Anda di halaman 1dari 16

ASPEK LEGALITAS

Perusahaan harus memiliki berbagai perijinan dari Pemerintah antara lain :


 Akta Perusahaan
 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
 Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP)
 Ijin Usaha Perikanan (IUP)
 Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI)
 Surat Ijin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)
 Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP)
 Sertifikat Mutu – HACCP
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 Tanda Pengenal Eksportir
 AMDAL
 Perijinan lain yang terkait
ASPEK PROYEK
1. LOKASI
Terdapat 3 pilihan lokasi prospektif bagi loading/unloading point yang berada di Ternate, Bitung dan
Kendari. Deskripsi fasilitas yang tersedia pada masing-masing

Tabel Fasilitas Pelabuhan Penangkapan Samudera Ternate, Bitung dan Kendari

Ternate Bitung Kendari

Pelindung Revetment 450m Groin 23m Revetment 618m

Dermaga Panjang 49m , Panjang 115m , Panjang 60m, lebar


lebar 6m lebar 14m 10m

Fasilitas Jetty Panjang 64m , - Panjang 45m, lebar


Pokok lebar 6m 2m

Jalan Penghubung Panjang 600m , Panjang 206m, Panjang 29.945m,


lebar 6m lebar 8m lebar 6m

Pemasaran Ikan Tempat Tempat Tempat Pelelangan


Pelelangan Ikan Pelelangan Ikan Ikan

Layanan Sumur Bor 2 m3/detik - 6 m3/detik


Air (debit)
Bersih
Penampung 50.000 liter 1.000 liter -
Air
Fasilitas
Fungsional Layanan Es 5 ton/hari 1 ton/hari -

Layanan Genset 150 KVA 30 KVA 500 KVA


Listrik
PLN 82 KVA - 500 KVA

Layanan Bahan Bakar 5.000 liter/hari 12.000 liter/hari 1.000 liter/hari

Pemeliharaan Kapal & Bengkel & Gudang - Dock & Bengkel


Alat Tangkap Peralatan

sumber : http://www.pipp.kkp.go.id
2. DAERAH PENANGKAPAN
Daerah yang potensial menjadi area tangkapan tersebar pada perairan yang meliputi wilayah perairan dari 5 provinsi, yaitu ; Maluku Utara,
Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
3. TARGET BISNIS
a. Potensi ikan : Tuna, cakalang, layang dan deho.

Potensi Tangkapan Ikan (ton/tahun)


Provinsi
Tuna Cakalang Layang Deho

Maluku Utara 55.736 34.810 15.777

Maluku 52.016 36.976 22.615

Sulawesi Utara 6.059 51.024 43.160

Sulawesi Tengah 23.063 18.712 7.408

Sulawesi Tenggara 24.994 30.874 6.696

Sumber : http://statistik.kkp.go.id

b. Target Tangkapan
c. Target Collecting (Pengumpulan)

4. KOMPONEN PENDUKUNG PROYEK


Kegiatan usaha Industri Perikanan Terpadu ini akan mengintegrasikan semua aspek dalam rantai
bisnis perikanan, mulai dari penyediaan kapal penangkap ikan, fasilitas pabrik es, fasilitas cold
storage sampai dengan sistem pemasaran dengan sasaran pasar domestik dan global.

Sebagai investasi awal untuk Industri Perikanan Terpadu ini akan dilakukan pengadaan kapal
penangkap ikan dengan detail sebagai beriku ;
 2 kapal ikan (penangkap dan pengumpul) dengan ukuran 100 – 150 GT
 4 kapal ikan penangkap dengan ukuran 25-30 GT

Secara parallel sebagai bagian dari proyek ini juga akan dipersiapkan fasilitas pendukung pada
loading/unloading point di darat berupa :
 Pabrik Es
 Fasilitas Cold Storage
 Ante Room
 Sarana Pembekuan : Contact Plate Freezing, Air Blast Freezing
 Ruang Processing
 Sarana Pendukung Lainnya
5. KEGIATAN PROYEK (WBS – Work Breakdown Structure)
6. PENGEMBANGAN USAHA
Sesuai dengan visi perusahaan untuk menjadi perusahaan industry perikanan terpadu, maka
perusahaan memiliki rencana jangka menengah dan jangka panjang dalam rencana
pengembangan usaha.

