Anda di halaman 1dari 23

BAHAN AJAR

OTOMATISASI TATA KELOLA HUMAS DAN


KEPROTOKOLAN
KELAS XI

REGULASI BIDANG KEHUMASAN

Disusun oleh
Rozi Afrianto, S.Pd.
Kompetensi Dasar
3.2 Memahami regulasi bidang kehumasan

4.2 Melaksanakan regulasi bidang kehumasan


Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini peserta didik diharapkan dapat :
1. Menjelaskan regulasi bidang kehumasan
2. Mengemukakan macam-macam regulasi kehumasan
3. Mengemukakan aspek-aspek kehumasan
4. Menginterpretasikan regulasi kehumasan
Materi Pokok
1. Pengertian regulasi bidang kehumasan
2. Macam-macam regulasi Kehumasan
3. Permendagri tentang tata kelola kehumasan
4. Aspek-aspek Kehumasan
A. Regulasi Tata Kelola Humas

Humas biasa sebut dengan Public Relations adalah salah satu bidang baru di Indonesia.
Pada dasarnya lahirnya humas atau PR seperti yang dlakukan sekarang ini merupakan dampak
dari berbagai bentuk kemajuan dalam berbagai macam bidang. Di Indonesia Sendiri humas
memiliki regulasi atau aturan yang bertujuan agar humas mampu bekerja dengan baik, dan
benar sehingga dapat mencapai tujuan dari organisasi atau perusahaan.

1. Hakikat Regulasi Bidang Kehumasan


Pada dasarnya seluruh kehidupan atau mobilitas dari kehidupan manusia
mempunyai berbagai bentuk aturan dengan tujuan untuk meningkatkan seluruh
kebijaksanaan dan juga peningkatan kualitas mutu dari berbagai unsur yang terjadi dalam
kehidupan. Aktivitas kehumasan yang dilakukan sebagai profesi dan juga didasarkan pada
keahlian dalam bidang keilmuan yang memiliki berbagai bentuk nilai dasar yang dijadikan
sebagai suatu acuan oleh pelaku humas dalam melaksanakan berbagai bentuk pekerjaan
dan juga untuk membentuk batasan-batasan dalam berbagai perilaku dan keputusan yang
dianggap menjadi dua hal yang memiliki keterkaitan.
Menurut KBBI regulasi merupakan bentuk pengendalian perilaku manusia atau
masyarakat dengan pembatasan atau aturan. Pada dasarnya regulasi dapat digunakan atau
diterapkkan dalam berbagai bentuk termasuk profesi humas. Regulasi biasa kita kenal pula
dengan kode etik. Kode etik dapat diartikan sebagai pola atau aturan, tata cara, tanda
pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.

2. Keterkaitan Regulasi dan Perilaku Praktisi Humas


Pada dasarnya regulasi dan perilaku dari praktisi humas memiliki keterkaitan. Hal
tersebut dikarenakan dengan adanya regulasi atau aturan terhadap praktisi humas untuk
melaksanakan berbagai tanggung jawab sebagai seorang humas, sedangkan perilaku humas
merupakan suatu respon yang terjadi setelah adanya regulasi itu sendiri dijalankan sebagai
bentuk dari segala sesuatu yang telah dikerjakan dan juga dilaksanakan oleh praktisi
humas. Sehingga keterkaitan antara regulasi dan perilaku humas yaitu upaya untuk
membatasi setiap respons dan dalam memberikan respons agar tidak menimbulkan dampak
negatif bagi humas ataupun perusahaan.
Kode etik sangat diperlukan dalam kehumasan karena bagian humas dikatakan
sebagai jantung dari suatu organisasi. Karena humas merupakan pengendali komunikasi
internal maupun ekternal. Humas juga mengatasi krisis organisasi humas. Kode etik, etis
profesi dan etika kehumasan serta aspek-aspek hukum dalam aktivitas komunikasi penting
bagi seorang praktisi humas atau professional humas dalam melaksanakan peran dan
fungsinya untuk menciptakan citra baik bagi dirinya sendiri sebagai penyandang
profesional humas dan citra baik bagi suatu lembaga atau organisasi yang diwakilinya.
3. Dampak Regulasi dan perilaku praktisi humas
Adanya regulasi dan perilaku humas akan berdampak pada kualitas dan kinerja
humas dakan lebih baik dan ketika humas bekerja dalam bidang yang dinamis regulasi akan
menjadi penting dalam menjalakan setiap kegiatan yang dilakukan oleh humas. Regulasi
menjadi sangat penting dalam berbagai bentuk perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat, sehingga regulasi memiliki peran yang aktif dan juga merupakan suatu bagian
dari hal yang penting dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh praktisi humas.
Di Indonesia Perhumas (Perhimpunan Humas) sudah membuat kode etik atau
regulasi. Regulasi ini berisi berbagai bentuk aturan yang harus ditaati oleh masyarakat,
media massa dan juga rekan sejawat dan sebagainya yang terdiri dari 4 pasal, sedangkan
APPRI (Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia) juga membuat kode etik atau
regulasi yang terdiri dari 17 pasal.

