Naskah Publikasi Ke Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
Naskah Publikasi Ke Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
Abstract
Peningkatan produksi ASI melalui perubahan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan dengan cara melakukan
stimulus atau pemijatan payudara dengan cara pijat laktapunktur. Tujuan penelitian untuk membuktikan pengaruh
pijat laktapunktur terhadap produksi ASI ibu primipara melalui perubahan kadar hormon prolaktin. Jenis penelitian
quasy experiment dengan desain pretest and posttest with control group design dengan variabel independen adalah pijat
laktapunktur selama 7 hari berturut-turut, variabel antara adalah kadar hormon prolaktin, dan variabel dependen
adalah produksi ASI. Populasi studi adalah seluruh ibu post partum. Pengambilan sampel menggunakan simple
random sampling. Sampel adalah ibu-ibu primipara hari pertama di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang pada minggu ke-2
bulan Juli sampai dengan minggu ke-1 bulan Agustus 2018. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 32 responden
dengan 16 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pijat laktapunktur sebanyak 2-3 kali putaran searah jarum
jam pada masing-masing titik selama 7 hari berturut-turut terbukti menaikkan kadar hormon prolaktin post partum
(p = 0,000) dan produksi ASI ibu post partum (p = 0,000). Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa pijat
laktapunktur sebanyak 2-3 kali putaran searah jarum jam pada masing-masing titik selama 7 hari berturut-turut
terbukti menaikkan kadar hormon prolaktin dan produksi ASI ibu primipara.
Abstrak
1)
Penulis Korespondensi
E-mail: imafatimah922@gmail.com
serta mineral dengan komposisi seimbang pemijatan payudara, dan pijat oksitosin. Dalam
sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang beberapa upaya pengeluaran ASI ada 2 hal yang
bayi dari waktu ke waktu (Astutik, 2013). mempengaruhi yaitu produksi dan
Keberhasilan ASI eksklusif sangat pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh
dipengaruhi oleh jumlah produksi ASI. Pada hormon prolaktin sedangkan pengeluaran
trimester kedua, kolostrum sudah mulai dipengaruhi oleh hormon oksitosin.
diproduksi, namun pengeluarannya masih Pada penelitian ini laktasi berfokus
dihambat oleh hormon estrogen dan pada produksi ASI yang dipengaruhi oleh
progesteron. Segera setelah bayi lahir terjadi hormon prolaktin. Dengan demikian dalam
perubahan hormon, peningkatan hormon penelitian ini akan membuktikan perubahan
prolaktin dan oksitosin dengan adanya produksi ASI melalui perubahan kadar hormon
rangsangan hisap bayi. Pada minggu pertama prolaktin. Hormon prolaktin berperan dalam
ibu memproduksi ASI sebanyak 100-200 ml dan memproduksi air susu (Saryono & Pramitasari,
pada bulan pertama meningkat menjadi 600 ml 2009; Proverawati & Rahmawati, 2010). Proses
perhari (Kosim, Yunanto, Rizalya, & Sarosa, menyusui akan terhambat apabila terjadi
2009). Pada kondisi tertentu, seperti tertundanya gangguan pada hormon prolaktin (Maryunani,
pemberian ASI awal dapat menyebabkan 2012). Usaha untuk memperlancar produksi
rendahnya produksi ASI dan berdampak negatif hormon prolaktin dapat dilakukan dengan cara
pada bayi yaitu kolostrum yang seharusnya bayi inisisi menyusui dini (IMD), memeras ASI, pijat
dapatkan tidak dikonsumsi. Hal ini oksitosin serta melakukan pijat laktapuntur
menyebabkan sistem imunitas bayi rendah dan (Roesli, 2009; Indriyani, 2006; Biancuzzo, 2003).
meningkatkan resiko kematian neonatal (Wiji, Produksi ASI juga dipengaruhi oleh faktor-
2013). faktor lain seperti paritas, umur kehamilan, dan
Pemerintah telah menetapkan beberapa berat badan bayi (Roesli, 2009; Indriyani, 2006;
regulasi untuk mendukung pemberian ASI di Biancuzzo, 2003).
