Anda di halaman 1dari 24

“Falsafah Hidup Nene’ Mallomo sebagai Etika dalam Penyusunan APBD

Kabupaten Sidenreng Rappang”

Dosen Pengampu:
Suhrtono, SE.,M.Si., Ak.,Ca

KELOMPOK 6
AKUNTANSI B
Maulida Khasanah 90400116060
Asmaul Husna 90400116063
Karmila 90400116057

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019
“Falsafah Hidup Nene’ Mallomo sebagai Etika dalam Penyusunan APBD
Kabupaten Sidenreng Rappang”
Maulida Khasanah1
Asmaul Husna2
Karmila3
1,2,3
Mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam
1
Maulida18081998@gmail.com
2
Conan.gan25@gmail.com
3
Arrohafiljannah@gmail.com

ABSTRAK
Penyusunan anggaran menjadi hal yang sangat krusial untuk diperhatikan, kegagalan dalam
perencanaan sama saja dengan merencanakan kegagalan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah para aktor anggaran Pemerintahan Kabupaten Sidenreng Rappang
menerapkan falsafah hidup Nene’ Mallomo sebagi etika dalam proses penyusunan APBD.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kualitatif deskriptif dengan teknik
wawancara dan peninjauan langsung kelapangan. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
para aktor anggaran (DPRD) sudah mengetahui bagaimana penyusunan anggaran yang baik
dan juga mengetahui serta menerapkan falsafah Nene’ Mallomo dalam proses penyusunan
APBD. Namun nilai-nilai falsafah ini belum sepenuhnya diterapkan secara formal hanya
saja ini sudah melekat pada masyarakat Sidrap.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004
yang diubah dengan UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, telah
menyebabkan perubahan signifikan pada prosedur penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Perubahan dimaksud mengacu pada meningkatnya
keterlibatan berbagai pihak dalam penyusunan anggaran daerah tersebut, mulai dari
kepala daerah hingga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di bawahnya.
Hal ini dapat diartikan sebagai meningkatnya partisipasi pegawai dari tingkatan bawah
dalam proses penyusunan anggaran. Perlunya dilakukan budgeting reform (Irfan,
Santoso, & Efendi, 2016). Proses penyusunan anggaran menekankan pada pendekatan
Buttom-up Planning, hal ini perlunya bawahan diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam proses penyusunan anggaran karena menurutnya partisipasi dalam penyusunan
anggaran diyakini dapat meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah (Agusti, 2012).

1
Saat ini sektor publik menjadi perhatian penting untuk melakukan penelitian. Daya
tarik penelitian terkhusus pada perilaku aktor anggaran, yakni legislatif dan eksekutif
dalam menyusun anggaran. Semakin semangat untuk menceggah penyelewengan
anggaran tetapi justru semakin banyak penyelewengan anggaran yang terjadi di daerah.
Penelitian lain tentang akuntansi sektor publik adalah penelitian yang mencoba menguak
keterbukaan atas partisipasi publik dalam proses penganggaran pemerintah daerah. Para
peneliti menemukan bahwa para aktor anggaran kurang memberikan sosialisasi kepada
masyarakat sehingga mereka kurang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran (Fakhry,
Syarifuddin, & Said, 2014). Partisipasi anggaran merupakan tingkat seberapa jauh
keterlibatan dan pengaruh individu didalam menentukan dan menyusun anggaran yang
ada dalam divisi atau bagiannya, baik secara periodik maupun tahunan. Anggaran
berfungsi sebagai alat penilaian kinerja, dengan adanya partisipasi anggaran diharapkan
kinerja aparat pemerintah daerah akan meningkat, karena anggaran dipakai sebagai suatu
system pengendalian untuk mengukur kinerja. Kemudian dari itu semua pihak ikut
