Anda di halaman 1dari 2

Goa jepang

1. Sangat sedikit sekali data yang bisa digali untuk mengetahui seluk-beluk tentang Gua Jepang ini,
namun dari cerita dari penduduk setempat dapat diketahui bahwa fungsi dari gua-gua tersebut
adalah untuk pertahanan pasukan Jepang dari serangan pasukan Sekutu,tempat menyusun strategi
perang jepang juga untuk menyimpan persediaan makanan, pakaian, dan senjata. Gua-gua Jepang
dibangun oleh masyarakat pribumi yang dipaksa untuk dijadikan Romusha oleh Jepang, tak jarang
nyawa merekapun ikut terkubur bersama dengan pembuatan gua-gua tersebut.

goa ini dijaga oleh para tentara Jepang kenil (istilah bagi tentara yang berasal dari indonesia tetapi
mereka membela Jepang), dulu saat Jepang akan menaruh dan menyimpan bahan makanan mereka
di sana mereka menyalakan sirine agar semua penduduk di sekitarnya masuk ke rumah dan
bersembunyi tanpa menyalakan apapun seperti lampu atau api, penduduk melakukan hal tersebut
setiap kali Jeopang menyalakannya karena di penduduk telahdisebar kebohongan bahwa jika sirine
berbunyi merupakan pertanda belanda datang dan akan membunuh siapapun yang keluar dari
rumah.

2. , Jepang sangat suka memanfaatkan goa sebagai tempat pertahanan, perlindungan diri dari
penyerangan, maupun menyimpan amunisi dan senjata. Selain memanfaatkan goa-goa yang
terbentuk secara alami, Jepang juga gemar membuat goa dengan memanfaatkan tenaga masyarakat
Indonesia yang lebih dikenal dengan Kerja Romusha juga Kota Malang yang dikelilingi 5 gunung
adalah tempat strategis untuk membuat gua.

3. Kota Malang yang dikelilingi 5 gunung dan Malang terletak ditengahnya membuat Kota malang
mempunyai benteng alami selain sebagai benteng dengan dikelilingi 5 gunung Malang mempunyai
tanah yang subur dapat dibuktikan dengan adanya perkebunan yang melimpah dikota Malang
dengan letaknya yang strategis juga pemerintah kolonial jepang. Bangunan Belanda yang dulunya
sebagai tempat tinggal beralih fungsi pada masa kedudukan Jepang seperti bangunan belanda di
jalan semeru no 42 yang dulunya sebagai kantor atau pun markas pasukan Belanda pada masa
kedudukan Jepang dialihfungsikan sebagai gedung Kentapetai. Gedung Kentapetai merupakan salah
satu gedung bersejarah di Malang yang kini menjadi gedung universitas swasta menjadi saksi bisu
terjadinya pelucutan senjata Jepang oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) guna untuk memperkuat
pertahanan kota Malang.

4. "Beberapa memilih tinggal, baik karena telah mempunyai kekasih atau menikah dengan gadis
Indonesia, atau hanya mencoba tetap bertahan dan berbagai alasan lainnya", ujar Hayashi Eiichi
yang menulis "Zanryuu Nihon Hei no Shinjitsu", (Cerita Para Tentara Jepang yang Tetap Tinggal),
buku yang menguraikan tentang kisah Ono.

5. a. panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan
Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.

b. Tujuan Jepang melakukan tanam paksa atau Romusha yaitu, untuk persiapan perang Asia Timur
Raya serta memenuhi kebutuhan tentara jepang, untuk lebih jelasnya lagi akan di bahas sebagai
berikut: Pada mulanya tugas-tugas yang dilakukan itu bersifat sukarela dan pengerahan tenaga
tersebut tidak begitu sukar dilakukan karena orang masih terpengaruh oleh propaganda “untuk
kemakmuran bersama Asia Timur Raya”. Hampir semua pemuda desa dijadikan romusha untuk
diperjakan membuat lapangan terbang, tempat pertahanan, jalan, gedung, dll. Bukan hanya di
Indonesia saja tetapi mereka banyak yang dikirim ke Birma, Thailand dan Malaysia untuk keperluan
yang sama yaitu membuat tempat pertahanan dan memperlancar trasportas Pemerintah jepang
terus melancarkan kampanye pengerahan romusha yang diberi sebutan “ perajurit ekonomi “ atau “
pahlawan kerja “ yang digambarkannya sebagai orang yang sedang menjalani tugas suci guna
memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada waktu itu pemerintah berhasil mengerahkan romusha
keluar jawa sebanyak 300.000 orang, sedangkan sekitar 70.000 orang dalam keadaan yang
menyedihkan.

c. Menanan paksa tanaman, membuat jalan, membayar pajak tinggi, Membangun prasarana perang
bagi tentara jepang contohnya benteng, bandar udara, jembatan, dan prasarana lainnya

d. pengerahan romusha dilakukan oleh perangkat desa dengan cara mendatangi keluarga-keluarga
yang memiliki tenaga potensial untuk dijadikan romusha. Keluarga yang menolak, mereka ditakut-
takuti akan dikucilkan. Jika anak yang diminta itu tidak berada dirumah, mereka biasanya mencari
kesawah dan kalau sudah ketemu dibawa secara paksa ketempat pengerahan.

Selama berada di tempat kerja sampai pulang ke kampung halamannya, ternyata romusha
mendapat fasilitas sangat minim dan banyak yang tidak diberiupah, tetapi tidak dapat menuntut
karena memang tidak ada perjanjian kerja tertulis. Mereka dikerahkan menjadi tenaga kerja paksa
dan buruh yang diberi upah selayaknya.

Pada awalnya mereka melakukannya dengan sukarela, lambat laun karena terdesak perang Pasifik
maka pengerahan tenaga diserahkan pada panitia pengerahan (Romukyokai) yang ada di setiapdesa.
Waktu itu setiap kepala keluarga diwajibkan menyerahkan seorang anak lelakinya untuk berangkat
menjadi romusha. Namun bagi golongan masyarakat kaya seperti pedagang, pejabat, orang-orang
Cina dapat menyogok pejabat pelaksana pengerahan tenaga atau dengan membayar kawan
sekampung yang miskin untuk menggantikannya sehingga terhindar dari kewajiban untuk menjadi
romusha.

e. Romukyokai adalah Panitia yang dibentuk untuk mengerahkan tenaga kerja dari tiap-tiap desa
untuk di jadikan Romusha

Anda mungkin juga menyukai