Anda di halaman 1dari 32

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 42/M-IND/PER/8/2013

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan penataan tata


laksana organisasi yang efektif dan efisien sebagai salah
satu sasaran area perubahan dalam reformasi birokrasi
di lingkungan Kementerian Perindustrian, perlu
dilaksanakan perbaikan proses penyelenggaraan
administrasi pemerintahan melalui penyusunan dan
implementasi standar operasional prosedur administrasi
pemerintahan pada seluruh satuan unit kerja di
lingkungan Kementerian Perindustrian;
b. bahwa agar tercipta keseragaman dalam penyusunan
dan implementasi standar operasional prosedur
administrasi pemerintahan pada seluruh satuan unit
kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dibuat
suatu pedoman;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan di Lingkungan Kementerian Perindustrian;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pedoman Penataan Tata Laksana (Business
Process);
-2- Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Standar Opersional
Prosedur Administrasi Pemerintahan;
5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-IND/
PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perindustrian;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG


PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya
disingkat SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang
dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan
administrasi pemerintahan, bagaimana dan kapan harus
dilakukan, serta dimana dan oleh siapa dilakukan.
2. Administrasi Pemerintahan adalah pengelolaan proses
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dijalankan oleh
setiap satuan unit kerja di lingkungan Kementerian
Perindustrian.
3. Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SOP AP adalah
standar operasional prosedur seluruh proses
penyelenggaraan administrasi pemerintahan di
lingkungan Kementerian Perindustrian.
4. SOP Administratif adalah standar operasional prosedur
yang bersifat umum dan tidak rinci dari kegiatan yang
dilakukan oleh lebih dari satu orang pegawai atau
pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan.
5. SOP Teknis adalah standar operasional prosedur yang
sangat rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh satu
orang pegawai atau pelaksana dengan satu peran atau
jabatan.

BAB II
TUJUAN, PRINSIP, DAN KEWAJIBAN
PENYUSUNAN SOP AP

Pasal 2

Penyusunan SOP AP bertujuan:


-3- Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

a. sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam


menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya;
b. mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang
mungkin dilakukan oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas;
c. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan
organisasi secara keseluruhan;
d. membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak
tergantung pada intervensi manajemen;
e. meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;
f. menciptakan ukuran standar kinerja pegawai dalam
memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi
kinerja yang telah dilakukan;
g. memastikan pelaksanaan tugas dan fungsi dapat
berlangsung dalam berbagai situasi;
h. menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat,
baik dari sisi mutu, waktu dan prosedur;
i. memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi
yang harus dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan
tugasnya;
j. memberikan informasi bagi upaya peningkatan
kompetensi pegawai;
k. memberikan informasi mengenai beban tugas yang
dipikul oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya;
l. menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas dan
fungsi;
m. sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari
kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan
melakukan penyimpangan;
n. membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan
prosedural dalam memberikan pelayanan; dan
o. membantu memberikan informasi yang diperlukan
dalam penyusunan standar pelayanan.

Pasal 3

Prinsip penyusunan SOP AP:


a. kemudahan dan kejelasan, yaitu prosedur-prosedur yang
distandarkan harus dapat dengan mudah dimengerti
dan diterapkan oleh semua pegawai bahkan bagi
seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan
tugasnya;
b. efisiensi dan efektivitas, yaitu prosedur-prosedur yang
distandarkan harus merupakan prosedur yang paling
efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas;
-4- Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

c. keselarasan, yaitu prosedur-prosedur yang distandarkan


harus selaras dengan prosedur-prosedur standar lain
yang terkait;
d. keterukuran, yaitu output dari prosedur-prosedur yang
distandarkan mengandung standar kualitas atau mutu
baku tertentu yang dapat diukur pencapaian
keberhasilannya;
e. dinamis, yaitu prosedur-prosedur yang distandarkan
harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan
kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang
berkembang dalam penyelenggaraan Administrasi
Pemerintahan;
f. berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani,
yaitu prosedur-prosedur yang distandarkan harus
mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer’s
needs) sehingga dapat memberikan kepuasan kepada
pengguna;
g. kepatuhan hukum, yaitu prosedur-prosedur yang
distandarkan harus memenuhi ketentuan dan peraturan
perundang-undangan; dan
h. kepastian hukum, yaitu prosedur-prosedur yang
distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai
sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan
menjadi instrumen untuk melindungi pegawai atau
pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum.

Pasal 4

Seluruh satuan unit kerja di lingkungan Kementerian


Perindustrian wajib menyusun dan memiliki SOP AP di
lingkungan satuan unit kerja masing-masing sesuai dengan
Peraturan Menteri ini.

BAB III
JENIS, UNSUR, DAN FORMAT SOP AP

Pasal 5

Jenis SOP AP terdiri atas:


a. SOP Administratif; dan
b. SOP Teknis.

Pasal 6

SOP Administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


huruf a memiliki ciri:
a. pelaksana kegiatan berjumlah banyak atau lebih dari
satu pegawai atau lebih dari satu jabatan dan bukan
merupakan satu kesatuan yang tunggal; dan
-5- Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

b. berisi tahapan pelaksanaan kegiatan atau langkah-


langkah pelaksanaan kegiatan yang bersifat makro
ataupun mikro yang tidak menggambarkan cara
melakukan kegiatan.

Pasal 7

SOP Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b,


memiliki ciri:
a. pelaksana kegiatan berjumlah satu orang atau satu
kesatuan tim kerja atau satu jabatan meskipun dengan
pemangku yang lebih dari satu; dan
b. berisi langkah rinci atau cara melakukan pekerjaan atau
langkah detail pelaksanaan kegiatan, setiap prosedur
diuraikan dengan sangat teliti dan tidak ada
kemungkinan-kemungkinan variasi lain (instruksi kerja).

Pasal 8

(1) Unsur SOP AP terdiri atas:


a. identitas SOP AP; dan
b. prosedur SOP AP.
(2) Identitas SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. logo Kementerian dan nama satuan kerja/unit kerja
pembuat;
b. nomor SOP AP;
c. tanggal pembuatan;
d. tanggal revisi;
e. tanggal efektif;
f. pengesahan oleh pejabat yang berwenang;
g. judul SOP AP;
h. dasar hukum;
i. keterkaitan;
j. peringatan;
k. kualifikasi pelaksana;
l. peralatan dan perlengkapan; dan
m. pencatatan dan pendataan.
(3) Prosedur SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan flowchart yang berisi:
a. nomor urut kegiatan;
b. uraian kegiatan;
c. pelaksana yang merupakan pelaku kegiatan;
d. mutu baku yang terdiri atas kelengkapan, waktu dan
output; dan
e. keterangan yang diperlukan.
-6- Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Pasal 9

Format SOP AP:


a. menggunakan format diagram alir bercabang (Branching
Flowcharts);
b. menggunakan lima simbol flowcharts yaitu:
1. simbol Kapsul/Terminator ( );
2. simbol Kotak/Process ( );
3. Simbol Belah Ketupat/Decision ( );
4. Simbol Anak Panah/Panah/Arrow ( ); dan
5. Simbol Segilima/Off-Page Connector ( ).
c. penulisan pelaksana dipisahkan dari kegiatan/aktivitas.

Pasal 10

Ketentuan lebih rinci mengenai jenis, unsur, dan format


SOP AP sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri ini.

BAB IV
SIKLUS PENYUSUNAN SOP AP

Pasal 11

Siklus penyusunan SOP AP:


a. persiapan penyusunan;
b. penilaian kebutuhan SOP AP;
c. pengembangan SOP AP;
d. penerapan SOP AP; dan
e. monitoring dan evaluasi SOP AP.

Pasal 12

(1) Persiapan penyusunan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 huruf a, meliputi pembentukan tim di setiap
satuan unit kerja dan kelengkapannya.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas:
a. melakukan identifikasi kebutuhan;
b. mengumpulkan data;
c. melakukan analisis prosedur;
d. melakukan pengembangan;
e. melakukan uji coba;
f. melakukan sosialisasi;
g. mengawal penerapan;
h. memonitor dan melakukan evaluasi;
-7- Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

i. melakukan penyempurnaan; dan


j. menyajikan hasil-hasil pengembangan kepada
pimpinan satuan unit kerja masing-masing.