Rencana Jangka Menengah :


 Penambahan kapal pengumpul ikan ukuran 300 – 500 GT sebanyak 2 buah (dengan fishing
base di Banyuwangi dan akan melakukan pengumpulan dari Banyuwangi ke sekitar
Arafuru, Halmahera dan kembali ke Banyuwangi).
 Perluasan cakupan kerjasama dengan nelayan plasma
 Perluasan atau penambahan kapasitas dari fasilitas pabrik es dan cold storage yang
tersedia
 Penambahan area cakupan penangkapan ikan sesuai konsesi yang dimiliki

Rencana Jangka Panjang :


 Penambahan armada kapal penangkapan ikan dan collecting vessel secara berkala setiap
semester
 Perluasan cakupan kerjasama dengan nelayan plasma
 Pendirian fasilitas loading point (pabrik es dan cold storage) di pelabuhan yang baru (eg.
kendari, maumere, dll)
 Pendirian fasilitas pengolahan yang memungkinkan peningkatan “value added” dari hasil
tangkapan ikan (eg. pabrik tepung ikan, pengalengan ikan, dll)
ASPEK PRODUKSI

1. PRODUKSI LAUT

1.1 SARANA PENANGKAPAN

1.1.1 NELAYAN MITRA

Sarana penangkapan berupa perahu kapal ikan milik nelayan terdiri dari perahu
mini purse seine/gill net. Dalam tahap awal diperlukan kemitraan dengan para
nelayan di kawasan Ternate, Tobelo, Bacang dan Banggai. Dengan harapan, para
nelayan tersebut mau melakukan penjualan hasil tangkapannya kepada
perusahaan.

1.1.2 KAPAL ANGKUT / TAMPUNG

Pada tahap awal, perusahaan diharapkan memiliki Kapal angkut / tampung


berukuran 25 – 30 GT sebanyak 4 (empat) unit dan Kapal penangkap ikan
sekaligus menjadi kapal angkut / tampung berukuran 100 – 150 GT sebanyak 2
(dua) unit. Dan, diharapkan pada periode semester berikutnya, diharapkan
dapat memiliki 2 (dua) unit Kapal angkut / tampung yang berukuran 300 – 500
GT yang akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan hasil penjualan
tangkapan dan pengolahan ikan pada periode semester pertama.
1.2 POLA OPERASI

Pola operasi yang akan dijalankan adalah model operasi Gabungan dimana kapal
angkut / tampung sandar / labuh di sentra-sentra produksi untuk memasok Es, BBM,
Logistik serta kebutuhan melaut lainnya bagi nelayan dan menampung ikan hasil
tangkapan nelayan yang selanjutnya diangkut ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) untuk
diproses dan diekspor. Dengan model ini, nelayan akan menjadi produktif dan efisien
sebagai peningkatan pelayanan kepada nelayan plasma dengan tetap mempertahankan
dan mengutamakan kualitas hasil tangkapan produksi.

1.3 TARGET PRODUKSI

Bahan baku ikan berasal dari nelayan dengan target produksi sebesar 250 – 1000 ton per
bulan.

1.4 FLOW CHART PENANGKAPAN

Kelompok Perusahaan
Nelayan

Perahu di Suplai Es, Kapal UPI Domestik/


Pangkalan BBM, Logistik Tampung Ekspor

Fishing Rod /
Ground

Ikan di Es
2. PRODUKSI DARAT

2.1 UNIT PENGOLAHAN IKAN

Unit Pengolahan Ikan (Fish Processing Plant) akan dibangun di lokasi yang akan
ditentukan setelah survey lokasi. Pemilihan lokasi UPI sesuai dengan hasil keputusan
rapat sebelumnya adalah di Ternate atau di Bitung. UPI yang akan dibangun harus
memenuhi standar Sanitasi dan Hygiene sehingga layak untuk memperoleh Sertifikat
Kelayakan Pengolahan (SKP), Sertifikat Validasi HACCP serta Approval Number sebagai
syarat untuk dapat melakukan kegiatan ekspor.