terlibat dan diberi kesempatan untuk membuat anggaran sesuai bidangnya masing
masing, maka kinerja yang dihasilkan akan baik (Agusti, 2012).
Proses penganggaran yang dilakukan oleh pemerintah saat ini lebih mendorong
tumbuhnya nilai-nilai materialitas dibandingkan dengan nilai-nilai sosial (Fakhry,
Syarifuddin, & Said, 2014). Akuntabilitas serta pertanggungjawaban pemerintah kepada
masyarakat, hendaklah memiliki pola prilaku yang wajib dijadikan sebagai pedoman atau
kode etik berlaku bagi setiap aparaturnya. Etika dalam pemerintahan harus ditimbulkan
dengan berlandaskan pada paham dasar yang mencerminkan sistem yang hidup dalam
masyarakat yang harus dipedomani serta diwujudkan oleh setiap aparatur dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara umum nilai-nilai suatu etika
pemerintahan yang perlu dijadikan pedoman dan perlu dipraktekkan secara operasional
(Yusrifal., 2018).
Nilai-nilai etika yang hidup dan berlaku dalam suatu masyarakat, bukanlah sekedar
menjadi keyakinan pribadi bagi para anggotanya, akan tetapi juga menjadi seperangkat
norma yang terlembagakan. Dengan kata lain, suatu nilai etika harus menjadi acuan dan
pedoman bertindak yang membawa akibat dan pengaruh secara moral. Dalam
Kepustakaan Bugis, untuk terwujudnya permerintahan yang baik, seorang pemimpin
dituntut memiliki 4 kualitas pribadi, sebagaimana banyak diungkap dalam Lontaraq
Bugis, yaitu Maccai na Malempu; Waraniwi na Magetteng (Cendekia lagi Jujur, Berani
2
lagi Teguh dalam Pendirian). Ungkapan ini bermakna bahwa kecerdasan saja belum
cukup, kecerdasan haruslah disertai dengan kejujuran. Banyak orang cendekia
menggunakan kecerdasannya membodohi orang lain. Karena itu, kecerdasan haruslah
disertai dengan kejujuran (Yusrifal., 2018).
Banyaknya warisan nilai-nilai budaya di masyarakat yang dapat dijadikan sebagai
falsafah hidup baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal pekerjaan. Salah satu
budaya terdapat pada daerah Sidrap yaitu nilai-nilai budaya nene mallomo sebagai
falsafah hidup. Salah seorang pemimpin bugis yang dalam Sejarah Sidenreng Rappang
Abad XVI, dikenal memiliki empat kualitas pribadi tersebut adalah La Pagala Nene'
Malomonya. Salah satu petuah dari Nene' Mallomo mengatakan bahwa orang Sidrap
harus mempunyai sifat Macca, Malempu, Warani na Magetteng (Fakhry., 2014).
Melihat dinamika penyusunan anggaran dan mengingat begitu pentingnya proses
perencanaan anggaran tersebut seperti ungkapan “Failing to Planning is Planning to
Fail” yang bermakna yakni ketika gagal dalam merencanakan maka kita telah
merencanakan kegagalan. Ungkapan bijak ini bermakna sangat dalam terpenting bagi
proses pengangaran pada APBD khususnya yakni APBD kabupaten Sidenreng Rappang.
Terlebih Kabupaten Sidenreng Rappang adalah kabupaten dengan tokoh terkenal yakni
seorang pemimpin, hakim, dan tokoh politik serta tokoh diplomasi yang sangat luar biasa
“Nene’ Mallomo” yang tak sedikit meninggalkan kisah kebijaksanaan dan falsafah hidup
yang dalam. Lebih lanjut melihat kedua fenomena tersebut kami tertarik untuk meneliti
terkait bagaimana proses penyusunan APBD di Kabupaten Sidenreng Rappang? Apakah
masih memegang teguh falsafah hidup tokoh yang dijadikan ikon kabupaten tersebut
sehingga lebih lanjut mengangkat judul dalam penelitian ini yaitu “Falsafah Hidup
Nene’ Mallomo sebagai Etika dalam Penetapan APBD Kabupaten Sidenreng
Rappang”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Penyusunan APBD Kabupaten Sidrap?
2. Apakah dalam proses penyusunan APBD para aktor anggaran masih memegang teguh
etika sesuai dengan falsafah hidup Nene’ Mallomo?

