KATA PENGANTAR
Purwadi Sutanto
NIP. 196104041985031003
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pasal tersebut mengedepankan peserta didik sebagai bagian terpenting dari
komponen pendidikan. Pada hakikatnya setiap peserta didik memiliki perbedaan
bakat, minat, kemampuan, dan/atau kecepatan belajar. Oleh karenanya setiap
peserta didik berhak memperoleh layanan pendidikan secara individu,
sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
12 ayat (1) point b yang menyatakan bahwa peserta didik berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Ditegaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat (1) poin f menyatakan bahwa peserta
didik dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 19 ayat (1) menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selanjutnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36
Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMA/MA
menyebutkan bahwa beban belajar bagi SMA/MA yang menyelengarakan Sistem
Kredit Semester (SKS) diatur dalam pedoman SKS. Diperkuat pula dengan terbitnya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor .... / 2019 tentang
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah.
Berdasarkan hal-hal diatas, pemerintah berkewajiban memberikan layanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan/atau kecepatan belajar
peserta didik melalui penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS), yaitu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang dirancang untuk melayani peserta didik sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan dan/atau kecepatan belajar dalam
menyelesaikan kurikulum pada satuan pendidikan.
Tugas dan kewajiban satuan pendidikan adalah memfasilitasi terlaksananya
pendidikan mengacu pada prinsip-prinsip penyelenggaraan SKS yaitu fleksibel,
keunggulan, maju berkelanjutan, keadilan dan relevansi. Layanan pembelajaran
dengan menyediakan unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran berbasis
kompetensi dasar (KD), dimana peserta didik tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok belajar, yaitu kelompok peserta didik dengan
kecepatan dan/atau prestasi belajar diatas rata-rata, rata-rata dan dibawah rata-
rata.
B. Dasar Hukum
Program Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) dikembangkan dengan
memperhatikan berbagai peraturan berikut.
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dua kali dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Pasal
19.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Menengah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62
Tahun 2014 tentang Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2014 tentang Peminatan Pada Pendidikan Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
C. Tujuan
Panduan Penyelenggaraan SKS ini disusun sebagai rambu-rambu bagi:
1. Satuan pendidikan :
a. memahami konsep dan prinsip penyelenggaraan SKS di SMA,
b. memahami alur penyelenggaraan SKS di SMA, meliputi tahap persiapan,
pelaksanaan, penilaian, dan pelaporan,
c. melakukan evaluasi terhadap pengelolaan SKS dalam jangka waktu tertentu,
2. Dinas pendidikan provinsi:
a. melakukan verifikasi terhadap satuan pendidikan calon penyelenggara SKS;
b. menetapkan satuan pendidikan sebagai penyelenggara SKS;
c. melakukan supervisi penyelenggaraan SKS;
d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan SKS di setiap satuan pendidikan;
3. Pemangku kepentingan dalam mendukung penyelenggaraan SKS di satuan
pendidikan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Panduan Penyelenggaraan SKS di SMA sebagai berikut.
1. Latar belakang diperlukannya panduan penyelenggaraan SKS;
2. Konsep dan prinsip penyelenggaraan SKS;
3. Pengelolaan Pembelajaran dan Penilaian SKS;
4. Mekanisme dan strategi penyelenggaraan SKS;
5. Pembinaan penyelenggaraan SKS;
6. Pengolahan dan pelaporan penilaian hasil belajar;
7. Pengelolaan e_rapor SKS.
BAB II
SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DI SMA
A. Pengertian
Sistem Kredit Semester, selanjutnya disingkat dengan SKS merupakan
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang dirancang untuk melayani peserta didik
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan/atau kecepatan belajar dalam
menyelesaikan kurikulum pada satuan pendidikan. (Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor ..... Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit
Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 ayat 2).
SKS di Sekolah Menengah Atas (SMA) menitikberatkan pada layanan
pendidikan berdasarkan perbedaan kemampuan dan/atau kecepatan belajar
peserta didik. Layanan yang dimaksud berkaitan dengan kewajiban peserta didik
menuntaskan seluruh Kompetensi Dasar mata pelajaran yang tertuang dalam
Struktur Kurikulum 2013. Layanan tersebut memungkinkan peserta didik
menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan kemampuan dan/atau kecepatan
belajarnya dalam waktu 2 sampai 4 tahun.