Sarana yang akan dibangun adalah:

2.1.1 Pabrik Es
Kapasitas Pabrik Es 60 ton/hari, bentuk balok 50 kg/balok, Ice storage kapasitas
60 ton.

2.1.2 Cold Storage


Produk yang telah dibekukan disimpan di Cold Storage dengan suhu -25⁰ C
kapasitas simpan 150 ton (3 bilik).

2.1.3 Cool Room


Ruangan untuk penyimpanan sementara sebelum ikan diproses lebih lanjut,
dengan suhu -2⁰ C.

2.1.4 Air Blast Freezing


Sarana ini untuk membekukan ikan dengan suhu -40⁰ C selama 8 jam, kapasitas 5
ton/hari.

2.1.5 Brine Freezing


Sarana ini untuk memproses dan membekukan ikan Cakalang.
2.2 INFRASTRUKTUR
Untuk menunjang keberhasilan usaha Industri Perikanan Terpadu diperlukan adanya
infrastruktur yang mendukung baik infrastruktur dasar, utama maupun infrastruktur
penunjang. Infrastruktur tersebut adalah sebagai berikut:

2.2.1 Infrastruktur Dasar


a. Sarana Air Bersih :
- Sumber sarana air bersih berasal dari tampungan air hujan, sungai dan air
dari gunung.
- Sarana Air Bersih akan dilakukan treatment untuk menghasilkan air bersih
yang layak untuk UPI dan Pabrik Es, kebutuhan air per hari diperkirakan
150 M3.

b. Listrik :
Diharapkan dari PLN, ataupun Power Plant swasta dengan cadangan genset
sendiri, dibutuhkan daya ± 650 KVA.

c. BBM :
Pasokan dari Pertamina menggunakan tangki BBM yang ada dan Tongkang
terapung. BBM diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan Nelayan.

d. Pabrik Es :
Pabrik Es dibangun di kawasan industri dengan kapasitas 60 ton/hari
terutama untuk memenuhi kebutuhan Nelayan.

2.2.2 Infrastruktur Utama


Infrastruktur Utama yang sangat menunjang keberhasilan Industri Pengolahan
Ikan adalah :
a. Pelabuhan Perikanan di lokasi yang akan ditentukan dengan memiliki
dermaga yang dapat dimanfaatkan untuk sandar/labuh kapal
perusahaan maupun kapal Nelayan plasma.
b. Selama infrastruktur utama dibangun, untuk sementara dapat
menyewa lahan milik Pelabuhan Perikanan setempat yang memilik
dermaga pelabuhan perikanan yang sesuai dengan spesifikasi kapal
angkut / tampung perusahaan.

2.2.3 Infrastruktur Penunjang


Infrastruktur penunjang yang dapat mendukung keberhasilan usaha dan
selayaknya berada di lokasi basis operasi adalah sebagai berikut :
a. Pos dan Telekomunikasi
b. Hotel / Losmen / Sarana Penginapan
c. Transportasi : Laut, Udara, Darat
d. Bank
e. Perusahaan Kargo
f. Kantor Biro Perjalanan
2.3 MASALAH LINGKUNGAN

Pengoperasian alat tangkap dengan trammel net dan mini purse seine oleh nelayan
tidak berdampak pada kerusakan lingkungan laut, sarana tersebut masih merupakan
sarana alat tangkap ikan tradisional. UPI dan Pabrik Es tidak menghasilkan limbah
buangan bahan kimia beracun yang berbahaya bagi manusia dan organisme hidup
sekitarnya. Suara mesin kompresor tidak bising dan tidak ada polusi udara sehingga
tidak mengganggu penduduk di sekitarnya. Diharapkan konflik sosial tidak akan terjadi
karena keberadaan perusahaan akan melibatkan penduduk / masyarakat dan nelayan
setempat melalui Pola Usaha Kemitraan dengan nelayan, dan perekrutan SDM setempat
untuk tenaga processing, teknisi, keamanan, logistic dan lainnya.

2.4 PRODUK YANG DIHASILKAN

Disekitar perairan Ternate mempunyai potensi yang besar akan jenis ikan Cakalang, Ikan
Deho, Ikan Layang, Ikan Baby Tuna, Ikan Dasar dan lainnya. Perusahaan menetapkan
komoditas tersebut sebagai “Main Commodity”.

