Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI

SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLIDA

“SEDIAAN SYRUP ORAL”

Disusun oleh:

Mina Audina (31113030)

Ms. Rochmatin Solihati (31113031)

Nadhya Dwi Yanti (31113032)

Nikken Nurul Ramadhani (31113033)

Nova Mardiana (31113034)

Novia Hergiani (31113035)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sirup adalah cairan berkadar gula tinggi. Untuk rasa dan flavor, gula sirup dilarutkan
dengan sari buah, atau larutan gula ditambah dengan sari buah. Sirup jeruk dapat disimpan
lama tanpa penambahan bahan pengawet dan tanpa proses sterilisasi dalam pengemasnnya
karena tingginya kadar gula (67,5%) dan rendahnya pH (di bawah 4,0). Pembuatan sirup
jeruk cukup mudah, dan dapat dikerjakan dengan alat-alat sederhana. Sirup adalah salah satu
bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang dikenal luas oleh masyarakat. Saat ini,
banyak sediaan sirup yang beredar di pasaran dari berbagai macam merk, baik yang generik
maupun yang paten.Biasanya, orang-orang menggunakan sediaan sirup karena disamping
mudah penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum serta
warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama anak-anak dan
orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya. Salah satunya yaitu sirup
aurantii atau sirup jeruk manis.
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa. Kecuali
dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Secara
umum, sirup dibagi menjadi 2 macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup
(Seperti cherry syrup, cocoa syrup, orange syrup) dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti
sirup piperazina sitrat, sirup isoniazid).
Non Medicated Syrup adalah sediaan sirup yang tidak mengandung bahan obat,
melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan Sirup Obat
mengandung bahan obat/Zat berkhasiat.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan syrup paracetamol.
2. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan syrup paracetamol
3. Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan syrup paracetamol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Definisi
Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak
lebih dari 66%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah
obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan
cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa.
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan cairan
kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa.
2. Komponen Sirup
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah.
Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sedangkan
yang berkalori rendah seperti laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan
lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang
berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup
adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang
cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak
dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup,
misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.Juga
banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-
pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
3. Sifat Fisika Kimia Sirup
a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan
untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati
permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara
permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk
menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat,
karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang
berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas tidak
lebih dari 0,1 oC.
b. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini
berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan
semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk melihat
stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent
berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang
terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup
mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan
warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan
cair yang disimpan selama waktu tertentu.
4. Pembuatan Sirup
Kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat dengan cara sebagai berikut :
 Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga
larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
 Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon, di
tambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia. Pada pembuatan
sirop simplisia untuk persediaan di tambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet
yang cocok. Sirop disimpan dalam wadah tertutup rapar,dan di tempat yang
sejuk.
B. Uraian Bahan
a. Uraian Zat aktif
1. Parasetamol (Sumber FI Edisi III, Halaman 37)
Warna : Putih
Rasa : Pahit
Bau : Tidak berbau
Pemerian : serbuk hablur
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol
(95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian
gliserol, larut dalam sebagian propilen glikol, larut dalam
alkali hidroksida.
Suhu lebur : 169o - 172o C
Masa molekular : 272,4 g/mol
pH larutan : 3,8 – 6,1
Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudahterdegradasi, lebih
mudah terurai dengan adanya udara dariluar dan adanya
cahaya, pH jauh dari rentang pH optimumakan menyebabkan
zat terdegradasi karena terjadi hidrolisis.
Khasiat &Penggunaan : Analgetikum, Antipiretikum.