(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung


jawab terhadap proses penyusunan SOP AP di satuan
unit kerja masing-masing sesuai kewenangan yang
dimilikinya.

Pasal 13

Penilaian kebutuhan SOP AP sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 huruf b, meliputi:
a. menyusun rencana tindak penilaian kebutuhan;
b. melakukan penilaian kebutuhan; dan
c. membuat daftar SOP AP yang akan dikembangkan.

Pasal 14

Pengembangan SOP AP sebagaimana dimaksud dalam Pasal


11 huruf c, meliputi:
a. pengumpulan informasi dan identifikasi alternatif;
b. analisis dan pemilihan alternatif;
c. penulisan SOP;
d. pengujian dan reviu SOP; dan
e. pengesahan SOP.

Pasal 15

Penerapan SOP AP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


huruf d, meliputi:
a. perencanaan penerapan SOP AP;
b. pemberitahuan;
c. distribusi dan aksesibilitas;
d. pelatihan pemahaman SOP AP; dan
e. supervisi.

Pasal 16

Monitoring dan evaluasi SOP AP sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 11 huruf e, meliputi:
a. monitoring secara umum yang melekat pada saat SOP
AP dilaksanakan oleh pelaksananya dan monitoring
secara regular setiap 6 (enam) bulan sekali; dan
b. evaluasi secara regular dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun dan secara insidentil sesuai kebutuhan
organisasi.
-8- Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Pasal 17

Ketentuan lebih rinci mengenai siklus penyusunan SOP AP


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri
ini.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 18

SOP AP yang telah disusun, disahkan, dan/atau


dilaksanakan oleh satuan unit kerja sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, tetap berlaku dan dalam jangka
waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berlakunya
Peraturan Menteri ini harus disesuaikan dengan Peraturan
Menteri ini.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Agustus 2013
MENTERI PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MOHAMAD S. HIDAYAT

SALINAN Peraturan Menteri ini


disampaikan kepada:
1. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian;
2. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Kementerian Perindustrian;
3. Para Kepala Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian
Perindustrian;
4. Para Kepala Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian;
5. Kepala Biro Hukum dan Organisasi;
6. Pertinggal.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR : 42/M-IND/PER/8/2013
TANGGAL : 28 Agustus 2013

PEDOMAN PENYUSUNAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BAB I JENIS, UNSUR, DAN FORMAT STANDAR OPERASIONAL


PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
A. Jenis SOP AP Kementerian Perindustrian
B. Unsur SOP AP Kementerian Perindustrian
C. Format SOP AP Kementerian Perindustrian

BAB II SIKLUS PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
A. Persiapan Penyusunan SOP AP Kemenperin
B. Penilaian Kebutuhan SOP AP Kemenperin
C. Pengembangan SOP AP Kemenperin
D. Penerapan SOP AP Kemenperin
E. Monitoring dan Evaluasi SOP AP Kemenperin

BAB III PENUTUP

MENTERI PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MOHAMAD S. HIDAYAT
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

BAB I
JENIS, UNSUR, DAN FORMAT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

A. Jenis SOP AP
SOP AP dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. SOP Administratif adalah standar operasional prosedur yang bersifat
umum dan tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari
satu orang aparatur atau pelaksana dengan lebih dari satu peran
atau jabatan.
Contohnya: SOP Penerbitan Rekomendasi IUI Pelumas dan Pelumas
Bekas, SOP Pemberian Bantuan Peralatan/Mesin, SOP Penerbitan
Surat Pendaftaran Helm, SOP Penerbitan Surat Pendaftaran Melamin,
SOP Pelayanan Pengujian Sampel di Laboratorium, SOP Penerbitan
Pendaftaran Tipe Ban, SOP Pengelolaan Jaringan Instalasi Kantor,
SOP Penanganan Surat Masuk, SOP Penyusunan Surat Usulan
Penataan/Penyempurnaan Organisasi, dan SOP Penyelenggaraan
Bimbingan Teknis.
2. SOP Teknis adalah standar operasional prosedur yang sangat rinci
dari kegiatan yang dilakukan oleh satu orang aparatur atau
pelaksana dengan satu peran atau jabatan (instruksi kerja).
Contohnya: SOP Perawatan dan Perbaikan Mesin, SOP Pengujian
Sampel di Laboratorium, SOP Pengagenzdaan Surat, SOP Analisa
Dokumen Usulan Penataan/Penyempurnaan Organisasi, dan SOP
Pemberian Disposisi.

B. Unsur SOP AP
SOP AP memiliki unsur sebagai berikut:
1. Identitas SOP AP, terdiri atas:
a. Logo dan Nama Satuan Kerja/Unit Kerja pembuat;
b. Nomor SOP AP, nomor prosedur yang di-SOP-kan sesuai dengan
tata naskah dinas;
c. Tanggal Pembuatan, merupakan tanggal SOP AP pertama kali
dibuat berupa tanggal selesainya pembuatan SOP AP;
d. Tanggal Revisi, merupakan tanggal SOP AP direvisi atau tanggal
rencana ditinjau ulangnya SOP AP bersangkutan;
e. Tanggal Efektif, tanggal mulai diberlakukan SOP AP atau sama
dengan tanggal ditandatanganinya SOP AP;
f. Pengesahan oleh Pejabat yang berkompeten pada tingkat satuan
kerja, berisi nomenklatur jabatan, tanda tangan, nama pejabat
yang disertai NIP serta stempel/cap instansi;
g. Judul SOP AP, judul prosedur yang di-SOP-kan sesuai dengan
kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki;
h. Dasar Hukum, berupa peraturan perundang-undangan yang
mendasari prosedur yang di-SOP-kan beserta aturan
pelaksanaannya;
i. Keterkaitan, merupakan keterkaitan prosedur yang distandarkan
dengan prosedur lain yang distandarkan (SOP AP lain yang terkait
secara langsung dalam proses pelaksanaan kegiatan dan menjadi
bagian dari kegiatan tersebut);

-1-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

j. Peringatan, merupakan penjelasan mengenai kemungkinan-


kemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan atau
tidak dilaksanakan;
k. Kualifikasi Pelaksana, merupakan penjelasan mengenai
kualifikasi pelaksana yang dibutuhkan dalam melaksanakan
perannya pada prosedur yang distandarkan;
l. Peralatan dan Perlengkapan, merupakan penjelasan mengenai
daftar peralatan utama (pokok) dan perlengkapan yang
dibutuhkan yang terkait secara langsung dengan prosedur yang
di-SOP-kan; dan
m. Pencatatan dan Pendataan, memuat beberapa hal yang perlu
dicatat dan didata oleh pejabat tertentu.

Formulir Identitas SOP AP


Nomor SOP :
Tanggal Pembuatan :
Tanggal Revisi :
Tanggal Efektif :
Disahkan Oleh : Nama Jabatan

(tanda tangan pejabat yang


(NAMA SATUAN KERJA/UNIT KERJA mengesahkan)
PEMBUAT)

Nama
NIP
Nama SOP :
Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:

Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan:

Peringatan: Pencatatan/Pendataan:

-2-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Contoh Formulir Identitas SOP AP


Nomor SOP : SJ-IND.4.4/19
Tanggal Pembuatan : 2 Januari 2012
Tanggal Revisi : ---
Tanggal Efektif : 2 Januari 2012
Disahkan Oleh : Kepala Biro Hukum dan
Organisasi
(tanda tangan)
Prayono
SEKRETARIAT JENDERAL 195604071982021001
Biro Hukum dan Organisasi Nama SOP : Penyampaian Usulan Penataan/
Penyempurnaan Organisasi
Kementerian Perindustrian ke
Kementerian PAN dan RB
Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:
1. Perpres No. 47 Tahun 2009 1. Memiliki kemampuan pengolahan dan analisa data
2. Permenperin No. 105/M- 2. Memiliki kemampuan penyusunan dokumen dinas
IND/PER/10/2010 3. Mengetahui tugas dan fungsi mekanisme penyampaian
usulan penataan/penyempurnaan organisasi
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan:
1. SOP Penelaahan Usulan Penataan/ 1. Data dukung Usulan Penataan/ Penyempurnaan
Penyempurnaan Organisasi Organisasi
2. SOP Pembahasan Usulan 2. Komputer/Printer/Scanner
Penataan/ Penyempurnaan 3. Lembar Agenda Kerja
Organisasi 4. Jaringan Internet
3. SOP Penetapan Organisasi dan Tata
Kerja Organisasi
Peringatan: Pencatatan/Pendataan:
1. Apabila usulan 1. Dokumen arsip disimpan sebagai data elektronik dan
penataan/penyempurnaan manual/ordner
organisasi terlambat dibuat, maka
penetapan organisasi dan tata kerja
organisasi baru tertunda

