Anda di halaman 1dari 7

b.

Peristiwa Andi Aziz

Seperti halnya pemberontakan APRA di Bandung, peristiwa Andi Aziz

berawal dari tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari

KNIL (pasukan Belanda di Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia agar

hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di Negara Indonesia Timur

(NIT). Ketika akhirnya tentara Indonesia benar-benar didatangkan ke

Sulawesi Selatan dengan tujuan memelihara keamanan, hal ini menyulutketidakpuasan di kalangan
pasukan Andi Aziz. Ada kekhawatiran

dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka akan diperlakukan secara

diskriminatif oleh pimpinan APRIS/TNI.

Pasukan KNIL di bawah pimpinan Andi Aziz ini kemudian bereaksi

dengan menduduki beberapa tempat penting, bahkan menawan Panglima

Teritorium (wilayah) Indonesia Timur, Pemerintahpun bertindak

tegas dengan mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Kolonel Alex


Kawilarang.

April 1950, pemerintah memerintahkan Andi Aziz agar melapor ke Jakarta

akibat peristiwa tersebut, dan menarik pasukannya dari tempat-tempat

yang telah diduduki, menyerahkan senjata serta membebaskan tawanan

yang telah mereka tangkap. Tenggat waktu melapor adalah 4 x 24 jam.

Namun Andi Aziz ternyata terlambat melapor, sementara pasukannya

telah berontak. Andi Aziz pun segera ditangkap di Jakarta setibanya ia ke

sana dari Makasar. Ia juga kemudian mengakui bahwa aksi yang

dilakukannya berawal dari rasa tidak puas terhadap APRIS. Pasukannya

yang memberontak akhirnya berhasil ditumpas oleh tentara Indonesia di

bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.

Andi Aziz's Rebellion

Like the APRA rebellion in Bandung, the Andi Aziz incident


starting from the demands of Captain Andi Aziz and his troops from

KNIL (Dutch forces in Indonesia) against the Indonesian government so

only those who were made APRIS forces in the State of East Indonesia

(NIT). When finally the Indonesian army was actually brought to

South Sulawesi with the aim of maintaining security, this is upstream

dissatisfaction among Andi Aziz's forces. There is concern

from the KNIL army that they will be treated accordingly

discriminatory by APRIS / TNI leaders.

The KNIL forces under Andi Aziz then reacted

by occupying several important places, even capturing the Commander

The territory (region) of East Indonesia, the Government is acting

firmly by sending troops under the leadership of Colonel Alex

Kawilarang.

April 1950, the government ordered Andi Aziz to report to Jakarta

due to the incident, and withdrawing his troops from places

who have been occupied, surrender weapons and free prisoners

which they have caught. The deadline for reporting is 4 x 24 hours.

But Andi Aziz turned out to be late reporting, while his troops

has rebelled. Andi Aziz was immediately arrested in Jakarta when he arrived

there from Makassar. He also later admitted that the action was

it started with a sense of dissatisfaction with APRIS. His troops

the rebels were finally crushed by the Indonesian army in

under the leadership of Colonel Kawilarang.

c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)


Sesuai dengan namanya, pemberontakan RMS dilakukan dengan tujuan

memisahkan diri dari Republik Indonesia dan menggantinya dengan

negara sendiri. Diproklamasikan oleh mantan Jaksa Agung Negara

Indonesia Timur, Dr. Ch.R.S. Soumokil pada April 1950, RMS didukung

oleh mantan pasukan KNIL.

Upaya penyelesaian secara damai awalnya dilakukan oleh pemerintah

Indonesia, yang mengutus dr. Leimena untuk berunding. Namun upaya

ini mengalami kegagalan. Pemerintahpun langsung mengambil tindakan

tegas, dengan melakukan operasi militer di bawah pimpinan Kolonel

Kawilarang.

Kelebihan pasukan KNIL RMS adalah mereka memiliki kualifikasi

sebagai pasukan komando. Konsentrasi kekuatan mereka berada di pulau


Ambon dengan medan perbentengan alam yang kokoh. Bekas benteng

pertahanan Jepang juga dimanfaatkan oleh pasukan RMS. Oleh karena

medan yang berat ini, selama peristiwa perebutan pulau Ambon oleh

TNI, terjadi pertempuran frontal dan dahsyat dengan saling bertahan dan

menyerang. Meski kota Ambon sebagai ibukota RMS berhasil direbut dan

pemberontakan ini akhirnya ditumpas, namun TNI kehilangan komandan

Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan Kolonel Soediarto yang gugur

tertembak. Soumokil sendiri awalnya berhasil melarikan diri ke pulau

Seram, namun ia akhirnya ditangkap tahun 1963 dan dijatuhi hukuman

mati.

Republik Maluku Selatan's Rebbelion (RMS)

As the name implies, the RMS rebellion was carried out with the aim

separate from the Republic of Indonesia and replace it with

own country. Proclaimed by the former State Attorney General

East Indonesia, Dr. Ch.R.S. Soumokil in April 1950, RMS was supported
by former KNIL forces.

Efforts to peacefully resolve were initially carried out by the government

Indonesia, which sent Dr. Leimena to negotiate. But effort

this failed. The government immediately took action

firmly, by carrying out military operations under the leadership of the Colonel

Kawilarang.

Hasil Telusur

Hasil Terjemahan

Indonesia

Inggris

Kelebihan pasukan KNIL RMS adalah mereka memiliki kualifikasi

sebagai pasukan komando. Konsentrasi kekuatan mereka berada di pulau

Ambon dengan medan perbentengan alam yang kokoh. Bekas benteng

pertahanan Jepang juga dimanfaatkan oleh pasukan RMS. Oleh karena

medan yang berat ini, selama peristiwa perebutan pulau Ambon oleh

TNI, terjadi pertempuran frontal dan dahsyat dengan saling bertahan dan

menyerang. Meski kota Ambon sebagai ibukota RMS berhasil direbut dan

pemberontakan ini akhirnya ditumpas, namun TNI kehilangan komandan

Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan Kolonel Soediarto yang gugur

tertembak. Soumokil sendiri awalnya berhasil melarikan diri ke pulau

Seram, namun ia akhirnya ditangkap tahun 1963 dan dijatuhi hukuman

mati.

Kelebihan pasukan KNIL RMS adalah mereka memiliki kualifikasi


sebagai pasukan komando. Konsentrasi kekuatan mereka berada di pulau

Ambon dengan medan perbentengan alam yang kokoh. Bekas benteng

pertahanan Jepang juga dimanfaatkan oleh pasukan RMS. Oleh karena

medan yang berat ini, selama peristiwa perebutan pulau Ambon oleh

TNI, terjadi pertempuran frontal dan dahsyat dengan saling bertahan dan

menyerang. Meski kota Ambon sebagai ibukota RMS berhasil direbut dan

pemberontakan ini akhirnya ditumpas, namun TNI kehilangan komandan

Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan Kolonel Soediarto yang gugur

tertembak. Soumokil sendiri awalnya berhasil melarikan diri ke pulau

Seram, namun ia akhirnya ditangkap tahun 1963 dan dijatuhi hukuman

mati.

The strength of the KNIL RMS forces is that they have qualifications

as commandos. The concentration of their strength is on the island

Ambon with a solid natural fortification field. Former fortress

Japanese defense was also utilized by the RMS forces. Therefore

this heavy terrain, during the Ambon island seizure event by

TNI, there was a frontal and devastating battle with each other surviving and

attack. Although the city of Ambon as the capital of the RMS was successfully captured and

this rebellion was finally crushed, but the TNI lost its commander

Lieutenant Colonel Slamet Riyadi and Lieutenant Colonel Soediarto were killed

got shot. Soumokil himself initially managed to escape to the island

Ceram, but he was finally arrested in 1963 and sentenced

die.

Anda mungkin juga menyukai