b. Uraian Zat Tambahan


1. Sukrosa (Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi 5 hal 744-747)
Warna : tidak berwarna
Rasa : manis
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : kristal, tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak berbau
dan rasa manis.
Kelarutan : air (1:0,5), air 100C (1:0,2), etanol 95% (1:170)
Titik lebur : 0 dan 1790
Stabilitas : stabil pada suhu ruang dengan kelembaban relatif sedang,
dapat mengabsorpsi hingga 1% lembab yang dilepaskan pada
pemanasan 900C. Larutan sukrosa dapat menjadi tempat
pertumbuhan bagi mikroorganisme namun pada konsentrasi di
atas 60%b/b dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, dapat terbentuk gula invert pada suhu 110-
1450C. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik di
tempat dingin dan kering.
Inkompatibilitas : serbuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh sebuah logam
berat yang cenderung tidak tercampurkan dengan bahan aktif,
misal asam askorbat. Sukrosa tidak tercampurkan dengan
aluminium. Dapatmembentuk gula invert bila dicampurkan
dengan asam pekat/encer.
Kegunaan : Pemanis
2. Metil paraben / Nipagin (Sumber ; FI Edisi III, Halaman 378)
Warna : Putih
Rasa : Tidak mempunyai rasa
Bau : Hampir tidak berbau
Pemerian : Serbuk hablur halus
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 25 bagian etanol (95 %) P, dan dalam 3 bagian asetonP
; mudah larut dalam eter P, dan dalam alkali hidroksida.
Titik Lebur : 1250C sampai 1280C
Pka/pkb : 8,4
Bobot Jenis : 1,352 gr/cm3 atau 1,352 gr/ml
pH larutan : 3-6
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Khasiat : Bahan Pengawet
3. Gliserol
Nama resmi : Glycerolum
Nama lain : Gliserol, Gliserin
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat; higroskopik. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat mamadat membentuk
massa hablutr tidak berwarna yang tidak melebur hingga
mencapai suhu lebih kurang 20°.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam
minyak lemak.
Khasiat : Pelarut
4. Asam Sitrat
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak berbau; rasa
sangat asam; agak higroskopik merapuh dalam udara kering
dan panas.
Kelarutan : larut dalam kurangdari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian
etanol (95%) P; sukar larut dala eter P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Pendapar

5. Propil Paraben (Farmakope Indonesia IV hal 527 , Handbook of Pharmaceutical


Excipients hal 526 )
Warna : tidak berwarna
Rasa : tidak berasa
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan
eter, sukar larut dalam air mendidih.
Titik lebur : antara 950 dan 980
pKa / pKb : pKa 8,4 pada 22C
Bobot jenis : 180,21 g/mol
pH larutan : 4-8
Stabilitas : Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa disterilkan dengan
autoclaving tanpa mengalami penguraian, pada pH 3-6
kelarutan dalam air stabil (penguraian kecil dari 10%)
Inkompatibilitas : dengan senyawa magnesium trisiklat, magesium silikat.
Kegunaan : sebagai pengawet

6. Sorbitol (Farmakope Indonesia IV hal 756 , Handbook of Pharmaceutical Excipients


hal 596 )
Warna : putih
Rasa : manis
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : serbuk, granul atau lempengan, higroskopis, warna putih,
rasa manis.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol,
metanol dan asam asetat.
Titik lebur : 1740 – 1790
Bobot jenis : 180,21 g/mol
pH larutan : 4,5-7
Stabilitas : Bersifat higroskopis
Kegunaan : Anti Caplocking

7. Sakarin (FI ed. IV hal. 748)


Rumus Empiris : C7H5NO3S
Berat Molekul : 183,18
Pemerian : Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatik
lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan asam bereaksi
terhadap lakmus
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform, dan dalam eter,
larut dalam air mendidih, sukar dalam etanol
Konsentrasi : 0,02 – 0,5%
Kegunaan : Pemanis
Stabilitas : Terjadi dekomposisi hanya pada suhu 1250 C dan dalam pH
yang rendah ( pH 2 )
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan simpan ditempat yang sejuk dan
kering

8. Propilen Glikol (FI. Edisi III Hal. 534)


Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : Propilenglikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan
kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut
C. Prinsip Percobaan
Pembuatan sirup paracetamol menggunakan pelarut sorbitol, gliserin dan
propilenglikol serta bahan tambahan lain seperti sukrosa, pengawet, anti oksidan, colouris
dan flavor.Evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan organoleptik, pemeriksaan pH,
pemeriksaan BJ, pemeriksaan viskositas. Evaluasi kembali dilakukan setelah penyimpanan
selama seminggu.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan sediaan sirup ini berlangsung pada hari Selasa tanggal 14 April 2015
di Laboratorium Kimia Farmasi STIKes BTH Tasikmalaya.