2. Prosedur SOP AP, yang berupa flowcharts yang menjelaskan langkah-


langkah kegiatan secara terinci dan sistematis dari prosedur yang
distandarkan, yang berisi:
a. Nomor kegiatan, yang merupakan nomor urut dari langkah
kegiatan.
b. Uraian kegiatan, yang berisi langkah atau urutan dalam
melaksanakan kegiatan.
c. Pelaksana, yang merupakan pelaku kegiatan.
d. Mutu Baku, yang berisi:
1) kelengkapan yaitu bahan-bahan yang diperlukan dalam
proses kegiatan. Contoh surat permohonan, dokumen renstra,
data kepegawaian, data keuangan dll;
2) waktu yaitu jumlah satuan waktu yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan (menit, jam, hari, bulan dll); dan
3) output yaitu hasil dari suatu kegiatan contoh draft laporan,
disposisi, surat yang telah diparaf dll;
Agar SOP AP terkait dengan kinerja, maka setiap kegiatan
hendaknya mengidentifikasikan mutu baku tertentu, seperti:
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan persyaratan/
kelengkapan yang diperlukan (standar input) dan outputnya.
Mutu baku ini akan menjadi alat kendali mutu sehingga produk
akhirnya (end product) dari sebuah proses benar-benar memenuhi
kualitas yang diharapkan, sebagaimana ditetapkan dalam standar
pelayanan.
e. Keterangan, yang merupakan penjelasan tertentu apabila
diperlukan.
-3-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Contoh Prosedur SOP AP:


a. SOP Administratif
Standar Operasional Prosedur
Penyusunan surat usulan Penataan/ Penyempurnaan Organisasi

PELAKSANA BAKU MUTU


NO KEGIATAN ANALIS KET
AGENDARIS KARO KABAG KASUBBAG KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
ORGANISASI
1. Menerima, mencatat, dan Surat dan dokumen usulan 15 Menit Formulir Disposisi, Surat dan Dokumen Usulan
menyampaikan surat usulan penataan/ penyempurnaan dokumen usulan (kajian/ naskah
penyempurnaan organisasi dari organisasi. penataan/penyempurnaan akademik)
unit pengusul organisasi.
2. Mempelajari dan membuat Formulir Disposisi, Surat 15 Menit Disposisi Kepala Biro, Surat Dokumen pendukung
disposisi penugasan ke Kabag dan dokumen usulan dan dokumen usulan (kajian/ naskah
penataan/penyempurnaan penataan/penyempurnaan akademik)
organisasi. organisasi.
3. Mempelajari dan membuat Disposisi Kepala Biro, 15 Menit Disposisi Kepala Bagian, Dokumen pendukung
disposisi penugasan ke Surat dan dokumen usulan Surat dan dokumen usulan (kajian/ naskah
Kasubbag penataan/penyempurnaan penataan/penyempurnaan akademik)
organisasi. organisasi.
4. Mempelajari dan membuat Disposisi Kepala Bagian, 15 Menit Disposisi Kepala Sub Dokumen pendukung
disposisi penugasan ke Analis Surat dan dokumen usulan Bagian, Surat dan dokumen (kajian/ naskah
Organisasi penataan/penyempurnaan usulan penataan/ akademik)
organisasi. penyempurnaan organisasi.
5. Menganalisa dokumen usulan Disposisi Kepala Sub 1500 Menit Laporan hasil analisa Apabila dokumen tidak
penataan/penyempurnaan Bagian, Surat dan dokumen usulan penataan/ lengkap akan
organisasi dokumen usulan penataan/ penyempurnaan organisasi dikembalikan ke unit
penyempurnaan organisasi pengusul dengan SOP
surat permintaan
kelengkapan dokumen
6. Menyusun dan menyampaikan Laporan hasil analisa 60 Menit Konsep Memo Dinas Karo,
konsep Memo Dinas Karo dokumen usulan penataan/ Konsep Memo Dinas Sekjen,
kepada Sekjen, Memo Dinas penyempurnaan organisasi dan Surat Menteri, serta
Sekjen kepada Menperin, dan dokumen usulan penataan/
Surat Menperin kepada Men penyempurnaan organisasi
PAN dan RB kepada Kasubbag
7. Mengoreksi dan Konsep Memo Dinas Karo, 20 Menit Konsep Memo Dinas Karo, Apabila ada koreksi,
menyampaikan konsep Memo Konsep Memo Dinas Konsep Memo Dinas Sekjen, konsep memo dinas
Dinas Karo kepada Sekjen, Sekjen, dan Surat Menteri , dan Surat Menteri koreksian dikembalikan kepada
Memo Dinas Sekjen ke ya serta dokumen usulan Kasubbag, serta dokumen Analis Organisasi untuk
Menperin, dan Memo Dinas tidak penataan/penyempurnaan usulan penataan/ diperbaiki
Menperin ke Men PAN dan RB organisasi penyempurnaan organisasi
kepada Kabag 1 2
-4-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

PELAKSANA BAKU MUTU


NO KEGIATAN ANALIS KET
AGENDARIS KARO KABAG KASUBBAG KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
ORGANISASI
8. Mengoreksi dan Konsep Memo Dinas Karo, 20 menit Konsep Memo Dinas Karo, Apabila ada koreksi,
menyampaikan konsep Memo 1 2 Konsep Memo Dinas Konsep Memo Dinas Sekjen, konsep memo dinas
Dinas Karo kepada Sekjen, Sekjen, dan Surat Menteri dan Surat Menteri koreksian dikembalikan kepada
Memo Dinas Sekjen ke koreksian Kasubbag, serta Kabag , serta dokumen Kasubbag untuk
Menperin, dan Memo Dinas dokumen usulan penataan/ usulan penataan/ diperbaiki
Menperin ke Men PAN dan RB penyempurnaan organisasi penyempurnaan organisasi
kepada Karo ya
9. Menandatangani net konsep Konsep Memo Dinas Karo, 20 menit Memo dinas Karo, Net Apabila ada koreksi,
Memo Dinas Karo kepada Konsep Memo Dinas Konsep Memo dinas Sekjen konsep memo dinas
Sekjen dan memberikan parad Sekjen, dan Surat Menteri dan Surat Menteri serta dikembalikan kepada
atas Memo Dinas Sekjen koreksian Kabag , serta dokumen usulan penataan/ Kabag untuk diperbaiki
kepada Menteri, dan Surat tidak dokumen usulan penyempurnaan organisasi
Menperin kepada Men PAN penataan/penyempurnaan
dan RB organisasi
10. Menyampaikan Memo Dinas Memo dinas Karo, Net 20 menit Memo dinas Karo yang telah
Karo kepada Sekjen dan Net Konsep Memo dinas dinomori, Net Konsep Memo
Konsep Memo Dinas Sekjen Sekjen dan Surat Menteri dinas Sekjen dan Surat
kepada Menperin, dan Surat serta dokumen usulan Menteri serta dokumen
Menperin kepada Men PAN penataan/ penyempurnaan usulan penataan/
dan RB kepada TU Sekjen organisasi penyempurnaan organisasi
TOTAL WAKTU 1700 menit

-5-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

b. SOP Teknis

Standar Operasional Prosedur


Penyusunan Analisa Dokumen Usulan
Penataan/Penyempurnaan Organisasi

PELAKSANA BAKU MUTU KET


NO KEGIATAN
ANALIS ORGANISASI KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT

1. Menerima dokumen usulan Lembar disposisi Kepala 10 Menit Lembar disposisi Kepala
penataan/penyempurnaan Subbagian, Surat dan dan Subbagian, Surat dan dan
organisasi dokumen usulan dokumen usulan
penataan/penyempurnaan penataan/penyempurnaan
organisasi organisasi
2. Memeriksa kelengkapan Lembar disposisi Kepala 120 Menit Lembar koreksi Apabila dokumen tidak
dokumen usulan penataan/ Subbagian, Surat dan dan kelengkapan dokumen lengkap, dikembalikan
penyempurnaan organisasi dokumen usulan usulan penataan/ ke unit pengusul
penataan/penyempurnaan penyempurnaan organisasi, dengan SOP surat
organisasi Surat dan dokumen usulan permintaan
penataan/penyempurnaan kelengkapan dokumen
organisasi
3. Mengumpulkan bahan Lembar koreksi 120 Menit Surat dan dokumen usulan Kegiatan ini dapat
pendukung analisa dokumen kelengkapan dokumen penataan/penyempurnaan dilakukan bila bahan
usulan penataan/ usulan penataan/ organisasi serta dokumen pendukung yang
penyempurnaan organisasi penyempurnaan organisasi, pendukung lain diperlukan untuk
Surat dan dokumen usulan kegiatan analisa dirasa
penataan/penyempurnaan kurang mencukupi
organisasi
4. Melakukan analisa terhadap Surat dan dokumen usulan 1000 Menit Hasil analisa atas Surat
dokumen usulan penataan/ penataan/penyempurnaan dan dokumen usulan
penyempurnaan organisasi organisasi serta dokumen penataan/penyempurnaan
yang diterima pendukung lain organisasi
5. Menyusun laporan hasil Hasil analisa atas Surat dan 250 Menit Laporan Hasil analisa atas
analisa terhadap dokumen dokumen usulan Surat dan dokumen usulan
usulan penataan/ penataan/penyempurnaan penataan/penyempurnaan
penyempurnaan organisasi organisasi organisasi

TOTAL WAKTU 1500 Menit

-6-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

C. Format SOP AP
Format yang digunakan dalam penyusunan SOP AP adalah sebagai
berikut:
1. menggunakan format diagram alir bercabang (Branching Flowcharts)
Format diagram alir bercabang dipergunakan untuk menggambarkan
prosedur pekerjaan ke dalam bentuk simbol yang dihubungkan
secara bercabang antara satu simbol dengan simbol lain dan
memisahkan antara kegiatan dan pelaksana kegiatan.
2. menggunakan lima simbol flowcharts
Simbol yang digunakan dalam SOP AP terdiri dari 5 (lima) simbol,
yaitu: 4 (empat) simbol dasar flowcharts (basic symbol of flowcharts)
dan 1 (satu) simbol penghubung ganti halaman (off-page connector).
Kelima simbol yang dipergunakan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Simbol Kapsul/Terminator ( )
1) untuk mendeskripsikan kegiatan mulai dan berakhir;
2) penulisan anak panah yang menyertai harus sesuai dengan
kaidah, yaitu untuk mulai arah panah ke bawah terlebih
dahulu dan untuk penutup arah panah harus dari atas simbol
kapsul;
3) prinsip yang digunakan adalah kegiatan mulai simbol kapsul
harus dari ujung kiri sesuai urutannya, tidak ada yang dari
tengah ataupun ujung kanan.
b. Simbol Kotak/Process ( )
1) untuk mendeskripsikan proses atau kegiatan eksekusi;
2) prinsip yang digunakan adalah satu kegiatan satu pelaksana
dan satu simbol, kecuali untuk kegiatan yang secara
esensinya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari
satu pelaksana secara bersamaan dalam waktu yang relatif
sama, seperti rapat, diskusi.
c. Simbol Belah Ketupat/Decision ( )
1) untuk mendeskripsikan kegiatan pengambilan keputusan
(adanya alternatif ya/tidak, lengkap/tidak, dsb);
2) prinsip yang digunakan adalah satu kegiatan satu pelaksana
dan satu simbol kecuali pengambilan keputusan yang
dilakukan delam suatu forum bersama (rapat) dilambangkan
dengan tanda kotak (proses).
d. Simbol Anak Panah/Panah/Arrow ( )
1) untuk mendeskripsikan arah kegiatan (arah proses kegiatan);
2) prinsip yang digunakan, pertama, arah anak panah selalu
jatuh dari atas menuju sisi atas tengah simbol, kecuali untuk
arah anak panah balikan yang tergantung pada kondisi yang
dihadapi: bisa dari bawah ke atas dan bisa dari sisi kanan
ataupun kiri. Kedua, tanda anak panah tidak boleh
bersilangan.
e. Simbol Segilima/Off-Page Connector ( )
1) untuk mendeskripsikan hubungan antar simbol yang berbeda
halaman;
2) penulisan simbol didahului dengan anak panah dari simbol
sebelumnya dengan anak panah menuju simbol berikutnya
dan berlaku sebaliknya untuk anak panah balikan;

-7-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

3) prinsip yang digunakan, apabila hanya satu anak panah


menghubung simbol segi lima maka tidak perlu ditulis nomor,
apabila menghubung lebih dari satu anak panah maka
diberikan nomor.

Tabel Penerapan Simbol SOP AP

Terminator Pengambilan Keputusan

Mulai Selesai

Proses Proses Serentak

Konektor-Perpindahan
kegiatan ke halaman
berikutnya

3. Pelaksana dipisahkan dari kegiatan


Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu dan tumpang
tindih (overlapping) yang tidak efisien, maka penulisan uraian
kegiatan tidak disertai dengan pelaksana kegiatan dan pelaksana
kegiatan dituliskan dalam kolom tersendiri. Dengan demikian:
a. penulisan kegiatan menggunakan kata kerja aktif yang diikuti
dengan obyek dan keterangan, seperti: menulis laporan,
mendokumentasikan surat pengaduan, mengumpulkan bahan
rapat, dan sebagainya.
b. penulisan pelaksana tidak diurutkan secara hierarki tetapi
didasarkan pada sekuen kegiatan, sehingga kegiatan selalu
dimulai dari sisi kiri dan tidak ada kegiatan yang dimulai dari
tengah maupun sisi kanan dari matriks flowcharts.

Dalam penyusunan SOP AP, harus dibedakan antara pelaksana


outsider dan pelaksana insider. Karena yang dituangkan dalam
pelaksana kegiatan hanya pelaksana insider, hal ini disebabkan
waktu yang dibutuhkan bagi pelaksana outsider dalam SOP AP tidak
dapat ditentukan.

-8-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

BAB II
SIKLUS PENYUSUNAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Secara umum siklus penyusunan SOP AP dapat digambarkan sebagai


berikut:

A. Persiapan Penyusunan SOP AP


Keberhasilan penyusunan SOP AP memerlukan pimpinan yang memiliki
komitmen yang kuat terhadap organisasi, berkemauan, memiliki
ketegasan, dan mau menerima perubahan serta berkemauan untuk
melakukan perubahan. Pimpinan merupakan pelaksana inti perubahan
(agent of change) yang akan menjadi panutan bagi seluruh pegawai yang
menjadi bawahannya.
Persiapan

Dalam penyusunan SOP AP perlu dilakukan langkah-langkah persiapan


sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim
Pembentukan tim dapat dilakukan baik di satuan unit kerja Eselon I,
Eselon II, maupun satuan unit kerja unit pelaksana teknis/unit
pendidikan. Tim dimaksud berfungsi untuk melakukan koordinasi
penyusunan SOP AP satuan unit kerja yang menjadi tanggung
jawabnya. Dalam keanggotaannya, tim dapat melibatkan unsur
internal atau eksternal unit kerja yang bersangkutan.
Hal-hal yang diperlukan dalam pembentukan tim antara lain:
a. tim harus dilengkapi dengan kewenangan dan tanggung jawab;
b. keanggotaan tim sebaiknya dibatasi, agar pengelolaan terhadap
rentang kendali (span of control) dapat dilakukan dengan baik;
c. tim harus dilengkapi dengan struktur yang jelas, tidak terlalu
banyak hirarki, dan lebih bersifat fungsional sehingga dapat dibagi
ke dalam sub-sub tim tertentu yang menangani aspek prosedur
tertentu;
d. tim sebaiknya merumuskan dahulu apa misi, tujuan, dan sasaran
tim serta berapa banyak waktu dan sumber-sumber lain yang
diperlukan untuk pengembangan SOP AP; dan

-9-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

e. tugas tim meliputi aspek substansi SOP AP dan aspek


administratif.
2. Kelengkapan Tim
Kelengkapan tim meliputi:
a. pedoman bagi tim dalam melaksanakan tugasnya, yang berisi
deskripsi mengenai uraian tugas dan kewenangan serta
mekanisme kerja tim;
b. fasilitas yang dibutuhkan tim, yaitu agar tim dapat bekerja
dengan baik, seperti pembiayaan, sarana dan prasarana, dan
kebutuhan lainnya;
c. komitmen pimpinan untuk mendukung kerja tim;
d. pelatihan bagi anggota tim;
e. memastikan bahwa seluruh unit mengetahui upaya pimpinan
untuk melakukan perubahan terhadap prosedur.