Indonesia antara lain Kepmenkes Nomor Pada bulan terakhir kehamilan,
450/MENKES/VI/2004 yang berisi tentang kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. memproduksi ASI. Kondisi normal, pada hari
Kemudian dibentuk Undang Undang Nomor 36 pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu
Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 128 dan 129 yang dihasilkan sekitar 50-100 ml perhari.
yang menjadi hak bayi dalam mendapatkan ASI. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada
Tahun 2010 Kementrian Kesehatan RI juga minggu kedua. Produksi ASI semakin efektif
meluncurkan Program Menyusui, Sepuluh dan terus-menerus meningkat pada 10-14 hari
Langkah Menuju Sayang Ibu, Beri ASI. setelah melahirkan. Kondisi tersebut
Selanjutnya, diterbitkan Peraturan Pemarintah berlangsung hingga beberapa bulan ke depan.
(PP) nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI
ASI Eksklusif yang diikuti dengan diterbitkanya setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) volume pengeluaran air susu mulai menurun.
Nomor 15 Tahun 2013 tentang tata cara Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat
penyediaan fasilitas khusus menyusui atau dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan
memerah ASI dan Permenkes nomor 39 tahun makanan tambahan (Wiji, 2013; Proverawati &
2013 tentang susu formula bayi dan produk bayi Rahmawati, 2010; Maryunani, 2012).
lainnya (Wiji, 2013). Salah satu metode untuk meningkatkan
Permasalahan yang menghambat produktivitas ASI pada ibu adalah pijat
pemberian ASI pada minggu pertama laktapunktur. Pijat laktapunktur merupaian
diantaranya produksi ASI kurang dan ibu salah satu metode yang masih jarang digunakan
kurang memahami tata laktasi yang benar. untuk merangsang produktivitas ASI. Teknik
Pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor Laktapunktur dapat diterapkan sebagai terapi
antara lain kesulitan bayi dalam menghisap, komplementer pada ibu postpartum. Terapi
keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, tersebut membantu melancarkan aliran energi,
ibu bekerja dan pengaruh/promosi pengganti sirkulasi darah, aliran getah bening serta sistem
ASI serta tidak segera keluar setelah melahirkan saraf sehingga dapat mempengaruhi kerja
atau produksi ASI kurang (Siregar, 2004). metabolisme hormon. Sehingga terapi tersebut
Oleh karena itu perlu adanya upaya dapat dilakukan sebagai salah satu usaha untuk
pengeluaran ASI untuk beberapa ibu post meningkatkan hormon prolaktin dalam proses
partum normal. Adapun perawatan payudara menyusui (Kemenkes RI Direktorat Bina
untuk memperbanyak produksi ASI yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan
dengan teknik breast care, senam payudara,
Komplementer, 2012; Widiastuti, Arifah, & volume ASI perah per hari. Pemerahan dengan
Rahmawati, 2015). menggunakan pompa ASI dilakukan pada
Laktapunktur merupakan kedua payudara sebelum ibu menyusi bayinya
pengembangan dari teknik akupunktur. atau 2-3 jam setelah penyusuan (Siregar, 2004;
Laktapunktur merupakan cabang ilmu dari Saryono & Pramitasari, 2009; Proverawati &
pengobatan tradisional akupunktur Cina, Rahmawati, 2010; Maryunani, 2012; Roesli,
namun lebih terfokus pada payudara. Teknik 2009).