B. Regulasi Profesi Kehumasan

1. Perhimpunan Humas (Perhumas)


Berdirinya PERHUMAS berawal ketika salah satu seorang praktisi humas, Marah Joenoes,
menghadiri “World Public Relations Congress” ke-6 yang diselenggarakan di Jenewa.
Almarhum Marah Joenoes sangat bersemangat untuk mewujudkan cita-citanya dan terlibat
aktif dalam berbagai diskusi persiapan pendirian sebuah forum profesi kehumasan.
Pertemuan pertama diadakan di gedung Wisma Internasional Pertamina (kini Gedung
Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata RI – PEPABRI) di jalan Diponegoro No.
53, Jakarta yang dihadiri oleh para praktisi kehumasan dari berbagai instansi pemerintah
baik sipil maupun militer, Badan Usaha Milik Negara, swasta maupun konsultan. Berikut
ini adalah kode etik dan juga regulasi professional kehumasan jika didasarkan pada
Perhumasan Indonesia:
KODE ETIK PROFESI
PERHUMAS INDONESIA
Dijiwai oleh Pancasila maupun UUD 1945 sebagai landasan tata kehidupan nasional;
Diilhami oleh Piagam PBB sebagai landasan tata kehidupan internasional; Dilandasi
oleh Deklarasi Asean (8 Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia
Tenggara; dan dipedomi oleh cita-cita, keinginan dan tekad untuk mengamalkan sikap
dan perilaku kehumasan secara professional; kami para anggota Perhimpunan Hubungan
Masyarakat Indonesia – PERHUMAS INDONESIA sepakat untuk mematuhi Kode
ETik Kehumasan Indonesia, dan bila terdapat bukti-bukti diantara kami dalam
menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang melanggarnya, maka hal itu sudah
tentu mengakibatkan diberlakukannya tindak organisasi terhadap pelanggarnya.
Pasal 1
KOMITMEN PRIBADI
Anggota PERHUMAS harus :
1. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin dalam
menjalankan profesi kehumasan
2. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya memasyarakatan kepentingan
Indonesia
3. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga Negara Indonesia yang serasi
daln selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa
Pasal II
PERILAKU TERHADAP KLIEN ATAU ATASAN
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan
2. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang bersaing tanpa
persetujuan semua pihak yang terkait
3. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan, maupun yang
pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan atasan
4. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan
martabat, klien atau atasan, maupun mantan klien atau mantan atasan
5. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima pembayaran,
komisi atau imbalan dari pihak manapun selain dari klien atau atasannya yang telah
memperoleh kejelasan lengkap
6. Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan bahwa pembayaran atau
imbalan jasa-jasanyaharus didasarkan kepada hasil-hasil tertentu, atau tidak akan
menyetujui perjanjian apapun yang mengarah kepada hal yang serupa
Pasal III
PERILAKU TERHADAP MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat
serta harga diri anggota masyarakat
2. Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas sarana maupun jalur
komunikasi massa
3. Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat
menodai profesi kehumasan
4. Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia
Pasal IV
PERILAKU TERHADAP SEJAWAT
Praktisi Kehumasan Indonesia harus:
1. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tindak professional
sejawatnya. Namun bila ada sejawat bersalah karena melakukan tindakan yang tidak etis,
yang melanggar hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar Kode Etik Kehumasan
Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan PERHUMAS
INDONESIA
2. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk menggantikan kedudukan
sejawatnya
3. Membantu dan berkerjasama dengan sejawat di seluruh Indonesia untuk menjunjung tinggi
dan mematuhi Kode Etik Kehumasan ini.

Tugas Mandiri
Kerjakan tugas berikut secara mandiri!
Setelah Anda membaca dan mempelajari regulasi humas menurut Perhumas Indonesia,
cobalah mengidentifikasi nilai atau norma yang terdapat pada setiap pasalnya.
Nilai atau Norma utama
Pasal Topik Jumlah Butir pasal
yang disampaikan