B. Penilaian Kebutuhan SOP AP


Penilaian kebutuhan merupakan proses awal dalam penyusunan SOP AP
yang dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kebutuhan SOP AP yang
akan disusun. Bagi organisasi yang sudah memiliki SOP AP, maka
tahapan ini merupakan tahapan untuk melihat kembali SOP AP yang
telah dimiliki dan mengidentifikasikan perubahan-perubahan yang
diperlukan. Bagi organisasi yang sama sekali belum memiliki SOP AP,
maka proses ini murni merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan
SOP AP.

Tujuan penilaian kebutuhan SOP AP adalah untuk mengetahui ruang


lingkup dan jumlah SOP AP yang dibutuhkan, yang meliputi:
1. ruang lingkup, berkaitan dengan bidang tugas dari prosedur-
prosedur operasional untuk distandarkan;
2. jenis, berkaitan dengan tipe dan format SOP AP yang sesuai untuk
diterapkan;
3. jumlah, berkaitan dengan jumlah SOP AP yang dibuat sesuai dengan
prioritas.

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan ketika melakukan penilaian


kebutuhan:
1. lingkungan operasional, yaitu lingkungan yang harus
dipertimbangkan oleh organisasi dalam melaksanakan operasinya
(tugas dan fungsi), baik internal maupun eksternal. Hal-hal yang
dapat membantu mengidentifikasi:
a. hubungan antara organisasi dengan berbagai organisasi terkait;
b. hubungan organisasi dengan berbagai organisasi sejenis di daerah
lain; dan
c. sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
2. kebijakan pemerintah, yaitu peraturan perundang-undangan yang
memberikan pengaruh dalam penyusunan SOP AP; dan
3. kebutuhan organisasi dan pemangku kepentingan.

- 10 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Langkah-langkah dalam melakukan penilaian kebutuhan SOP AP:


1. menyusun rencana tindak penilaian kebutuhan;
Pelaksanaan penilaian kebutuhan dapat menjadi sebuah proses yang
cukup padat dan memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu
perlu disusun sebuah rencana dan target-target yang jelas, serta
pembagian tugas siapa melakukan apa.
2. melakukan penilaian kebutuhan;
Bagi satuan kerja yang telah memiliki SOP AP, dan ingin melakukan
penyempurnaan terhadap SOP AP yang telah ada, proses penilaian
kebutuhan dapat dimulai dengan melihat kembali informasi yang
diperoleh dari proses evaluasi. Proses evaluasi akan memberikan
informasi mengenai SOP AP yang tidak dapat dilaksanakan atau
sudah tidak relevan lagi, perlu dibuat SOP AP baru.
Bagi satuan kerja yang belum memiliki SOP AP sama sekali, Tim
dapat memulai dengan mempelajari aspek lingkungan operasional,
peraturan perundang-undangan, petunjuk teknis maupun dokumen-
dokumen internal satuan kerja yang memberikan pengaruh terhadap
proses organisasi. Proses akan menghasilkan kebutuhan sementara
mengenai SOP AP apa yang perlu dibuat.

Contoh Formulir Penilaian Kebutuhan

Penilaian keterkaitan dengan


Satuan Peraturan Prioritas
Bidang Prosedur Stakeholders Prosedur
kerja tupoksi Perundang- Kebutuhan
(masyarakat) lainnya
undangan
1 2 3 4 5 6 7 8

Kolom 1 Nama satuan kerja tempat SOP AP akan diterapkan


Kolom 2 Klasifikasi/pengelompokan SOP AP pada bidang
tugas/proses tertentu (misalnya perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, atau kepegawaian, keuangan,
pembuatan kebijakan, dan lainnya)
Kolom 3 Nama prosedur yang akan distrandarkan yang menjadi
bagian dari bidang klasifikasi/pengelompokannya
Kolom 4 Penilaian keterkaitan dengan tupoksi (penilaian: sangat
terkait, terkait, kurang terkait, tidak terkait)
Kolom 5 Penilaian keterkaitan dengan peraturan
perundangundangan (penilaian: sangat terkait, terkait,
kurang terkait, tidak terkait)
Kolom 6 Penilaian keterkaitan stakeholders/masyarakat (penilaian:
sangat terkait, terkait, kurang terkait, tidak terkait)
Kolom 7 Penilaian keterkaitan dengan prosedur lainnya (penilaian:
sangat terkait, terkait, kurang terkait, tidak terkait)
Kolom 8 Prioritas kebutuhan (penilaian: sangat penting, penting,
kurang penting, tidak penting)
3. membuat daftar SOP AP yang akan dikembangkan
Setelah melakukan penilaian kebutuhan SOP AP, maka dapat
disusun sebuah daftar mengenai SOP AP apa saja yang akan
disempurnakan maupun dibuatkan yang baru. Setiap SOP AP yang
- 11 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

masuk ke dalam daftar disertai dengan pertimbangan dampak yang


akan terjadi baik secara internal maupun eksternal apabila SOP AP
ini dikembangkan dan dilaksanakan. Informasi ini akan
memudahkan bagi pengambil keputusan untuk menetapkan
kebutuhan SOP AP yang akan diterapkan dalam organisasi.
Untuk memudahkan pembuatan daftar, dapat digunakan tabel
sebagai berikut:

Daftar Kebutuhan Pengembangan SOP AP

SOP AP yang akan


dikembangkan Alasan
Satuan kerja
Pengembangan
Bidang Prosedur
1 2 3 4

Kolom 1 Nama satuan kerja tempat SOP AP akan diterapkan


Kolom 2 Klasifikasi/pengelompokan SOP AP pada bidang
tugas/proses tertentu (misalnya perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, atau kepegawaian,
keuangan, pembuatan kebijakan, dan lainnya)
Kolom 3 Nama prosedur yang akan distandarkan yang menjadi
bagian dari bidang klasifikasi/pengelompokannya
Kolom 4 Alasan SOP AP tersebut dikembangkan

C. Pengembangan SOP AP
Sebagai sebuah standar yang akan dijadikan acuan dalam proses
pelaksanaan tugas keseharian organisasi, pengembangan SOP AP tidak
merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan sekali langsung jadi, tetapi
memerlukan reviu berulang kali sebelum akhirnya menjadi SOP AP yang
valid dan reliabel yang benar-benar menjadi acuan bagi setiap proses
dalam organisasi.
Pengembangan SOP AP meliputi lima tahapan proses kegiatan secara
berurutan yang dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi dan identifikasi alternatif.
Tahap pertama yang dilakukan dalam pengembangan SOP AP adalah
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan dalam menyusun
SOP AP, dan mengidentifikasi informasi yang dicari, baik dari sumber
primer maupun sekunder.
Beberapa teknik pengumpulan informasi yang dapat digunakan:
a. teknik curah pendapat (brainstorming), biasanya dilakukan dalam
keadaan tim tidak memiliki cukup informasi yang diperlukan
dalam pengembangan SOP AP;
b. teknik diskusi terfokus (focus group discussion), dilakukan jika
tim telah memiliki informasi prosedur-prosedur yang akan
distandarkan tetapi ingin lebih mendalaminya dari orang-orang
yang dianggap menguasai secara teknis berkaitan dengan
informasi tersebut. Focus group discussion akan sangat
bermanfaat dalam menemukan prosedur-prosedur yang dianggap
efisien, cepat, dan tepat;