laktapunktur menekan titik akupuntur Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
menggunakan jari untuk merangsang respon (Riskesdas) tahun 2015, di Indonesia bayi pada
dalam tubuh (Wong, 2010). Laktapunktur tidak kelompok umur 5 bulan yang mendapatkan ASI
menggunakan pil, obat perangsang atau jarum Eksklusif hanya sebesar 38%. Pada tahun 2016,
sehingga aman bagi ibu bahkan bayi.Terapi yang mendapatkan ASI Eksklusif hanya sebesar
laktapunktur juga dapat dilakukan dengan 15,3%. Dengan demikian cakupan ASI Eksklusif
menggunakan alat bantu pijat berupa benda mengalami penurunan sebesar 22,7%
tumpul serta bahan pendukung seperti krem, (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
lotion atau minyak pijat (Kemenkes RI 2017). Data Profil Kesehatan di wilayah provinsi
Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jawa Tengah 2016 menunjukan cakupan ASI
Tradisional, Alternatif dan Komplementer, Eksklusif pada tahun 2014 sebesar 52,3%;
2012). kemudian meningkat menjadi 56,1% pada tahun
Teknik laktapunktur menggabungkan 2015 namun kembali menurun pada tahun 2016
dari akupunktur dan sugestif. Konsep teknik menjadi sebesar 42,7% (Dinas Kesehatan
laktapunktur adalah seorang ibu yang menyusui Provinsi Jawa Tengah, 2017). Menempati urutan
tidak hanya dipandang atau dibantu dari aspek ke-5, cakupan ASI di kabupaten Pemalang
fisik saja tetapi proses adaptasi psikologis juga tahun 2016 adalah sebesar 24,20%. Angka
menjadi kajian (Kemenkes RI Direktorat Bina tersebut menunjukan penurunan dari tahun
Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan sebelumnya yaitu tahun 2015 sebesar 57,9%
Komplementer, 2012; Widiastuti, Arifah, & kemudian mengalami penurunan dari tahun
Rahmawati, 2015). Dalam penelitiannya yang sebelumnya yaitu tahun 2014 sebesar 56,6%
dilakukan di Cina menjelaskan bahwa pemijatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2017).
akupresure dapat menghilangkan penyumbatan Dengan demikian, angka cakupan ASI eksklusif
meridian sehingga dapat mengurangi skala belum memenuhi target pencapaian nasional
nyeri payudara pada ibu postpartum dengan yaitu sebesar 80% (Dinas Kesehatan Provinsi
bendungan ASI (engorgement). Aliran meridian Jawa Tengah, 2017). Data hasil RSUD Dr. M.
yang lancar serta penurunan kejadian Ashari Pemalang, 6 ibu postpartum terdapat 2
engorgement diharapkan dapat membantu ibu ibu (33,3%) dapat menyusui tanpa ada kendala,
dalam proses menyusui (Chen, 2011). Teknik 4 ibu (66,7%) belum menyusui secara optimal
pijat dapat meningkatkan produksi ASI pada 3 hari pertama setelah melahirkan karena
(Mardiyaningsih, 2011; Hamidah, 2016; Neri, merasa produksi ASInya sedikit.
Gianni, Valentina, & Simona, 2011; Pamuji, Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan
Supriyana, Rahayu, & Suhartono, 2014). Teknik umum penelitian ini adalah membuktikan
pijat juga dapat meningkatkan kadar hormon pengaruh pijat laktapunktur terhadap produksi
prolaktin (Pamuji, Supriyana, Rahayu, & ASI ibu primipara melalui perubahan kadar
Suhartono, 2014; Raras, 2016; Fitriani, 2015). hormon prolaktin. Tujuan khusus penelitian ini
Penelitian pijat laktapunktur dapat mengubah yaitu mengetahui pengaruh pijat laktapunktur
produksi ASI melalui perubahan kadar hormon sebanyak 2-3 kali putaran searah jarum jam
prolaktin sepanjang pengetahuan peneliti belum pada masing-masing titik selama 7 hari
diteliti oleh peneliti lain. berturut-turut menaikkan kadar hormon
Ketika hamil kadar prolaktin normal 10- prolaktin pada ibu primipara dan produksi ASI
25 ng/mL naik menjadi 200-400 ng/mL dan primipara.