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. GRAND TEORI
TEORI ETIKA UTILITARIANISME
Etika Utilitarian adalah teori etika yang dikemukakan David Hume (1771-1770)
dan dirumuskan secara defenitif oleh Jeremy Bentham dan Jhon Stuart Mill (1806-1873)
dan para pengikutnya (Sudaryanto, 2015). Rachels, (2008:169) dalam (Sudaryanto,
2015) Bentham berpendapat bahwa ada satu prinsip moral yang utama yakni “Prinsip
Utilitas”. Prinsip ini menuntut agar setiap kali kita menghadapi pilihan dari antara
tindakan alternatif atau kebijakan, sosial, kita mengambil satu pilihan yang mempunyai
konsekuensi, yang secara menyeluruh paling baik bagi setiap orang yang terlibat di
dalamnya.
B. FALSAFAH HIDUP
Falsafah hidup sering juga dikatakan dengan pandangan hidup (Ibrahim, 2018),
Hadiatmaja & Kuswa, (2010:61) dalam (hartanto & Nurhayati, 2017) berpendapat
bahwa falsafah hidup yang dijadikan pedoman dalam hidup manusia umumnya berkaitan
dengan apa yang menjadi tujuan hidup manusia berdasar atas keyakinannya. Falsafah
hidup dalam setiap masyarakat tentu akan berbeda-beda, hal tersebut disebabkan oleh
faktor bahwa kepercayaan yang dianut oleh masyarakat juga berbeda-beda.
1. FALSAFAH HIDUP NENE’ MALLOMO
Nene’ Mallomo adalah seorang tokoh cendekiawan muslim, tokoh spiritual,
ekonomi, politik, dan budaya. Nilai kearifan yang berlaku melampaui zamannya artinya
akan berlaku selama Sidrap masih ada, yang diamana Nene’ Mallomo itu merupakan
sebuah gelar yang diberikan dikarenakan kelebihan yang dimiliki seseorang dalam hal ini
yang bernama La Pagala bahkan sudah dianggap seperti wali atau “wali pitu” karena
dalam dirinya ada tujuh karakter berbeda yang dimiliki seseorang yang kesemuanya ada
pada diri Nene’ Mallomo. Nene’ Mallomo merupakan pettah pabbicarae (juru bicara)
yang mampu membangun komunikasi politik yang sangat luar biasa dan bisa memahami
keinginan antara pemerintah dan rakyat pada zamannya sehingga ia bisa sinkronkan
antara kedua kepentingan tersebut, di Sulawesi Selatan cuma ada satu orang yang
terkenal dalam kepiawaiannya dalam berdiplomasi, dan juga dinobatkan sebagai panutan
yang bisa menempatkan diri sebagai penyeimbang ia tak lain adalah Nene’ Mallomo
(Akib, 2016). Adapun falsafah yang diajarkan Nene’ Mallomo yakni sebagaimana yang
4
diterangkan dalam kepustakaan Bugis, dikatakan bahwa untuk terwujudnya
pemerintahan yang baik seorang pemimpin dituntut memiliki 4 kualitas pribadi,
sebgaimana yang diungkap dalam Lontara Bugis, yaitu Maccai na Malempu, Warani na
Magetteng (Cendekia lagi Jujur, Berani lagi teguh dalam pendirian) (Kebijakan Nene'
mallomo di Sidrap, 2017). Ungkapan ini bermakna bahw kecerdasan saja belum cukup,
kecerdsan haruslah disertai dengan kejujuran, karena banyak orang cerdas menggunakan
kecerdasannya untuk menipu orang lain. Selanjutnya keberanian sja tidak cukup tetapi
juga harus dibarengi dengan pendirian yang teguh. Orang yang berani tetapi tidak
cendekia dan teguh dalam berpendirian adalah orang nekad (Kebijakan Nene' mallomo di
Sidrap, 2017).
Petuah lain dari Nene’ Mallomo mengatakan bahwa orang Sidrap harus
mempunyai sifat Macca (Cerdas), Malempu (Jujur), Getteng (Konsisten), Warani
(Berani), Mapato (Rajin), Temmapasilengeng (Adil), serta Deceng Kapang
(Menghormati hak orang lain). (Kebijakan Nene' mallomo di Sidrap, 2017)
C. PENYUSUNAN APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. ABPD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman pada Rencana Kerja
(Renja) Pemerinah Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada
masyarakat demi tercapainya tujuan bernegara (Nordiawan, Putra, & Rahmawati, 2012).
Setidaknya ada 6 tahap dalam proses penyusunan APBD (Nordiawan, Putra, &
Rahmawati, 2012):
1. Penyusunan Kebijakan Umum APBD
2. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
3. Penyiapan Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA SKPD
4. Penyusunan rencana Kerja dan Anggaran SKPD
5. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah APBD
6. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah APBD
D. PENELITIAN TERDAHULU
1. Fakhry, Syarifuddin, Darwis Said: “Budget Procces Pemerintah Daerah: Menelisik
Nilai Kemandaran atas Perilaku Aktor Anggaran”. Hasil penelitian menemukan
bahwa para aktor anggaran pada konteks musrenbang, masih menjunjung tinggi nilai
5
kemandaran, namun pada saat kondisi kedua yakni pada saat keputusan anggaran para
aktor anggaran tidak lagi memegang nilai-nilai kemandaran.
2. Andi Yusrifal : “Telaah Kritis: Falsafah Budaya Nene’ Mallomo sebagai Etika dalam
Pengelola Keuangan Daerah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan
keuangan daerah sidrap dikatakan baik. Karena para aparatur pemerintah menerapkan
nilai-nilai falsafah Nene Mallomo.
3. Rozidateno Putri Hanida: “Dinamika Penyusunan Anggaran Daerah: Penetapan
Program dan Alokasi Anggaran Belanja Daerah di Kabupaten Sleman”. Hasil
Penelitian menunjukkan Aktor-aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan
anggaran dalam persfektif politik anggaran masih senantiasa memperjuangkan
kepentingan sendiri dengan berbagai strategi.
E. KERANGKA FIKIR