- 12 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

c. teknik wawancara, dilakukan jika tim ingin mendapatkan


informasi secara mendalam dari seorang informan kunci, yaitu
orang-orang yang menguasai secara teknis berkaitan dengan
prosedur-prosedur yang akan distandarkan;
d. teknik survey, dilakukan jika tim ingin memperoleh informasi dari
sejumlah besar orang yang terkait dengan pelayanan melalui
representasinya yang dipilih secara acak yang kemudian disebut
responden. Teknik ini biasanya dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai kualitas pelayanan apa yang diinginkan oleh
masyarakat/pelanggan. Informasi mengenai gambaran kualitas
pelayanan sangat penting dalam pengembangan SOP AP.
e. teknik perbandingan kualitas (benchmark), dilakukan jika tim
memandang bahwa terdapat banyak unit sejenis yang sudah
memiliki SOP AP yang dapat dijadikan contoh untuk
pengembangan SOP AP; dan
f. telaahan dokumen (review document), dilakukan untuk
memperoleh informasi sekunder dari dokumen-dokumen
pemerintah berkaitan dengan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan prosedur yang akan distandarkan.
Proses pengumpulan informasi menghasilkan identifikasi prosedur-
prosedur yang akan distandarkan, baik dalam bentuk
penyempurnaan prosedur-prosedur yang sudah ada sebelumnya,
pembuatan prosedur-prosedur yang sudah ada namun belum
distandarkan, atau prosedur-prosedur yang belum ada sama
sekali/baru.
Pada langkah selanjutnya tim harus menganalisis dan menentukan
alternatif prosedur yang paling memenuhi kebutuhan organisasi.
Sebagai alternatif cara untuk mengidentifikasi kebutuhan SOP AP
dapat dipergunakan cara identifikasi judul-judul SOP AP dengan
melakukan analisis tugas dan fungsi yang dimiliki organisasi sesuai
dengan peraturan pembentukan organisasi yang bersangkutan. Cara
identifikasi ini dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a. Bahwa setiap organisasi pemerintah dapat dipastikan selalu
memiliki peraturan mengenai struktur organisasi dan tata kerja
sebagai dasar pembagian struktur organisasi serta pembagian
tugas dan fungsi organisasinya;
b. Bahwa tugas dan fungsi organisasi pemerintah terbagi habis
seiring dengan pembagian struktur organisasi dari tingkatan
tertinggi sampai dengan tingkatan terendah;
c. Bahwa setiap tugas (dan fungsi) struktur terendah dalam
organisasi pemerintah dapat dipastikan mencerminkan fungsi dari
tugas dan fungsi struktur tingkat atasnya sampai struktur yang
paling tinggi. Atau dengan kata lain bahwa tugas (dan fungsi) yang
ada di dalam struktur terendah merupakan operasionalisasi tugas
(dan fungsi) seluruh tingkatan yang ada dalam struktur organisasi
yang bersangkutan;
d. Bahwa tugas dan fungsi organisasi pemerintah tercerminkan dari
output final atau end product (keluaran akhir) yang dihasilkan
oleh seluruh tingkatan struktur organisasi yang bersangkutan
baik yang berupa barang/benda (dokumen) yang berdimensi
produk maupun berupa jasa/kegiatan yang berdimensi proses;

- 13 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

e. Bahwa judul-judul SOP AP dirumuskan berdasarkan output final


yang didahului aspek kegiatan (aspek prosedur) secara
keseluruhan (makro) maupun secara parsial (mikro), yaitu: saat
awal (pra), pada saat (in) dan setelahnya (pasca);
f. Bahwa setiap organisasi pemerintah memiliki fungsi operating core
(fungsi utama), fungsi techno-structure (fungsi bantuan teknis)
seperti pengawasan dan fungsi support staff (fungsi
pendukung/kesekretariatan) sehingga judul-judul SOP AP sangat
ditentukan jenis-jenis fungsi yang diemban oleh struktur
organisasi yang bersangkutan dan sekaligus sebagai leading sector
(unit inti) fungsi tersebut;
g. Bahwa fungsi-fungsi struktur organisasi pemerintah yang sama
akan memiliki SOP AP yang relatif sama dengan perbedaan hanya
pada kolom pelaksana dan mutu baku serta identitas tertentu
saja.
Adapun langkah-langkah identifikasi SOP AP berdasarkan analisis
tugas dan fungsi yang dimiliki organisasi pemerintah adalah sebagai
berikut:
a. Menganalisis Tugas dan Fungsi Organisasi
Analisis tugas dan fungsi dilakukan dengan memerinci (mem-
breakdown) tugas dan fungsi struktur organisasi terendah
menjadi kegiatan yang operasional yang mencerminkan output
sementaranya baik yang berdimensi produk maupun yang
berdimensi proses;
b. Mengidentifikasi output final (end-product)
Identifikasi output final (end-product) dari output sementara yang
dihasilkan struktur terendah organisasi pemerintah dengan
melakukan penelusuran struktur yang menghasilkan output final
tersebut;
c. Mengidentifikasi aspek kegiatan dari output final (end-product)
Identifikasi aspek kegiatan dari output final (end-product) dengan
merumuskan aspek kegiatan keseluruhan (makro) dan aspek
parsial (mikro) yang ada di awal (pra), pada saat (in) dan setelah
(pasca) dari output final tersebut;
d. Merumuskan judul SOP AP
Rumusan judul SOP AP dilakukan dengan menggabungkan aspek
kegiatan dengan output final (end-product). Penggabungan aspek
kegiatan secara keseluruhan (makro) dengan output final menjadi
judul SOP makro dan penggabungan aspek parsial (mikro)
menjadi judul SOP mikro;
e. Mengindentifikasi seluruh judul SOP AP
Identifikasi seluruh SOP AP yang telah dihasilkan baik judul SOP
makro dan mikro dengan mengelompokkan sesuai dengan tingkat
struktur organisasinya. Keseluruhan judul SOP AP inilah
merupakan kebutuhan riil SOP AP yang harus disusun.
Untuk mempermudah identifikasi SOP AP dapt digunakan formulir
identifikasi sebagai berikut:

- 14 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Formulir Identifikasi SOP AP


berdasarkan Tugas dan Fungsi
No. Tugas Fungsi Sub-Fungsi Output Aspek Judul SOP
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Keterangan:
Kolom 1 Nomor urut SOP
Kolom 2 Tugas diisi dengan tugas berdasarkan peraturan yang ada
(diisi sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian
Tentang Organisasi dan Tata Kerja yang berlaku, contoh:
Permenperin No. 105/M-IND/PER/10/2010 bagi unit
organik, Permenperin No. 38/M-IND/PER/6/2006 s/d
Permenperin No. 50/M-IND/PER/6/2006 bagi unit UPT dan
BDI
Kolom 3 Fungsi diisi sesuai dengan fungsi unit Eselon IV (diisi
sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Tentang
Organisasi dan Tata Kerja yang berlaku)
Kolom 4 Sub-Fungsi diisi sesuai dengan urutan pekerjaan dalam
rangka pelaksanaan fungsi unit eselon III atau tugas eselon
IV
Kolom 5 Output diisi dengan output yang dihasilkan dari
fungsi/sub-fungsi yang ada (output lebih dari satu, baik
yang berupa produk baru ataupun berupa nilai tambah dari
yang sudah ada dan diberi nomor angka, misal: 1, 2, 3,...
Kolom 6 Aspek diisi dengan aspek yang terkait dengan output yang
bersangkutan (aspek ini biasanya berupa fungsi
manajemen, misal: penyusunan, pelaksanaan, evaluasi,
pelaporan, publikasi, distribusi) dengan diberi nomor angka
misal 1, 2, 3, ...
Kolom 7 Judul SOP diisi judul SOP yang terdiri dari unsur output,
aspek serta keterangan bila diperlukan

- 15 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Contoh Formulir Identifikasi SOP AP


Bagian Organisasi dan Tata Laksana Biro Hukum dan Organisasi (SJ-IND.4.4)

NO TUGAS FUNGSI SUB FUNGSI OUTPUT ASPEK JUDUL SOP

........

