MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
1. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2. Universitas Icme Jombang
3. Stikes Banyuwangi
Mengetahui,
A. Tujuan
a) Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan Keluarga pasien dan
pengunjung ruang Hemodalisa memahami tentang CAPD.
b) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan keluarga dan pengunjung dapat:
1) Menyebutkan pengertian CAPD
2) Menyebutkan Tujuan dari Terapi CAPD
3) Menyebutkan Macam-Macam Indikasi dan Kontra indikasi CAPD
4) Menyebutkan Bagaimana cara Kerja CAPD
5) Menyebutkan Prinsip-prinsip CAPD
6) Menyebutkan Efektifitas Keuntungan Dan Kerugian CAPD
B. Metode
Metode yang digunakan ceramah dan tanya jawab
C. Media
Media yang digunakan adalah leaflet, LCD, Laptop dan PPT.
D. Materi
Terlampir
E. Pengorganisasian
Penyaji : Universitas ICME Jombang
Fasilitator : 1. Stikes Banyuwangi
2. Tribhuwana Tunggadewi Malang
G. Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
- Kesiapan mahasiswa memberi materi penyuluhan
- Media dan alat memadai
- Pasien dan keluarga pasien berkumpul di ruang penyuluhan
2. Evaluasi proses
- Kesiapan penyuluhan dilakukan sesuai jadwal yang direncanakan
- Mahasiswa berperan aktif selama proses penyuluhan
- Pasien dan keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan
- Tidak ada pasien atau anggota keluarga yang meninggalkan tempat saat
penyuluhan
- Keluarga pasien dan pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan dengan benar.
3. Evaluasi Hasil
- Setelah mengikuti penyuluhan maka pasien, keluarga pasien dan
pengunjung ruang Hemodalisa mengerti tentang:
1) Pengertian CAPD
2) Tujuan Dari Terapi CAPD
3) Macam-macam Indikasi dan Kontra Indikasi CAPD
4) Bagaimana Cara Kerja CAPD
5) Prinsip-prinsip CAPD
6) Efektifitas Keuntungan Dan Kerugian CAPD
- Pasien, keluarga dan pengunjung ruang Hemodalisa dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian serta tujuan dari CAPD.
- Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang
- Sasaran penyuluhan adalah keluarga pasien, pasien dan pengunjung ruang
Hemodalisa.
- Penyuluhan dilaksanakan selama 30 menit.
\Lampiran Materi
1. Pengertian capd
CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) adalah metode pencucian
darah dengan menggunakan peritoneum (selaput yang melapisi perut dan
pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya
akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui
peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil
yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama
waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke
dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan
cairan yang baru (Surya Husada, 2008).
Pada dialysis peritoneal, permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm
berfungsi sebagai permukaan difusi. Cairan dialisat yang tepat dan steril dimasukkan
ke dalam cavum peritoneal menggunakan kateter abdomen dengan interval. Ureum
dan creatinin yang keduanya merupakan produk akhir metabolism yang diekskresikan
oleh ginjal dikeluarkan (dibersihkan) dari darah melalui difusi dan osmosis ketika
produk limbah mengalir dari daerah dengan konsentrasi tinggi (suplai darah
peritoneum) ke daerah dengan konsentrasi rendah (cavum peritoneal) melalui
membrane semipermeable (membrane peritoneum). Ureum dibersihkan dengan
kecepatan 15 hingga 20 ml/menit, sedangkan creatinin dikeluarkan lebih lambat.
2. Tujuan
Tujuan terapi CAPD ini adalah untuk mengeluarkan zat-zat toksik serta limbah
metabolic, mengembalikan keseimbangan cairan yang normal dengan mengeluarkan
cairan yang berlebihan dan memulihkan keseimbangan elektrolit.
3. Indikasi
Pasien yang rentan terhadap perubahan cairan, elektrolit dan metabolic yang cepat
(hemodinamik yang tidak stabil)
Penyakit ginjal stadium terminal yang terjadi akibat penyakit diabetes
Pasien yang berisiko mengalami efek samping pemberian heparin secara sistemik
Pasien dengan akses vascular yang jelek (lansia)
Adanya penyakit kardiovaskuler yang berat
Hipertensi berat, gagal jantung kongestif dan edema pulmonary yang tidak
responsive terhadap terapi dapat juga diatasi dengan dialysis peritoneal.
