Anda di halaman 1dari 9

Prosedur Penanganan Kepiting

Bakau (Scylla serrata) di Instalasi


Karantina Ikan UPT KI

PUSAT KARANTINA IKAN


BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Prosedur
Penanganan Kepiting bakau (Scylla spp.) di Instalasi Karantina Ikan UPT
KIPM ini dapat diselesaikan.

Prosedur ini dibuat sebagai acuan untuk melakukan tindakan


karantina (penanganan sementara) terhadap komoditas Kepiting Bakau
(Scylla spp.) di IKI, sebagai tindak lanjut penerapan Permen KP Nomor
1/PERMEN-KP/2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.),
Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus).

Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama yang baik


disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
prosedur ini, hingga dapat diselesaikan. Semoga prosedur ini dapat menjadi
acuan bagi petugas karantina dalam menerapkan Permen KP No.
1/PERMEN-KP/2015.

Kepala Pusat Karantina Ikan

Ir. Muhammad Ridwan, MM., MP

i
DAFTAR ISI

I. Latar Belakang ................................................................................. 1

II. Penanganan Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Di Instalasi Karantina


Ikan Milik Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan Pengendalian Mutu
(UPT KIPM) ....................................................................................... 2

II.1. Penanganan Kepiting Bakau Selama 24 Jam Pada instalasi


Karantina Ikan .......................................................................... 2

II.1.1. Sortasi Kepiting .............................................................. 2


II.1.2. Penanganan Darurat ...................................................... 2
II.1.3. Pengemasan ................................................................... 2
II.1.4. Penentuan Lokasi Melepasliarkan .................................. 3

II.2. Penanganan Kepiting Bakau Lebih dari 24 Jam Pada Instalasi


Karantina Ikan ....................................................................... 3

II.2.1. Persyaratan Sarana dan Prasarana ................................. 4


II.2.2. Penentuan Lokasi Melepasliarkan ................................... 6

ii
PENANGANAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI INSTALASI
KARANTINA IKAN MILIK UNIT PELAKSANA TEKNIS KARANTINA IKAN
PENGENDALIAN MUTU (UPT BKIPM)

I. Latar Belakang

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis


komoditas perikanan ekonomis penting. Kepiting bakau (Scylla serrata)
banyak dijumpai di perairan payau yang banyak ditumbuhi tanaman
mangrove. Kepiting bakau (Scylla serrata) sangat disenangi oleh seluruh
lapisan masyarakat mengingat rasanya yang lezat dan kandungan nutrisi
sejajar dengan crustacea yang lain seperti udang yang banyak diminati
baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri. Produksi kepiting
hingga saat ini masih mengandalkan tangkapan dari alam, sehingga
usaha perdagangan kepiting harus mempertimbangkan tingkat
keberlajutan populasi kepiting di alam.
Potensi pasar yang tinggi terhadap permintaan kepiting bakau
(Scylla serrata) menyebabkan maraknya perdagangan kepiting baik lokal
maupun eskpor. Sehingga Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan, melakukan pelarangan terhadap lalulintas
perdagangan kepiting bakau (Scylla serrata) dengan ukuran tertentu
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor. 01/PERMEN-KP/2015 tentang Penangkapan
Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunus
Pelagicus) dan Surat Edaran Kepala BKIPM Nomor 20/ BKIPM/I/2015
tentang Larangan Penerbitan Sertifikat Kesehatan Produk Perikanan
untuk Tujuan Ekspor dan Antar Area Bagi Komoditas Lobster (Panulirus
spp.), Kepiting (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunus spp.).
Dalam rangka pembatasan dan pelarangan perdagangan lalulintas
kepiting bakau (Scylla serrata), maka diperlukan adanya sarana instalasi
karantina ikan di Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan dan
Pengendalian Mutu (UPT KIPM) untuk tindakan karantina penahanan
terhadap komoditi kepiting bakau (Scylla serrata), yang tidak sesuai
dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. 01/PERMEN-
KP/2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla
spp.) dan Rajungan (Portunus Pelagicus). Instalasi Karantina Ikan milik
UPT KIPM harus memiliki sarana prasarana yang baik untuk
pemeliharaan kepiting bakau (Scylla serrata) sehingga dapat bertahan
hidup selama proses penahanan berlangsung).

1
II. Penanganan Kepiting Bakau (Scylla serrata) Di Instalasi Karantina
Ikan Milik Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan Pengendalian Mutu
(UPT KIPM)

Lalulintas kepiting bakau yang tidak sesuai dengan peraturan


menteri kelautan dan perikanan Nomor. 01/PERMEN-KP/2015, akan
dikenakan tindakan penahanan oleh petugas PHPI. Tindakan
penahananan dimaksudkan untuk melepasliarkan kepiting hasil
tangkapan ke alam (re-stocking). Sebelum melepasliarkan kepiting
tersebut dilakukan penanganan sementara/darurat pada instalasi
karantina ikan milik UPT KIPM.
Adapun tindakan penanganan kepiting yang dilakukan di instalasi
karantina ikan milik UPT KIPM adalah sebagai berikut:

2.1. Penanganan Kepiting Bakau Selama 24 Jam Pada instalasi


Karantina Ikan

2.1.1. Sortasi Kepiting


Sortasi kepiting dilakukan dengan cara :
- Menghitung jumlah kepiting tanpa membuka ikatan kepiting,
- Pisahkan kepiting yang kondisinya baik dengan yang tidak,
dilihat dari refleksi mata kepiting.

2.1.2. Penanganan Darurat


Setelah kepiting disortasi, maka penanganan yang perlu
dilakukan adalah:
- Menyiapkan wadah/bak perendaman yang berisi air payau
dengan kisaran salinitas 10-25 ppt dan suhu 26-30 oC dengan
tinggi air 10-20 cm.
- Setelah wadah/bak perendaman telah siap, maka kepiting
direndaman selama 1-3 menit, kemudian ditiriskan dan
ditempatkan pada lantai kering/wadah pemeliharaan yang
kering.
- Selang 12 jam kemudian dilakukan perendaman ulang dengan
cara yang sama seperti telah disebutkan di atas.
- Untuk kepiting yang sedang moulting tidak dilakukan
perendaman hingga karapas dirasakan mengeras kembali.

2
2.1.3. Pengemasan
Pengemasan kepiting bakau dilakukan ketika telah
ditentukan lokasi melepasliarkan. Pengemasan kepiting dilakukan
dapat dengan cara sebagai berikut:
- Menyiapkan wadah berupa box styrofoam atau bak keranjang
pelastik,
- Masukkan kepiting kedalam wadah dengan cara menyusun
rapi kepiting secara vertikal seperti tampak pada gambar 1. di
bawah ini.

- Wadah kemasan berupa box styrofoam harus memiliki lubang


agar terdapat pertukaran udara didalam kemasan seperti
tampak pada gambar 2. dan kemasan ditutup rapat.

- Setelah seluruh kepiting dikemas, maka dapat dilalulintaskan


ke tempat melepasliarkan.

2.1.4. Penentuan lokasi melepasliarkan


Melepasliarkan kepiting bakau dilakukan pada seluruh
kepiting bertelur yang ditangani pada instalasi karantina ikan
milik UPT KIPM, ke alam. Lokasi melepasliarkan kepiting bakau
disesuaikan dengan lokasi hidup kepiting di alam, yaitu
lingkungan perairan pantai yang banyak ditumbuhi mangrove dan
dasar perairan berlumpur.

2.2. Penanganan Kepiting Bakau Lebih dari 24 Jam Pada Instalasi


Karantina Ikan

3
Penanganan kepiting bakau yang melebihi 24 jam dan/atau
dikarenakan lokasi melepasliarkan yang belum disiapkan, maka
terhadap kepiting tersebut dilakukan pemeliharaan sesuai dengan
kaidah pemeliharaan di instalasi karantina ikan.
Adapun tindakan dan persyaratan instalasi yang harus dipenuhi
oleh instalasi karantina ikan milik UPT KIPM adalah sebagai berikut:

