Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )

HEMATEMESIS MELENA
DI INTERNE
RSUD BANGIL

DISUSUN OLEH :
1) Miftakhul Ulum
2) M. Idris Kurniawan
3) Novi Andriani
4) Nur Badriyatul I.
5) Riski Nur AIni

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN
2015-2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )

Pokok Bahasan : Hematemesis Melena


Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien di Interne RSUD Bangil
Tempat : Interne RSUD Bangil
Hari / Tanggal : Jum’at, 23 Januari 2015
Waktu : 1 x 30 menit
Sasaran : Minimal 10 orang

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mendapatkan penyuluhan, audience mampu memahami tentang
Hematemesis Melena dengan benar.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Hematomeses melena, audience
mampu :
a) Menjelaskan pengertian Hematomeses melena dengan benar.
b) Menyebutkan penyebab Hematomeses melena dengan benar.
c) Menyebutkan tanda dan gejala Hematomeses melena dengan benar.
d) Menyebutkan penatalaksanaan Hematomeses melena dengan benar.

3. MATERI
Terlampir

4. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

5. MEDIA
1. Leaflet
2. Flip chart

6. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Tahapan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode
dan Waktu
1. Pembukaan  Memberikan salam pembuka  Menjawab salam Ceramah
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan dan
3 Menit  Menjelaskan maksud dan tujuan memperhatikan
 Menggali pengetahuan audience  Menjawab
tentang Hematomeses melena pertanyaan
pembuka
2. Pelaksanaan Menjelaskan tentang :  Mendengarkan dan Ceramah
 Menjelaskan pengertian memperhatikan Flip Chart
Hematomeses melena
15 Menit dengan benar.
 Menyebutkan penyebab
Hematomeses melena
dengan benar.
 Menyebutkan tanda dan
gejala Hematomeses
melena dengan benar.
 Menyebutkan
penatalaksanaan
Hematomeses melena
dengan benar.

3. Evaluasi  Memberi kesempatan kepada  Membuat Ceramah


audience untuk bertanya pertanyaan Tanya jawab
 Menjawab pertanyaan dari  Mendengarkan dan Flip Chart
10 Menit audience memperhatikan
 Memberikan pertanyaan kepada  Menjawab
audience sebagai evaluasi pertanyaan

4. Penutup  Menyimpulkan kembali materi  Mendengarkan Ceramah


yang telah disampaikan  Menerima leaflet Leaflet
 Membagikan leaflet  Menjawab salam
2 Menit
 Menutup acara penyuluhan dan
memberikan salam penutup

PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Nur badriyatul isnaini
2. Penyaji : Riski nur aini, Novi andriani
3. Fasilitator : Moh idris kurniawan, Miftakhul ulum
4. KRITERIA EVALUASI
a. Kriteria Struktur
1) Kesiapan materi
2) Kesiapan Satuan Acara Penyuluhan
3) Kesiapan media : Leaflet dan Flip chart
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Interne RSUD Bangil
c. Kriteria Proses
1) Fase dimulai sesuai waktu yang direncanakan
2) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
3) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
4) Suasana penyuluhan tertib
5) Tidak ada peserta yang meninggalkan penyuluhan
6) Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang
d. Kriteria Hasil
1. Menjelaskan pengertian Hematomeses melena dengan benar.
2. Menyebutkan penyebab Hematomeses melena dengan benar.
3. Menyebutkan tanda dan gejala Hematomeses melena dengan benar.
4. Menyebutkan penatalaksanaan Hematomeses melena dengan benar.

MATERI

1. Pengertian

Hematemisis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses


atau tinja yang berwarna hitam seperti teh ( Soeparman, 1997).

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran


faeses atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh
adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis
tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara drah dengan asam
lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti
kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.

2. Penyebab Hematomeses melena

 Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.


 Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain- lain.
 Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
 Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
 Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.
3. Tanda dan Gejala
 mual, muntah.
 penurunan berat badan.
 konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi
pekat)
 kencing berwarna warna gelap, dan konsistensi pekat
 lemah, lelah.

4. Penatalaksanaan Hematomeses melena


Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan
penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :

a. Pengawasan dan pengobatan umum


 Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan
efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
 Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
 Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis
selama belum tersedia darah.
 Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan
bila perlu dipasang CVP monitor.
 Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk
mengikuti keadaan perdarahan.
 Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
 Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor
antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi
perdarahan.
 Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian
antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi
usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.

b. Pemasangan pipa naso-gastrik


Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi
cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian
obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan
menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi
penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian
perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan
berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan
aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang
setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah
cairan aspirasi lambung sudah jernih.

c. Pemberian pitresin (vasopresin)


Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per
infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus
sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian
diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa
pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi
vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian
obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.
Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis
terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.

d. Pemasangan balon SB Tube


Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan
akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan
sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat
diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara
pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul
pada waktu dan selama pemasangan.

Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB


tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas
akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube
yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas
tidak pernah dijumpai.

e. Pemakaian bahan sklerotik


Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol
3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel
disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB
tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang
beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan
merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi
perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus.

f. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan
tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah :
ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan
fungsi hari membaik.
Daftar Hadir

NO NAMA TTD
Lembar Pengesahan

Satuan Acara Penyuluhan

(SAP)
Telah disetujui dan dsahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

............................................. ..........................................

Kepala Ruangan

.............................................

Anda mungkin juga menyukai