19. pelaksanaan Penyiapan bahan ...... …… ….. …..


penataan organisasi pembinaan, penyampaian usulan 1. Surat Menteri Penyusunan Penyusunan surat usulan
dan tata laksana penyusunan, penataan/ Perindustrian Penataan/ Penyempurnaan
penelaahan, dan penyempurnaan/ kepada Menteri PAN Organisasi dari Menteri
evaluasi organisasi, pembentukan dan RB Perindustrian kepada Menteri
analisis jabatan, dan organisasi di 2. Kajian/ Naskah Negara PAN dan RB
kinerja organisasi lingkungan Akademik Usulan
Kementerian, serta Kementerian Penataan/
perumusan dan Penyempurnaan/
pengembangan jabatan Pembentukan
fungsional Organisasi
..........
......... ........ ...........

.........

Urutan SOP Bagian Organisasi dan Tata Laksana

- 16 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

2. Analisis dan pemilihan alternatif.


Setelah berbagai informasi terkumpul, langkah selanjutnya
melakukan analisis terhadap alternatif-alternatif prosedur yang
berhasil diidentifikasi untuk distandarkan. Acuan dalam menentukan
alternatif mana yang dipilih untuk distandarkan antara lain sebagai
berikut (sesuai dengan prinsip penyusunan SOP AP):
a. Kemudahan dan kejelasan
b. Efisiensi dan efektivitas
c. Keselarasan
d. Keterukuran
e. Dinamis
f. Berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayani)
g. Kepatuhan hukum
h. Kepastian hukum
Dengan menggunakan aspek-aspek tersebut di atas, setiap alternatif
prosedur dapat diuji satu per satu. Hasil pengujian akan memberikan
informasi mengenai keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif
yang diajukan.
3. Penulisan SOP AP
Kegiatan penulisan SOP AP adalah pembuatan unsur prosedur SOP
AP yang terdiri dari bagian flowchart dan identitas dengan
menggunakan lima simbol dan format diagram alir bercabang
(branching flowchart). Dalam menentukan SOP AP yang akan dibuat,
terlebih dahulu diidentifikasi melalui tugas dan fungsi sebagaimana
yang telah dijelaskan pada bagian penilaian kebutuhan. Hal yang
penting dalam proses ini adalah bahwa kegiatan yang terdapat dalam
organisasi saling terkait dengan proses dan prosedur yang akan
distandarkan.
Untuk memudahkan penulisan SOP AP, yang harus dilakukan
sebagai berikut:
a. Identifikasi kegiatan yang dilakukan mulai dari awal hingga akhir
(selesainya) suatu kegiatan yang ditandai dengan dicapainya
tujuan kegiatan (output);
b. Identifikasi pelaksana yaitu siapa saja pelaksana yang terlibat
dalam pelaksaaan kegiatan tersebut. Pelaksana adalah pemangku
jabatan/kelompok orang (tim) dalam satuan kerja yang aktif
secara langsung terlibat dalam pelaksanaan kegiatan;
c. Buat simbol flowchart dengan menggunakan lima simbol dan
format diagram alir bercabang (branching flowchart) untuk
melambangkan kegiatan yang dilakukan;
d. Isi mutu baku;
e. Cek kembali kesesuaian nama SOP AP dengan input dan output
akhir kegiatan, apakah nama SOP AP sudah mencerminkan
cakupan input, output utama dan output akhir.
4. Pengujian dan Reviu SOP AP
Tahapan pengujian dan reviu dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Simulasi, yaitu kegiatan menjalankan prosedur sesuai dengan
SOP AP yang telah dibuat, tetapi tidak dengan pelaksana yang
sebenarnya, melainkan oleh tim penyusun SOP AP untuk melihat
apakah prosedur yang disusun telah memenuhi prinsip
penyusunan SOP AP; dan

- 17 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

b. Uji Coba, yaitu kegiatan percobaan untuk menjalankan prosedur


sesuai dengan SOP AP yang telah dibuat dengan melibatkan
pelaksana yang sebenarnya sehingga kendala-kendala yang
kemungkinan ditemui pada tahapan penerapan nantinya, dapat
dikenali terlebih dahulu.

5. Pengesahan SOP AP.


Proses pengesahan merupakan tindakan pengambilan keputusan
oleh pimpinan unit kerja Eselon I, Eselon II, maupun satuan kerja
unit pelaksana teknis/unit pendidikan. Proses pengesahan meliputi
penelitian ulang oleh pimpinan terhadap prosedur yang
distandarkan.
Untuk mempermudah penelitian ulang oleh Pimpinan, maka tim
dapat menyusun ringkasan eksekutif (executive summary) yang
berisikan garis besar prosedur yang telah distandarkan.

D. Penerapan SOP AP
Prinsip penerapan SOP AP:
1. Konsisten.
SOP AP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu,
oleh siapa pun, dan dalam kondisi yang relatif sama oleh seluruh
jajaran organisasi pemerintahan;
2. Komitmen.
SOP AP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh
jajaran organisasi, dari tingkatan yang paling rendah dan tertinggi;
3. Perbaikan berkelanjutan.
Pelaksanaan SOP AP harus terbuka terhadap penyempurnaan-
penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar
efisien dan efektif;
4. Mengikat.
SOP AP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan;
5. Seluruh unsur memiliki peran penting.
Seluruh aparatur melaksanakan peran-peran tertentu dalam setiap
prosedur yang distandarkan. Jika aparatur tertentu tidak
melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu
keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada
terganggunya proses penyelenggaraan pemerintahan;
6. Terdokumentasi dengan baik.
Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan
dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan acuan atau referensi
bagi setiap pihak-pihak yang memerlukan.

Proses penerapan SOP AP harus dapat memastikan bahwa tujuan-tujuan


berikut dapat tercapai:
1. setiap pelaksana mengetahui SOP AP baru/perubahan dan
mengetahui alasan;
2. salinan SOP AP disebarluaskan sesuai kebutuhan dan siap diakses
oleh semua pengguna;
3. setiap pelaksana mengetahui perannya dalam SOP AP dan dapat
menggunakan semua pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
untuk menerapkan SOP AP secara aman dan efektif termasuk
pemahaman akan akibat yang terjadi bila gagal dalam melaksanakan
SOP AP; dan
- 18 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