Pengorganisasian pembelajaran dalam SKS dilaksanakan secara
bervariasi dan pengelolaan waktu belajar yang fleksibel. Pengorganisasian
pembelajaran yang bervariasi dilakukan melalui penyediaan unit-unit
pembelajaran utuh berbasis Kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajaran.
Pengelolaan waktu belajar yang fleksibel dilakukan melalui pengambilan beban
belajar untuk unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh peserta didik
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.
Unit-unit pembelajaran utuh merupakan ruang lingkup kompetensi dan
materi setiap pasangan KD pada kurikulum yang harus dipelajari peserta didik
sebagai bagian dari keseluruhan KD pada mata pelajaran tertentu dalam satu
satuan pendidikan yang mengacu kepada Buku Teks Pelajaran dan sumber belajar
lain. Unit pembelajaran utuh harus dituntaskan oleh peserta didik sebagai bagian
dari keseluruhan beban belajar pada mata pelajaran tertentu.
B. Konsepsi SKS
Penyelenggaraan SKS di SMA merupakan implementasi dari Belajar Tuntas
(mastery learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang mana seluruh peserta
didik dapat belajar jika mereka memperoleh dukungan kondisi yang tepat.
Dukungan tersebut ditentukan oleh potensi individu maupun faktor eksternal
seperti guru, lingkungan, sarana, dan sistem layanan.
Pelaksanaan konsep SKS dilakukan melalui berbagai strategi yang efektif
dengan tujuan utama menuntaskan seluruh Kompetensi Dasar (KD) yang
dinyatakan dalam unit-unit pembelajaran utuh.
Diferensiasi bakat, minat, kemampuan, dan/atau kecepatan belajarnya
mempengaruhi waktu belajar (masa studi) terhadap ketuntasan kompetensi
peserta didik. Peserta didik yang berhasil menuntaskan suatu KD berhak
melanjutkan ke KD berikutnya setelah melampaui serangkaian tes formatif. Apabila
terdapat KD yang belum dituntaskan maka peserta didik berhak mendapatkan
pembelajaran remedial.
C. Prinsip Penyelenggaraan
Prinsip penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) adalah :
1. Fleksibel, yakni penyelenggaraan SKS memberi pilihan mata pelajaran dan
waktu penyelesaian masa belajar yang memungkinkan peserta didik
menentukan dan mengatur strategi belajar secara mandiri.
Fleksibilitas pilihan mata pelajaran mengacu pada Struktur Kurikulum 2013
dimana terdapat mata pelajaran peminatan akademik (Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Bahasa dan Budaya) maupun
mata pelajaran Pilihan. Penentuan peminatan, lintas minat dan/atau
pendalaman minat sepenuhnya mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan Pada Pendidikan
Menengah.
Fleksibilitas waktu penyelesaian masa belajar dimaksudkan sebagai
penyesuaian waktu belajar (durasi) peserta didik dalam menyelesaikan seluruh
beban belajar, yang secara normal dicapai dalam 3 tahun bisa dicapai dalam
waktu 2 tahun sampai 4 tahun.
2. Keunggulan, yakni penyelenggaraan SKS memberi kesempatan peserta didik
mencapai tingkat kemampuan optimal sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dan/atau kecepatan belajar.
Proses pembelajaran dirancang dan dikembangkan untuk membangun sikap,
pengetahuan, dan keterampilan melalui pembelajaran tatap muka, terstruktur,
maupun mandiri. Tingkat kemampuan yang dioptimalkan sekurang-kurangnya
terkait kecakapan abad ke-21 meliputi pengembangan literasi dasar,
kompetensi 4C (critical thinking, creativity, collaboration, dan communication),
serta pengembangan karakter yang kuat.
3. Maju berkelanjutan, yakni penyelenggaraan SKS memungkinkan peserta didik
dapat langsung mengikuti muatan, mata pelajaran atau program lebih lanjut
tanpa terkendala oleh peserta didik lain.
Setiap peserta didik mencapai ketuntasan belajar sesuai kemampuan dan/atau
kecepatan belajarnya tidak tergantung pada peserta didik lain. Peserta didik
yang belum tuntas dalam waktu normal, dilayani secara perseorangan atau
kelompok melalui unit-unit pembelajaran utuh secara berkelanjutan sampai
seluruhnya dapat dituntaskan.