2. Asosiasi Perusahaan Publik Relations Indonesia


Pada dasarnya regulasi dalam bidang kehumasan dianataranya meliputi kode etik profesi
kehumasan berdasarkan Asosiasi Perusahaan Public Relation Indonesia yaitu sebagai
berikut:
Pasal 1
Norma-Norma Perilaku Profesional
Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib menghargai
kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap anggota masyarakat. Menjadi tanggung
jawab pribadinya untuk bersikap adil dan jujur terhadap klien, baik yang mantan maupun
sekarang, dan terhadap sesama anggota Asosiasi, anggota media komuniaksi serta
msyarakat luas.
Pasal 2
Penyebarluasan Informasi
Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan secara sengaja dan tidak bertanggung jawab,
informasi yang palsu atau yang menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras
mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk menjaga integritas
dan ketepatan informasi.
Pasal 3
Media Komunikasi
Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas media
komunikasi.
Pasal 4
Kepentingan yang tersembunyi
Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apapun yang secara sengaja
bermaksud memecah belah atau menyesatkan, dengan cara seolah-olah ingin memajukan
kepentingan lain yang tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban untuk menjaga agar
kepentingan sejati organisasi yang menjadi mitra kerjanya benar-benar terlaksana secara
baik.
Pasal 5
Informasi Rahasia
Seorang anggota (kecuali apabila diperinta oleh aparat hukum yang berwenang) tidak akan
menyampaikan atau memanfaatkan informasi yang diberikan kepadanya, atau yang
diperolehnya, secara pribadi dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia dari
kliennya, baik di masa lalu, kini ataupun di masa depan, demi untuk memperoleh
keuntungan pribadi atau untuk keuntungan lain tanpa persetujuan jelas dari yang
bersangkutan.
Pasal 6
Pertentangan Kepentingan
Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan
atau saling bersaingan, tanpa persetujuan jelas dari pihak-pihak yang bersangkutan, dengan
terlebih dahulu mengemukakan fakta-fakat yang terkait.
Pasal 7
Sumber-sumber pembayaran
Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota tidak akan menerima
pembayaran, baik tunai maupun dalam bentuk lain, yang diberikan sehubungan dengan
jasa-jasa tersebut, dari symber manapun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.
Pasal 8
Memberitahukan Kepentingan Keuangan
Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu organisasi, tidakk
akan menyarankan klien atau majikannya untuk memakai organisasi tersebut atau
memanfaatkan jasa-jasa organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu
kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut.
Pasal 9
Pembayaran Berdasarkan hasil Kerja
Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujuai persyaratan dengan
calon majikkan atau calon klien, bedasarkan pembayaran yang tergantung pada hasil
pekerjaan PR tertentu di masa depan.
Pasal 10
Menumpang Tindih Pekerjaan anggota Lain
Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan cara mendekatai
langsung atau secara pribadi, calon majikannya atau calon langganan yang potensial, akan
mengambil langkah-langkah yang diperlukkan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau
kegiatan tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain, apabila demikian, maka menjadi
kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut mengenai usaha dan pendekatan
yang akan dilakukannya terhadap klien tersebut. (sebagian atau seluruh pasla ini sama
sekali tidak dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa-jasanya secara
umum)
Pasal 11
Imbalan kepada karyawan Kantor-kantor Umum
Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan apapun, dengan tujuan
memajukan kepentingan pribadinya (atau kepentingan klien) kepada orang yang
menduduki suatu jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan
masyarakat luas.
Pasal 12
Mengaryakan Anggota Parlemen
Seorang anggota yang memperkerjakan seorang anggota parlemen, baik sebagai konsultan
ataupun pelaksana, akan memberitahukan kepada ketua anggota asosiasi tentang hal
tersebut maupun tentang jenis pekerjaan yang bersangkutan. Ketua asosiasi akan mencatat
hal tersebut dalam suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut.
Seorang anggota asosiasi yang kebetulan juga menjadi anggota parlemen, wajib
memberitahukan atau memberikan peluang agar terungkap, kepada ketua, eemua
keterangan apapun mengenai dirinya.
Pasal 13
Mencemarkan Anggota-anggota Lain
Seorang anggota tidak akan dengan itikad buurk mencemarkan nama biak atau praktik
professional anggota lain.
Pasal 14
Instruktur / Perintah Pihak-Pihak Lain
Seorang anggota yang secara sadar mengakibatkan atau memperbolehkan orang atau
organisasi lain untuk bertindak sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik
ini, atau turut secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, mkaan dianggap
telah melanggar kode etik ini
Pasal 15
Nama Baik profesi
Seorang anggota tidak akan berperilaku sedemikian rupa sehingga merugikan nama baik
asosiasi maupun profesi Public Relations.
Pasal 16
Menjunjung Tinggi Kode Etik
Seorang anggota wajib menjungjung tinggi kode etik ini, dan wajib bekerja sama dengan
anggota lain dalam menjunjung tinggi kode etik, serta dalam melaksanakan keputusan-
keputusan tentang hal apa pun yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan
tersebut. Apabila seorang anggota mempunyai alsana untuk berprasangka bahsaw anggota
lain terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapay merusak kode etik ini, maka ia
berkewajiban untuk memberitahukan hal tersebut kepada Asosiasi. Semua anggota wajib
mendukung asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakan kode etik ini, dan Asosiasi
wajib mendukung setiap anggota yang menerapkan dan melaksanakan kode etik ini.
Pasal 17
Profesi Lain
Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung dalam suatu profesi,
seorang anggota akan menghargai kode etik dari profesi tersebut dan secara sadar tidak
akan turut dalam kegiatan apapun yang dapat mencemarkan kode etik tersebut.

Tugas Mandiri
Kerjakan tugas berikut secara mandiri!
Setelah Anda membaca dan mempelajari regulasi humas menurut Asosiasi Perusahaan
Public Relation Indonesia, cobalah mengidentifikasi larangan-larangan yang ada.