terus meningkat tajam pada permulaan
menyusuisehingga terjadi hiperprolactinemia. 2. Metode
Kemudian mulai menurun, namun apabila
Penelitian ini menggunakan jenis
frekuensi menyusui tetap dipertahankan maka
penelitian quasy experiment dengan desain pretest
kadarnya bisatetap diatas normal selama 18
and posttest with control group design (Cook &
bulan atau lebih. Produksi ASI merupakan
Campbell, 1979). Pada penelitian ini dibagi
volume ASI perah yang diukur selama 7 hari
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol
dengan menggunakan gelas ukur. Nilai
produksi ASI diambil berdasarkan nilai rata-rata
dan kelompok intervensi yang diberikan Instrumen penelitian yang digunakan
perlakuan yaitu pijat laktapunktur. oleh peneliti untuk mengukur nilai variabel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu- penelitian adalah sebagai berikut kuesioner
ibu primipara hari pertama di RSUD Dr. M. Identitas Responden, Checklist, Microplate Reader,
Ashari Pemalang pada minggu ke-2 bulan Juli dan lembar Observarsi.
sampai dengan minggu ke-1 bulan Agustus Metode analisis data dalam penelitian
2018. Pengambilan sampel ditentukan ini adalah analisis univariat, uji normalitas, dan
menggunakan simple random sampling (Sugiyono, bivariat.
2006). Pertimbangan yang digunakan oleh
peneliti untuk menentukan sampel adalah 3. Hasil dan Pembahasan
memilih sampel yang memenuhi kriteria
inklusi. a. Hasil
Data penelitian yaitu data primer yaitu 1) Analisis Variabel Confounding
data kadar hormon prolaktin yang diperoleh Subyek penelitian dalam penelitian ini
dari sampel darah ibu. Data sekunder diperoleh sebanyak 32 ibu primipara yang memenuhi
dari catatan rekam medis pasien, meliputi kriteria inklusi penelitian yang dijadikan
identitas pasien (no registrasi, nama, tanggal sampel, terdiri atas 16 ibu primipara pada
masuk), umur kehamilan, berat badan lahir kelompok kontrol dan 16 ibu ibu primipara
bayi, LILA, keadaan anatomis payudara ibu, pada kelompok intervensi. Karakteristik sampel
penggunaan suplemen/jamu pelancar ASI. penelitian ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Kehamilan dan Berat Badan Lahir Bayi di RSUD
Dr.M.Ashari Pemalang
Kelompok
Variabel P Value
Intervensi Kontrol
Umur Kehamilan
Mean ± SD 38,5 ± 1,16 38,81 ± 1,17
0,468
Median 38,5 39,0
Min ± Max 37 ± 408 37 ± 40
Berat Badan Lahir Bayi
Mean ± SD 3406,25 ± 321,90 3600 ± 292,12
0,086
Median 3400 3700
Min ± Max 2900 ± 3900 3000 ± 3900
2. Berat Badan Lahir Bayi
Berdasarkan tabel 1 diatas maka dapat Berdasarkan tabel di atas diketahui
dilihat bahwa persentase karakteristik sampel rerata berat badan lahir bayi pada kelompok
sebagai berikut: intervensi 3600 gram dengan simpangan baku
1. Umur Kehamilan 292,12 sedangkan rerata berat badan lahir bayi
Berdasarkan tabel di atas diketahui responden pada kelompok kontrol 3406,25 gram
rerata usia kehamilan responden pada dengan simpangan baku 321,39 gram. Hasil
kelompok intervensi 38,81 minggu dengan penelitian menunjukan bahwa rerata berat
simpangan baku 1,17 sedangkan rerata usia badan lahir bayi paling besar pada kelompok
kehamilan responden pada kelompok kontrol intervensi. Untuk mengetahui perbedaan umur
38,5 minggu dengan simpangan baku 1,16. Hasil kehamilan pada kelompok intervensi dan
penelitian menunjukan bahwa rerata usia kelompok kontrol dilakukan uji t tidak
kehamilan paling besar pada kelompok berpasangan yang menunjukan nilai p = 0,086
intervensi. Untuk mengetahui perbedaan umur lebih besar dari nilai alpha (0,05) artinya tidak
kehamilan pada kelompok intervensi dan ada perbedaan bermakna berat badan lahir bayi
kelompok kontrol dilakukan uji t tidak responden pada kelompok intervensi dan
berpasangan yang menunjukan nilai p = 0,468 kelompok kontrol.
