Anda di halaman 1dari 16

Neraca Ohaus

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan eksperimen, di mana


eksperimen itu sendiri terbagi dalam beberapa tahapan, di antaranya pengamatan,
pengukuran, menganalisis, dan membuat laporan hasil eksperimen. Dalam melakukan
eksperimen diperlukan pengukuran dan alat yang digunakan di dalam pengukuran disebut
alat ukur.

Banyak sekali alat ukur yang sudah diciptakan manusia baik yang tradisional maupun
yang sudah menjadi produk teknologi modern. Salah satu contohnya adalah alat ukur
besaran massa seperti neraca. Neraca yang dimaksud adalah neraca Ohaus. Neraca ohaus
terdapat sedikit perbedaan dengan necara yang sering dijumpai di pasar-pasar tradisional.
Hal ini dikarenakan neraca Ohaus memiliki ketelitian lebih tinggi disbanding neraca yang
ada di pasar-pasar tradisional.

Sebelum memakai neraca Ohaus di dalam suatu eksperimen, hal pertama yang harus
dipahami oleh praktikan dalam suatu praktikum adalah prinsip kerja serta fungsi dari
komponen-komponen yang terdapat pada neraca ohaus agar diperoleh data yang benar.
Selain itu, untuk memperoleh data yang benar dan akurat di dalam suatu eksperimen
diperlukan juga pengukuran dan penulisan hasil pengukuran dalam satuan yang benar
serta keselamatan kerja dalam pengukuran menjadi poin yang patut diperhitungkan
sehingga berbagai peristiwa kecelakaan yang terjadi di dalam melakukan eksperimen
tidak perlu terjadi.

Oleh sebab itu, Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk
mendukung kegiatan praktikum. Praktikan akan terampil dalam praktikum apabila
mereka memiliki keteram¬pilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil
ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan
kalibrasi alat ukur serta yang paling dasar praktikan mempunyai pengetahuan mengenai
alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat, komponen-komponen, dan
prinsip kerja. Jika pengetahuan alat praktikan kurang maka akan mempengaruhi
kelancaran saat praktikum. Hal ini dikarenakan selama praktikum praktikan dilibatkan
aktif dengan pemakaian, perangkaian alat. Praktikan yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai alat-alat dapat mendatangkan bahaya yang mungkin terjadi ketika sedang
mengadakan percobaan. Oleh karena itu dibuatlah makalah yang berjudul Alat ukur
massa neraca Ohaus agar praktikan dapat menguasai alat dengan baik akan lebih terampil
dan teliti dalam praktikum sehingga praktikan memperoleh hasil praktikum seperti yang
diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah yang berjudul Alat ukur massa neraca Ohaus adalah
sebagai berikut:
1. bagaimana fungsi dan prinsip kerja alat ukur besaran massa seperti neraca Ohaus?
2. bagaimana cara melakukan kalibrasi pada alat ukur besaran massa seperti neraca
Ohaus?
3. bagaimana cara membaca hasil ukur neraca Ohaus?
4. bagaimana menuliskan hasil pengukuran dari neraca Ohaus yang sesuai aturan yang
berlaku?

1.3 Tujuan

Tujuan pada makalah yang berjudul Alat ukur massa neraca Ohaus adalah sebagai
berikut:
1. menngetahui fungsi dan prinsip kerja alat ukur besaran massa seperti neraca Ohaus;
2. mengetahui cara melakukan kalibrasi pada alat ukur besaran massa seperti neraca
Ohaus;
3. membaca hasil ukur neraca Ohaus;
4. menulis hasil pengukuran dari neraca Ohaus yang sesuai aturan yang berlaku;