4. Keadilan, yakni penyelenggaraan SKS memungkinkan peserta didik
mendapatkan kesempatan untuk memperoleh perlakuan sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan dan/atau kecepatan belajar yang dimiliki secara
perseorangan.
Setiap peserta didik diperlakukan dan dilayani sebagai individu yang unik sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan dan/atau kecepatan belajar, ataupun gaya
belajar masing-masing. Satuan pendidikan berkewajiban menciptakan
ekosistem pendidikan yang mendukung perbedaan peserta didik tersebut.
5. Relevansi, yakni penyelenggaraan SKS yang disesuaikan dengan karakteristik
jenjang, jenis, dan satuan pendidikan.
Jenjang pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan dasar atau
pendidikan menengah. Jenis pendidikan yang dimaksud adalah jenis pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan pendidikan khusus.
Satuan pendidikan yang dimaksud adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
b. Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan Provinsi :
1) Melakukan visitasi dan verifikasi satuan pendidikan yang mengajukan
usulan sebagai penyelenggara SKS sebelum menerbitkan SK Ijin
penyelenggaraan SKS.
2) Menerbitkan Surat Keputusan Satuan Pendidikan Penyelenggara SKS
bagi satuan pendidikan yang lulus verifikasi, dan melaporkannya pada
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktur Jenderal
4. Komite Sekolah
a. Memberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksaaan kebijakan
penyelenggaraan SKS.
b. Memberi dukungan baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga
dalam penyelenggaraan SKS.
c. Memantau penyelenggaraan SKS dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas.
d. Melakukan mediasi antara pemerintah dan masyarakat untuk mendukung
penyelenggaraan SKS.
7. Guru
a. Melakukan pemetaan unit-unit pembelajaran utuh setiap pasangan KD yang
mengacu pada kebijakan terbaru tentang KI/KD mata pelajaran di SMA.
b. Menyusun Program Tahunan (Prota) dan Program Semester (Prosem),
mengembangkan RPP, serta perangkat pembelajaran dan penilaian sesuai
kebutuhan penyelenggaraan SKS.
c. Melaksanakan pembelajaran dengan mengutamakan layanan pembelajaran
individu dan/atau kelompok, memanfaatan berbagai model dan strategi
pembelajaran dengan pendekatan Belajar Tuntas ( Mastery learning ).
d. Mengembangkan pembelajaran dan penilaian sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013 meliputi PPK, Literasi, 4C dan pengembangan
pembelajaran dan penilaian high order thinking skills (HOTS).
e. Mengelola pembelajaran SKS sesuai standar proses.
f. Melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar dalam bentuk penilaian
formatif setiap unit-unit pembelajaran utuh dan sumatif sesuai standar
penilaian yang berlaku.
g. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya sebagai pembelajar di atas rata-rata, rata-rata, dan di
bawah rata-rata.
h. Melaporkan hasil penilaian menggunakan aplikasi e-Rapor.
8. Guru BK
a. Memberi pertimbangan dalam rangka penentuan peminatan peserta didik
semester pertama.
b. Memantau dan melakukan analisis terhadap data bakat, minat, dan prestasi
yang diperoleh dari Wali Kelas, serta memberikan rekomendasi konstruktif
selama mengikuti pendidikan di sekolah sehingga potensi akademik peserta
didik berkembang secara maksimal.
c. Melakukan pendampingan secara intensif sehingga peserta didik dapat
menyelesaikan masa studinya dengan baik.
d. Membantu peserta didik mencapai perkembangan optimal dan kemandirian
secara utuh dalam aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier.
e. Membantu kesulitan belajar peserta didik.
f. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan orangtua, wali Kelas, dan guru
mata pelajaran untuk mendukung pengembangan potensi peserta didik.
9. Wali Kelas
a. Membimbing prestasi akademik peserta didik dari awal hingga akhir masa
studi atau kurun waktu tertentu pada sejumlah peserta didik.
b. Membimbing peserta didik pada saat pengisian KRS, pemilihan peminatan,
pembagian rapor dan/atau KHS, dan/atau melaksanakan konsultasi
akademik dalam tiap semester.
c. Membimbing dan mengarahkan pelaksanaan pendalaman minat apabila
satuan pendidikan telah menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi.
d. Memberikan pertimbangan dan menetapkan peserta didik yang dapat
mengambil unit-unit pembelajaran utuh setiap semester.
e. Mengelola hasil penilaian sikap berdasarkan hasil penilaian oleh guru mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan serta oleh guru mata pelajaran lainnya.
f. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan orangtua, BK, dan guru mata
pelajaran lainnya untuk mendukung pengembangan potensi peserta didik.