2.2.1. Persyaratan Sarana dan Prasarana


A. Persyaratan Kualitas Air
- Air pemeliharaan kepting optimal adalah dengan kisaran
kadar garam adalah 10-25 ppt;
- Kisaran pH optimal air pemeliharaan adalah 7,5 -8,5. DO
5-7 ppt
- Kisaran suhu air optimal 26 – 30oC.
- Air berasal dari sumber air laut yang telah dilakukan
proses filterisasi terlebih dahulu, minimal dengan sand
filter.
B. Prasarana
1) Fasilitas pengadaaan air laut dan air tawar: berupa
bangunan dan bak-bak untuk penyaringan air dilengkapi
dengan system filter, system airasi.
2) Wadah pemeliharaan dibuat dari beton dan/atau fiber
glass sesuai dengan kapasitasnya, untuk keperluan
pemeliharaan
3) Bangunan Pendukung ruang/wadah tempat panen dan
packing, laboratorium pemeriksaan kualitas air dan
penyakit, persiapan pakan tambahan, gudang
penyimpanan bahan kimia, obat-obat, dsb.
4) Bangunan Pelengkap kantor manajemen dan
administrasi, ruang pengepakan hasil, dsb.

C. Tata Letak dan Desain Bangunan


1) Wadah / bak pemeliharaan
Tata letak dan desain bangunan diatur untuk
memudahkan dan efisiensi pekerjaan. Wadah/bak
pemeliharaan harus berada dalam ruangan /tertutup,
namun memungkinkan cahaya matahari ataupun lampu
penerangan masuk pada wadah tersebut. Pemeliharaan
kepiting dilakukan sesuai dengan jenis kelaminnya
(monosex) untuk menghindari adanya perkelahian dan
kanibalisme.
2) Wadah / bak Sortasi
Wadah/bak sortasi diperlukan untuk memisahkan antara
kepiting yang molting dengan kepiting normal.
3) Wadah Karantina
Wadah karantina berfungsi untuk memisahkan kepiting
yang berpotensi tertular penyakit HPIK.
4) Sarana Desinfeksi

4
Sarana desinfeksi diperlukan untuk pencucian kepiting,
mendisinfeksi wadah dan kelengkapan sarana
pemeliharaan untuk mencegah penularan HPIK.

D. Penanganan
- Menyiapkan wadah/bak pemeliharaan yang berisi air
payau dengan kisaran salinitas 10-25 ppt,
- Bak/wadah pemeliharaan memiliki kontur dasar kolam
yang tidak tergenang air dan yang tergenang air dengan
ketinggian air 10-15 cm.
- Kepiting ditempatkan dalam bak pemeliharaan tanpa
membuka tali ikatan.
- Lakukan perendaman selama 1-3 menit, kemudian
tempatkan kepiting pada dasar kolam yang tidak
terendam air dan ditiriskan .
- Selang 12 jam kemudian dilakukan perendaman ulang
dengan cara yang sama seperti telah disebutkan di atas.
- Untuk kepiting yang sedang moulting tidak dilakukan
perendaman hingga karapas dirasakan mengeras kembali

E. Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan dengan cara adlibitum,
dengan memberikan cacahan daging ikan atau cumi-cumi
yang baik kualitasnya. Jumlah pakan yang diberikan adalah
sebesar 5-10% berat biomassa perhari, yang diberikan
sebanyak dua kali pada saat pagi dan sore hari (apabila
diperlukan).
F. Pengemasan
Pengemasan kepiting bakau dilakukan ketika telah
ditentukan lokasi melepasliarkan. Pengemasan kepiting
dilakukan dapat dengan cara sebagai berikut:
- Menyiapkan wadah berupa box styrofoam atau bak
keranjang pelastik,
- Masukkan kepiting kedalam wadah dengan cara
menyusun rapi kepiting secara vertikal seperti tampak
pada gambar 1. di bawah ini.

5
- Wadah kemasan berupa box styrofoam harus memiliki
lubang agar terdapat pertukaran udara didalam kemasan
seperti tampak pada gambar 2. dan kemasan ditutup
rapat.

Setelah seluruh kepiting dikemas, maka dapat


dilalulintaskan ke tempat melepasliarkan.

2.2.2. Penentuan lokasi melepasliarkan


Melepasliarkan kepiting bakau dilakukan pada seluruh
kepiting bertelur yang ditangani pada instalasi karantina
ikan milik UPT KIPM, ke alam. Lokasi melepasliarkan
kepiting bakau disesuaikan dengan lokasi hidup kepiting di
alam, yaitu lingkungan perairan pantai yang banyak
ditumbuhi mangrove dan dasar perairan berlumpur.

Anda mungkin juga menyukai