B. Alat Dan Bahan


a. Alat :Alat yang di gunakan dalam percobaan ini adalah Timbangan, Batang pengaduk,
Botol coklat, Spatel, Kertas perkamen, Gelas ukur, Erlenmeyer, Pipet tetes, Beaker
glass, Viskometer Brookfield, Piknometer
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah paracetamol. Propilenglikol, gliserin,
sakarin, sorbitol, sukrosa, nipagin, nipasol, asam sitrat, natrium sitrat
C. Formulasi (Formula E)
R/ Tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol, sebanyak 600 ml
Propilenglikol 180 mg
Gliserin 30 ml
Sakarin 1200 mg
Sorbitol 1200 mg
Sukrosa 158,4 g
Nipagin 1,08 g
Nipasol 0,12 g
Asam sitrat 360 mg
Natrium sitrat 400 mg
Aquadest ad 600 ml

D. Prosedur Pembuatan

Siapkan alat dan Setarakan Menimbang


bahan timbangan bahan
Massa 1 Massa 2 :
:Panaskan Larutkan
Kalibrasi sebagian pewarna dan
sakarin dalam
botol 600 ml aquades, lalu
sedikit air
larutkan
nipagin,
sukrosa

Massa 4 :
Massa 3 :
Panaskan
Larutkan Masukkan massa 1
propilenglikol
asam sitrat kedalam massa 2
suhu 70oC,
dan natrium
kemudian
sitrat dalam
larutkan
sedikit air
nipasol dan
paracetamol

Masukkan massa 3
Masukkan Masukkan kedalam massa 4,
gliserin dan massa 2 ke aduk hingga
sorbitol ke dalam massa 4, homogen
dalam massa aduk hingga
4 aduk homogen
homogen

Ad aquades Kemas,
sampai 600 ml beri etiket
& label
BAB IV

EVALUASI DAN PEMBAHASAN

A. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis
Sirup yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Merah muda
- Bau : Bau khas Strawberry
- Rasa : Manis
2. Viskositas
Sediaan sebanyak 500 ml diuji dalam viscometer Brookfield hingga spindel
terendam.
Rpm Persentase Cp
30 1,1 14,7
60 3,4 22,7
100 7,6 30,4

Lalu di buat kurva :

Tipe Aliran y = 4.454x - 37.327


120 R² = 0.9913

100

80
rpm

60
rpm
40
Linear (rpm)
20

0
0 10 20 30 40
cP

Tipe alir : pseudoplastik


3. Bobot Jenis
Piknometer kosong (a) = 12,67 g
Piknometer + air (b) = 22,53 g
Piknometer + sirup (c) = 24,00 g
𝑐−𝑎 24,00−12,67
ρ= = = 1,149 g/ml
𝑏−𝑎 22,53−12,67

4. Pemeriksaan pH
Indikator universal dimasukkan ke dalam sirup selama 1 menit kemudian diukur nilai pH
nya. pH yang dihasilkan adalah 5, yang berarti sirup ini bersifat asam lemah.

5. Volume Terpindahkan
Sediaan sirup dimasukkan ke dalam 10 botol dengan volume awal 30 ml. Lalu
dipindahkan secara berturut-turut masing-masing ke gelas ukur, dan didapat volume
akhir yaitu :
Botol 1 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 2 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 3 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 4 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 5 : 30/30 x100 % = 100%
Botol 6 : 29/30 x100 % = 96,67 %
Botol 7 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 8 : 29.5/30 x100 % = 98,3 %
Botol 9 : 29.5/30 x100 % = 98,3 %
Botol 10 : 30/30 x100 % = 100%