.
II. PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan

Dalam percakapan sehari-hari perbedaan antara massa dan berat tidak begitu penting.
Bahkan kita akan ditertawakan apabila mengatakan: “Massa petinju itu 120 kg”. Tetapi di
dalam Fisika, massa dan berat adalah besaran-besaran fisika yang berbeda. Oleh karena
itu, massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. Satuan SI-nya
adalah kilogram (kg). Sedangkan berat adalah besarnya gaya yang dialmi benda akibat
gaya tarik bumi pada benda tersebut. Satuan SI-nya Newton (N). Untuk mengukur massa
benda dapat digunakan neraca atau timbangan.
Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca
Ohauss, neraca lengan gantung, dan neraca digital.
Neraca Analitis Dua Lengan Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda, misalnya
emas, batu, kristal benda, dan lain-lain. Batas ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu
0,1 gram.
Neraca Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini
adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.
Neraca Lengan Gantung Neraca ini berguna untuk menentukan massa benda, yang cara
kerjanya dengan menggeser beban pemberat di sepanjang batang.
Neraca Digital Neraca diigital (neraca elektronik) di dalam penggunaanya sangat praktis,
karena besar massa benda yang diukur langsung ditunjuk dan terbaca pada
layarnya.Ketelitian neraca digital ini sampai dengan 0,001 gram.
Neraca yang akan dibahas dalam makalah ini adalah neraca Ohaus.

2.2 Fungsi dan Prinsip kerja Neraca

Alat ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium fisika adalah neraca Ohaus.
Tingkat ketelitian alat ini lebih baik daripada neraca pasar yang sering dijumpai di toko-
toko atau di warung. Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01
gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur
dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.
Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak
timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati
poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak
timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang
mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.

2.3 Skala dalam Neraca Ohaus


Banyaknya skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan. Setiap
neraca mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang
digunakannya.
Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan
disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas
pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya ketika
hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran. Berdasarkan referensi
bahwa ketidakpastian adalah ½ dari ketelitian alat. Secara matematis dapat ditulis:
Ketidakpastian = ½ x skala terkecil
Misalnya untuk neraca dengan tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala
terkecil 0,1 gram, sehingga diperoleh ketidakpaastian ½ × 0,1 = 0,05

2.4 Jenis Neraca Ohaus

Neraca Ohaus terbagi menjadi dua macam, di antaranya:

1. Neraca Ohaus dua lengan


Nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar. Gambar
(1.10) merupakan neraca Ohaus dua lengan. Neraca ini memiliki dua lengan. Lengan
depan terdapat satu anting logam yang digeser-geser dari 0, 10, 20, ..., 100g. Sedangkan
lengan belakang lekukan-lekukan mulai dari 0, 100, 200, ..., 500 g. Selain dua lengan,
neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama 0 sampai 9 g sedangkan
skala nonius 0 sampai 0,9 g.

Gambar 1.10 Neraca Ohaus dua lengan

Neraca Ohaus dua lengan terdiri darri beberapa komponen, di antaranya:


1. Lengan depan
2. Lengan belakang
3. System magnetic
4. Penggeser anak timbangan
5. Venier
6. Kait
7. Skala
8. Lekuk
9. Wadah
10. Alas

2. Neraca Ohaus tiga lengan


Adalah nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser.
Gambar (1.10) merupakan neraca Ohaus tiga lengan. Neraca ini memiliki tiga lengan,
yakni sebagai berikut:
(1) Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3, 4,
…..10gr,
Di mana masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.jadi skala terkecil 0,1 gram
(2) Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan skala
dari 0,100, 200, ………500gr.
(3) Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari skala 0,
10, 20, …, 100 gr.

Bagian-bagian Neraca Ohauss:

• Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
• Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak dapat
digunakan untuk mengukur.
• Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca
ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
• Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser
dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
• Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik
kesetimbangan.
2.5 Kalibrasi
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di
dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat
pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.
Kalibrasi diperlukan untuk:
• Perangkat baru
• Suatu perangkat setiap waktu tertentu
• Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
• Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi
• Ketika hasil observasi dipertanyakan
Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi
dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan
dalam akurasi tertentu.
Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombol
kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung
lengan tepat pada garis kesetimbanagn , namun sebelumnya pastikan semua anting
pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan.

2.6 Cara pengukuran massa benda dengan neraca Ohaus


Dalam mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan sama.
Ada beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan neraca
ohaus, antara lain:
1. Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan
cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan
posisi dua garis pada neraca sejajar;
2. Meletakkan benda yang akan diukur massanya;
3. Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika
panahnya sudah berada di titik setimbang 0; dan
4. Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil
pengukurannya.

Cara pakai neraca ohaus dua lengan:


Lakukan kalibrasi. Taruh benda pada piringan neraca lalu geser skalanya dimulai dari
yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik
setimbang 0, massa benda bisa dibaca.

contoh: pada skala ratusan 100, skala puluhan 20, skala satuan 5 dan skala kecil
0.56.berarti massa yang terukur adalah 125.56 g.

Cara pakai neraca ohaus tiga lengan:


Cara menggunakannya hampir sama seperti No.1, hanya berbeda cara membaca skala
0/100.
Misalkan sudah terbaca antara skala ratusan dan puluhannya (100+20). Lalu putar skala
satuannya (dalam 1 skala satuannya, dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang terlewatkan
dari angka nol (misal 5.6 g).
Langkah terakhir yaitu memutar skala 1/100 nya(nilainya berskala 0.01-0.1).
Disini cara membacanya hampir sama dengan menggunakan jangka sorong. Lihat skala
nonius (0-0.1) yang sejajar dengan skala utama (skala 0-10). misalnya yang sejajar adalah
di 0.06. Terakhir dijumlahkan 100+20+5.6+0.06=125.66 g
Jadi massa benda tersebut adalah:
Massa = xo ± ketidakpastian
= 125,66 gram ± 0,05 gram
Sehingga massa benda tersebut berkisar antara 125,61 gram sampai 125,71 gram.

2.7 Pembacaan dan penulisan hasil pengukuran dari neraca Ohaus


Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan Neraca dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
• Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada masing-masing lengan
neraca.
Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :•
Hasil Pengukuran (xo) = Penjumlahan dari masing-masing Lengan
Misalnya pada neraca Ohauss III lengan berarti hasilnya= LenganI + Lengan II +Lengan
III.
Seperti halnya pada alat ukur panjang, hasil pengukuran menggunakan neraca dapat anda
laporkan sebagai :
Massa M = xo ± ketidakpastian

1. Menimbang dengan neraca Ohaus dua lengan


Gambar (a) menunjukkan neraca ohaus dua lengan digunakan untuk menimbang anak
timbangan tertulis 50 gram. Cara membaca hasil pengukurannya sebagai berikut:
(1) Baca posisi anting ;pada lengan belakang, yakni: 0
(2) Baca posisi anting pada lengan depan sebelum ujung lengan depan tepat pada
setimbang (masih di atas tanda setimbang), yakni 40 g
(3) Baca skala utama setelah diputar ke kanan sebelum ujung lengan depan dengan tepat
pada posisi setimbang (masih di atas tanda setimbang), yakni 9 g.
(4) Baca skala nonius yang berimpitan dengan salah satu garis skala utama, garis skala
nonius ke-7, sehingga nilai nonius 0,7 g.
(5) Hasil pengukuran massa anak timbangan adalah (40 + 9 +0,7) g = 49,7 g

2. Menimbang dengan neraca ohaus tiga lengan


Pada gambar (1.12) tampak sebuah neraca Ohaus tiga lengan yang digunakan untuk
menimbang rol meter kecil. Cara membaca hasil pengukuran massa dengan neraca ini
adalah sebagai berikut:
(1) Baca posisi anting pada lengan belakang, yakni 90 gr.
(2) Baca posisi anting pada lengan tengah, yakni 0 gr.
(3) Baca posisi anting pada lengan depan (gambar 1.12a), yakni:
(a) Posisi angka di sebelah kiri anting penunjuk skala, yakni 7 gr;
(b) Posisi anting penunjuk skala pada skala ke-6, yakni: 6(0,1)= 0,6.

Hasil pengukuran massa dari rol meter adalah (90 + 7 + 0,6) gr = 97,6 Jadi massa benda
tersebut adalah:

Massa = xo ± ketidakpastian
= 97,6gram ± 0,05 gram
Sehingga massa benda tersebut berkisar antara 97,55 gram sampai 97,65 gram.
(c) gr.
Gambar anting lengan depan

Gambar 1.12 menimbang dengan neraca ohaus tiga lengan

Contoh:
Dari pengukuran massa suatu benda dengan menggunakan neraca ohauss tiga lengan
diperoleh hasil seperti pada gambar di bawah. Tentukan hasil pengukuran massa tersebut?

Jadi massa benda tersebut adalah:


Massa = xo ± ketidakpastian
= 375,4 gram ± 0,05 gram
Sehingga massa benda tersebut berkisar antara 375,35 gram sampai 375,45 gram.

