Satuan Acara Penyuluhan Thalasemia Kel. 5
Satuan Acara Penyuluhan Thalasemia Kel. 5
THALASEMIA
DI KLINIK ANAK/TUMBANG RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
ADELIA FALENTINA P1337420921203
IRFAN SERIAWAN P1337420921212
JULYANTO PUTRA ATMAJA P1337420921185
NINDIE TRESIA P1337420921202
RIBKA WESTINIA P1337420921204
TOPIK : Thalasemia
TEMPAT : Lobi Klinik Anak/Tumbang RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
A. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
penyakit thalasemia.
C. KEGIATAN
1. Metode Penyuluhan :
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
2. Langkah-langkah :
a. Kegiatan pra pembelajaran :
Menyiapkan materi
Media
Tempat
Sasaran
Kontrak waktu
b. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1 5 menit Pendahuluan Membalas salam
Mengucapkan salam Mendengarkan
Memperkenalkan diri Memberi respon
Menjelaskan tujuan
Melakukan apersepsi
2 20 menit Penyampaian materi Mendengarkan
dengan penuh
Pengertian penyakit Thalasemia perhatian
Penyebab penyakit Thalasemia Sasaran menyimak
Jenis-jenis penyakit Thalasemia
Gejala penyakit Thalasemia
Mekanisme Penurunan penyakit
Thalasemia
Penatalaksanaan penyakit Thalasemia
Yang terjadi jika penyakit Thalasemia
tidak dirawat dengan benar
Upaya Pencegahan penyakit Thalasemia
Tindakan yang harus dilakukan
berhubungan dengan penyakit
Thalasemia
3 10 menit Penutup Menanyakan yang
belum jelas
Menarik kesimpulan dari materi yang
disampaikan Aktif bersama
menyimpulkan
Evaluasi (test akhir, observasi)
Membalas salam
Ucapan terima kasih dan salam penutup
D. ALAT D AN MEDIA
1. Alat :
a. LCD
b. Laptop
2. Media :
a. Power Point (PPT)
b. Leaflet
E. SETTING TEMPAT
1.
Keterangan :
Kuning : Media
Hijau : Penyuluh
Biru : Peserta
F. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
a. Peserta hadir di tempat pelaksanaan pada waktu yang telah ditentukan
b. Persiapan dilaksanakan sebelum acara dimulai
2. Evaluasi Proses :
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 10 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet dan PPT
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit
d. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan
berlangsung
f. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil :
A. Pengertian Thalasemia
Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel
darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai
energi.Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan
energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi,
sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan
aktivitasnya secara normal. Thalasemia adalah sekelompok penyakit
keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah
satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin (Ganie,
2004).
B. Penyebab Thalasemia
C. Jenis-jenis Thalasemia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia
mayor, anemia sedang (hemoglobin 7 — 10,0 g/dl) . Gejalanya antara lain
deformitas tulang, hepatomegali dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular
dan gambaran kelebihan beban besi nampak pada masa dewasa.
Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di
sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah
untuk memperpanjang hidupnya.
D. Gejala Thalasemia
Penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya
pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan
infeksi berulang. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan.
Pada bentuk yang lebih berat, misalnya bisa terjadi sakit kuning luka terbuka
di kulit (borok), batu empedu dan pembesaran limpa. Anak-anak yang
menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa remaja
lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal.
Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya
bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada
bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalasemia mayor, bisa terjadi sakit
kuning (ja undice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan
pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan
penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-
tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah.
Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani
transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot
jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung. Oleh
karena itu, untuk memastikan seseorang mengalami thalasemia atau
tidak, dilakukan dengan pemeriksaan darah. Gejala thalasemia dapat dilihat
pada anak usia kurang dari 1 tahun. Satu-satunya perawatan dengan
tranfusi darah seumur hidup. Jika pasien telah sering mendapat transfusi darah
kulit menjad kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam
jaringan kulit.
E. Mekanisme Penurunan Thalasemia
1. Jika kedua orang tua tidak menderita thalasemia trait/ bawaan, maka tidak
mungkin mereka menurunkan thalasemia trait/ bawaan atau thalasemia
mayor kepada anak- anak mereka. Semua anak mereka akan mempunyai
darah normal.