Pasal Topik Larangan-larangan

3. IPRA (Internasional Public Relations Association)


Berikut ini adalah regulasi dan kode etik kehumsan jika didasarkan pada IPRA
(International Public Relations Association):
a. Integritas pribadi dan professional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan
kode IPRA.
b. Perilaku kepada klien dan karyawan
1) Perlakukan yang adil terhadap klien dan karyawan.
2) Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan.
3) Menjaga kepercayaan klien dan karyawan
4) Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain.
5) Tidak menggunkan metode yang menghina klien atau majikan lain
6) Menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu
c. Perilaku terhadap publik dan media
1) Memerhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang
2) Tidak merusak integritas media komunikasi.
3) Tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan.
4) Memberikan gambar yang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani.
5) Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani
kepentingan pribadi yan terbuka.
d. Perilaku terhadap teman sejawat
1) Tidak melukai secara sengaja reputasi professional atau praktik anggota lain.
2) Tidak berupaya menggatikan anggota lain dengan kliennya
3) Bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan
kode etik ini.

Tugas Mandiri
Kerjakan tugas berikut secara mandiri!
Setelah Anda membaca dan mempelajari regulasi humas menurut IPRA, cobalah anda
memberikan keterangan yang ada pada kolom tabel yang kosong dengan kolom tabel yang
sudah terisi terkait regulasi dan kode etik IPRA.
Kata Kunci Terkait
No Point Regulasi Kode Etik IPRA Macam Jenis Perilaku
yang ada
1 ................................................ ............................... Perilaku terhadap diri
2 ................................................ Klien, Karyawan ............................................
3 a. Tidak merusak integritas .............................. .............................................
media komunikasi
b. Mejaga kompensasi yang
bergantung pada
pencapaian hasil
4 ................................................. .............................. Perilaku terhadap teman
sejawat
C. Permendagri Tentang Tata Kelola Kehumasan

Berikut peraturan Menteri Dalam Negeri no 13 Tahun 2011 tentang pedoman


pelaksanaan Tugas Kehumasan di Lingkungan Kementerian dalam Negeri dan Pemerintah
daerah yaitu:

BAB I
KETENTUAN UMUM
PASAL 1
1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh permerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembatuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
3. Hubungan Masyarakat Pemerintah yang selanjutnya disebut Humas Pemerintah adalah
aktivitas lembaga dan atau individu penyelenggara pemerintahan, yang melakukan fungsi
manajemen dalam bidang komunikasi dan informasi kepada publik pemangku kepentingan
dan sebaliknya
4. Lembaga Kehumasan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yang
selanjutnya disebut Lembaga Kehumasan adalah unit organisasi dalam suatu lembaga
pemerintahan yang melakukan fungsi manajemen bidang komunikasi dan informasi serta
tugas-tugas kehumasan
5. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung
nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat,
didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun
nonelektronik
6. Penyebarluasan Informasi adalah kegiatan menyampaikan informasi kepada masyarakat
khususnya melalui media massa
7. Juru Bicara Pemerintah adalah pejabat yang tugas dan fungsinya melakukan kegiatan
penyebarluasan informasi
8. Pejabat Kehumasan adalah kepala unit kerja yang melaksanakan urusan wajib bidang
komunikasi dan informasi serta tugas-tugas kehumasan
9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah
10. Kepala Pusat Penerangan yang selanjutnya disingkat Kapuspen adalah pejabat yang
mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Kementerian Dalam Negeri dalam
merumuskan kebijakan fasilitasi pelaksanaan penerangan masyarakat dan melaksanakan
pembinaan hubungan dengan lembaga resmi dan masyarakat serta merumuskan
kebijakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