Contoh 2:
Misalnya dilakukan suatu pengukuran yang hasilnya diperoleh sebagai berikut:

Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar diatas adalah:


• Lengan pertama sebesar 0 gram
• Lengan kedua sebesar 40 gram
• Lengan ketiga sebesar 7 gram
• Lengan keempat sebesar 0,52 gram +
47,52 gram
Jadi massa benda tersebut adalah:
Massa = xo ± ketidakpastian
= 47,52 gram ± 0,05 gram
Sehingga massa benda tersebut berkisar antara 47,47 gram sampai 47,57 gram.

2.8 Pengontrolan Timbangan


Timbangan dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang atau
dengan dua anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Penyimpangan berat
dicatat pada lembar/kartu kontrol, dimana pada lembar tersebut tercantum pula berapa
kali timbangan harus dicek. Jika timbangan tidak dapat digunakan sama sekali maka
timbangan harus diperbaiki oleh suatu agen (supplier).

2.9 Penanganan Timbangan


Kedudukan timbangan harus diatur dengan sekrup dan harus tepat horizontal dengan
“Spirit level (waterpass) sewaktu-waktu timbangan bergerak, oleh karena itu, harus dicek
lagi. Jika menggunakan timbangan elektronik, harus menunggu 30 menit untuk mengatur
temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat sensitif, anda hanya dapat bekerja
pada batas temperatur yang ditetapkan.
Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum menimbang angka “nol” harus
dicek dan jika perlu lakukan koreksi.
Setiap orang yang menggunakan timbangan harus merawatnya, sehingga timbangan tetap
bersih dan terawat dengan baik. Jika tidak, sipemakai harus melaporkan kepada manajer
lab. timbangan harus dikunci jika anda meninggalkan ruang kerja.

2.10 Membersihkan Timbangan


Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian dan menimbang
harus dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue) dan
membersihkan timbangan secara keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian
piringan (pan) timbangan dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan
dengan menggunakan pembersih seperti deterjen yang lunak, campurkan air dan
etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek
kembali dengan menggunakan anak timbangan.

III. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pratikum yang berjudul Alat ukur Besaran massa neraca Ohaus adalah
sebagai berikut:

5. Fungsi neraca Ohaus sebagai alat untuk mengukur massa benda dan prinsip neraca
Ohaus adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak timbangan
atau prinsip kerja tuas;

6. Cara melakukan kalibrasi pada alat ukur besaran massa seperti neraca Ohaus adalah
dengan cara memutar skrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke
kanan posisi dua garis pada neraca sejajar;

7. Cara membaca hasil pengukuran dari neraca Ohaus adalah


Neraca dua lengan: Baca posisi anting ;pada lengan belakang,
Baca posisi anting pada lengan depan sebelum ujung lengan depan tepat pada setimbang
(masih di atas tanda setimbang),
Baca skala utama setelah diputar ke kanan sebelum ujung lengan depan dengan tepat
pada posisi setimbang (masih di atas tanda setimbang),
Baca skala nonius yang berimpitan dengan salah satu garis skala utama,
Neraca tiga lengan: Baca posisi anting pada lengan belakang
Baca posisi anting pada lengan tengah
Baca posisi anting pada lengan;

8. Menulis hasil pengukuran dengan neraca ohaus dua lengan adalah sebagai berikut:
jumlahdari nilai posisi anting lengan belakang dan lengan depan, skala utama dan skala
nonius. Sedangkan menulis hasil pengukuran dengan neraca ohaus tiga lengan adalah
jumlah dari nilai anting pada lengan belakang, anting pada lengan tengah, anting pada
lengan.
DAFTAR PUSTAKA

http://fisikagasing.blogspot.com/
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080727010947AAZ8rAg
http://books.google.co.id/books
http://www./ prog3.com
http://www.anselm.edu/homepage/jpitocch/genbio/slidesother/diffusosmolab.html
http://www.mustofaabihamid.blogspot.com