BAB III
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN
A. Pengelolaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan penyelenggara SKS
adalah implementasi Kurikulum 2013. Adapun beberapa hal khusus berkaitan
dengan pembelajaran dalam SKS adalah :
dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan Pemerintah
maksimal 2 (dua) jam/minggu.
e. Beban belajar minimal sesuai struktur kurikulum adalah: 42 jam pelajaran
perminggu pada semester 1 dan 2 (setara Kelas X), 44 jam pelajaran perminggu
pada semester 3 dan 4 (setara Kelas XI), dan 44 jam pelajaran perminggu pada
semester 5 dan 6 (setara Kelas XII). Sehingga total beban belajar minimal untuk
6 semester adalah 260 jam pelajaran.
f. Peserta didik dapat mengatur beban belajar sesuai dengan kemampuan
dan/atau kecepatan belajarnya dibimbing oleh Wali Kelas. Pengaturan beban
belajar dalam bentuk Kartu Rencana Studi (KRS), yang selanjutnya nilai
capaiannya dilaporkan dalam Kartu Hasil Studi (KHS) bagi siswa yang tidak
dapat menyelesaikan kompetensi secara utuh dalam satu semester maupun
Rapor bagi siswa yang dapat menuntaskan kompetensi secara utuh dalam satu
semester.
Pengaturan beban belajar pada setiap mata pelajaran dilakukan pada awal
semester melalui pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Pilihan mata pelajaran dan jumlah beban belajar sesuai struktur kurikulum
sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.36 Tahun 2018,
sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1.
SEMESTER /
NO MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU PER MINGGU Jumlah
1 2 3 4 5 6
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3 18
2 Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 2 2 2 12
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4 24
4 Matematika 4 4 4 4 4 4 24
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2 12
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2 12
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2 12
8 Pendidikan Jasmani Olahraga dan
3 3 3 3 3 3 18
Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2 12
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik
1 Mata Pelajaran 1 3 3 4 4 4 4 22
2 Mata Pelajaran 2 3 3 4 4 4 4 22
3 Mata Pelajaran 3 3 3 4 4 4 4 22
4 Mata Pelajaran 4 3 3 4 4 4 4 22
Mata Pelajaran Pilihan
( Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
dan/atau Informatika
1 Mata Pelajaran 5 3 3 4 4 4 4 22
2 Mata Pelajaran 6 3 3 - - - - 6
JUMLAH BEBAN BELAJAR (JP) 42 42 44 44 44 44 260
b. Beban belajar semua peserta didik di awal semester ke-1 adalah SAMA, untuk
selanjutnya menyesuaikan dengan dinamika kemampuan dan/atau kecepatan
belajar.
c. Beban belajar didasarkan pada alokasi waktu dari pasangan KD yang harus
dituntaskan setiap minggu setiap semester sesuai struktur kurikulum yang
berlaku.
d. Penghitungan alokasi waktu dari setiap pasangan KD secara proporsional
dilakukan pada saat guru melakukan pemetaan KD dan dituliskan ke dalam
Program Tahunan (Prota) dan Program Semester (Prosem).
e. Peserta didik berhak menambah beban belajar melebihi peserta didik lainnya
apabila telah mencapai ketuntasan pada beban belajar semester berjalan.
f. Apabila pasangan KD menuntut banyak pengalaman belajar, maka harus tetap
memperhatikan satuan waktu untuk kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur
dan kegiatan mandiri.
g. KRS memuat semua mata pelajaran yang direncanakan oleh peserta didik pada
semester berjalan dan/atau semester berikutnya, dan merupakan sarana
kontrak akademik antara peserta didik dengan Wali Kelas.
