan lompat
jangkit. Sedangkan nomor lempar terdiri dari lempar cakram, lempar lembing, dan tolak
peluru.
Salah satu cabang pada nomor lari yaitu lari jarak menengah mempunyai cara dan
gerakan yang berbeda dengan lari jarak pendek. Hal yang perlu diperhatikan pada lari jarak
menengah adalah penyesuaian antara kecepatan dan daya tahan. Antara perlombaan 800 m
dan 1500 m mempuyai peraturan yang berbeda.
Atlet jarak menengah harus memahami teknik-teknik yang benar untuk dapat
memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dan dapat mencapai prestasi yang setinggi-
tingginya. Atlet harus diberikan latihan-latihan yang tepat agar atlet dapat meningkatkan
kemampuannya secara progresif serta diberikan macam latihan yang bervariatif dan diberikan
permainan-permainan supaya atlet tidak merasa bosan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah dari atletik?
2. Bagaimanakah teknik lari jarak menengah 800 m?
3. Bagaimana peraturan perlombaan untuk lari jarak menengah 800 m?
4. Bagaimanakah variasi latihan untuk lari jarak menengah 800 m?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui sejarah dari olahraga atletik.
2. Mendeskripsikan teknik lari jarak menengah 800 m.
3. Mengerti peraturan perlombaan untuk lari jarak menengah 800 m.
4. Mengetahui variasi latihan untuk lari jarak menengah 800 m.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Atletik
1. Sejarah Awal
Istilah atletik yang kita kenal sekarang ini berasal dari beberapa sumber antara lain
bersumber dari bahasa Yunani, yaitu “athlon” yang mempunyai pengertian berlomba atau
bertanding. Misalnya ada istilah pentathlon atau decathlon. Istilah lain yang menggunakan
atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa
Perancis) atau athletik (bahasa Jerman). Istilahnya mirip sama, namun artinya berbeda
dengan arti atletik di Indonesia, yang berarti olahraga yang memperlombakan nomor-nomor:
jalan, lari, lompat dan lempar.Istilah lain yang mempunyai arti sama dengan istilah atletik di
Indonesia adalah “Leichtatletik” I(Jerman), “Athletismo” (Spanyol), “Olahraga” (Malaysia),
dan “Track and Field” (USA).
Atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang paling tua di
dunia. Gerak-gerak dasar yang terkandung dalam atletik sudah dilakukan sejak adanya
peradaban manusia di muka bumi ini. Bahkan gerak tersebut sudah dilakukan sejak manusia
dilahirkan yang secara bertahap berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan,
pertumbuhan dan kematangan biologisnya, mulai dari gerak yang sangat sederhana sampai
pada gerakan yang sangat kompleks. Pada jaman purba, ketika peradaban manusia masih
sangat primitif, hukum rimba masih berlaku dimana yang kuat memakan yang lemah. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya manusia saat itu harus bertahan dari gangguan binatang buas
atau harus berburu binatang untuk dijadikan santapan hidupnya atau mencari makanan berupa
umbi-umbian atau buah-buahan. Dalam upaya tersebut mereka melakukan berbagai
ketangkasan seperti: memanjat pohon, melempar, melompat dan berlari. Mereka harus
berjalan bermil-mil jauhnya, kadangkala harus berlari secepat-cepatnya serta terampil dalam
melempar atau melompat untuk mendapatkan buruannya atau menghindar dari sergapan
binatang buas. Gerakan tersebut merupakan cikal bakal gerakan atletik yang ada sekarang ini.
Menurut seorang pujangga Yunani bernama Humeros dalam bukunya
berjudul Illiad, diperkirakan kegiatan atletik sudah dilakukan tahun 1100 SM, tercatat nama-
nama seperti Eurialus, Epius, Odysseus, Aias dan Argamenon. Mereka disebut sebagai jago-
jago lomba berkuda, lari dan lempar lembing Odysseus saat itu disebut sebagai jago lempar
cakram yang belum terkalahkan lemparannya. Sehingga gambar Odysseus dengan cakramnya
diabadikan sebagai symbol atletik dan di Indonesia dipakai sebagai lambang atau logo PASI.