Dinamika Penyusunan Anggaran

Falsafah Hidup Nene’


Mallomo

1. Macca
2. Malempu Etika Pemerintah dalam Penyusunan
3. Getteng Anggaran selaras dengan Nilai-Nilai
4. Temmapasilengeng Falsafah Hidup Nene’ Mallomo
5. Deceng kapang
6. Resopa Temangingi Na
Mallomo Nalettei
Pammase Dewata

6
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kulaitatif peneliti
adalah sebagai sumber instrument yakni sebagai pengumpul data secara langsung. Data
yang diteliti dapat mengalir apa adanya (alamiah) tanpa adanya seting- seting. Oleh
karena itu dalam penelitian kualitatif dapat diperlukan informan. Antara informan dan
peneliti memiliki hubungan yang sangat erat, kaarena tanpa informan penulis tak akan
banyak mendapatkan informasi yang mengalir masuk khususnya dalam mendapatkan
data yang akurat dan terpercaya.
Adanya sistem desentralisasi fiskal menuntut aparatur pemerintah daerah untuk
memiliki kepandaian dan jujur dalam melaksanakan tugasnya, berpendirian teguh dalam
kebenaran, dan tidak terpengaruh dari pihak lain, hal ini sesuai dengan falsafah budaya
sidrap yaitu Macca na Malempu, Waraniwi na Magetteng. Konsep yang diangkat dalam
penelitian ini merupakan salah satu konsep masyarakat bugis dalam kehidupan sehari-
hari yang juga menjadi reabilitas dalam suku Bugis. Dengan demikina penelitian dengan
jelnis kualitatif dianggap mampu untuk menjelaskan kondisi tersebut. Penelitian ini
dilakukan dengan mewawancarai objek atau informan yang akan diteliti. Dimana objek
atau informan tersebut terdiri dari personol –personil yang bekerja di kantor SKPD
kabupaten Sidrap.
B. PENDEKATAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan menggunakan paradigma
kritis. Etnografi digunakan untuk meneliti perilaku-perilaku manusia berkaitan dengan
perkembangan teknologi komunikasi dalam setting social dan budaya tertentu.
Istilah Etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi. Etnografi yang
kemudian diartikan ebagai deskripsi tentang bangsa-bangsa berasal dari kata ethnos dan
graphein. Ethnos bererti bangsa atau suku bunga, sedangakan grapheein adalah tulisan
atau uraian (Yusrifal, 2018). Pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu
dengan mengadakan penelitian lapagan. Artinya, dalam mendeskripkan suatu
kebudayaan seorang etnografes (peneiti etnografi) juga menganalisis. Jadi, bisa
disimpulkan bahwaa etnografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu
kebudayaan kelompok,masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam
kurun waktu yang sama.
7
C. SUBJEK PENELITIAN
Istilah yang digunakan untuk subjek penelitian adalah informan. Penentuan
informan dilakukan secara purposive dengan memilki kriteria informan yang dianggap
memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek penelitian untuk tujuan tertentu.
Informan yang dipilih dengan kriteria mempunyaai pengalaman dan pengetahuan tentang
penyusunan anggaran pemerintahan Kabupaten Sidrap.
D. SUMBER DATA PENELITIAN
Adapun sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Sumber primer
Yaitu data yang berasal langung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus
dan berhubungan langsung dengan permaslahan yang diteliti. Selanjutnya data yang
menjadi sumber primer dalam penulisan ini adalah melakukan wawancara langsung
dengan orang –orang yang terlibat dalam penyusunan anggaran pemerintahan
kabupaten Sidrap.
2. Sumber sekunder
Yaitu data yang tidak diperoleh secara langsung oleh peneliti, akan tetapi diperoleh
dari orang yang atau pihak lain. Dalam penelitian ini, sumber data pengelolaan
keuangan daerah, serta beberapa artikel yang terkait (Yusrifal, 2018).
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi pustaka yakni, pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa jurnal-jurnal
atau referens lainnya yang digunakan sebagai panduan-referensi terkait dengan topik
yang membantu dalam menganalisis data.
2. Dokumentasi yakni, berbentuk foto, gambar, maupun materi yang tertulis atau sesuatu
yang menyediakan informasi tentang subjek dari pihak yang diteliti.
3. Wawancaara yakno, memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
Tanya jawab sambal bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang
yang diwawancarai
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrument penelitian ini yaitu berupa perekam suara,kamera,dan alat tulis.
Selanjutnya draft wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk narasumber dan draft
hasil wawancara untuk mengabadikan keterangan atau informasi yang diperoleh. Selain

8
iu juga, penelitian ini dilkukan dengn mengunduh (download) data yang dibutuhkan
demi memperoleh kelengkapan informasi (Yusrifal, 2018).
G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA ANALISIS DATA
Teknik dalam mengolah data yang pertama dilakukan adalah mengumpukan data
studi dokumen, kepustakaan dan wawncara. Wawancara yang dimaksud dalam hal ini
bisa wawncara langsung maupun tidak langsung sebagaimana perjanjian. Selanjutnya
adalah menmbuat analisis domain, hal ini dimaksudkan agar kita dapat menarik analisis
terhadap hasil wawncara. Pertanyaan yang diajukanpun bersifat structural agar penelitian
yang dilakukan terara. Selanjutnya adalah pembuatan analisis taksonomik ata hasil
wawancara tersebut,
Penelitian kualitatif memungkinkan dilakukan analisis data pada waktu peneliti
berada dilapangan maupun setelah kembali dari lapangna baru dilakukan analisis. Pada
penelitin ini analisis data telah dilaksnakan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Gambar
Teknik analisis data

Data collection Data display

Data reduction Verification

1. Pengumpulan data (data collection)


Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat
dalam catatan lapabgan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan reflektif.
2. Reduksi data (data reduction)
Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih data yang
relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan
masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Kemudian menyederhanakan dan menyususn secara sistematis dan menjabarkan hal-
hal penting tentang hasil temuan dan maknanya. Pada proses reduksi data, hanya
temuan data atau temuan yang berkenaan dengan permasalahan penelitian saja yang
direduksi. Sedangkan data yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian dibuang.
9
3. Penyajian data (data display)
Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan
table. Tujuan sajain data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga dapat
menggabarkan keadaan yang terjadi. Peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan
informasi baik secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil, maka
peneliti harus membuat naratif, matrik, atau grafik untuk memudahkan penguasaan
informasi atau data tersebut.
4. Penarikan kesimpulan (Verification)
Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti
halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya
diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil
kesimpuln akhir (Yusrifal, 2018).
H. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA
Metode tringulasi data merupakan metode yang digunakan untuk menguji keabsahan
data dalam penelitian ini. Trigulasi meliputi empat hal yaitu tringulasi metode, tringulasi
antar peneliti, tringulasi sumber dan triangulasi teori.. Misalnya, selain melalui sumber
data utama yaitu wawancara, peneliti bisa menggunakan sumber data pendukung lainnya
seperti dokumen yang ditunjukkan informan sebagai bukti sehingga data/keterangan dari
informan lebih akurat.
Metode selanjutnya yang digunakan yaitu tringulasi teori, yaitu hasil akhir
penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Dalam hal
ini agency theory dan kaitannya dengan falsafah budaya Nene’ Mallomo. Selain itu,
tringulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu
menggali pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil analisis data yang diperoleh
(Yusrifal, 2018).