BAB II
TUGAS, KEDUDUKAN, DAN WEWENANG LEMBAGA KEHUMASAN
PASAL 2
Lembaga Kehumasan melaksanakan tugas kehumasan di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah.
PASAL 3
(1) Lembaga Kehumasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai tugas:
a. memberikan informasi kepada masyarakat berkaitan dengan kebijakan, program
dan kegiatan pemerintah
b. mengelola informasi yang akan dikomunikasikan kepada masyarakat secara cepat,
tepat, akurat, proporsional dan menarik, selaras dengan dinamika masyarakat.
c. Menyampaikan informasi kebijakan, program dan kegiatan pemerintah secara
lengkap, utuh, tepat dan benar kepada masyarakat.
d. memberikan pemahaman kesamaan visi, misi dan persepsi antara masyarakat dan
pemerintah.
e. Menampung aspirasi publik sebagai masukan dalam mengevaluasi kebijakan,
program dan kegiatan pemerintah.
(2) Lembaga kehumasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai fungsi sebagai
tempat komunikasi pemerintah kepada masyarakat
PASAL 4
(1) Pejabat kehumasan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri bertindak sebagai juru
bicara Menteri Dalam Negeri
(2) Pejabat kehumasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada
Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal
PASAL 5
(1) Pejabat kehumasan di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi bertindak sebagai juru
bicara Gubernur
(2) Pejabat kehumasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada
Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi
PASAL 6
(1) Pejabat kehumasan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bertindak sebagai
juru bicara Bupati/Walikota
(2) Pejabat kehumasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada
Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
PASAL 7
Pejabat kehumasan secara fungsional dapat berkoordinasi dengan Menteri Dalam
Negeri, Gubernur, Bupati/Walikota dalam hal
a. meminta pendapat mengenai rencana penyampaian informasi tertentu;
b. meminta arahan dan penjelasan untuk mengetahui latar belakang pengambilan
kebijakan, keputusan dan tindakan pimpinan yang dianggap perlu; dan
c. menyampaikan laporan tentang umpan balik dari masyarakat terhadap kebijakan
pimpinan yang dianggap perlu
PASAL 8
Pejabat kehumasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 diikutsertakan
dalam rapat pembahasan dan perumusan berbagai kebijakan strategis di lingkungan kerja
masing-masing
PASAL 9
Pejabat kehumasan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mempunyai wewenang:
a. mencari, mengolah dan menganalisa informasi
b. menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan strategis kehumasan untuk
menigkatkan citra pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawa(
c. memberikan informasi kebijakan
d. menyebarluaskan informasi kebijakan pemerintahan, politik, pembangunan
dan kemasyarakatan
e. menanggapi berita dan pendapat publik yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
BAB III
RUANG LINGKUP
PASAL 10
Ruang lingkup kehumasan meliputi:
a. manajemen hubungan masyarakat
b. hubungan kerja dan koordinasi antar lembaga
c. pengembangan analisa media dan informasi
d. manajemen komunikasi krisis
e. analisa pemberitaan media massa
f. tatakelola infrastruktur kehumasan
g. konsultasi public
h. pelayanan dan penyebarluasan informasi dan dokumentasi
i. pengawasan penyelenggaraan kehumasan; dan
j. evaluasi penyelenggaraan kehumasan
PASAL 11
(1) Manajemen hubungan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a
dilaksanakan melalui pelaksanaan kegiatan:
a. fungsi manajemen kehumasan untuk menilai sikap dan opini publik
b. identifikasi kebijaksanaan dan tata cara organisasi; dan
c. perencanaan kebijakan, program dan kegiatan komunikasi untuk memperoleh pengertian
dan dukungan public
(2) Manajemen hubungan masyarakat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. mencari, mengumpulkan, mengolah, memverifikasi data dan informasi
b. menyusun program dan kegiatan kehumasan
c. merencanakan dan menyusun anggaran kehumasan;
d. membuat standar operasional dan prosedur humas
e. merencanakan dan mengusulkan pengadaan infrastruktur penunjang tugas kehumasan
f. meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia di bidang kehumasan
g. membentuk pusat pengelolaan informasi dan dokumentasi
h. menyebarluaskan informasi; dan
i. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kehumasan
PASAL 12
(1) Hubungan kerja dan koordinasi antar lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf b dilaksanakan dengan membangun hubungan koordinatif dan konsultatif antar unit
atau satuan kerja, dan praktisi kehumasan dengan satuan kerja perangkat daerah lainnya,
media massa dan lembaga masyarakat lainnya
(2) Hubungan kerja dan koordinasi antar lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dilakukan dengan:
a. menjalin hubungan kerja dengan pengelola informasi dan dokumentasi di lingkungan
Kementerian Dalam Negeri
b. menjalin hubungan kerja dengan pengelola informasi dan dokumentasi di lingkungan
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
c. menjalin hubungan kerja dan koordinasi dengan lembaga kehumasan lainnya melalui
forum koordinasi kehumasan
d. menjalin hubungan dengan media
e. memetakan dan monitoring media massa
f. menyusun data dan informasi lembaga dan organisasi mitra
g. melakukan komunikasi persuasif dan negosiasi
h. memberikan sosialisasi kepada elemen masyarakat
i. melaksanakan hubungan kemitraan dengan pihak swasta
j. melaksanakan forum diskusi
k. memberikan hak jawab dan hak koreksi terhadap pemberitaan media massa
l. melaksanakan program kemanusiaan; dan
m. menyelenggarakan dan mengikuti pameran
PASAL 13
(1) Pengembangan analisa media dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c
dilaksanakan melalui pengumpulan informasi secara sistimatis, akurat dan akuntabel.
(2) Pengembangan analisa media dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan:
a. membuat skala prioritas isu yang harus disampaikan kepada public
b. memilih media yang lebih tepat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi lokal, bentuk
pesan yang akan disampaikan dan luasan cakupan wilayah yang menjadi sasaran
komunikasi
c. pembentukan kelompok kerja untuk analisa isu-isu strategis yang berhubungan dengan
kebijakan pemerintah di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
d. menganalisis kemungkinan terjadinya perubahan dan dampak kebijakan yang
dikeluarkan dengan mengikuti perkembangan berita, baik lokal, regional maupun
internasional
e. melaksanakan penelitian dan pengembangan manajemen umpan balik informasi
f. melaksanakan pengumpulan pendapat umum
g. melaksanakan analisis isi berita; dan
h. menganalisa isu dan pendapat umum
PASAL 14
(1) Manajemen komunikasi krisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d diarahkan pada
penataan sistem dan hubungan komunikasi internal organisasi.
(2) Manajemen komunikasi krisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d untuk
penanganan krisis yang terjadi pada unit kerja masing-masing.
(3) Manajemen komunikasi krisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d meliputi:
a. penyusunan dan sosialisasi manual penanganan isu dan krisis
b. komunikasi dalam situasi krisis
c. pembentukan kelompok kerja pusat penanganan krisis
d. pengawasan perkembangan situasi krisis; dan
e. pelaporan perkembangan krisis
PASAL 15
(1) Analisa pemberitaan media massa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e
diarahkan pada kegiatan menganalisa isi pemberitaan media dan memetakan arah dan
orientasi media massa.
(2) Analisa pemberitaan media massa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e meliputi:
a. inventarisasi jumlah media cetak, elektronik dan online
b. analisis isi pemberitaan media massa; dan
c. pemetaan dinamika isu pemberitaan media;
PASAL 16
(1) Tatakelola infrastruktur kehumasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf f
diarahkan pada pemanfaatan, pemeliharaan dan pertanggungjawaban semua sarana dan
prasrana yang dibutuhkan dalam mengoptimalkan kinerja lembaga kehumasan pemerintah
(2) Tatakelola infrastruktur kehumasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf f
dilakukan dengan:
a. merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung tugas-tugas kehumasan
b. melakukan pengadaan barang dan jasa terkait infrastruktur kehumasan; dan
c. melakukan pengelolaan sarana dan prasarana teknologi informasi kehumasan
PASAL 17
(1) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g diarahkan pada
komunikasi antara Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan masyarakat
(2) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk memperoleh masukan dalam
memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan urusan pemerintahan di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
(3) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g meliputi:
a. pembentukan kelompok kerja konsultasi public
b. penyediaan akses bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyampaian aspirasi,
masukan dan kritik terhadap kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah;
c. pelaksanaan forum dialog bersama pemerintah dan masyarakat berlandaskan prinsip
kemitraan; dan
d. fasilitasi penanganan pengaduan masyarakat
PASAL 18
(1) Pelayanan dan penyebarluasan informasi dan dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf h merupakan rangkaian kegiatan mengumpulkan, mengolah,
mendokumentasikan dan mempublikasikan informasi kebijakan, program dan kegiatan baik
dalam bentuk cetakan, photo maupun data elektronik
(2) Hasil dari rangkaian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bahan dalam
pelaksanaan fungsi komunikasi pemerintahan
(3) Pelayanan dan penyebarluasan informasi dan dokumentasi sebagaimana dimaksud
dalamPasal 10 huruf h dilakukan dengan:
a. menyusun data dan informasi strategis kebijakan, program dan kegiatan
b. menyiapkan dan menganalisis data latar belakang kebijakan pemerintah sebagai bahan
informasi public
c. menyusun materi ringkasan pemberitaan media massa;
d. menghimpun berita aktual harian pemberitaan media massa;
e. pengadaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pengelolaan informasi dan
dokumentasi;
f. melaksanakan peliputan dan publikasi kegiatan internal dan eksternal lingkup
Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;
g. melakukan klasifikasi, penyimpanan dan pemeliharaan informasi dan dokumentasi;
h. menghimpun dan menyusun naskah sambutan dan pidato pimpinan;
i. mempublikasi kebijakan, program dan kegiatan internal dan eksternal
j. membuat siaran pers
k. melaksanakan konferensi atau jumpa pers
l. melaksanakan kegiatan seminar, konferensi dan lokakarya
m. membuat opini untuk media massa
n. menulis, menyunting dan memproduksi informasi public
o. Menyusun dan mendistribusikan sajian berita dalam bentuk photo, video dan berbagai
artikel untuk kebutuhan publik; dan
p. membuat konsep dan menyusun materi informasi publik yang akan dipublikasikan
melalui teknologi informasi lembaga kehumasan pemerintah.
PASAL 19
(1) Pengawasan penyelenggaraan kehumasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf i
dilaksanakan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kehumasan
berjalan secara efektif, efisien, produktif dan bertanggungjawab.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengawasan terhadap kesesuaian pemberitaan dengan informasi yang
disampaikan;dan
b. analisa berita umpan balik secara cepat atas informasi yang telah disampaikan kepada
masyarakat
PASAL 20
(1) Evaluasi penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf j dilaksanakan untuk
mengetahui pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang ditemukan
(2) Evaluasi penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. membuat prioritas evaluasi penyelenggaraan kegiatan kehumasan;
b. melakukan evaluasi pada sumber data dan kebijakan kegiatan penyelengaraan
kehumasan;
c. menganalisa dokumen kegiatan dengan hasil kegiatan; dan
d. membuat rekomendasi atas hasil analisa kegiatan penyelengaraan kehumasan
BAB IV
MEKANISME PENYEBARANLUASAN INFORMASI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PASAL 21
Penyebarluasan informasi di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dilakukan oleh
Sekretaris Jenderal melalui Kapuspen Kementerian Dalam Negeri
PASAL 22
(1) Penyebarluasan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dilaksanakan melalui
proses koordinasi dengan para pejabat terkait di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
(2) Proses koordinasi dengan para pejabat terkait di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui tahapan:
a. staf kehumasan melakukan pengumpulan dan pengklasifikasian data dan informasi.
b. pejabat kehumasan melakukan analisa data dan informasi sebagaimana dimaksud pada
Ayat (2) huruf a sebelum dipublikasikan kepada masyarakat
(3) Para pejabat terkait di lingkungan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menyediakan, melaporkan dan memberikan data serta informasi kebijakan,
program dan kegiatan secara rutin kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal.
(4) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagai bahan pendukung
penyebarluasan informasi
PASAL 23
Sekretaris Jenderal melalui Kapuspen dapat berkoordinasi dengan para pejabat terkait di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
untuk pengumpulan dan klarifikasi data serta informasi publik.
PASAL 24
Para pejabat di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dapat menyebarluaskan data dan
informasi mengenai bidang tugasnya kepada masyarakat dengan difasilitasi oleh Kepala Pusat
Penerangan.
BAB V
MEKANISME PENYEBARLUASAN INFORMASI DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PASAL 25
(1) Penyebarluasan informasi di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dilakukan oleh
Gubernur melalui pejabat kehumasan Pemerintah Daerah Provinsi
(2) Penyebarluasan informasi di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dilakukan
Bupati/Walikota melalui pejabat kehumasan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
PASAL 26
(1) Penyebarluasan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
dilaksanakan melalui koordinasi dengan pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi
(2) Penyebarluasan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
dilaksanakan melalui proses koordinasi dengan pimpinan SKPD di lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
PASAL 27
Proses koordinasi dengan pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
melalui tahapan:
a. pengumpulan dan pengklasifikasian data dan informasi oleh petugas kehumasan
b. Analisa data dan informasi oleh pejabat kehumasan sebelum dipublikasikan kepada
masyarakat.
PASAL 28
(1) Pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam pasal 27 menyediakan, melaporkan dan memberikan data dan informasi
kebijakan, program dan kegiatan secara rutin
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) untuk wilayah provinsi
disampaikan kepada Gubernur melalui pejabat kehumasan Pemerintah Daerah Provinsi dan
untuk wilayah kabupaten/kota disampaikan kepada Bupati melalui pejabat kehumasan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
(3) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) sebagai bahan pendukung
penyebarluasan informasi
PASAL 29
(1) Pejabat kehumasan di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dapat berkoordinasi dengan
pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk
klarifikasi data dan informasi publik.
(2) Pejabat kehumasan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat
berkoordinasi dengan pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota untuk klarifikasi data dan informasi publik.
PASAL 30
Pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat
menyebarluaskan data dan informasi mengenai bidang tugasnya kepada masyarakat
dengan difasilitasi oleh pejabat kehumasan Pemerintah Daerah masing-masing
BAB VI
MEKANISME PENYEBARLUASAN INFORMASI DI LINGKUNGAN
KECAMATAN, KELURAHAN, DAN DESA
PASAL 31
(1) Camat atau sebutan lain, Lurah dan Kepala Desa atau sebutan lain wajib mengirimkan
bahan-bahan informasi yang harus disebarluaskan mengenai situasi dan kondisi yang
berkembang di wilayahnya kepada Pejabat Kehumasan Kabupaten/Kota
(2) Camat atau sebutan lain, Lurah dan Kepala Desa atau sebutan lain dapat memberikan
informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya setelah berkoordinasi dengan Pejabat
Kehumasan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

BAB VII
PEMBINAAN
PASAL 32
(1) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan tugas-
tugas kehumasan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(2) Gubernur melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan tugas-tugas
kehumasan di wilayahnya
(3) Bupati/Walikota melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan tugas- tugas
kehumasan di wilayahnya
PASAL 33
(1) Camat atau sebutan lain, Lurah dan Kepala Desa atau sebutan lain melaporkan
pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan tugas kehumasan di wilayahnya kepada
Bupati/Walikota melalui Pejabat Kehumasan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(2) Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan tugas kehumasan
di Kabupaten/Kota, Kecamatan atau sebutan lain, Kelurahan dan Desa atau sebutan lain
kepada Gubernur melalui Pejabat Kehumasan Pemerintah Daerah Provinsi.
(3) Gubernur melaporkan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan tugas kehumasan di
Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal.
PASAL 34
(1) Dalam melaksanakan urusan wajib bidang komunikasi dan informasi serta tugas-tugas
kehumasan dilakukan koordinasi kebijakan, program dan kegiatan antar lembaga kehumasan
di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Provinsi serta
Kabupaten/Kota.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Forum
KoordinasiKehumasan sekurang-kurangnya setiap setahun sekali
BAB VIII
PENDANAAN
PASAL 35
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas kehumasan dibebankan pada APBN,
APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, APBDesa dan sumber lain yang sah dan tidak
mengikat
BAB XI
KETENTUAN PENUTUPAN
PASAL 36
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
51 Tahun 1998 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas-Tugas Kehumasan Di Jajaran
Departemen Dalam Negeri, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
PASAL 37
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Tugas Kelompok
Kerjakan tugas berikut secara kelompok
1. Bentuk kelompok yang beranggotakan 3-4 orang!
2. Diskusikan dengan teman Anda mengenai latar belakang munculnya lembaga-lembaga
kehumasan baik ditingkat nasional atau luar negeri/internasional.
3. Sampaikan di depan kelas hasil tugas kelompok Anda dengan menggunakan Ms.
PowerPoint.