Mustofa Abi Hamid


Physics Education ‘09
University of Lampung (Unila)
Address :
BPH Al-Wasi’i
Lantai Dasar Masjid Al-Wasi’i Jln. Soemantri Brojonegoro no.13 Gedung Meneng
Bandarlampung Post Code : 35145
HP : 0856.6666.090
0857.6837.3366
0897.6126.033
Ph : (0721) 783044
e-mail :abi.sma4@gmail.com
abi.unila@yahoo.co.id
m.abihamid@students.unila.ac.id

www.mustofaabihamid.blogspot.com

wikipediaLabu Ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL


sampai 5 L dan biasanya instrumen ini digunakan untuk mengencerkan zat tertentu
hingga batas leher labu ukur. Alat ini biasanya digunakan untuk mendapatkan larutan zat
tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai
sampel dengan menggunakan pipet. Dalam sistem pengenceran, untuk zat yang tidak
berwarna, penambahan aquadest sampai menunjukkan garis meniskus berada di leher
labu. Untuk zat yang berwarna, penambahan aquadets hingga dasar meniskus yang
menyentuh leher labu ( meniskus berada di atas garis leher ).

Sebelum menggunakan instrumen ini, labu ukur harus dicuci terlebih dahulu. Lebih baik
menggunakan sabun agar zat – zat yang tidak dibutuhkan dapat terlarut dan akhirnya
terbuang. Dalam keadaan bagaimanapun, labu ukur yang kering sangatlah baik untuk
digunakan.
Dalam rangka melakukan kerja rutin di laboratorium, tidaklah luar biasa untuk memiliki
larutan encer atau mengurangi kepekatan mereka dengan menambahkan sejumlah pelarut.
Banyak bahan kimia laboratorium dibeli dalam bentuk larutan air yang pekat karena
inilah cara pembelian yang paling ekonomis. Tetapi biasanya bahan kimia ini terlalu
pekat untuk langsung digunakan, dan karenanya harus diencerkan. Proses pengenceran
melibatkan pencampuran suatu larutan pekat dengan pelarut tambahan untuk memberikan
volume akhir yang lebih besar. Selama proses ini, banyak mol yang dalam larutan tetap,
dan hanya volumenya yang bertambah. Fakta ini mebentuk dasar untuk mengerjakan soal
yang mebahas pengenceran. Ada beberapa langkah dalam mempersiapkan suatu larutan
dengan molaritas tertentu:

 Zat terlarut ditimbang teliti ke dalam sebuah labu volumetri ( labu ukur ).
 Ditambahkan air suling.
 Campuran digoyang melingkar ( diolek ) untuk melarutkan zat terlarut
 Setelah ditambahkan air lagi, digunakan pipet tetes untuk menambahkan air
dengan hati – hati sampai volume permukaan cairan tepat berimpit dengan tanda
lingkaran pada leher labu.
 Labu disumbat dan kemudian dikocok agar larutan seragam.

Alat Ukur Panjang


Posted on May 15, 2011 | 1 Comment

1. Alat Ukur Panjang

Alat-alat ukur panjang yang dipakai untuk mengukur panjang suatu benda antara lain
mistar, rollmeter, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.

a. Mistar

Mistar/penggaris berskala terkecil 1 mm mempunyai ketelitian 0,5 mm. Ketelitian


pengukuran menggunakan mistar/penggaris adalah setengah nilai skala terkecilnya.
Dalam setiap pengukuran dengan menggunakan mistar, usahakan kedudukan pengamat
(mata) tegak lurus dengan skala yang akan diukur. Hal ini untuk menghindari kesalahan
penglihatan (paralaks). Paralaks yaitu kesalahan yang terjadi saat membaca skala suatu
alat ukur karena kedudukan mata pengamat tidak tepat.

b.Rollmeter

Rollmeter merupakan alat ukur panjang yang dapat digulung, dengan panjang 25 – 50
meter. Meteran ini dipakai oleh tukang bangunan atau pengukur lebar jalan. Ketelitian
pengukuran dengan rollmeter sampai 0,5 mm. Meteran ini biasanya dibuat dari plastik
atau pelat besi tipis.

c. Jangka sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal, kedalaman
lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu benda dengan batas ketelitian
0,1 mm. Jangka sorong mempunyai dua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang sorong.

Pada rahang tetap dilengkapi dengan skala utama, sedangkan pada rahang sorong terdapat
skala nonius atau skala vernier. Skala nonius mempunyai panjang 9 mm yang terbagi
menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian 0,1 m. Hasil pengukuran menggunakan jangka
sorong berdasarkan angka pada skala utama ditambah angka pada skala nonius yang
dihitung dari 0 sampai dengan garis skala nonius yang berimpit dengan garis skala utama.

d. Mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup merupakan alat ukur ketebalan benda yang relatif tipis, misalnya
kertas, seng, dan karbon. Pada mikrometer sekrup terdapat dua macam skala, yaitu skala
tetap dan skala putar (nonius).
1) Skala tetap (skala utama) Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter (mm). Skala ini
terdapat pada laras dan terbagi menjadi dua skala, yaitu skala atas dan skala bawah.