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Selayang Pandang Kabupaten Sidenreng Rappang
a) Letak Geofrafis
Kabupaten Sidrap berasal dari dua kerajaan yakni kerajaan Sidenreng dan
Kerajaan Rappang kemudian menjadi kabupaten Sidenreng Rappang, jarak tempuh
200 km dari makassar ada persimpangan jalan darat ke arah Tanru Tedong, Siwa-
Wajo terus ke Palopo dan ke arah Enrekang-Toraja, dengan luas wilayah 2.506 km2,
disebelah utara berbatasan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang, di sebelah
selatan berbatasan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Barru, disebelah Barat
berbatasan Kota Parepare dan Kabupaten Pinrang, disebelah Timur berbatasan
Kabupaten Luwu dan Kabupaten Wajo. Kabupaten Sidrap merupakan tempa yang
strategis sebagai jalur penghubung antar beberapa kabupaten karena letaknya yang
strtegis.
b) Potensi Daerah
Melirik petensi Ekonomi Kabupaten Sidrap yang terkenal sebagai salah satu
Sentra penghasil beras di Sulawesi Selatan, menjadikan pertumbuhan perekonomian
yang tinggi, yang membawa Sidrap menjadi kabupaten terbaik di Sulsel dari 24
kab/kota, dengan jumlah masyarakat miskin di daerah penghasil padi atau kota beras
ini terendah di Sulawesi Selatan. Hebatnya di kabupaten ini adalah karena penduduk
setempat selain menanam padi juga berternak itik dan beternak ayam potong dan
ayam petelur, sehingga di sekitar SKPD kab. Sidrap kondisi saat ini banyak tumbuh
wisata kulier bebek Palekko seperti. RM.Gazebo, Bugis Palekko, Palekko Sidenreng,
mengucapkan selamat menikmati bebek palekko khas Sidrap.
Salah satu strategis untuk meningkatkan ekonomi daerah, Pemda Sidrap
memerintahkan bawahannya untuk tidak mempersulit investor yang ingin
menanamkan modal, berikan kenyamanan agar mau menanamkan modal sebanyak
mungkin.. Hal tersebut terbukti dengan adanya investor luar negeri yang
menyumbang hingga Rp.54 Milyar untuk pembangunan PLTB.
Di kabupaten sidrap terdapat PLTB aebagai obyek Wisata Baru Kabupaten
Sidrap telah memiliki obyek wisata baru, yakni PLTB (pembangkit listrik tenaga bayu
atau angin) yang pertama di Indonesia, sejarah mencatat bahwa pembangunan PLTB
ini sejak Agustus 2015 dan diresmikan langsung oleh bapak Presiden Jokowi pada
11
hari senin 2 Juli 2018, beliau mengaku kagum dengan pemandangan bukit yang asri
dan menyejukkan mata disana.”Berada diperbukitan watang pulu, sore tadi, saya
merasa seperti tengah berada di negeri Belanda seperti di Eropa, padahal di
Kabupaten Sidrap Sulsel,”kata Jokowi.
c) Pemerintahan
kabupaten sidrap yang dipimpin oleh bupati dan wakil bupati periode 2018-2023,
dialantik pada tanggal 29 juni 2019 yang dirangkaikan dengan pesta rakyat, Ir. H.
Dollah Mando terpilih sebagai bupati Kabupaten Sidenreng Rappang dan Ir. H.
Muhammad Yusuf terpilih sebagai wakil bupati Kabuapaten Sidenreng Rappang
periode 2018-2019.
visi dan misi pemerintah kabupaten sidenreng rampang
Visi
terwujudnya Sidenreng Rappang yang maju dan terkemuka bersama
masyarakat religius dengan pendapata meningkat dua kali lipat

Misi
- mningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor pertanian berbasis sistem
pertanian terpadu, modern dan berkelanjutan
- mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis potensi dan keunggulan
lokal melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan umkm
- meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya
saing tinggi berdasarkan keimanna dan ketaqwaan
- pengembangan infranstruktur bernilai tambah tinggi untuk mendorong percepatan
perumbuhan ekonomi, dan memperlancar eksebilitas antar wilayah
- memantapkan iklim kehidupan sosial kemasyarakan yang kondusif
- mewujudkan percepatan berformasi birokrasi, tatakelola pemerintahan yang baik,
penegakan supermasi hukum, dan pengembangan kebijakan yang pro gender, pro
poor, pro job dan pro environment.

Misi Bupati & Wakil Bupati Kab. Sidenreng Rappang tahun 2018-2023

- memajukan dan meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan dan pendidiksn dalam


rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat
12
- memajukan usaha agribisnis, umkm dan indusstri pengolahan berbasis petik, olah,
kemas dan jual.
- mengembangkan kerjasama investasi daerah dan penyediaan lapangan kerja baru.
- mengembangkan dan menngkatkan pembangunan infrastruktur wilayah dalam
memperlancar mobilitas rus barang dan jasa.
- mengoptimakan kinerja, kualitas dan profesionalitas birokrasi pemerintah daerah
dalam pelyananpublik melalui penerpan good governance.
- optimalisasi sumber daya daerah berbasis pemberdayaan masyarakat pedesaan
melalui penerapan konsep desa cerdas (smart village), sehat dan mandiri
,berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
- mewujudkan dan menciptakan kondisi kehidupan beragama yang religius serta
meningktkan kualitas budaya lokal sebagai basis dalam menciptakn kehidupan
sosial kemasyarakat yng sama, kondusif dan harmonis.
d) Prestasi Pemerintahan Terkait Opini Auditor
Pemerintah Kabupaten Sidrap berhasil meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
tahun 2019. Ini merupakan WTP ketiga secara berturut-turut yang diterima Kabupaten
Sidrap. Hal tersebut terungkap dalam acara Penyerahan Laporan Pemeriksaan BPK atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2018 pada kabupaten/kota di wilayah
Sulawesi Selatan. Penyerahan berlangsung di Kantor BPK Sulsel, Jalan A P Pettarani,
Makassar, Jumat (24/5/2019)
2. Refleksi Falsafah Nene’ Mallomo sebagai Etika bagi Aktor Anggaran Kabupaten
Sidenreng Rappang dalam penyusunan APBD
Menelisik terkait etika para aktor anggaran Di Kabupaten Sidrap yakni penulis
mengambil satu informan dari setiap pelaku anggaran yakni untuk dari pihak
legislatifnya yakni DPRD, pihak eksekutif yakni Sekretaris Daerah dan Kepala Bidang
Anggaran. Namun karena kendala waktu dan kesibukan dari pihak informan maka
penulis hanya berhasil menemui dari pihak legislatif yakni DPRD yang diwakili oleh
Bapak Rohady selaku sekretaris DPRD Kabupaten Sidrap sekaligus sebgaai sekretaris
badan Anggaran di DPRD Kabupaten Sidrap. Untuk memahami lebih dalam terkait etika
dari para aktor anggaran tentunya membutuhkan waktu lama jadi kami hanya
menjelaskan beberapa temuan yang kami temukan dilapangan pada saat proses tinjauan
langsung. Proses pengambilan kesimpulan terkait bagaimana para aktor anggaran

13
menerapkan papaseng ini yakni lebih dahulu para aktor angggaran tentunya harus
mengetahui dan tentunya paham dengan papaseng tersebut.
Macca
Sebuah Sastra Papaseng bugis dikatakan bahwa “risininna tau sidenrenge waji’i
napunnai riasenge amacca….” Artinya bahwa setiap orang sidenreng rappang wajib
memiliki kepintaran atau kecerdasan dalam hal ini jika dikaitkan dengan pemerintahan
yakni bagaimana para aktor anggaran dalam penyusunan APBD dapat merefleksikan
nilai dari papaseng ogi ini. Macca dalam penyusunan anggaran diartikan bahwa
bagaimana seorang pelaku anggaran dapat menggunakan kecerdasan yang dimilikinya
yakni cerdas dalam melihat dan mengatur prioritas dari plafon anggaran sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan ketersediaan potensi pendapatan yang ada agar
tepat sasaran dan berdya guna. Mengingat bahwa pemerintahan dan DPRD sebagai
pemegang amanah rakyat yang memiliki tanggung jawab yang besar terutama kepada
Sang Maha Pemberi.
Temuan dari peneliti yakni pelaku anggaran di Sidrap sudah memahami falsafah dari
papaseng Nene’ Mallomo ini dan seperti yang dijelaskan oleh Bapak Rohady selaku
Sekretaris Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sidrap beliau mengatakan bahwa:
“… ada anggaran yang tidak bisa dibagi rata harus kita berfikir secara
proporsional. Contoh: Misalnya hal-hal yang bersifat rutin tapi jika terkait
dengan urusan itu harus proporsional contoh, terkait dengan urusan kesehatan
itu berarti urusan wajib itu berarti punya porsi lebih banyak dan tidak boleh
disamakan dengan urusan perikanan.”
Dari ungkapan tersebut menggambarkan bahwa DPRD sudah mempunyai
pemahaman terkait dengan bagaimana pengelolaan anggaran.

Malempu
Dijelaskan dalam sebuah literatur yakni bahwa “Malempu iyanaritu mapau ada
tongeng, iya ada iya gau…” Artinya yakni bahwa Malempu (Jujur) adalah mengatakan
hal yang benar, keselarasan antara apa yang diucapkan dengan apa yang diperbuat. Jika
dikaitkan dengan pelaku penyusunan anggaran yakni para aktor anggaran harus dapat
merealisasikan apa yang telah dijanjikan atau yang diucapkan termasuk dengan realisasi
anggaran dan realisasi terhadap apa yang sudah dijanjikan kepada masyarakat. Malempu
juga masih berkaitan dengan Macca yakni para aktor anggaran harus menggunakan
kecerdasannya dibarengi dengan nilai Malempu. Refleksi falsafah ini pada aktor
anggaran yakni ketika kami mendapatkan informasi dari informan yang tidak kami
14
rencanakan yakni Komisi III DPRD Kabupaten Sidrap beliau menjelaskan kepada kami
terkait dengan bagaimana dengan peran yang mereka hadapi yakni mungkin ketika kami
menanyai langsung maka yang kami dapatkan adalah hal yang baik namun belum tentu
begitu adanya dilapangan. Informan juga menjelaskan bahwa itu sudah menjadi rahasia
umum namun beliau tentu tidak bisa beliau ungkapkan karen itu sudah bagian dari
pekerjaan mereka. Para aktor anggaran jika dilihat dari penjelasan beliau sudah
mengetahui dengan jelas bagaimana seharusnya mereka bekerja namun ketika beliau
mengatakan bahwa
“ …itu sudah bagian dari pekerjaan kami..”
ini menunjukkan bahwa mereka terbentur dengan peran konflik, namun hal terkait ini
kami tidak bisa dapatkan secara rinci. Dari wawancara tersebut kami menangkap bahwa
bapak ini sudah jujur menceritakan terkait dengan bagaimana pekerjaan mereka padahal
bapak ini bukanlah tujuan atau informan yang kami ingin temui, bapak inilah yang
pertama menyambut kami ketika datang kemudian beliau banyak bercerita kepada kami.

Magetteng

“sininna aturang iya purae ri asiddii riyaparelluangi lao risininna tau egae…”
Artinya yakni semua peraturan yang sudah disepakati untuk keperluan orang banyak,
lantas aturan yang ditetapkan itu harus dijalankan, yakni teguh dalam menjalankan segala
apa yang telah ditetapkan tersebut. Sama halnya dalam melaksanakan APBD yang telah
ditetapkan maka pemerintah harus memiliki sifat dari falsafah Nene’ Mallomo ini yakni
Magetteng dalam merealisasikan segala yang sudah disepakati dalam APBD guna
kesejahteraan masyarakat luas.

Kami menilai apakah para pelaku aktor anggaran kabupaten sidrap merefleksikan
salah satu papaseng ini yakni dari dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj
IP) Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018 yakni dari realisasi anggarannya. Dalam
laporan realisasi anggaran tersebut diperlihatkan bahwa saldo dari akun sisa lebih
pembiayaan anggaran tahun berkenan (2018) yakni Rp0.0,- ini mengindikasikan bahwa
pemerintah dapat merefleksikan dari apa yang diajarkan dari papaseng ini yakni
memegang teguh apa yang telah disepakati dalam hal ini merealisasikan penuh apa yang
sudah direncanakan walaupun jika dilihat dari beberapa pos pembiayaan anggaran dan

15
realisasi tidak sesuai namun apabila ada anggaran berlebih maka dialihkan ke pos
pembiayaan yang lain.

Temmapasilengeng

“iyanaritu de naripasilaingeng rayyae napadana rayyae, rayyae na paparentae”

Artinya yakni tidak membeda-bedakan masyarakat dengan masyarakat yang lain,


dalam tahap penyusunan anggaran yakni pemerintah merefleksikan papaseng ini dalam
menyusun anggaran secara adil yakni seperti yang dijelaskan oleh bapak Rohady terkait
penganggaran yang adil yakni :

“Jadi kalau persoalan anggaran yang adil saya pikir ada dua, yang pertama
proporsional, yang kedua prorata, ada anggaran yang tidak bisa dibagi rata
harus kita berfikir secara proporsional. Contoh: Misalnya hal-hal yang bersifat
rutin tapi jika terkait dengan urusan itu harus proporsional contoh, terkait
dengan urusan kesehatan itu berarti urusan wajib itu berarti punya porsi lebih
banyak dan tidak boleh disamakan dengan urusan perikanan”.
Dilihat dari penjelasan bapak rohady tersebut dilihat bahwa para aktor anggaran
sudah memahami bagaimana membagi pos-pos penganggaran secara adil, hal ini juga
dapat dilihat dalam LKJ IP tahun 2018 yang dimana didalamnya dijelaskan bahwa
penyerapan anggaran terbesar pada sasaran meningkatnya kapasitas dan kualitas daya
dukung jalan dan jembatan terhadap wilayah sentra produksi pertanian, hal tersebut
menggambarkan bahwa memang benar bahwa masyarakat sangat membutuhkan
pembangunan sarana tersebut mengingat Kabupaten Sidrap adalah sentra produksi beras
di Sul-sel. Hal ini tentu harus dikembangkan dengan cara slaah satunya yakni
meningkatkan sarana dan prasarana masyarakat di sentra produksi pertanian

Resopa Temangingi Na mallomo na lettei Pammase Dewata

Artinya yakni hanya dengan kerja keras dan pantang menyerah kita akan
mendapatkan rahmat dari Allah SWT, dari papaseng ini terlihat jelas bahwa dalam
melakukan suatu urusan harus dengan bersunggung-sungguh dan tidak mudah menyerah.
Terkait dengan penyusunan anggaran Kabupaten Sidrap yakni ini kami melihat dari
bagaimana para pelaku aktor anggaran ini yakni ketika kami berkunjung mereka tengah
bersiap untuk melakukan rapat terkait dengan perubahan APBD 2019 baik itu dari
16
Sekretaris Daerah, Kepala Bagian Anggaran maupun dari DPRD sendiri. Ini
menunjukkan bahwa para pelaku aktor anggaran sudah memiliki tekad untuk bersungguh
dalam menjalankan apa yang sudah ditetapkan dan melakukan perbaikan-perbaikan
untuk kebutuhan masyarakat Sidrap. Kerja keras dan kesungguhan ini juga dilihat dari
prestasi yang didapatkan oleh Pemerintah Kabupaten Sidrap yakni mendapatkan opini
WTP dalam 3 tahun berturut-turut dari BPK tentunya ini tidak terlepas dari kesungguhan
setiap elemen yang ada didalamnya.

17
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Para sebagian aktor anggaran di Kabupaten Sidenreng Rappang sudah paham
mengenai falsafah ini. Namun Falsafah Nene’ Mallomo ini belum diterapkannya
ataupun disosialisasikan secara formal pada setiap SKPD. Para aktor anggaran
mengetahui nilai-nilai ini karena memang pada dasarnya merupakan orang Sidrap
asli atau orang yang sudah lama berdomisili di Kabupaten Sidrap.
B. SARAN
Saran kami untuk peneliti selanjutnya yakni agar meneliti semua elemen terkait
mulai dari tingkat desa sampai dengan ke tingkat Kabupaten/Kota. Agar dapat
dilihat secara utuh bagaimana setiap elemen bersikap dalam penyusunan anggaran.

18
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, Restu. "Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparatur
Pemerintah Daerah dengan dimoderasi oleh Variabel Desesntralissi dan Budaya
Organisasi." Jurnal Ekonomi XX, no. 3 (September 2012): 1-15.

Akib, Tasrif. "Nilai Sosial Nene' Mallomo di Kabupaten Sidenreng Rappang." Jurnal
Keguruan dan Ilmu Pendidikan III, no. 1 (Juni 2016): 1-16.

Bungin , burhan . Penelitian Kualitatif (komunikasi, Ekonomi, Kebujakan Publik, Dan ilmu
sosial lainnya). Jakarta: Prenada Media Grup, 2005.

Fakhry, Syarifuddin, and Darwis Said. "Budget Peocess Pemerintah Daerah: Menelisik Nilai
Kemandaran atas Perilaku Aktor Anggaran." Jurnal Analisis III, no. 2 (Desember
2014): 189-194.

Hartanto, Doni Dwi, and Endang Nurhayati. "Falsafah Hidup Bhakti Marga Yoga dalam
Naskah Serat Bhagawad Gita." Jurnal Ikadbudi VI, no. 2089-7537 (September 2017):
65-78.

Ibrahim. "Adak Sampulonrua (Studi Falsafah Hidup Masyarakat Muslim Buluttan


Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa)." Jurnal Aqidah IV, no. 1 (2018): 95-
113.

Irfan, Muh, Budi Santoso, and Lukman Efendi. "Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap
Kesenjangan Anggaran dengan Asimetri Informasi, Penekanan Anggaran dan
Komitmen Organisasional sebagai Variabel Pemoderasi." Jurnal Akuntansi dan
Investasi XVII, no. 2 (Juli 2016): 158-175.

Kebijakan Nene' mallomo di Sidrap. Juni 20, 2017.


https://palontaraq.id/2017/06/20/kebijakan-nene-mallomo-di-sidrap/ (accessed Mei
14, 2018).

Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra, and Maulidah Rahmawati. Akuntansi


Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat, 2012.

19
Salindeho, Mario. "Implementasi Etika Pemerintahan dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur
Pemerintah (Suatu Studi di Kecamatan Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan
Sangihe)." 2013.

Sudaryanto. "Tragedi Chalengger (Tinjauan Etika Kantian & Etika Utilitarian)." Jurnal
Filsafat 25, no. 2 (Agustus 2015).

Yusrifal, Andi. "Telaah Kritis : Falsafah Budaya Nene' Mallomo sebagai Etika dalam
Pengelolaan Keuangan Daerah." 2018.

20
LAMPIRAN

MANUSKRIP

Responden : Dr.Muh.Rohady Ramadhan,S.IP ,M.Si

Waktu Wawancara : Selasa, 25 Januari 2019

Jabatan : Sekretaris DPRD Kabupaten SIDRAP

Instansi : DPRD Kabupaten

Assalamualaikum, Wr.Wb

1. Bagaimana Proses Penyusunan Anggaran di DPRD ?


Anggota Tim Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sidrap sebanyak 7 orang,
Namun untuk anggota DPRD yang terlibat dalam pengesahan anggaran sebanyak 35
orang. RAPBD dari Eksekutif kemudian di serahkan ke DPRD, kemudian dibahas
oleh DPRD bersama TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) yang diketuai oleh
SEKDA (Sekretaris Daerah). Pengesahan RAPBD (Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) tidak menentu, tapi untuk APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) pokok paling lambat 30 November, apabila lewat
30 November Pemerintah Daerah diberikan sanksi. DPRD melakukan fungsi
pengawasan anggaran apakah sesuai dengan visi misi atau apakah sesuai dengan
RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah).
2. Apa acuan DPRD dalam penetapan RAPBD ke APBD ?
Masing-masing SKPD membuat RKA setelah klasifikasi RKA kemudian
dituangkan dalam buku BPA setelah di sahkan , jadi sebelum APBD itu masing-
masing SKPD diberikan PPAS (Prioritas Penggunaan Anggaran Sementara) atas
dasar itulah setiap SKPD membentuk RKA kemudian dibahas bersama di DPRD,
sepanjang sesuai dengan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) tidak ada
masalah dan sesuai dengan target pendapatan. Survey Langsung DPRD ke
masyarakat yakni dalam bentuk kunjungan kerja untuk melihat kesesuaian dalam
APBD dan realisasi.
3. Menurut Bapak/Ibu, penganggaran yang adil itu yang bagaimana ?
21
Jadi kalau persoalan anggaran yang adil saya pikir ada dua, yang pertama
proporsional, yang kedua prorata, ada anggaran yang tidak bisa dibagi rata harus
kita berfikir secara proporsional. Contoh: Misalnya hal-hal yang bersifat rutin tapi
jika terkait dengan urusan itu harus proporsional contoh, terkait dengan urusan
kesehatan itu berarti urusan wajib itu berarti punya porsi lebih banyak dan tidak
boleh disamakan dengan urusan perikanan. Bentuk pertanganggungjawaban dan
transparansi pemerintah kepada masyarakat yakni dalam bentuk ILPPD (Informasi
Laporan Penyelenggara Pemerintah Daerah) yang diumumkan melalui media
outputnya yakni tingkat kepuasan masyarakat.
4. SIDRAP dengan pendahulu yang terkenal dengan kebijaksanaan dalam
kepemimpinannya dan juga terkenal dengan falsafah hidup dari pappasengnya apakah
hal tersebut disosialisasikan dan diterapkan dalam budaya kerja dilingkungan DPRD?

Falsafah dari Nene’ Mallomo yang terkenal yakni “Resopa te mangingi na


mallomo na lettei pammase dewata” yakni yang artinya hanya dengan kerja keras
dan usaha kita akan mendapat rahmat dari tuhan. Kalau yang lainnya itu “iaro ade’
dena te makkiana”.

22
DOKUMENTASI

23

Anda mungkin juga menyukai