Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN THALASEMIA

DI RUANG TUNGGU POLI LANTAI 2


RSD IDAMAN BANJARBARU

OLEH :

NURHADI GANDA S., S.KEP


RERI APRILIANSINA, S.KEP
TEGAR S. PURBA, S.KEP
WINONA CLARA S., S.KEP
WIWIN NAFISYAH, S.KEP
YUNI HARTINI, S.KEP
YUNI RIAMA S.KEP

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INNSAN
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Satuan acara penyuluhan Thalasemia Di Ruang Tunggu Poli RSD Idaman


Banjarbaru Banjarmasin ini telah disetujui pada tanggal 12 Febuari 2019

Menyetujui,

Preceptor Akademik Preceptor Klinik


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya, maka penyusun dapat menyelesaikan tugas dalam
stase Keperawatan Anak (PEDIATRIK) yang berjudul “Satuan Acara Penyuluhan
Thalasemia Di Ruang Tunggu Poli RSD Idaman Banjararu RSD Idaman
Banjararu” dapat selesai dengan tepat waktu.
Penyusun menyadari, bahwa laporan yang berjudul “Satuan Acara
Penyuluhan Thalasemia Di Ruang Tunggu Poli RSD Idaman Banjararu” ini,
sangat jauh dari sempurna. Maka dari itu, penyusun membutuhkan segala kritik
dan saran yang membangun, agar dapat memperbaiki makalah ini sehingga dapat
menghasilkan makalah yang lebih baik dikemudian hari.

Banjarmasin 12 Februari 2019

Tim penulis
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Thalasemia


Hari/Tanggal : Senin, 12 Februari 2019
Pukul : 09.30 WITA
Sasaran : Orang tua dan anak RSD Idaman Banjarbaru
Tempat : Ruang Tunggu Poli RSD Idaman Banjarbaru

A. Latar Belakang
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan
merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang
paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari
setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Pada talasemia terjadi
kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin
sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin
ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya
akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut. Berdasarkan dasar klasifikasi
tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta,
dan delta.

B. Tujuan Pembelajaran Thalasemia


1. Tujuan Umum:
Berbagi ilmu pengetahuan kepada para pembaca tentang penyakit
talasemia ,pengertian,klasifikasi serta pencegahanya.
2. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti proses pembelajaran selama 20 menit, peserta mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian Thalasemia
b. Menjelaskan tanda dan gejala Thalasemia
c. Menjelaskan penyebab terjadinya Thalasemia
d. 4.Menjelaskan pencegahan dan pengobatan Thalasemia
C. Sasaran
Pada pasien thalasemia dipoli anak

D. Target
Anak dan keluarga

E. Pelaksanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Kegiatan Penyaji
Penyuluhan
1 09.30 Pembukaan 1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
3. Melakukan kontrak waktu.
4. Menyebutkan materi penyuluhan yang
akan diberikan
2 09.35 Pelaksanaan Menjelaskan materi tentang:
1. Menjelaskan pengertian Thalasemia
2. Menjelaskan tentang penyebab
Thalasemia
3. Menjelaskan tanda gejala
dari Thalasemi
4. Menjelaskan penetalaksanaan
Thalasemia
3 10.05 Evaluasi 1. Memberikan kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk bertanya.
2. Menanyakan pada pasien dan keluarga
tentang materi yang diberikan
3. Memberikan reinforcement kepada pasien
dan keluarga bila dapat menjawab &
menjelaskan kembali pertanyaan/materi
4 10.25 Penutup 1. Menyimpulkan materi
2. Mengucapkan terima-kasih kepada pasien
dan keluarga
3. Mengucapkan salam

F. Metode
1. Menjelaskan tentang Thalasemia
2. Diskusi dan Tanya jawab

G. Media
1. Leaflet
2. Power Point

H. Materi
Terlampir

I. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator : Yuni Riama
2. Presentator : Nurhadi Ganda Saputra
3. Observer : Reri Apriliansina, Winona Clara Shinta
4. Notulen : Wiwin Nafisyah
5. Fasilitator : Tegar S. Purba, Yuni Hartini

J. Pembagian Tugas
1. Moderator
a. Membuka dan menutup acara.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
d. Menjaga kelancaran acara.
e. Memimpin diskusi.
2. Presentator
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
3. Observer
a. Mengamati jalannya kegiatan.
b. Mengevaluasi kegiatan.
c. Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.