5. Pengelolaan Kelas
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 19 ayat (3) menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses Pembelajaran, pelaksanaan proses
Pembelajaran, penilaian hasil Pembelajaran, dan pengawasan proses
Pembelajaran untuk terlaksananya proses Pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran yang efektif dan efisien merupakan tantangan bagi seorang
guru apabila peserta didiknya berbeda-beda bakat, minat, kemampuan
dan/atau kecepatan belajar. Oleh karena itu satuan pendidikan harus
memfasilitasi melalui strategi pengelolaan kelas yang tepat sesuai dengan
karakteristik dan ketersediaan sumber daya yang dimiliki. Strategi pengelolaan
yang bisa dilaksanakan adalah :
7. Pembimbingan Akademik
Pasal 6 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. ... Tahun
2019 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar
dan Menengah, menjelaskan bahwa satuan pendidikan penyelenggara SKS
menugaskan Wali Kelas untuk melakukan pembimbingan akademik secara
perseorangan dan/atau kelompok peserta didik dalam 1 (satu) rombongan
belajar sejak awal sampai akhir pendidikan atau dalam kurun waktu tertentu.
Keterangan:
( N i xBi ) IP = Indeks Prestasi
IP Ni = Rata-rata nilai pengetahuan dan keterampilan tiap
Bi mata pelajaran
Bi = Beban belajar tiap mata pelajaran (dalam satuan
jam pelajaran /jp)
KKM PREDIKAT
IP Semester : 85,86 D C B A
75 X < 75 75 < X < 83 83 < X < 91 X > 91
Indeks Prestasi terdiri dari Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK). IPS adalah indeks prestasi yang perhitungannya
berdasarkan beban belajar selama satu semester tertentu. Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) adalah indeks prestasi peserta didik yang perhitungannya
berdasarkan beban belajar seluruh seluruh semester secara akumulatif. IPS
tidak digunakan sebagai syarat untuk pengambilan Beban Belajar semester
berikutnya, tetapi sebagai gambaran predikat capaian prestasi belajar dalam
setiap semester mengacu pada KKM.
BAB IV
PENYELENGGARAAN
A. Tahap Penyelenggaraan
Satuan Pendidikan dapat menyelenggarakan SKS mengikuti tahapan dalam
tabel berikut :
Tabel 4.1. Tahapan Penyelenggaraan SKS
TAHAPAN /
URAIAN
KEGIATAN
1. LEGALISASI
a. Mengusulkan Satuan pendidikan mengusulkan diri kepada Dinas Pendidikan
Diri provinsi untuk ditetapkan sebagai calon penyelenggara SKS
dengan persyaratan minimal :
1) telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/ Madrasah;
2) mengimplementasikan Kurikulum 2013;
3) memiliki kesiapan daya dukung untuk menyelenggarakan
SKS;
4) mendapat dukungan dari semua pengampu kepentingan
(komite satuan pendidikan, dewan guru, dan tenaga
kependidikan) ditunjukkan dalam bentuk surat pernyataan
yang ditandatangani seluruh komponen satuan
pendidikan.
b. Menerima Setelah diverifikasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi,
Surat menerima Surat Keputusan tentang penetapan sebagai SMA
Keputusan Penyelenggara SKS. Dinas Pendidikan Provinsi dapat
memberikan kebijakan kepada satuan pendidikan untuk
menyelenggarakan SKS sebelum SK ijin penyelenggaraan
diterbitkan selama tidak bertentangan dengan prinsip dan
ketentuan pokok penyelenggaraan SKS.
c. Aktivasi 2) Satuan pendidikan melaporkan kepada Direktorat
Dapodik Pembinaan SMA untuk diaktivasi terkait pembinaan
sebagai sekolah penyelenggara SKS.
3) Satuan pendidikan mengaktifkan menu SKS di Dapodik dan
e-Rapor.
2. PERSIAPAN
a. Sosialisasi Sosialisasi tentang penyelenggaraan SKS dilakukan agar
semua stakeholder memperoleh gambaran utuh mengenai
SKS, memberikan dukungan dan tanggung jawab bersama
dalam penyelenggaraan SKS. Sasaran sosialisasi sekurang-
kurangnya meliputi: Komite Sekolah, Kepala Sekolah,
Pendidik, Tenaga kependidikan, peserta didik, termasuk
media massa.
b. Penyediaan 1) Menyediakan berbagai dokumen pendukung
Dokumen penyelenggaraan SKS yang dikembangkan oleh Direktorat
Pendukung PSMA
2) Menyusun dokumen Kurikulum (KTSP) memuat prinsip
dan ketentuan pokok penyelenggaraan SKS.
3) Menyusun Peraturan Akademik
TAHAPAN /
URAIAN
KEGIATAN
4) Menyusun pemetaan unit-unit pembelajaran utuh berbasis
pasangan KD mata pelajaran
5) Menyusun bahan ajar mandiri seperti UKBM, modul,
handout, dan bahan ajar lain yang mendukung optimalisasi
Buku Teks Pelajaran.
c. Lingkungan Mengembangkan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan
dan fasilitas mendukung layanan peserta didik berdiferensiasi bakat,
belajar minat, kemampuan dan/atau kecepatan belajar.
d. Penyediaan 1) Instalasi berbagai pendukung pembelajaran seperti e-
Sarana TIK Rapor, e-modul, LMS, website, sarana teleconference, dsb.
(bagi sekolah 2) Menyediakan Sistem Informasi Manajemen pengelolaan
yang mampu) SKS, seperti sistem informasi akademik yang
mengakomodasi perkembangan capaian kompetensi
individu peserta didik dan bisa diakses setiap saat oleh
guru dan orangtua.
e. Dukungan Menyusun Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS) yang
Anggaran mengalokasikan penyelenggaraan SKS.
3. PELAKSANAAN
a. Penyediaan 1) Menyediakan perangkat pembelajaran mulai dari Kalender
Perangkat Pendidikan, Perhitungan Pekan Efektif, Program Tahunan,
Program Semester, dan seterusnya sesuai dengan
ketentuan tugas pokok dan fungsi guru.
2) Menganalis Beban Belajar semua mata pelajaran
berdasarkan pasangan KD pada Kurikulum SMA.
3) Menganalisis Waktu Belajar sesuai dengan diferensiasi
kemampuan dan/atau kecepatan belajar peserta didik.
TAHAPAN /
URAIAN
KEGIATAN
pengisian KRS, pengelolaan KHS, entry nilai berbasis KD,
sampai dengan pencetakan rapor.
2) Melakukan sinkronisasi data dengan sistem Dapodik
berkaitan dengan pengelolaan E-Rapor, keikutsertaan
peserta didik dalam Ujian Nasional, penjaringan peserta
SNMPTN, dan sebagainya.
4. EVALUASI
Evaluasi Diri 1) Evaluasi terhadap kinerja meliputi: tingkat kehadiran
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan;
2) Evaluasi terhadap kurikulum meliputi: pelaksanaan KTSP ,
kegiatan ekstrakurikuler, pemetaan unit pembelajaran
utuh dan beban belajar, keterlaksanaan Peraturan
akademik, mekanisme peminatan dan pengelompokan
peserta didik, keterlaksanaan pembelajaran sesuai
Kurikulum 2013, keterlaksanaan pembimbingan
akademik, serta penilaian hasil belajar dan capaian Indeks
Prestasi.
3) Evaluasi terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan satuan
pendidikan; tingkat pencapaian Standar Nasional
Pendidikan; tingkat daya saing satuan pendidikan pada
tingkat daerah, nasional, regional, dan internasional.
B. Strategi Penyelenggaraan
Satuan pendidikan menyelenggarakan Sistem Kredit Semester (SKS) secara
bertahap dengan strategi phasing in/out dimulai pada tahun pertama sebagaimana
gambar berikut.
BAB V
PENUTUP
Pedoman Penyelenggaraan SKS ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak-
pihak yang berkepentingan berkaitan dengan penyelenggaraan SKS. Substansi
pembahasan telah disusun memuat berbagai hal berkenaan dengan konsepsi, legalisasi,
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi penyelenggaraan SKS.
Agar satuan pendidikan memahami penyelenggaraan SKS secara utuh diwajibkan pula
untuk memahami dokumen pendukung lain yang telah dikembangkan oleh Direktorat
Pembinaan SMA, antara lain Panduan Pengembangan UKBM, Panduan Pengelolaan
Kelas, Strategi Pengelolaan SKS , Panduan Penyusunan Standar Mutu Pelayanan SKS,
dan naskah-naskah Pembelajaran dan Penilaian lainnya yang relevan.
Semoga penyelenggaraan SKS di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
kebutuhan layanan kepada seluruh warga negara yang berkualitas dan berkeadilan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN