1 XXX
1 XXX
BAB I
PENDAHULUAN
Uji kelelahan adalah jenis tes yang menentukan relative bahan ketika mengalami
beban yang berulang atau berfluktuatif. Kelelahan tes secara luas digunakkan untk
mempelajari perilaku bahan tidak hanya untuk jenis beban yang berfluktiatif tetapi
juga untuk korosi, kondisi permukaan, suhu, ukuran, dan stress konsentrasi
(Avner, 1974, p.44).
b. Metode goresan, tes ini dikembangkan oleh Friedrich Mohs. Skala terdiridari
10 mineral standar yang berbeda diatur dalam angka meningkatkan kekerasan.
Talc adalah No 1, gypsum No. 2, dll, hingga 9 untuk korundum, 10 untuk
berlian. Jika bahan yang tidak diketahui tergores dengan jelas oleh No. 6 dan
tidak dengan No. 5, nilai kekerasannya adalah antara 5 dan 6. Tes ini belum
pernah dilakukan dalam metalurgi tetapi masih digunakan dalam mineralogi.
Itukerugian utama adalah bahwa skala kekerasan tidak seragam (Avner, 1974,
p.25).
b. Pengujian Non-Destruktif
Pengujian Non-Destruktif adalah uji coba terhadap objek apapun dengan cara
tidak mengganggu kegunaannya untuk kedepannya, meskipun dengan banyak kasus
tidak mendapatkan pengukuran lasung sifat mekaniknya (Avner, 1974, p.45). Contoh
dari pengujian Non-Destruktive diantaranya :
Pengujian visual adalah metode Non-Destructive pertama yang harus
dipertimbangkan sebelum menggunakan metode yang lebing canggih dan mahal.
Dalam metode inspeksi visual ini langsung diterapan ke permukaan objek dengan
bantuan optiki untuk mendeteksi kekurangan dan anomali. Jika terjadi cacat yang
signifikan selama uji coba inspeksi visual maka akan terdeteksi. Jika dengan uji
coba visual ini sudah terdeteksi maka tidak diperlukan untuk menerapkan metode
Non- Destructive lainya (Vienna, 1999, p.16).
Radiografi adalah gambar bayangan material yang kurang lebih tembus terhadap
radiasi. Sinar X menggelapkan film sehingga daerah dengan kepadatan lebih
rendah memungkinkan penetrasi tampak gelap pada sisi negatif dibandingkan
dengan daerah yang kepaatannya lebih tinggi yang akan menyerap lebih banyak
radiasi (Avner, 1974, p.46).
Magnetic partile adalah suatu metode untuk mendeteksi retakan, lap, robekan,
jahitan, inkusi, dan diskontinuitas untuk suatu material ferromagnetik seperti besi
dan baja. Metode ini akan mendeteksi diskontinuitas dengan mata telanjang dan
juga dapat mendeteksi diskontinuitas yang terletak dibawah permukaan (Avner,
1974, p.49).
sinyal yang diterima relative besar. Jika ada keccatan di jalur gelombang
ultrasonic, bagian dari eneri akan dipantulkan dan sinyal yang diterima oleh
transduser akan berkurang (Avner, 1974, p.54).
Magnetic Eddy Current Inspection : uji coba Eddy Curent dapat digunakan untuk
mendeteksi permukaan dan sub-permukaan yang cacat, ketebalan pelat, dan
ketebalan lapisan. Dalam pengujian Eddy Current medan magnet yang dihasilkan
apabila sumber arus bolak balik terhubung ke kumparan. Ketika medan ini
diletakkan di dekat specimen uji yang mampu menciptakan suatu arus listrik,
Eddy Current akan diinduksi dalam specimen. Pada waktunya Eddy Current akan
memproduksi medan magnet. Unit deteksi akan mengukur medan magnet yang
baru dan mengubah sinyal menjadi tegangan yang dapat dibaca alat penghitung
atau tabung sinar katoda (Avner, 1974, p.57).
9. Kegetasan (brittleness)
Sifat sifat kerapuhan pada material, yang berarti material tersebut pecah dengan
sedikit pergeseran permanen (Avner, 1974,p.669).
10. Mulur (Creep)
Kecenderungan deformasi plastis suatu material secara terus menerus pada
temperature tinggi ketika tegangan masih dibawah batas yield (Avner, 1974,p.45).
11. Keausan
Merupakan ketidaksengajaan pengikisan permukaan pada suatu material
karena penggunaan material (Avner, 1974,p.567).
c. Austempering
Austempering merupakan proses perlakuan panas yang merupakan
perkembangan dari diagram I-T untuk memperoleh struktur yang 100%
bainite. Itu dicapai dengan pemanasan pertama dari suhu austenite yang
diikuti dengan pendinginan cepat dalam air garam sampai temperature
bainitev (Avner, 1974, p.313)
2. Nitriding
Proses Nitriding dari mesin dan baja yang dilakukan proses perlakuan
panas, yang terbebas dari dekarburasi permukaan, ke aksi media nitrogen,
biasanya gas ammonia, pada suhu sekitar 930oF hingga 1000oF, dimana
permukaan yang sangat keras akan diperoleh. Efek pengerasan permukaan
adalah karena penyerapan nitrogen dan perlakuan panas subsequent dari baja
yang tidak diperlukan. Waktu yang dibutuhkan relatif lama, biasanya 1 hingga
2 hari. Kasus ini bahkan setelah 2 hari nitridasi umumnya kurang dari 0,020
inchi dan kekerasan tertinggi ada dilapisan permukaan hingga kedalaman
hanya seperseribu inchi (Thomas G. Digges and Samuel J. Rosenberg, 1960,
p.15). Ada 2 macam nitriding yaitu :
a) Straight Nitriding, digunakan media besi paduan, besi tuang (meningkatkan
kekerasan, ketahanan gesek dan fatigue) melapisi hingga bagian permukaan.
b) Anti-Corrosion Nitriding, bahan yang digunaka biasanya besituang dan
baja paduan. Derajat dari kelarutan yang dicapai adalah 30%-70%.
Melapisi bagian ujung untuk mencegah terjadinya suatu proses korosi pada
benda.
3. Cyaniding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja dengan unsur
karbon dan nitrogen, bertujuan untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan
gesek, dan kelelahan. Bila proses ini dilakukan diudara disebut carbon
nitriding (Thomas G. Digges and Samuel J. Rosenberg, 1960, p.14).
pengerasan dapat ditentukan dengan intensitas api, pemansan dan waktu (Avner,
1974, p.332).
2. Induction Hardening
Pemanasan yang dilakukan dengan menggunakan arus listrik frekuensi
tinggi. Logam berbentuk silindris diletakkan pada indikator ini. Jadi pemanasan
dari permukaan dipengaruhi oleh frekuensi dan waktu dari pemanasan.
Pendinginan dilakukan dengan penyemprotan air setelah pemanasan selesai
(Avner, 1974, p.333).
Dari gambar 1.24, dapat kita lihat pada proses pendinginan perubahan struktur
kristal dan struktur makro sangat bergantung pada komposisi kimia. Pada kandungan
karbon 0,83% sampai 6,67% terbentuk struktur makro yang dinamakan cementit Fe3C.
Angka 6,67 berasal dari :
𝐴𝑟𝐶 12
= 𝑥 100% = 6,67 % .......................................................................... (1-1)
𝑀𝑟Fe 3C 100
2%C : batas kelarutan karbon pada besi gamma pada temperature 14030C.
Garis A0 : garis temperature dimana terjadi perubahan magnetic dari cementit.
Garis A1 : garis temperature pendinginan perubahan austenite menjadi ferrite.
GarisA2 : garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada ferrite.
Garis A3 : garis dimana terjadi perubahan ferrite menjadi austenite (gamma)
pada pemanasan.
GarisACM : garis kelarutan karbon pada besi gamma.
a. Reaksi eutectoid
Transformasi yang dibahas adalah transformasi yang terjadi pada kondisi
equilibrium. Untuk pembahasan ini lihatlah diagram fasa Fe-Fe3C.Reaksi reversible
terjadi setelah pemanasan, "eutektoid" adalah reaksi, bahwa satu fasa padat bukan
cairan berubah menjadi dua fasa padat lainnya pada suhu tunggal. Reaksi eutektoid
ditemukan dalam sistem besi-karbon yang sangat penting dalam proses perlakuan
panas baja (D.Callister. 1940,p.314).
Reaksi eutektoid ini adalah transformasi padatanfase austenite menjadi besi Alfa
dan sementit (D.Callister.1940,p.321).
Reaksi eutectoid merupakan reaksi yang biasa terjadi pada saat kondisi solid.
Prosesnya hampir sama dengan eutektik tanpa menggunakan liquid. Disini fasa solid
akan berubah saat pendinginan menjadi 2 fasa solid yang baru (Avner, 1974, p.212).
b. Reaksi Hypoeutectoid
Microstruktur untuk paduan besi-besi karbida memiliki selain komposisi
eutektoid sekarang dieksplorasi. dengan mempertimbangkan komposisi C0 di
sebelah kiri eutektoid, antara 0,022 dan 0,76% berat C; maka hal ini disebut dengan
paduan hypoeutectoid (kurang dari eutektoid) (D.Callister, 1940,p.324).
Baja pada jenis ini apabila dipanaskan di atas suhu austenite maka akan terjadi
perubahan fase menjadi fase austenite dan apa bila di dinginkan hingga mencapai
titik A1 maka sebagian akan berubah menjadi ferrit tetapi sebagian masih berupa
austenite, dan pada saat di dinginkan hingga dibawah suhu austenite, maka sisa
austenite akan membentuk pearlit sehingga menyisakan hanya pearlit dan ferrit.
(Purnawidodo dan Setyabudi, 2014, p.25).
c. Reaksi Hypereutectoid
Suhu memainkan peran penting dalam laju transformasi dari austenit ke perlit.
Komposisi paduan besi dalam komposisi eutektoid sangatlah bergantung pada waktu.
(Callister, 2014, p.371).
Transformasi pada gambar 1.24terlihat bahwa dengan menggeser nose, maka proses
pendinginan yang relatif lebih lambat dibanding TTT. Diagram untuk perbandingan
kontinyu seringkali disebabkan oleh kelebihan diagram TTT yang memberikan
perkiraan terhadap klasifikasi mikrostruktur baja selama pendinginan kontinyu.
Pada proses laju pendinginan perlahan akan menghasilkan pearlit, pada proses laju
pendinginan yang sedang akan dihasilkan pearlit dan martensit. Pada laju pendinginan
cepat akan menghasilkan yang seluruhnya martensit.
Diagram Continous Cooling Transformation atau biasa disebut CCT diagram,
merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antara laju pendingin kontinu
dengan fasa atau struktur yang terbentuk setelah terjadinya transformasi fasa secara
teoritis. Sebagian besar perlakuan panas pada baja melibatkan pendinginan terus
menerus hingga suhu ruangan. Diagram TTT hanya berlaku pada suhu konstan. Hal ini
harus dimodifikasi karena untuk transformasi yang terjadi karena suhu terus berubah
ubah. Untuk pendinginan terus menerus waktu yang diperlukan untuk memulai reaksi
ditunda sehingga kurva isotermal bergeser ke waktu yang lebih lama dan suhu lebih
rendah.(Callister, 2014, p.381).
Contoh perhitungan :
Spesimen dengan komposisi kimia Cr = 1,2%, Mn = 0,3%, Si = 0,2%. tentukan
pergeseran titik eutectoidnya.
Penyelesaiannya :
Tabel 1.1 Contoh Komposisi Kimia Spesimen
Unsur Paduan %Paduan Suhu Eutectoid %C
Cr 1.2% 799.25 0.65
Mn 0.3% 720.00 0.76
Si 0.2% 730.00 0.74
∞
𝑐=𝑎 𝑇𝐶 𝑥 %𝐶
𝑇𝐶 = ∞ %𝐶
𝑐=𝑎
Keterangan : Fe – Fe3C
Pergeseran Titik Eutectoid