4. Notulen
a. Mencatat pertanyaan
b. Mencatat poin jawaban
c. Menyimpulkan hasil penyuluhan
5. Fasilitator
a. Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi
penyuluhan.
b. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
c. Menjadi contoh dalam kegiatan.
K. Setting Tempat

O
M P
N
A A A A A A A A
A A A A A A A A

A A A A A A A A
F
F F
Keterangan : O
M : Moderator
P : Penyaji
A : Peserta
F : Fasilitator
O : Observer

L. Analisis Lingkungan
1. Kondisi Ruangan : Keadaan ruangan dan tata ruangan yang nyaman
untuk proses penyuluhan
2. Peserta : Minat Peserta dan Antusiasme dalam berpartisipasi
3. Media : Kesesuaian media yang digunakan dan daya tarik
media
M. Rencana Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan Media
b. Persiapan alat
c. Persiapan Materi
d. Peserta
2. Proses Penyuluhan
a. Awal
b. Pertengahan
c. Hasil
3. Hasil Penyuluhan
a. Apakah peserta penyuluhan dapat kembali menjelaskan
pengertian Thalasemia?
b. Apakah peserta penyuluhan dapat kembali menjelaskan tentang tanda
gjala dari Thalasemia?
c. Apakah peserta penyuluhan dapat kembali menjelaskan tentang
pencegahan dan pengobatan dari Thalasemia?
d. Apakah peserta penyuluhan dapat kembali menjelaskan tentang
penyebab Thalasemia?

N. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan :
1. Menjelaskan pengertian Thalasemia
2. Menjelaskan tanda dan gejala Thalasemia
3. Menjelaskan penyebab terjadinya Thalasemia
4. Menjelaskan pencegahan dan pengobatan Thalasemia
Lampiran Materi
A. Pengertian
Thalassemia adalah sekelompok kelainan darah herediter yang ditandai
dengan berkurangnya atau tidak ada sama sekali sintesis rantai globin,
sehingga menyebabkan Hb berkurang dalam sel-sel darah merah, penurunan
produksi sel-sel darah merah dan anemia. Kebanyakan thalassemia
diwariskan sebagai sifat resesif. (Renzo Galanello)
B. Etiologi
Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal
(hemoglobinopatia); dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan
pembentukan yang di sebabkan oleh:
1. gangguan structural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)
misalnya pada Hb S, Hb F, Hb D dan sebagainya.
2. gangguan jumlah (salah satu/ beberapa) globin seperti pada talasemia.

Kedua kelainan ini sering dijumpai bersama-sama pada orang seorang


pasien seperti talasemia Hb S atau talasemia Hb F. penyakit ini banyak di
jumpai pada bangsa- bangsa disekitar laut tengah seperti turki, yunani, Cyprus
dan lain-lain. Di Indonesia talasemia cukup banyak di jumpai bahkan
dikatakan merupakan yang paling banyak penderitanya dai pasien penyakit
darah lainnya.

C. Tanda dan Gejala


Secara klinis Thalasemia dapat dibagi dalam beberapa tingkatan sesuai
beratnya gejala klinis : mayor, intermedia dan minor atau troit (pembawa
sifat). Batas diantara tingkatan tersebut sering tidak jelas.
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 – 6 bulan setelah lahir dan
tidak dapat hidup tanpa ditransfusi. Pembesaran hati dan limpa terjadi karena
penghancuran sel darah merah berlebihan, haemopoesis ekstra modular dan
kelebihan beban besi. Limpa yang membesar meningkatkan kebutuhan darah
dengan menambah penghancuran sel darah merah dan pemusatan (pooling)
dan dengan menyebabkan pertambahan volume plasma.
Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa
deformitas dan fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang
mendapat transfusi darah. Deformitas tulang, disamping mengakibatkan muka
mongoloid, dapat menyebabkan pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan
zigomatin serta maksila. Pertumbuhan gigi biasanya buruk.
Gejala lain yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembanga fisik
tidak sesuai umur, berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak
sering mendapat transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi
akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit.
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada
Thalasemia mayor, anemia sedang (hemoglobin 7 – 10,0 g/dl). Gejala
deformitas tulang, hepatomegali dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular
dan gambaran kelebihan beban besi nampak pada masa dewasa. Umumnya
tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositin,
bentuk heterozigot tetapi tanpa anemia atau anemia ringan.

D. Penatalaksanaan Thalasemia
1. Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien
thalasemia. Transfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali
(kurang dari 6 gr%) atau bila anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu
makan.
2. Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari
pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya
penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis. Hemosiderosis dapat
dicegah dengan pemberian Deferoxamine(desferal).
3. Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun sebelum
terjadi pembesaran limpa/hemosiderosis, disamping itu diberikan berbagai
vitamin tanpa preparat besi.

Anda mungkin juga menyukai