2.5 PROSES PRODUKSI

Alur proses produksi untuk produk-produk ikan diatas adalah sebagai berikut :

KAPAL /
BOAT

QC Grade

Receive

Weight

Wash

Freeze

Cold Storage

Distribution
ASPEK PEMASARAN

1. EKSPOR PRODUK PERIKANAN INDONESIA

Terbentuknya World Trade Centre (WTC), serta diberlakukannya Asia Free Trade Are (AFTA)
akan mendorong ekonomi Indonesia terinspirasi kedalam system ekonomi global. Sistem
ekonomi global membawa konsekuensi berupa peluang dimana sekitar perdagangan
termasuk didalamnya industry perikanan dapat memperluas jejaring pemasaran di luar
negeri, sedangkan ancamannya berupa terjadinya kompetisi yang tinggi.

Sebagian besar ekspor perikanan Indonesia adalah jenis ikan. Bentuk olahan produksi
ekspor berupa ikan segar / dingin (fresh or chilled), dalam bentuk ikan beku (frozen) dan
dalam bentuk kering atau asap (dried or smoked).

2. ANALISIS PASAR

Terjadi perubahan preferensi di USA dan Eropa serta Negara lain dimana ada
kecenderungan orang lebih suka memakan daging putih (white meat/ikan) dibandingkan
dengan daging merah. Kondisi ini didukung oleh hasil produk-produk perikanan yang
berprotein tinggi, sehat, non kolesterol yang akan berpeluang untuk menggeser produk-
produk hasil olahan dari ternak sapi dan ayam. Selain itu, pasar di Cina juga memiliki
peluang cukup besar, khususnya untuk produk ikan dasar.

Adanya pembatasan jumlah tangkapan dan musim tangkap serta pendapatan yang relative
stabil dan diikuti oleh kemampuan daya beli yang tinggi juga merupakan peluang untuk
mengembangkan ekspor komoditi perikanan ke Eropa.

3. ANALISIS PRODUK

Produk yang akan dihasilkan adalah produk yang mempunyai nilai tambah (Value Added)
seperti Ikan Cakalang, Deho, Layang, Baby Tuna dan Ikan Dasar. Diversifikasi produk
dilakukan dengan justifikasi bahwa fungsi produksi di industry perikanan dimana factor
musim sangat signifikan berpengaruh terhadap produksi. Dengan demikian, penganeka
ragaman produk diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

4. TARGET PASAR

Pasar yang akan dituju dengan kualitas prima untuk pasar Amerika Serikat dan Eropa,
sedangkan untuk kualitas dibawahnya untuk pasar Cina, Jepang, Negara-negara Asia
Tenggara dan pasar domestic.

5. KOMPETITOR / PERSAINGAN

Persaingan untuk produk-produk yang akan dihasilkan perusahaan sangat ketat, akan tetapi,
strategi yang diterapkan perusahaan dengan mendekatkan basis industrinya berdekatan
dengan daerah penangkapan merupakan langkah yang strategis sehingga mendapatkan
bahan baku yang tingkat kesegarannya masih tinggi diikuti dengan harga beli bahan baku
yang masih competitive.

Untuk menyiasati persaingan yang ketat, perusahaan juga akan menempuh langkah-langkah
strategis lainnya, yaitu melalui mekanisme perekrutan Sumber Daya Manusia yang
professional dan memiliki kompetensi dibidang bisnis perikanan.

6. PENGANGKUTAN / DISTRIBUSI

Pengangkutan produk-produk hasil tangkapan dan olahan akan bekerjasama dengan PT.
HSN.

ASPEK MANAJEMEN

1. MASA PRA OPERASI

Dalam tahap pra operasi akan dilakukan skala prioritas pelaksanaan kegiatan operasional
yaitu survey, penyiapan legalitas usaha, pengurusan perijinan perseroan, termasuk perijinan
penggunaan lokasi untuk unit-unit produksi, penentuan lokasi unit produksi, kontak vendor
mesin-mesin pabrik es, cold storage, kontraktor rancang bangun dan kebutuhan tenaga
kerja serta SDM.