B. Pembahasan
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar
tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa
dalam sirop adalah 64-66% ,kecuali dinyatakan lain. Dalam pembuatan sirup ini,zat aktif
yang digunakan adalah paracetamol.
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang popular
dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta
demam.Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu.Ia aman
dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, over dosis obat baik sengaja atau tidak
sengaja sering terjadi.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol
tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis
NSAID.Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau
mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteri usus pada janin.
Parasetamol termasuk dalam golongan obat penurun demam (antipiretik) dan
penghilang nyeri (analgesik) untuk nyeri ringan hingga sedang. Akan tetapi parasetamol
tidak memiliki efek anti-rematik dan anti-radang.Selain itu, parasetamol tidak menimbulkan
iritasi di lambung sehingga bisa diminum sebelum makan.
Dosis yang diberikan pada anak-anak berumur kurang dari 12 tahun adalah 10–15
mg/kg berat badansetiap 4–6 jam jika dibutuhkan.Adapun dosis untuk orang dewasa adalah
325–650 mg setiap 4–6 jam atau 1000 mg 3–4 kali per hari.Penggunaan parasetamol tidak
boleh melebihi 4 g per hari untuk dewasa dan 2,6 g per hari untuk anak-anak karena
dapatmenyebabkan overdosis.
Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan
berulang. Over dosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi
parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Over dosis akut dapat
menyebabkan kerja diantoksik pada hati (hepatotoksisitas) dan kerusakan sel ginjal.
Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol digunakan sampai 15 gram.
Adapun over dosis pada penggunaann berulang dapat menyebabkan anemia dan gangguan
saluran pencernaan.
Risiko kerja diantoksik pada hati dapat meningkat jika parasetamol digunakan
bersamaan dengan obat-obatan lain, seperti: karbamazepin, fenitoin, barbiturate, rifampisin,
sulfinpirazon, dan isoniazid.Khasiat paracetamol:
1. Analgesik. Paracetamol bekerja sebagai inhibitor prostaglandin lemah dengan
menghalangi produksi prostaglandin, yang merupakan zat kimia yang terlibat dalam
proses pengiriman pesan rasa sakit ke otak. Dengan mengurangi jumlah prostaglandin,
paracetamol membantu mengurangi rasa sakit. Namun, berbeda dengan aspirin,
paracetamol memblokir pesan rasa sakit di sistem saraf pusat, bukan pada sumber rasa
sakit. Paracetamol digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang, termasuk
sakit kepala, migrain, nyeri otot, neuralgia, sakit punggung, nyeri sendi, nyeri rematik,
sakit gigi, nyeri tumbuh gigi, artritis, dan nyeri menstruasi.
2. Antipiretik. Paracetamol adalah antipiretik yang dapat mengurangi demam dengan
memengaruhi bagian otak yang disebut hipotalamus yang mengatur suhu tubuh. Efek
ini membuat paracetamol banyak digunakan dalam obat-obatan untuk batuk, pilek dan
flu. Secara khusus, paracetamol diberikan kepada anak-anak setelah pemberian
vaksinasi untuk mencegah demam pasca-imunisasi.
3. Khasiat lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paracetamol mungkin
bermanfaat melindungi arteri dari perubahan yang mengarah pada pengerasan pembuluh
darah, yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung atau penyakit kardiovaskuler.
Hal ini karena paracetamol dapat mencegah proses pembentukan plak arteri dengan
menghambat oksidasi LDL (kolesterol buruk). Beberapa bukti lain menunjukkan
paracetamol mungkin juga bermanfaat melindungi terhadap kanker ovarium.
4. Paracetamol direkomendasikan untuk pasien yang kontraindikasi NSAID (obat anti-
inflamasi non-steroid), termasuk mereka yang memiliki asma atau tukak lambung/maag
dan mereka yang sensitif terhadap aspirin. Namun, paracetamol tidak memiliki sifat
anti-inflamasi sehingga tidak berguna untuk mengurangi peradangan atau
pembengkakan pada kulit atau sendi.
Efek dari paracetamol adalah tubuh menyerap paracetamol dengan cepat. Paracetamol