2) Skala putar (skala nonius) Skala putar terdapat pada besi penutup laras yang dapat
berputar dan dapat bergeser ke depan atau ke belakang. Skala ini terbagi menjadi 50 skala
atau bagian ruas yang sama. Satu putaran pada skala ini menyebabkan skala utama
bergeser 0,5 mm. Jadi, satu skala pada skala putar mempunyai ukuran: 1/50 .0,5 mm =
0,01 mm.
Ukuran ini merupakan batas ketelitian mikrometer sekrup.
http://fisika79.wordpress.com/2011/05/15/alat-ukur/

Menghitung Luas Dengan Planimeter

Dalam pemetaan, bentuk ukuran dan luas merupakan hal yang sangat penting
untuk dapat menggambarkan bentuk suatu benda yang berada di tanah keatas selembar
kertas yang kemudian disebut peta. Luas atau volume dapat diketahui dengan berbagai
macam metode. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing - masing
yang dapat menjadi ciri khas dari masing – masing metode tersebut.
Dalam penentuan luas setiap centi meter tanah merupakan hal yang paling
penting. Hal ini dikarenakan setiap centi meter tanah menyangkut hak miik orang lain
yang harus dipertanggung jawabkan. Untuk itu dalam penentuan luas haruslah dilakukan
dengan hati – hati dan sebisa mungkin meminimalisir kesalahan walaupun kesalahan
pasti ada di setiap pengukuran.
Pengukuran luasan dengan menggunakan alat Planimeter merupakan metode
yang sudah cukup familliar di kalangan surveyor yang bergelut dibidang pemetaan dan
perencanaan. Metode ini merupakan metode perhitungan luasan dengan menggunakan
alat planimeter yang dijalan kan di sepanjang garis yang membatasi daerah yang akan
dihitung luasan nya. Metode ini cukup efektif untuk menentukan luasan yang tidak terlalu
besar dan bentuknya tidak teraturan.
Dalam penentuan luasan dengan menggunakan metode ini memerlukan beberapa
alat dan bahan diantaranya adalah :
 Peta RBI yang akan dihitung luasannya
 Planimeter
 Penggaris
 Pensil
 Pena
 Alat hitung ( kalkulator )
 Kertas kalkir
 Kertas A4
planimeter adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan wilayah dimana bentuk
dua dimensi sewenang-wenang. Ada beberapa jenis planimeters, tetapi semua beroperasi
dengan cara yang sama. Cara tepat di mana mereka dibangun bervariasi, dengan jenis
utama planimeter mekanis yang planimeters "kapak" polar, linear dan Prytz atau. Swiss
matematika Jakob Amsler-Laffon membangun planimeter modern pertama pada 1854,
konsep yang telah dirintis oleh Johann Martin Hermann pada tahun 1814. Banyak
perkembangan diikuti planimeter Amsler terkenal, termasuk versi elektronik.
Planimeter terdiri dari sebuah hubungan dengan pointer pada salah satu
ujungnya, digunakan untuk melacak sekitar batas dari bentuk. Ujung lain dari hubungan
yang tetap adalah untuk sebuah planimeter kutub dan dibatasi garis untuk planimeter
linier. Tracing di sekeliling permukaan menginduksi gerakan di bagian lain dari
instrumen dan pembacaan ini digunakan untuk membangun daerah dari bentuk.
planimeter berisi roda ukur yang gulungan sepanjang gambar sebagai jejak operator
kontur. Ketika roda mengukur planimeter itu bergerak tegak lurus ke sumbu, maka
gulungan, dan gerakan ini dicatat. Ketika roda mengukur bergerak sejajar dengan sumbu
nya, semakin menurun roda tanpa rolling, sehingga gerakan ini diabaikan. Itu berarti
planimeter langkah-langkah jarak yang mengukur perjalanan roda perusahaan, proyeksi
tegak lurus terhadap sumbu roda mengukur tentang rotasi. Wilayah bentuknya
proporsional dengan jumlah yang berubah melalui roda mengukur berputar ketika
planimeter adalah ditelusuri sepanjang perimeter lengkap bentuk.
Perkembangan planimeter dapat menetapkan posisi saat pertama daerah ( pusat massa ),
dan bahkan momen kedua daerah . Gambar-gambar menunjukkan linier dan planimeter
kutub. Pointer M pada salah satu ujung planimeter mengikuti C kontur permukaan S
yang akan diukur. Untuk planimeter linier pergerakan E "siku" dibatasi terhadap sumbu-
y. Untuk planimeter kutub "siku" terhubung ke lengan dengan titik akhir tetap O. lain
Terhubung ke lengan ME adalah roda pengukuran dengan sumbu rotasi ke ME paralel.
Planimetri merupakan metode penentuan luasan secara grafis. Pada dasarnya
penentuan luasan dan volume memiliki banyak cara dan metode. Kan tetapi praktikum
yang dilakukan hanya menggunakan metode grafis yaitu dengan bantuan alat planimeter.
1. Pelaksanaan Praktikum
 Sediakan peta RBI dan daerah yang akan dihitung luasan nya. Dalam hal ini peta yang
saya pakai adalah peta Bondalem dengan nomor peta 1707 – 643. Sedangkan daerah yang
akan dihitung luasannya adalah daerah desa Pacung dengan skala 1 : 25000
 Gambarkan bentuk daerah yang akan dihitung luasanya diatas kertas kalkir.
 Foto copy kertas kalkir yang sudah digambar tersebut agar tidak rusak dan sobek.
 Bentuk persegi dengan ukuran 10 cm x 10 cm diatas sebuah kertas. Kemudian tempelkan
diatas meja yang cukup lebar untuk dilakukan pengukuran dengan menggunakan
Planimeter den dilihat perbandingan antara luasan yang didapat dari alat dengan luasan
yang dihitung secara matemetis. Lakukan pengukuran persegi tersebut sebanyak tiga kali.
 Cara mengoperasikan planimeter adalah :

o Pasang planimeter dengan salah satu lengan di tempatkan di tempat yang setabil dan tidak
goyah maupun berubah.
o Tempatkan ujung yang lain untuk melihat dan menelusuri sepanjang garis batas daerah
yang akan diukur. Sebelumnya garis batas luas sudah ditandai tempat awal dan ahirnya
pengukuran.
o Baca angka yang terdapat dialat dengan menambahkan angka yang terdapat di bacaaan
yang berbentuk bulat dengan angka yang terdapat diskala nonius. Kemudian catat.

o Perhatikan ujung planimeter yang berada tepat digaris batas daerah yang akan dihitung.
Jalankan ujung tersebut dengan memastikan bahwa ujung tersebut berada tepat di garis
yang benar.
o Setelah ujung tersebut sampai dititik yang merupakan titik awal dan sekaligus titik akhir,
maka baca kembali angka yang didapat. Kemudian catat
 Setelah selesai mengukur daerah persegi maka selanjutnya ukur daerah peta yang akan
dihitung luasannya. Lakukan sebnyak tiga kali.
 Bandingkan hasilnya. Antara hasil pengukuran yang pertama sampai hasil pengukuran
yang ketiga diambil rata – ratanya.

2. Pengolahan Data
Dari praktikum yang telah dilakukan menghasilkan beberapa data berikut
:
 Kotak
- P1 = 7521
- P2 = 8536
 Peta
- P1 = 8346
- P2 = 9582
- P3 = 9532
- P4 = 10756
- P5 = 0756
- P6 = 1970

Pada dasar nya metode planimetri merupakan metode perbandingan. Oleh


karene itu untuk mendapatkan luasan daerah peta harus dibandingkan dengan luasan
persegi.

Dari data diatas maka didapat :


- Luas planimeter persegi : 1015
- Luasplanimeter peta : 1224,667
- Luas persegi sebenarnya : 100 cm2

Maka.
Luas peta sebenarnya : 120,6568
Kemudian dikalikan skala
Luas peta sebenarnya : 3016420 cm2
Atau
Luas peta sebenarnya : 30,16420 km2
http://geoexpose.blogspot.com/2011/12/menghitung-luas-dengan-planimeter.html

Anda mungkin juga menyukai