2. MASA KONTRUKSI

Pekerjaan konstruksi dilakukan melalui tahap-tahap penentuan perencanaan bangunan


yang disesuaikan dengan kebutuhan ruang proses/kerja, penentuan desain konstruksi dan
rancang bangun industri pengolahan ikan, lay out mesin serta alur produksi dan lay out
industry pengolahan ikan secara menyeluruh. Penentuan pelaksanaan konstruksi bangunan
akan dipercayakan kepada perusahaan-perusahaan kontraktor yang kompeten di bidangnya
masing-masing.

3. MASA OPERASIONAL

Pada saat unit-unit produksi telah siap untuk berproduksi secara komersial, maka, system
manajemen bisnis perikanan telah disiapkan dengan terencana dan baik yang meliputi :

3.1 Divisi Manajemen Logistik


Penyediaan bahan baku / logistic yang berasal dari Nelayan plasma dibutuhkan dan
diperlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan sirkulasi persediaan
barang, kebutuhan produksi dan sirkulasi penjualan.

3.2 Divisi Manajemen Produksi


Diperlukan agar fungsi-fungsi yang ada dalam unit produksi seperti tenaga kerja,
operasional kapal dan mesin, pemeliharaan dan pengawasan mutu produk yang
diharapkan dapat berjalan sesuai dengan target-target produksi.
3.3 Divisi Manajemen Pemasaran
Bagian Pemasaran bertanggungjawab untuk dapat memasarkan produk dengan
harga yang bersaing dengan kualitas maksimal, melakukan inovasi dan penetrasi
pasar domestik dan internasional serta mampu untuk mencari peluang pasar untuk
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

3.4 Divisi Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan diperlukan untuk mengelola keuangan perseroan berupa
penerimaan penjualan, mengatur dan mengkontrol pengeluaran, menyusun
anggaran, menyusun, memeriksa dan mempertanggungjawabkan laporan keuangan.

3.5 Divisi Manajemen Sumber Daya Manusia


Tenaga kerja merupakan salah satu aset perseroan yang memberikan kontribusi
besar bagi perseroan. Manajemen SDM dilakukan secara professional mulai dari
tahap perekrutan, motivasi kerja, reward dan punishment, pelatihan dan pendidikan
SDM.

4. STRUKTUR ORGANISASI

Untuk mengimplementasikan aktifitas manajemen perseroan, perlu ditetapkan Struktur


Organisasi yang menggambarkan secara jelas mengenai Tugas, Fungsi dan Tanggung
Jawab serta hubungan fungsional dari masing-masing unit usaha.
ASPEK KEUANGAN

1. KEBUTUHAN DANA
Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan Industri Perikanan Terpadu sebesar
≈ Rp. 31.325.000.000,- (tiga puluh satu milyar tiga ratus dua puluh lima juta rupiah), yang
dialokasikan untuk :
a. Investasi :
 2 Kapal 100 – 150 GT @ Rp. 1.700 juta = Rp. 3.400 juta
 4 Kapal 25 – 30 GT @ Rp. 750 juta = Rp. 3.000 juta
 Alat penangkap ikan (purse seine & mini purse seine) = Rp. 1.500 juta
 Fasilitas pabrik es (kapasitas 60 ton/hari) = Rp. 5.500 juta
 Fasilitas cold storage (kapasitas simpan 150 ton) = Rp. 3.500 juta
 Kantor dan sarana penunjang = Rp. 1.000 juta
Total estimasi kebutuhan investasi awal = Rp. 17.900 juta
b. Modal Kerja diperkirakan 0,75 x Rp. 17.900 juta = Rp. 13.425 juta
c. Total Kebutuhan dana Investasi + Modal Kerja = Rp. 31.325 juta

2. PERFORMA KEGIATAN USAHA


Pendapatan
Volume penjualan (sesuai kapasitas cold storage) = 150 ton/bulan
Harga penjualan rata2 sebesar = Rp. 15. 000/kg
Nilai penjualan rata2 per bulan = Rp. 2.250 juta
Pengeluaran
COGS asumsi (60% dari nilai penjualan) = Rp. 1.350 juta
Biaya Operasional dan lain-lain (5% dari nilai penjualan) = Rp. 112.5
Profit
EBITDA = Rp. 787.5 juta/bulan februan@yahoo.com

3. ANALISIS INVESTASI
Payback Period ≈ 23 bulan
IRR ≈ 52,17%

Anda mungkin juga menyukai