dalam bentuk larutan lebih cepat diserap daripada tablet padat. Efek paracetamol biasanya
akan mencapai puncaknya antara setengah jam sampai dua jam setelah konsumsi, dengan
efek analgesik berlangsung selama sekitar empat jam. Setelah itu, paracetamol akan
dikeluarkan dari tubuh.
Dalam pembuatan sirup parasetamol ini, dilakukan metode pelarutan dengan
pemanasan. Sirup yang dibuat dengan cara ini dibutuhkan waktu yang relative cepat dan
komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh pemanasan.
Setelah sediaan sirup dibuat sesuai formula, kemudiaan sediaan tersebut dilakukan
evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan meliputi, organoleptis, viskositas, bobot jenis,
pemeriksaan pH, dan volume terpindahkan.
Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan dari warna, bau, dan rasanya.
Dipantau dari warna, sediaan syrup memiliki warna merah muda, memiliki bau khas
strawberry, dan rasanya manis. Warna merah muda ditimbulkan dari penambahan pewarna
atau essence merah, bau khas strawberry ditimbulkan dari essence tadi, dan manis
ditimbulkan dari formula pemanis yang cukup banyak.
Pada pengujian viskositas, setelah data dimasukkan ke dalam kurva ternyata
dihasilkan jenis aliran pseudoplastis. Dimana aliran pseudoplastis diperoleh ketika semakin
besar kecepatan, maka semakin kecil viskositas. Dilihat dari bentuk kurva, berbentuk agak
melengkung ke atas. Pengujian viskositas ini dilakukan menggunakan viscometer
Brookfield.
Pada pengujian bobot jenis, menggunakan piknometer. Yaitu piknometer kosong
ditimbang, kemudian diisi penuh oleh sediaan, lalu ditimbang lagi. Kemudian dihitung
bobot jenis menggunakan rumus. Dan menghasilkan nilai bobot jenis adalah 1,149 g/ml.
Pada pengujian pemeriksaan pH, yaitu menggunakan indicator universal. Yaitu
dengan mencelupkan indicator universal selama 1 menit kemudian setelah itu dicocokkan
dengan tabel universal. Dan diperolehlah pH sebesar 5. Yang menandakan sediaan sirup
bersifat asam lemah.
Pengujian terakhir yaitu volume terpindahkan, yaitu dengan mengisikan sediaan
sirup sebanyak 30 ml ke dalam 10 botol yang berbeda. Ditunggu, kemudian dimasukkan ke
dalam gelas ukur dan diamati berapa volume sediaan hasil tuangan tadi apakah terjadi
pengurangan atau tidak. Apabila terjadi suatu pengurangan itu karena ketidakstabilan
sediaan. Namun pada hasil yang diperoleh mayoritas tidak mengalami pengurangan, hanya
minoritas yang mengalami pengurangan yaitu hanya berkisal 0,5 ml saja. Dan
keseluruhannya memenuhi syarat volume terpindahkan. Yaitu tidak boleh kurang dari 95%.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop
simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah
64-66% , kecuali dinyatakan lain
2. Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang popular dan
digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta
demam.Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu.
3. Dalam pembuatan sirup parasetamol ini, dilakukan metode pelarutan dengan
pemanasan.
4. Bobot jenis sirup adalah 1,149 g/ml.
5. pH sirup sebesar 5, asam lemah.
6. Uji volume terpindahkan memenuhi syarat volume terpindahkan.

B. Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, tipe sirup maupun cara melarutkan dan penyimpanannya. Pada saat pembuatan
sirup, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang dikerjakan,
Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas sirup,
agar dapat menghasilkan sirup yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .


Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .


Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi


2 .Jakarta : Dekpes RI

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC


LAMPIRAN

A. Perhitungan Bahan
600
1. Paracetamol : × 120 mg = 14,4 g
5

600
2. Sorbitol : × 9 ml = 1,2 g
60

600
3. Propilenglikol : × 12 ml = 180 mg
60

600
4. Sakarin : × 6 mg = 1,2 g
60

600
5. Asam sitrat : × 3 mg = 360 mg
60

600
6. Nipagin : × 0,108 g = 1,08 g
60

600
7. Nipasol : × 0,012 g = 0,12 g
60

600
8. Sukrosa : × 15,84 g = 158,4 g
60

600
9. Asam sitrat : × 36 mg = 360 mg
60

600
10. Natrium sitrat : × 48 mg = 480 mg
60

11. Aquadest ad 600 ml

Anda mungkin juga menyukai