4. Kontraindikasi
Riwayat pembedahan abdominal sebelumnya (kolostomi, ileus, nefrostomi)
Adhesi abdominal
Nyeri punggung kronis yang terjadi rekuren disertai riwayat kelainan pada discus
intervertebalis yang dapat diperburuk dengan adanya tekanan cairan dialisis dalam
abdomen yang kontinyu
Pasien dengan imunosupresi
Zat-zat racun yang terlarut di dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat melalui
selaput rongga perut (membran peritoneum) yang berfungsi sebagai alat penyaring,
proses perpindahan ini disebut Difusi. Cairan dialisat mengandung dekstrosa (gula)
yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses penarikan air ke dalam
cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi.
6. Prinsip-prinsip CAPD
CAPD bekerja berdasrkan prinsip-prinsip yang sama seperti pada bentuk
dialysis lainnya, yaitu: difusi dan osmosis. Namun, karena CAPD merupakan terapi
dialisis yang kontinyu, kadar produk limbah nitrogen dalam serum berada dalam
keadaan yang stabil. Nilainya tergantung pada fungsi ginjal yang masih tersisa, volume
dialisa setiap hari, dan kecepatan produk limbah tesebut diproduksi. Fluktuasi hasil-
hasil laboritorium ini pada CAPD tidak bergitu ekstrim jika dibandingkan dengan
dialysis peritoneal intermiten karena proses dialysis berlangsung secara konstan.
Kadar eletrilit biasanya tetap berada dalam kisaran normal. Semakin lama waktu
retensi, kliren molekul yang berukuran sedang semakin baik. Diperkirakan molekul-
molekul ini merupakan toksik uremik yang signifikan. Dengan CAPD kliren molekul ini
meningkat. Substansi dengan berat molekul rendah, seperti ureum, akan berdifusi
lebih cepat dalam proses dialysis daripada molekul berukuran sedang, meskipun
pengeluarannya selama CAPD lebih lambat daripada selama hemodialisa.
Pengeluaran cairan yang berlebihan pada saat dialysis peritonial dicapai dengan
menggunakan larutan dialisat hipertonik yang memiliki konsentrasi glukosa yang tinggi
sehingga tercipta gradient osmotic. Larutan glukosa 1,5%, 2,5% dan 4,25% harus
tersedia dengan bebepara ukuran volume, yaitu mulai dari 500 ml hingga 3000 ml
sehingga memungkinkan pemulihan dialisat yang sesuai dengan toleransi, ukuran
tubuh dan kebutuhan fisiologik pasien. Semakin tinggi konsentrasi glukosa, semakin
besar gradient osmotic dan semakin banyak cairan yang dikeluarkan. Pasien harus
diajarkan cara memilih larutan glukosa yang tepat berdasarkan asupan makanannya.
Pertukaran biasanya dilakukan empat kali sehari. Teknik ini berlangsung secara
kontinyu selama 24 jam sehari, dan dilakukan 7 hari dalam seminggu. Pasien
melaksanakan pertukaran dengan interval yang didistribusikan sepanjang hari
(misalnya, pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang hari, 05.00 sore dan 10.00 malam). Dan
dapat tidur pada malam harinya. Setipa pertukaran biasanya memerlukan waktu 30-60
menit atau lebih; lamanya proses ini tergantung padalamanya waktu retensi yang
ditentukan oleh dokter. Lama waktu penukaran terdiri atas lima atau 10 menit periode
infus (pemasukan cairan dialisat), 20 menit periode drainase (pengeluaran ciiran
dialisat) dan waktu rentensi selama 10 menit, 30 menit atau lebih.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2000 . Nursing Care Plans :
Guidelines For Planning And Documenting Patients Care. Alih
bahasa:Kariasa,I.M. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth volume 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Smeltzer,S.C,. Bare,B.G., Hinkle,J.L & Cheever,K.H. (2008 ). Textbook Of Medical
Surgical Nursing. Ed 12. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.
Zhou, Y.L., Liu, H.L., Duan, X.F., Yao, Y., Sun, Y., & Liu, Q. (2006). Impact Of Sodium
And Ultrafiltration Profiling On Haemodialysis Related Hypotension. Nephrol
Dial Transplant. 21(11).3231-7.
Wim de.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi.EGC.Jakarta Price, Anderson Sylvia.
(1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarta : EGC.
Silvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ECG ;
Jakarta