SAP Thalasemia
SAP Thalasemia
THALASEMIA
Disusun oleh:
Kelompok 4
Kelas : 2A
I. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan Penkes selama 40 menit, keluarga diharapkan mampu memahami
tentang pencegahan dan penatalaksanaan thalasemia.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti Penkes selama 40 menit, anak dapat :
1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian thalasemia pada anak
2. Keluarga dapat menjelaskan penyebab dan gejala thalasemia pada anak
3. Keluarga dapat menjelaskan pencegahan thalasemia pada anak
4. Keluarga dapat merawat klien yang mengalami thalasemia
1. Pengertian thalasemia
2. Penyebab thalasemia
3. Tanda dan gejala thalasemia
4. Penatalaksanaan thalasemia
III. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi/tanya jawab
IV. MEDIA
- Leaflet
V. KEGIATAN PENYULUHAN
Uraian Kegiatan Waktu
No. Kegiatan
Penyuluh Audience (menit)
VI. EVALUASI
1. Jelaskan kembali pengertian thalasemia ?
2. Sebutkan kembali salah satu penyebab terjadinya thalasemia ?
3. Sebutkan kembali tanda dan gejala penyakit thalasemia ?
4. Jelaskan kembali cara merawat anak dengan penyakit thalsemia ?
VII. Referensi
1. FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak buku I. Jakarta : FKUI
2. Guyton & Hall.1997. Fisiologi Kedokteran (Ed. 9). Jakarta : EGC
3. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta :EGC
LAMPIRAN MATERI
PENYAKIT THALASEMIA
A. DEFINISI
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh b atau
(a produksi rantai defesiensi ) pada haemoglobin (Suryadi, 2001).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemofilia dimana terjadi kerusakan sel darah
merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100 hari)
(Ngastiyah, 1997).
Jadi Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah
merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100 hari), yang
disebabkan oleh defesiensi produksi satu, yang diturunkan dari keduab dan a atau lebih
dari satu jenis rantai orang tua kepada anak-anaknya secara resesif.
B. Etiologi
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 – 6 bulan setelah lahir dan tidak dapat
hidup tanpa ditransfusi. Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran
sel darah merah berlebihan, haemopoesis ekstra modular dan kelebihan beban
besi. Limpa yang membesar meningkatkan kebutuhan darah dengan menambah
penghancuran sel darah merah dan pemusatan (pooling) dan dengan
menyebabkan pertambahan volume plasma. Perubahan pada tulang karena
hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas dan fraktur spontan, terutama
kasus yang tidak atau kurang mendapat transfusi darah. Deformitas tulang,
disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat menyebabkan pertumbuhan
berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta maksila. Pertumbuhan gigi biasanya
buruk. Gejala lain yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembanga fisik tidak
sesuai umur, berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering
mendapat transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat
penimbunan besi dalam jaringan kulit.
2. Thalasemia intermedia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia
mayor, anemia sedang (hemoglobin 7 – 10,0 g/dl)
Gejala: deformitas tulang, hepatomegali dan splenomegali, eritropoesis ekstra
medular dan gambaran kelebihan beban besi nampak pada masa dewasa.
Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia
mikrositin, bentuk heterozigot tetapi tanpa anemia atau anemia ringan.