Awal sejarah Atletik di Indonesia tercatat pada permulaan tahun 1930-an, ketika
Pemerintah Hindia Belanda memasukkan Atletik sebagai salah satu mata pelajaran di
sekolah-sekolah. Di kalangan masyarakat pada waktu itu cabang olahraga ini belum tersebar
luas, karena hanya dikenal di lingkungan pendidikan saja. Walaupun demikian, masyarakat
lambat laun mengenal sifat dan manfaat Atletik ini dan dari hari ke hari penggemarnya
bertambah.
Oleh kalangan Belanda telah dibentuk sebuah organisasi, yang akan menangani
penyelenggaraan pertandingan-pertandingan Atletik dengan nama Nederlands Indische
Athletiek Unie (NIAU). Di Medan pada tahun 1930–an juga telah berdiri sebuah Organisasi
bernama Sumatera Athletiek Bond (SAB), yang menyelenggarakan perlombaan-perlombaan
Atletik antar sekolah Mulo, HBS dan perguruan-perguruan swasta. Perkembangan Atletik di
Pulau Jawa ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi Atletik seperti ISSV Hellas dan
IAC di Jakarta, PAS di Surabaya dan ABA di Surakarta.
Dalam mengikuti sejarah pertumbuhan dan perkembangan Atletik diperoleh kesimpulan
bahwa Atletik Indonesia masih berumur setahun jagung. Akan tetapi berkat perananan NIAU
pada zaman Belanda telah tampil bintang-bintang Atletik Indonesia yang dapat diandalkan,
seperti Effendi Saleh, Tomasoa, Mochtar Saleh, M. Murbambang, Harun Al Rasyid, Mohd.
Abdulah dan F.G.E. Rorimpandey.
Dengan mencapai loncatan setinggi 1,86 m, Harun Al Rasyid berhasil mencetak prestasi
yang mengagumkan, sedang Nur Bambang dengan kecepatan 10.8 detik dalam lari 100 m
mengukir prestasi terbaik di Indonesia.
Baik hasil yang telah dicapai oleh Harun Al Rasyid maupun hasil Nurbambang baru
belasan dan puluhan tahun dapat diperbaiki oleh atlet-atlet Indonesia. Selama pendudukan
Jepang kegiatan cabang olahraga Atletik praktis terhenti. Dengan terbentuknya Persatuan
Olahraga Republik Indonesia (PORI) pada awal tahun 1946, bagian Atletik dalam PORI
segera menghidupkan kegiatan cabang olahraga menuju perkembangan dan kemajuan bangsa
Indonesia yang baru merdeka.
Usaha nyata dibuktikan dengan terbentuknya Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI)
pada tanggal 3 September 1950 di Semarang. Kegiatan pertama tercatat pada akhir tahun
1950 juga dengan mengadakan perlombaan Atletik di Bandung.
Perlombaan tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai persiapan atlet-atlet Indonesia
menghadapi Asian Games I pada tahun 1951 di New Delhi. Organisasi Induk PASI telah
diterima sebagai anggota Atletik Internasional (IAAF).
B. Teknik Lari Jarak Menengah 800 meter
2. Start
a. Dalam lomba lebih dari 400m aba-abanya adalah “on your mark” ("Bersedia”)
dan jika semua atlet sudah siap pistol ditembakkan, atau alat start yang sah diaktifkan.
b. Seorang atlet setelah mengambil posisi sesuai dengan aba-aba, tidak boleh
memulai gerakan startnya sebelum tembakan pistol atau diaktifkannya alat start yang
disahkan. Jika menurut Starter atau Recaller, atlet melakukannya lebih awal, maka
hal tersebut dianggap sebagai start salah.
c. Hal berikut juga harus dianggap sebagai start salah, jika menurut Starter :
d. Seorang atlet gagal mentaati aba-aba “bersedia” atau “siap” setelah suatu tengat
waktu yang layak.