D. Aspek-Aspek Regulasi Kehumasan


1. Aspek Layanan
Aspek layanan dalam kegiatan Humas untuk mengatur, mengotomatisasi, dan sinkronisasi
proses bisnis penjualan kegiatan, layanan pelanggan, dan dukungan teknis. Tujuan
keseluruhan adalah untuk menemukan, menarik dan mendapat klien baru, memelihara dan
mempertahankan orang-orang perusahaan, menarik mantan klien kembali ke flip, dan
mengurangi biaya pemasaran dan pelayanan klien.
Contoh: Pada sebuah perusahaan dibutuhkan layanan yang baik agar klien tertarik dan
bertahan pada perusahaan tersebut
2. Aspek Komunikasi
Humas mengandung aksi timbal balik, dengan memasukan aspek komunikasi akan terjadi
perubahan dalam suatu perusahaan.
Contoh: Sebelum para karyawan perusahaan melakukan unjuk rasa kenaikan gaji, public
relations harus melibatkan semua staff perusahaan yang bersangkutan untuk mencegah aksi
dan umpan balik.

3. Aspek Kesetiaan
Mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan,
melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi sikap dan opini untuk mencapai
suatu kesuksesan sebuah perusahaan dimana dia berada. Contoh: menjaga suatu rahasia
perusahaan oleh pegawai dan karyawan demi kelancaran jalannya perusahaan.

4. Aspek Produktifitas
Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia
karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) untuk selalu
meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Setiap orang yang
memahaminya memandang kerja, baik secara individual atau kelompok dalam suatu
organisasi sebagai suatu keutamaan dalam hal mengutamakan bekerja dengan mengacu
kepada unsur efisiensi dan efektivitas yang merupakan penjabaran secara teknis dari
konsep produktivitas. Contoh: Merancang iklan yang menarik dan berbeda dengan yang
lain sehingga menarik klien untuk bergabung sehingga dapat meningkatkan produktivitas
di perusahaan.

5. Aspek Etika Moral


Public relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Professional
Humas (Public relation Officer by professional) berfungsi untuk menghadapi dan
mengantisipasi tantangan kedepan,yaitu pergeseran sistem pemerintah otokratik menuju
sistem reformasi yang lebih demokratik dalam yang ditandai dengan munculnya kebebasan
pers ,mengeluarkan pendapat ,opini dan berekspresi yang terbuka ,serta kemampuan untuk
berkompetitif dalam persaingan pasar bebas ,khususnya di bidang jasa teknologi informasi
dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas-batas wilayah suatu negara ,sehingga
dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target sasarannya.
Rangkuman
1. Di Indonesia terdapat beberapa lembaga yang mengatur regulasi mengenai Kehumasan.
Lembaga tersebut bertugas untuk melindungi profesi humas, ruang lingkup humas, Cara
kerja humas serta hal-hal yang berkaitan dengan humas. Pada dasarnya, regulasi
kehumasan mencakup peraturan dank ode etik kehumasan yang dijadikan suatu pedoman
dalam bidang kehumasan
2. Berikut adalah beberapa lembaga yang mengatur mengenai regulasi bidang kehumasan
a. Perhumas Indonesia
b. Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia
c. IPRA ( International Public Relations Association)
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri no 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
Kehumasan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
4. Aspek-aspek regulasi Kehumasan
a. Aspek Layanan
b. Aspek Komunikasi
c. Aspek Kesetiaan
d. Aspek Produktivitas
e. Aspek Etika moral
Daftar Pustaka

Dwi H. 2014. Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan SMK / MAK XI/ 2. Surakarta:
Putra Nugraha
Winarno, 2019, Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan SMK/ MAK Kelas XI.
Yogyakarta: Bumi Aksara

PERMENDAGRI No 13 Tahun 2011


www.perhumas.or.id
appri.org/about-appri
http://myofficeadm.blogspot.com/2017/08/prosedur-kerja-kehumasan.html

Anda mungkin juga menyukai