lebih besar dari nilai alpha (0,05) artinya tidak
ada perbedaan bermakna usia kehamilan 2) Uji Normalitas
responden pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Tabel 4.2 Uji Normalitas Kadar Hormon Prolaktin dan Volume Produksi ASI Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Analisa Data Bivariat
P
Variabel Kelompok Sig. Antar 2 Tiap
Value
Kelompok Kelompok
Sebelum Intervensi 0,563 > 0,05
Mann Whitney
Kontrol 0,003 < 0,05
Kadar Wilcoxon Test
Sesudah Intervensi 0,041 < 0,05
Prolaktin Mann Whitney
Kontrol 0,132 > 0,05
Selisih Intervensi 0,009 < 0,05
Mann Whitney
Kontrol 0,332 > 0,05
Sebelum Intervensi 0,882 > 0,05
t-test
Kontrol 0,069 > 0,05 Paired Sample
Volume
Sesudah Intervensi 0,491 > 0,05 Test
Produksi t-test
Kontrol 0,081 > 0,05
ASI
Selisih Intervensi 0,515 > 0,05
t-test
Kontrol 0,409 > 0,05
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat kelompok intervensi dan kelompok kontrol
bahwa kadar hormon prolaktin pada kelompok sebelum dan sesudah intervensi nilai signifikasi
intervensi dan kelompok kontrol sebelum lebih besar dari nilai alpha (0,05) maka volume
intervensi dan sesudah intervensi nilai produksi ASI sebelum dan setelah intervensi
signifikasi lebih kecil dari nilai alpha (0,05) berdistribusi normal.
maka data kadar hormon prolaktin sebelum dan
intervensi dan setelah intervensi berdistribusi 3) Uji Homogenitas
tidak normal. Volume produksi ASI pada
Tabel 3 Hasil Uji Homogenitas Kadar Hormon Prolaktin dan Volume Produksi ASI Sebelum dan
Sesudah Intervensi
Tabel 4 Pengaruh Pijat Laktapunktur Selama 7 Hari Berturut-turut Terhadap Perubahan Kadar
Hormon Prolaktin Pada Ibu Primipara
Hasil penelitian setelah diberikan nilai p-value 0,000 dan kontrol didapatkan nilai
intervensi pijat laktapunktur selama 7 hari p-value 0,049. Dapat disimpulkan bahwa kadar
berturut-turut menunjukkan kadar hormon hormon prolaktin antara sebelum dan sesudah
prolaktin pada kelompok intervensi didapatkan perlakuan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol terdapat perbedaan
bermakna. b) Produksi ASI
Hasil penelitian menunjukkan selisih Untuk mengetahui perbedaan produksi
mean ± standar deviasi kadar hormon prolaktin ASI sebelum dan sesudah pada kelompok
pre tes sebesar 59,68 ± 59,18 dan post tes sebesar kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat
16,73 ± 27,22 sehingga dapat disimpulkan pada tabel 5 sebagai berikut:
bahwa ada kenaikan kadar hormon prolaktin
pre tes dengan post tes.
Tabel 5 Pengaruh Pijat Laktapunktur Selama 7 Hari Berturut-turut Terhadap Perubahan Produksi
ASI Pada Ibu Primipara
Pre Post
Produksi ASI p value
Mean ± SD Mean ± SD
Intervensi 2,47 ± 0,19 2,42 ± 0,18 0,000
Kontrol 9,36 ± 0,71 7,39 ± 0,23 0,000
∆ 6,89 ± 0,69 4,97 ± 0,22
Hari Ke
Produksi ASI
0 1 2 3 4 5 6 7
Intervensi 2,47 3,45 4,44 5,42 6,41 7,39 8,38 9,36
Kontrol 2,42 3,13 3,84 4,55 5,26 5,97 6,68 7,39
Gambar 1 Rerata Produksi ASI Selama 7 Hari Berturut-turut Pada Ibu Primipara