e. Seorang atlet setelah aba-aba “bersedia” mengganggu atlet lainnya dengan
menggunakan suara atau cara lainnya.
f. Dalam praktek, bila satu atlet atau lebih berbuat start salah, atlet yang lain
cenderung mengikutinya sehingga seharusnya tiap atlet yang melakukan hal demikian
juga telah membuat start salah. Starter hanya akan memberi peringatan kepada atlet
yang berbuat demikian yang menurut pendapatnya bertanggung jawab terhadap start
salah. Hal ini bisa saja terjadi terhadap lebih dari satu orang atlet yang harus diberi
peringatan. Bila start-salah itu bukan karena kesalahan atlet, tidak ada peringatan
yang perlu diberikan, dan ‘kartu-hijau’ harus ditunjukkan kepada semua atlet.
g. Starter atau Recaller yang berpendapat bahwa suatu start telah berlangsung
dengan tidak jujur, dia harus memanggil kembali atlet dengan menembakkan
pistol startnya lagi.
h. Garis start lengkung terpisah harus dibuat sedemikian rupa sehingga semua atlet
akan menempuh jarak yang sama.
3. Perlombaan
a. Dalam perlombaan event 800 m harus dilarikan pada lintasan terpisah sampai
sejauh sisi terdekat “breakline” setelah tikungan pertama tempat atlet boleh
meninggalkan lintasannya masing-masing. Breakline merupakan garis lengkung
selebar 5 cm, melintang track, dan ujung-ujungnya ditandai dengan bendera setinggi
minimal 1,50 m, ditancapkan di luar track 30 cm dari garis lintasan terdekat.
b. Untuk membantu atlet mengenali breakline, kerucut atau prisma kecil
(5cmx5cm), dan tingginya tak lebih dari 15 cm dengan warna yang berbeda dari
breakline dan garis lintasan, dapat ditempatkan pada garis lintasan tepat sebelum
perpotongan garis lintasan dengan breakline.
c. Atlet lomba yang mendesak atau menghalangi atlet lain, sehingga menghambat
gerak majunya, dapat dikenakan diskualifikasi dari event tersebut. Wasit memiliki
wewenang untuk mengulang kembali lomba tanpa mengikut sertakan tiap atlet yang
didiskualifikasi atau, dalam kasus seri, memperbolehkan atlet yang terkena akibatnya
secara serius (selain yang dikenai diskualifikasi), untuk ikut berlomba dalam babak
berikutnya pada event tersebut.
1. Variasi Latihan
Pada lari jarak menengah terdapat jenis-jenis latihan yang digunakan untuk
mengoptimalkan kemempuan yang dimiliki. Jenis latihan tersebut adalah:
a. Latihan daya tahan:
1) Jog-straigth 150 m, 45 menit
2) Fartlek 60 menit
3) Piramida (100m, 200m, 300m, 400m) 3 repetisi
b. Latihan kecepatan:
1) Akselerasi 150 m dan 200 m, 4 set
2) 150 m dan 80 m, 4 set
c. Latihan daya tahan dan kecepatan:
1) 300 m, 8 repetisi
2) 600m, 1 repetisi dan 150m dan 200m 4 repetisi
d. Latihan kekuatan:
Circuit training dan weight training
e. Latihan teknik:
1) Jump drill (naik turun tangga, lompat tangga, lompat kun/gawang)
2) Ayunan lengan (ayunan ditempat, ayunan satu tangan, ayunan lengan secara
bersama)
3) Koordinasi lari:
a) High Kness (angkat paha), rendah - sedang – tinggi
b) Skip kicks (angkat paha, paha diangkat kemudian kaki diluruskan kedepan)
c) Butt Kicks (angkat paha, tungkai menyentuh pantat)
d) High Skipping (angkat paha dengan lompatan)
e) Lari kijang
f) Kaki dilemparkan kedepan (kaki lurus)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran