Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan yang
dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau
mineral.

1. Jenis Simplisia

a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertent dipisahkan dari
tanamannya.

b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

c. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
zat kimia murni.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka


simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyarata minimal
tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh , antara lain adalah :

1. Bahan baku simplisia.

2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.

3. Cara penepakan dan penyimpanan simplisia.

Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut haus
memenuhi persyaratan minimalyang ditetapkan.

A. PENYIAPAN BAHAN BAKU


1. Pembuatan Simplisia Secara Umum

1) Bahan Baku

Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat
dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah
tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman
yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman
pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya
adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman
simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-
kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat
Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam
tumbuhan obat.

2) Dasar Pembuatan Simplisia

a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat,


tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama
akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan
dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan
senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang
memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh
tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan..

a) Simplisia dibuat dengan fermentasi.

Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak


berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.

b) Simplisia dibuat dengan proses khusus.

Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati,


penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang
pada prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai
dengan persyaratan.
c) Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.

Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang
digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam
berat dan lain-lain.

3) Tahap Pembuatan

Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :

1) Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung
pada :

a. Bagian tanaman yang digunakan.


b. Umur tanaman yang digunakan.
c. Waktu panen.
d. Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian
tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman
pada umur tertentu. Sebagai contoh pada tanaman Atropa belladonna, alkaloid
hiosiamina mula-mula terbentuk dalam akar. Dalam tahun pertama, pemben-

tukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau. Pada tahun kedua
batang mulai berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun sedang pada daun
kadar hiosiamina makin meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I
dalam pucuk tanaman pada saat tanai an berbunga dan kadar alkaloid menurun pada
saat tanaman berbualz dan niakin turun ketika buah makin tua. Contoh lain,
tanaman Menthapiperita muda mengandung mentol banyak dalanl daunnya. Kadar
rninyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini dicapai pada saat
tanaman tepat akan berbunga. Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan
terkumpul dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang
dikumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Di
samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat
panen dalam sehari. Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik
dipanen pada pagi hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam
sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam
simplisia terhadap panas sinar matahari. Secara garis besar, pedoman panen sebagai
berikut :

a. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti
kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan biji ditandai dengan telah
mengeringnya buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar,
yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak
(Ricinus cornrnunis).
b. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya
perubahan pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah
(Cucurbita n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus indica),
kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk nipis
(Citrui aurantifolia) perubahan bentuk buah, misalnya mentimun (Cucurnis
sativus), pare (Mornordica charantia).
c. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan
pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke
generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi,
sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun
pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
d. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang
diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut
terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung
(Blumea balsamifera).
e. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan
pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak
mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang
menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim kemarau.
f. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan
pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di
atas tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).
g. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan
pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman.
Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan besar maksimum. Panen dapat
dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin. Dalam
ha1 ini keterampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar,
tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Alat
atau mesin yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang
terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak
senyawa aktif siniplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya.

B. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena
itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah
mikroba awal.

C. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang


melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air
dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang
mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu
kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian
sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah
mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba
karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah
mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah
rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor,
maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air
yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan
mikroba. Bakteri yang umuln terdapat dalam air
adalah Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter
dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian
besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan
yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara
pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

D. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan


bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan
dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi
dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh
karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan
bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah
berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba
tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan
dengan sinar matahari selama satu hari.

E. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah


rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam
sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama
bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang
masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi
karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel
tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam
bahan simplisia dengan etanol 70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar
air dalam simplisia kurang dari 10%.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau


menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak
dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang
tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah
dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan
bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh
suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih
cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan
simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik
adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang
tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah
mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu
dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga
tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara
pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama
berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan
digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan
secara alamiah dan buatan.

1. Pengeringan Alamiah.

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :

a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk


mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji
dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan
dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu
cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian
yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa
kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara
ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga
cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau
kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang
mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi
kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia
tersebut kering. F'IDC (Food Technology Development Center IPB) telah
merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar
matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap
dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak
pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah
bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk
mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula
digunakan untuk mengeringkan simplisia.
b. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari
langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif
mudah menguap.

2. Pengeringan Buatan

Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar


matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan
menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan
aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:
“udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel
atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang
berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak
pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang
sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.

Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan


mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu
pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai
contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran
dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10%
sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia
dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.

Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis
simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat
tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%,
sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan
dengan kadar air 10 sampai 12%.

F. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan


simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan
tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk
kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan
atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada
rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir,
besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

G. Penyimpanan Dan Pengepakan

Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan
dalam, antara lain :

1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan


perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan
sebagainya.

2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan


kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh
pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau
padat, berbutir-butir dan sebagainya.

3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan
oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.

4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka


simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga rnakin lama
makin mengecil (kisut).

5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila disimpan


dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal basah
atau mencair.

6. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai


sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak
yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).

7. Serangga : Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada


simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak
hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur,
bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan
sebagainya.

8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia
dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia,
tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya
dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan

H. Uji Cemaran Mikroba

a. Uji Aflatoksin

Uji ini bertujuan untuk mengetahui cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh
jamur Aspergillus flavus.

b. Uji Angka Lempeng Total

Untuk mengetahui jumlah mikroba/bakteri dalam sample. Batasan angka lempengan


total yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu 10oC FU/gram.

c. Uji Angka Kapang

Untuk mengetahui adanya cemaran kapang, batasan angka lempeng total yang
ditetapkan oleh Kemenkes yaitu 104 CFU/gram.

B. ENZIM HIDROLASE

Hidrolase merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan pertolongan air.
Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan substratnya yaitu :
A. Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat.
Kelompok ini masih dipecah lagi menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal :
a. Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9
suatu disakarida).

2 (C6H10O5)n + n H2O n C12H22O11

b. Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa

C12H22O11 + H20 2 C6H12O6


c. Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan fruktosa.
d. Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa.
e. Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida) menjadi selobiosa (
suatu disakarida)
f. Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asam-pektin.

B. Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan ester.


Contoh-contohnya :
a. Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
b. Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam fosfat.

C. Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang menguraikan golongan protein.
Contoh-contohnya:
a. Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam amino.
b. Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan gelatin.
c. Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.

2. Oksidase dan reduktase , yaitu enzime yang menolong dalam proses oksidasi dan
reduksi.
Enzim Oksidase dibagi lagi menjadi;
a. Dehidrogenase : enzim ini memegang peranan penting dalam mengubah zat-zat organik
menjadi hasil-hasil oksidasi.
b. Katalase : enzim yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.

3. Desmolase , yaitu enzim-enzim yang memutuskan ikatan-ikatan C-C, C-N dan beberapa
ikatan lainnya.
Enzim Desmolase dibagi lagi menjadi :
a. Karboksilase : yaitu enzim yang mengubah asam piruyat menjadi asetaldehida.
b. Transaminase : yaitu enzim yang memindahkan gugusan amine dari suatu asam amino
ke suatu asam organik sehingga yang terakhir ini berubah menjadi suatu asam amino.

C.ENZIM OKSIDATIF

D.KANDUNGAN AIR SIMPLISIA

Penetapan Kadar Air ( MMI )

Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan obat tradisional akan
mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa
terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat
tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air pada suatu simplisia sebaiknya
dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut persyaratan dari suatu simplisia.
Tujuan dari penetapan kadar air adalah utuk mengetahui batasan maksimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian
dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar
air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama
penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu ;

a. Metode Titrimetri

Metode ini berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang
dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hydrogen.
Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas
bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut
inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan
tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan
diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara ( Anonim, 1995 ).

Zat yang akan diperiksa dimasukkan kedalam labu melalui pipa pengalir nitrogen atau
melalui pipa samping yang dapat disumbat. Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan
gas nitrogen yang telah dikeringkan atau dengan pengaduk magnit. Penunjuk titik akhir
terdiri dari batere kering 1,5 volt atau 2 volt yang dihubungkan dengan tahanan variable
lebih kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian sehingga arus utama yang cocok yang
melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan mikroammeter. Setiap kali
penambahan pereaksi Karl Fishcer, penunjuk mikroammeter akan menyimpang tetapi
segera kembali ke kedudukan semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama
waktu yang lebih lama. Pada zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, umumnya
dilakukan titrasi tidak langsung.

b. Metode Azeotropi ( Destilasi Toluena ).

Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang ulang
kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan
berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban (
Anonim, 1995 ).

Kadar air (V/B) = Vol. Air yang terukur / bobot awal simplisia x 100%.

c. Metode Gravimetri.

Dengan menghitung susut pngeringan hingga tercapai bobot tetap ( Anonim, 1995 ).

E. DERAJAT KEHALUSAN SERBUK


Menurut Materia Medika pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang
cocok dengan penampang melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak
dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan jumlah lubang tiap cm dihitung
searah dengan panjang kawat.

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak. Jika derajat halus suatu
serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat
melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu serbuk
dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat dapat
melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui
pengayak dengan nomor tertinggi.

Menurut Farmakope Indonesia dalam penetapan derajat halus serbuk simplisia


nabati dan simplisia hewani, tidak ada bagian dari obat yang dibuang selama
penggilingan atau pengayakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi.

Metode Penetapan Keseragaman Derajat Halus

- Untuk penetapan keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan kimia, cara yang
boleh dilakukan dengan menggunakan pengayak baku yang memenihu persyaratan.
Hindari penggoyangan lebih lama, yang akan menyebabkan peningkatan derajat halus
serbuk selama penetapan.
- Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar
Masukkan 25-100 g serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai yang mempunyai panci
penampung dan tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran horizontal dan
ketukkan secara vertikal pada permukaan keras selama tidak kurang dari 20 menit atau
sampai pengayakan praktis sempurna. Timbang seksama jumlah yang tertinggal pada
pengayak dan dalam panci penampung.
- Untuk serbuk halus atau sangat halus.
Lakukan penetapan seperti pada serbuk kasar kecuali contoh tidak lebih dari 25 g dan
pengayak yang digunakan digoyang selama tidak kurang 30 menit atau sampai
pengayakan praktis sempurna.
- Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain yang cenderung menggumpal dan dapat
menyumbat lubang, sikat pengayak secara berkala hati-hati selama penetapan. Hancurkan
gumpalan yang terbentuk selama pengayakan. Derajat halus serbuk obat dan bahan kimia
dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada pengayak yang dapat digoyang
secara mekanik yang memberikan gerakan berputar dan ketukan seperti pada pengayak
yang menggunakan tangan; tetapi dengan gerakan mekanik yang seragam, mengikuti
petunjuk dari pabrik pembuat pengayak.

Tabel 1 Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus

Keterangan :

1. Semua partikel serbuk melewati pengayak dengan nomor nominal tertentu.


2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan.

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor. Jika derajat halus
serbuk dinyatakan satu nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak
dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan dua nomor, berarti semua serbuk
dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui
pengayak dengan nomor tertinggi.
Sebagai contoh serbuk 22/60, dimaksudkan bahwa serbuk dapat melalui pengayak
nomor 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 60.

Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung


searah dengan panjang kawat. Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain
yang cocok dengan penampang melintang yang sama di seluruh bagian.

Dalam beberapa hal digunakan juga istilah umum untuk menyatakan kehalusan
serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikut:

1. Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)

2. Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)

3. Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)

4. Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)

5. Serbuk halus adalah serbuk (85)

6. Serbuk sangat halus adalah serbuk {120/200(300)}

F. NOMOR AYAKAN

Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan


yang mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan.

Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan yang


mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan.
Pengayakan sangat penting dalam proses pembuatan sediaan farmasi
seperti pulvis dan pulveres untuk mendapatkan derajat halus serbuk yang
diinginkan dengan menggunakan no ayakan yang sesuai.

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik


berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai
dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala
laboratorium.

Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :

· Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).

· Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).

Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu


dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu
dilakukan pengayakan. Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan
atau dilemparkan ke permukaan pengayak. Partikel yang di bawah ukuran
atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan
ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut
(tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu:

· Jenis ayakan

· Cara pengayakan

· Kecepatan pengayakan

· Ukuran ayakan

· Waktu pengayakan

· Sifat bahan yang akan diayak

– umumnya sebuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100
mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.

– Jika serbuk mengadung lemak, harus diayak dengan pengayak no 44


Pengayakan untuk pengujian adalah anyaman kawat, bukan tenunan. Kecuali
untuk ukuran nomor 230, nomor 270, nomor 325 dan nomor 400, ayakan
terbuat dari kuningan, perunggu, baja tahan karat atau kawat lain yang
sesuai, dan tidak dilapisi atau disepuh.

Tabel. Lubang pengayakan baku

Nomor nominal Ukuran lubang pengayak

2 9,5 mm

3,5 5,6 mm

4 4,75 mm

8 2,36 mm

10 2,00 mm

14 1,40 mm

16 1,18 mm

18 1,00 mm

20 850 µm

25 710 µm

30 600 µm

35 500 µm

40 425 µm

45 355 µm

50 300 µm

60 250 µm

70 212 µm
Klasifikasi serbuk Simplisia nabati dan simplisia hewani

80 180 µm

100 150 µm

120 125 µm

200 75 µm

230 63 µm

270 53 µm

325 45 µm

400 38 µm
Derajat kehalusan serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak yang
digunakan. Jikaderajat kehalusan suatu serbuk dinyatakan dengan 1
nomor, artinya adalah semua serbuk dapat melewati pengayakan dengan
nomor tersebut. Jika derajat kehalusan suatu serbuk tersebut dinyatakan
dengan 2 nomor maka artinya yaitu semua serbuk dapat melalui
pengayakan dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% serbuk
tersebut melewati pengayakan dengan nomor tertinggi. Contoh : serbuk
40/60, artinya
serbukdapat melalui pengayak no 40 seluruhnya dan tidak lebih dari 40 %
melalui pengayak nomor 60.
Batas derajat halus

Nomor nominal serbuk % Nomor pe

Sangat kasar 8 20 60

Kasar 10 40 60

Setengah kasar 40 40 80

Halus 60 40 100

Sangat halus 80 100 80


Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecepatan material untuk menerobos ukuran ayakan adalah :

1. Ukuran bahan ayakan

Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin banyak mat


erial yang lolos.

2. Ukuran relatif partikel

Material yang mempunyai diameter yang sama dengan panjangnya akan memil
iki
kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya berbeda, yait
u yang satu melintang dan lainnya membujur.

3. Pantulan dari material

Pada waktu material jatuh ke screen maka material akan membentur kisi-kisi
screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada posisi
yang tidak teratur.

4. Kandungan air

Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila hanya sedikit ak
an menyumbat screen.

Anda mungkin juga menyukai