4. tersedianya mekanisme untuk monitoring/memantau kinerja,


mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin timbul, dan
menyediakan dukungan dalam proses penerapan SOP AP.
Untuk menjamin keberhasilan penerapan SOP AP diperlukan strategi
penerapan yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan Penerapan SOP AP
Pengembangan atau perubahan SOP AP harus disertai dengan
rencana penerapan yang tepat. Rencana penerapan akan
memberikan kesempatan untuk setiap anggota organisasi yang
berkepentingan untuk mempelajari dan memahami semua tugas,
arahan, dan jadwal serta kebutuhan sumber daya yang terkait.
2. Pemberitahuan (Notification)
Langkah selanjutnya dari proses penerapan setelah penyusunan
rencana penerapan adalah proses pemberitahuan/penyebarluasan
informasi perubahan.
3. Distribusi dan Aksesibilitas
Salinan/copy dari berbagai SOP AP yang dikembangkan harus
tersedia untuk semua pelaksana yang terkait dalam SOP AP
tersebut. Jika pelaksana tidak memiliki akses terhadap SOP AP yang
baru dikembangkan, maka SOP AP tidak dapat diterapkan dengan
baik, sehingga mereka tidak dapat dianggap bertanggung-jawab jika
terdapat kesalahan prosedur.
4. Pelatihan Pemahaman SOP AP
Penerapan SOP AP yang efektif terkadang membutuhkan pelatihan
untuk pelaksananya. Tergantung dengan kebutuhan dan waktu yang
ada, pelatihan bisa dalam bentuk formal atau informal, dilaksanakan
dalam kelas ataupun pada pelaksanaan tugas sehari-hari.
Tapi apapun bentuknya, yang paling utama adalah program yang
dirancang harus dapat memenuhi prinsip-prinsip pendidikan orang
dewasa, dengan mempertimbangkan empat komponen utama:
motivasi, alih informasi, kesempatan untuk melatih keterampilan
baru, dan peningkatan kemampuan.
Pemberian pelatihan dimulai dengan penilaian kebutuhan pelatihan,
penyusunan materi pelatihan, pemilihan peserta pelatihan,
pemilihan instruktur, serta penjadwalan dan pengadministrasian
pelatihan.
5. Supervisi
Penerapan SOP AP juga memerlukan adanya supervisi sampai SOP
AP benar-benar dikuasai oleh para pelaksana. Dalam kaitan dengan
hal ini, maka perlu dibentuk tim yang selalu siap memberikan
supervisi secara terus menerus.
E. Monitoring dan Evaluasi Penerapan SOP AP
Penerapan SOP AP harus secara terus menerus dipantau sehingga
proses penerapannya dapat berjalan dengan baik. Berbagai masukan
yang akan menjadi bahan evaluasi, sehingga penyempurnaan terhadap
SOP AP dapat dilakukan secara cepat dan tepat sesuai kebutuhan.
1. Monitoring
Proses ini bertujuan untuk memastikan kinerja pelaksana sesuai
dengan SOP AP yang telah ditetapkan, mengidentifikasi
permasalahan yang mungkin timbul, dan menentukan cara untuk
meningkatkan hasil penerapan.

- 19 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Monitoring SOP AP dilaksanakan secara reguler setiap 6 (enam)


bulan sekali sedangkan pelaksanaan monitoring secara umum
melekat pada saat SOP AP dilaksanakan oleh pelaksananya. Metode
yang dapat digunakan dalam kegiatan monitoring tersebut antara
lain:
a. Observasi Supervisor;
Metode ini menggunakan supervisor di setiap unit kerja sebagai
observer yang memantau jalannya penerapan SOP AP.
b. Interview dengan pelaksana;
Monitoring dilakukan melalui wawancara dengan para pelaksana.
c. Interview dengan pelanggan/anggota masyarakat;
Pengumpulan informasi dari pihak luar organisasi, terutama para
pelanggan atau masyarakat.
d. Pertemuan dan diskusi kelompok kerja; dan
e. Pengarahan dalam pelaksanaan.
Monitoring juga dapat dilakukan dengan memberikan
pengarahan dalam pelaksanaan SOP AP, untuk menjamin agar
proses berjalan sesuai dengan prosedur yang telah dibakukan.
Untuk membantu dokumentasi dalam melakukan monitoring, dapat
digunakan tabel sebagai berikut:

Formulir Monitoring Pelaksanaan SOP AP


Penilaian Catatan Tindakan Paraf
No. Prosedur Terhadap Hasil yang harus Penilai
Penerapan Penilaian Diambil
1 2 3 4 5 6
Berjalan dengan
baik
1.
Tidak berjalan
dengan baik
Berjalan dengan
baik
2.
Tidak berjalan
dengan baik
Berjalan dengan
baik
3.
Tidak berjalan
dengan baik
... ... ...

Keterangan:
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut
Kolom 2 Diisi SOP AP yang dimonitor proses penerapannya
Kolom 3 Jika ternyata hasil penilaian berjalan dengan baik, maka
diberikan tanda “X” pada kotak yang tersedia dengan label
“Berjalan dengan baik”. Jika ternyata hasil penilaian
menunjukkan bahwa penerapan SOP AP tidak dapat
berjalan dengan baik, maka diberikan tanda “X” pada kotak
dengan label “Tidak berjalan dengan baik
Kolom 4 Diisi dengan catatan hasil penilaian, terutama untuk hasil
penilaian “Tidak berjalan dengan baik”. Catatan antara lain
adalah: alasan mengapa prosedur tidak dapat berjalan
dengan baik, hal-hal mana yang dianggap tidak berjalan
dengan baik, apa kemungkinan penyebab”

- 20 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

Kolom 5 Diisi dengan tindakan-tindakan yang harus diambil agar


SOP AP dapat diterapkan dengan baik, misalnya: perlu
adanya penyempurnaan, pelatihan bagi pelaksana,
perbaikan sarana yang tidak memadai, dan sebagainya
Kolom 6 Diisi dengan paraf petugas yang melakukan penilaian
Selain membantu memastikan bahwa SOP AP telah
dilaksanakan dengan benar, hasil monitoring kinerja juga
dapat dijadikan masukan dalam fase berikutnya dalam –
Evaluasi.

2. Evaluasi
Evaluasi sebagai langkah tindak lanjut dari monitoring, masukan-
masukan dalam setiap upaya monitoring akan menjadi bahan
evaluasi terhadap SOP AP, sehingga penyempurnaan SOP AP dapat
dilakukan dengan cepat sesuai dengan kebutuhan. Dengan melihat
kembali tingkat keakuratan dan ketepatan penerapan SOP AP yang
sudah disusun dengan proses penyelenggaraan tugas dan fungsi
satuan kerja maka organisasi satuan kerja dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Evaluasi SOP AP secara regular dilaksanakan
dalam kurun waktu 1 (satu) tahun dan secara insidentil dapat
dilakukan sesuai kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
Untuk memudahkan evaluasi dapat digunakan table sebagai berikut:

Formulir Evaluasi Penerapan SOP AP

SOP AP (nomor)
No. Penilaian
1 2 3 4 5 ...
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Mampu mendorong
peningkatan kinerja
2. Mudah dipahami
3. Mudah dilaksanakan
4. Semua orang dapat
menjalankan perannya
masing-masing
5. Mampu mengatasi
permasalahan yang berkaitan
dengan proses
6. Mempu menjawab
kebutuhan peningkatan
kinerja organisasi
7. Sinergi satu dengan lainnya
... ...

Keterangan:
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut
Kolom 2 Kriteria penilaian evaluasi (bisa ditambahkan dan
diubah sesuai kebutuhan evaluasi)
Kolom 3 s/d 8 dst Diisi jika masih ada SOP AP yang akan dievaluasi.

Keberhasilan evaluasi tidak hanya terletak pada bagaimana informasi


dikumpulkan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, namun
demikian juga pada siapa yang melakukan evaluasinya (evaluator).
Untuk menghasilkan evaluasi yang baik, diperlukan tim evaluator
yang baik pula. Oleh karena itu, evaluasi SOP AP setidaknya
- 21 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

dilakukan oleh tim yang menyusun SOP AP tersebut. Tim ini, karena
keterlibatannya sejak awal, dipandang dapat memperhatikan detail-
detail yang termuat dalam SOP AP tersebut, sehingga mampu melihat
mana detail yang perlu dirubah, disempurnakan ataupun dibuatkan
yang baru. Namun demikian, keterlibatan orang lain diluar tim yang
sudah ada yang dianggap memiliki kompetensi untuk melakukan
evaluasi tersebut akan sangat membantu tim evaluasi. Pelibatan orang
semacam ini akan memberikan pandangan lain yang mungkin dapat
memberikan pembaruan-pembaruan yang diperlukan dalam evaluasi.

- 22 -
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 42/M-IND/PER/8/2013

BAB III
PENUTUP

Penyusunan SOP AP merupakan bagian kecil dari pengembangan business


process. Meskipun SOP AP merupakan bagian kecil dari aspek
penyelenggaraan administrasi pemerintah, namun SOP AP memiliki peran
yang penting untuk menciptakan pemerintah yang efisien, efektif,
transparan dan akuntabel. Oleh karena itu penyusunan SOP AP yang benar
sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan SOP AP mutlak diperlukan.

Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan yang baku dalam penyusunan
SOP AP, sehingga dapat mendorong setiap pegawai dan pejabat dalam
melaksanakan pekerjaan dengan efisien, memudahkan mereka dalam
memantau hasil pekerjaan, bekerja makin terarah tanpa harus menunggu
instruksi pimpinan. Diharapkan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
dan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

- 23 -

Anda mungkin juga menyukai