2. Apabila salah seorang dari orang tua menderita thalasemia trait/ bawaan,
sedangkan yang lain tidak maka satu dibanding dua (50%)
kemungkinannya bahwa setiap anak mereka akan menderita thalasemia
trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak- anak mereka thalasemia
mayor.
3. Apabila kedua orang tua men-derita thalasemia trait/ bawaan, maka anak-
anak mereka 50% mungkin akan menderita thalasemia trait/ bawaan atau
25 % mungkin juga memiliki darah normal, atau mereka mungkin 25%
menderita thalasemia mayor.
4. Apabila salah seorang dari orang tua menderita thalasemia mayor,
sedangkan yang lain normal, maka kemungkinan bahwa setiap
anak-anak mereka menderita thalasemia trait/bawaan.
5. Apabila salah seorang dari orang tua menderita thalasemia mayor,
sedangkan yang ain menderita thalasemia trait/bawaan, kemungkinan 50%
anak mereka menderita thalasemia mayor sedangkan 25% akan menderita
thalasemia trait/bawaan.
F. Penatalaksanaan
Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Namun
terdapat cara penanganan yang secara umum untuk menangani penyakit Talasemia,
diantaranya :
1. Transfusi Darah
Untuk lebih tepatnya, perawatan ini bukanlah tranfusi darah, tetapi
tranfusi sel-sel darah merah. Penderita thalasemia hanya kekurangan sel
darah merah, mereka dapat membuat komponen darah yang lain dengan
cukup normal. Tranfusi darah harus dirancang untuk memelihara tingkat-
Hb si anak dalam cakupan yang normal. Si anak menjadi sakit karena
tingkat-Hbnya yang rendah. Jadi jelas agar si anak menjadi baik tingkat-
Hbnya haruslah normal. Tingkat-Hb normal untuk wanita dan anak anak
adalah 77- 100% (11-14 g/dl) . Jadi penderita thalasemia seharusnya di
tranfusi ketika tingkat Haemoglobinnya sekitar 70% (10 g/dl), dan
seharusnya dinaikkan ke sekitar 100% (14 g/dl). Untuk melakukan ini
pada awalnya diperlukan pemberian tranfusi sekitar 4 minggu sekali.
Hingga saat ini, beberapa dokter menyarankan tranfusi pada tingkat-Hb
42% (6 g/dl) dan hanya menaikkan Hb- nya ke sekitar 70% (10 g/dl).
Keadaan ini disebut “skema tranfusi-rendah” karena tingkat- Hb pasien
tidak pernah masuk dalam cakupan normal. Bagaimanapun juga, skema
ini tidak memelihara si anak menjadi kuat. Mereka tidak tumbuh
sebaik anak yang lain, mereka biasanya mendapat limpa dan hati yang
besar, dan mereka dapat memperoleh masalah lain seperti kelainan bentuk
tulang, atau tulang rapuh yang mudah patah. Sedikit anak pada skema
tranfusi-rendah hidup cukup lama untuk tumbuh. Skema tranfusi-tinggi
yang disarankan disini menghindari kebanyakan dari masalah masalah
tersebut dan telah digunakan selama bertahun-tahun di negara negara
barat. Terdapat tiga alasan untuk memilih tranfusi-tinggi:
a. Tumbuh Kembang
Anemia yang lama memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya
diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.
Anemia yang lama dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan
fungsi jantung (gagal jantung), hati (gagal hati), gangguan endokrin
(diabetes melitus) dan patah tulang.
2) Kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl, walaupun sudah minum
obat penambah darah seperti zat besi
3) Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb
normal.
a. Bila anak pucat, segera bawa ke rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat
3. Berikan pasien periode tidur dan istirahat sesuai kondisi dan usia
4. Berikan lingkungan yang menyenangkan, bersih dan rileks pada saat makan
misalnya makan ditaman
5. Batasi makan-makanan yang banyak mengandung Fe: seperti bayam, kangkung,
pepaya dll
6. Tingkatkan masukan peroral pada pasien
Abdul, dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Ashariati A. Thalasemia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S
(Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; 2006, Jilid II Ed IV.p 720- 22.
Ganie, dkk. 2004. Kajian DNA Thalasemia di Medan. Medan: USU Press Hoffband, A,
dkk, 2005.Kapita selekta Hematologi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson.2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC. Sachrim, Rosa
M. 2004 Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru W,
dkk. 2002. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing.