Anda di halaman 1dari 16

POLEMIK PEMBANGUNAN PADMASARI DI TENGAH PEMUKIMAN MAYORITAS

MUSLIM

Nama Kelompok 1 :
1. Afifah Oktavia
2. Diah Ursilah
3. Rizki Rizal G.
4. Rivan Hidayat
5. Romiadi
6. Syaiva Hairun Nisa

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 JEMBRANA


Jl. NGURAH RAI 103 NEGARA, JEMBRANA-BALI
2017
BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk, ditandai dengan banyaknya
etnis, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat-istiadat. Untuk persoalan agama, negara
Indonesia bukanlah sebuah negara teokrasi, melainkan secara konstitusional negara
mewajibkan warganya untuk memeluk satu dari agama-agama yang diakui eksistensinya
sebagaimana tercantum di dalam pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945. Negara memberi
kebebasan kepada penduduk untuk memilih salah satu agama yang telah ada di Indonesia
yaitu agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu.
Kenyataan ini dengan sendirinya memaksa negara untuk terlibat dalam menata kehidupan
beragama.
Toleransi beragama kian hari semakin rendah , ada yang berpandangan bahwa
intoleransi semakin meningkat disebabkan seseorang semakin rajin belajar agamanya, suatu
hal yang tidak masuk akal namun itulah realita. Masalah kurangnya toleransi dalam
kehidupan beragama yang saat ini banyak terjadi akhirnya menjadi sebuah konflik. Konflik
terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan , berbagai perbedan pendapat. Ada konflik yang
bisa diselesaikan tanpa kekerasan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi
sebagian besar atau semua pihak yang terlibat, namun sebagian besar realitanya banyak yang
tidak dapat diselesaikan sehingga menjadi benih penyakit pada generasi-generasi berikutnya.
Hal yang paling sering menjadi sumber konflik antar agama adalah adanya
pembangunan rumah ibadah . Tidak jarang rumah ibadah yang sudah jadi dirusak massa dari
ormas tertentu, bahkan dibakar hingga rata dengan tanah padahal membakar atau merusak
tempat suci sangat dilarang hukum agama. Pembangunan rumah ibadat adalah hak asasi setiap
pemeluk agama tetapi faktanya pendirian rumah ibadat suatu agama sering menuai masalah
dan terkadang terjadi benturan dengan penganut agama lain. Pemeluk agama ketika
mendirikan rumah ibadat, dalam prosesnya selain secara umum diterima oleh masyarakat
dengan damai juga kerap menuai penolakan sehingga mengundang benturan hingga konflik
yang mengganggu kerukunan umat beragama dan berbangsa.

Bali sejak lama dikenal sebagai masyarakat yang memiliki toleransi tinggi. Salah
satu bukti utama mengenai sikap toleran dapat dilihat dari ikon toleransi Puja Mandala,
berlokasi di kawasan Nusa Dua, Bali Selatan. Di tempat ini berdiri lima tempat ibadah
secara berdampingan dalam satu halaman nyaris tanpa tembok penyekat. Kelima tempat
ibadah yang berjejer dari timur ke barat itu adalah pura, gereja Protestan, wihara, gereja
Katolik, dan masjid. Walaupun masyarakat Bali memiliki toleransi yang tinggi, tidak
memungkiri terjadinya konflik. Apalagi konflik yang berhubungan dengan agama karena
berbicara masalah agama merupakan masalah yang esensial bagi masyarakat Pulau Bali.
Sebenarnya konflik di Pulau Bali tetap ada, tetapi masih bisa diminimalisir oleh pemerintah
setempat sehingga konflik tersebut tidak meluas yang menimbulkan bentrokan fisik.

Kasus konflik antar agama yang dilatarbelakangi pendirian rumah ibadah nampaknya
selalu dialami oleh komunitas minoritas di suatu wilayah. persoalan yang muncul dalam
sulitnya pendirian rumah ibadah adalah masalah penerimaan masyarakat di sekitar rumah
ibadah. Bila mayoritas warga di sekitar rumah ibadah beragama yang sama dengan jamaah
rumah ibadah itu, pendiriannya tak akan terlalu sulit.
Namun bila jamaah rumah ibadah itu beragama minoritas dengan masyarakat sekitar,
pendirian rumah ibadah bisa lebih sulit.
Permasalahan yang dikaji dalam laporan penelitian ini yaitu tentang penolakan
pembangunan padmasari di kantor lurah loloan barat kabupaten jembrana. Penolakan ini
disebabkan karena padmasari dibangun di tengah pemukiman mayoritas muslim. Kasus ini
kemungkinan kasus yang terjadi di bali yang mayoritas umat hindu ada penolakan dengan
alasan sepihak, padahal di Indonesia ada UU yang mengatur hal ini, terlebih pendirian
padmasari tersebut berada di lahan milik daerah dan di kantor pelayanan publik seperti
kelurahan.
Berdasarkan latar belakang tersebut membuat kami tertarik untuk menggunakannya
menjadi topic permasalahan dan membahasnya guna mengetahui mengenai latar belakang
terjadinya penolakan pembangunan padmasari di Kantor Lurah Loloan barat dan mengetahui
bagaimana pihak-pihak yang berkonflik menyelesaikan permasalahan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah yang
akan diteliti yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang terjadinya penolakan padmasari di Kantor Lurah Loloan
Barat?
2. Bagaimana cara penyelesaian konflik penolakan padmasari di Kantor Lurah Loloan
Barat?

BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Penelitian
Penelitan tentang polemik ini dilakukan di kantor lurah loloan barat.

Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari akhir bulan maret sampai awal bulan april.

2. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara. Metode
wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi semacam tanya jawab secara langsung
antara penyalidik dengan subjek berupa percakapan yang bertujuan untuk memperoleh
informasi.
3.Sumber data
a. Data primer
Yaitu data yang bersumber dari responden langsung yang diperoleh dari hasil
wawancara.
b. Data sekunder
Yaitu data yang digunakan untuk memperjelas data primer yang diperoleh
melalui dokumen dan artikel-artikel di internet.
4.Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah analisis data. Yang
dimaksud dengan analisis data ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis data Deskriptif Kualitatif
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian padmasari
Padmasari merupakan padma yang letaknya di barat menghadap
ketimur. Padmasari dalam arti kata padma dan sari dapat kita mengartikan
sebagai istana Ida Sang Hyang Widi sebagia bibit kebaikan. Didalam
penerapannya di masyarakat banyak kita jumpai di masyarakat yang
digunakan sebagai linggih Idra Blaka, dewa dalam hindu sebagai kala dan
penjaga manusia dari orang yang berkeinginan jahat.Penempatan
padmasari sebagai penjaga biasanya ditempatkan di depan rumah di
samping pemesuan. Dalam kehidupan di masyarakat padmasari juga
banyak kita lihat di pura,di perumahan, dipinggir jalan, ditempat yang
diyakini angker serta tempat lainnya. Kesemuanya ditujukan untuk
penyawangan atau pengayatan manifestasi Ida Sang Hyang Widi dalam
berbagi sebutan tergantung dari peruntukan padmasari tersebut. Padmasari
yang banyak kita jumpai di pinggir rumah atau pintu masuk rumah
kebanyakan dipungsikan sebagai linggih Indra Belaka.
2. Pengendalian konflik
Akomodasi adalah usaha untuk mencapai penyelesaian dari suatu pertikaian
ataupun konflik pihak pihak yang bertikan dan mengarah pada kondisi ataupun
keadaan selesainnya suatu konflik atau pertikaian tersebut.

Bentuk-bentuk akomodasi :

1.Coercion(koersi), yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya


dilaksanakan karena adanya paksaan. Hal ini terjadi disebabkan salah satu
pihak berada dalam keadaan yang lemah sekali bila dibandingkan dengan
pihak lawan. CONTOH: perbudakan.

3. 2.Compromise(kompromi), yaitu suatu bentuk akomodasi dimana pihak-


pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya agar dicapai
suatu penyelesaian terhadap suatu konflik yang ada. Sikap untuk dapat
melaksanakan compromise adalah sikap untuk bersedia merasakan dan
mengerti keadaan pihak lain. Contohnya: kompromi antara sejumlah partai
politik untuk berbagi kekuasaan sesuai dengan suara yang diperoleh masing-
masing.
CONTOH : perjanjian antar negara tentang batas wilayah perairan

3.Arbitration(arbitrasi), yaitu cara mencapai compromise dengan cara


meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh
badan yang berkedudukannya lebih dari pihak-pihak yang bertikai.
CONTOH: konflik antara buruh dan pengusaha dengan bantuan suatu badan
penyelesaian perburuan Depnaker sebagai pihak ketiga.
4.Mediation(mediasi), yaitu cara menyelesaikan konflik dengan jalan
meminta bantuan pihak ketiga yang netral. Pihak ketiga ini hanyalah
mengusahakan suatu penyelesaian secara damai yang sifatnya hanya sebagai
penasihat. Sehingga pihak ketiga ini tidak mempunyai wewenang untuk
memberikan keputusan-keputusan penyelesaian yang mengikat secara
formal.

5.Conciliation(konsiliasi), yaitu suatu usaha mempertemukan keinginan-


keinginan pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai persetujuan bersama.
CONTOH: pertemuan beberapa partai politik di dalam lembaga legislatif
(DPR) untuk duduk bersama menyelesaikan perbedaan-perbedaan sehingga
dicapai kesepakatan bersama.

6.Toleration(toleransi), sering juga dinamakan toleran-participation yaitu


suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal. Contohnya:
beberapa orng atau kelompok menyadari akan pihak lain dalam rangka
menghindari pertikaian. Dalam masyarakat Jawa dikenal dengan istilah
“tepa selira” atau tenggang rasa agar hubungan sesamanya bisa saling
menyadari kekurangan diri sendiri masing-masing. CONTOH : Pada bln
puasa,umat yg tidak berpuasa tidak makan di sembarang tempat.

7.Statlemate, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang


bertikai atau berkonflik karena kekuatannya seimbang kemudian berhenti
pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan. Dalam istilah
lain dikenal dengan “Moratorium” yaitu kedua belah pihak berhenti untuk
tidak saling melakukan pertikaian. Namun, moratorium bisa dilakukan
antara dua belah pihak yang kurang seimbang kekuatannya.

8.Adjudication(ajudikasi), adalah suatu bentuk penyelesaian konflik melalui


pengadilan. Kedelapan bentuk akomodasi diatas bisa dipilih untuk dilakukan
dalam menyelesaikan konflik di masyarakat yang sangat beragam. Hal ini
diperlukan agar proses konflik khususnya yang terjadi pada masyarakat
dengan tingkat kemajemukan tinggi seperti Indonesia, tidak bisa mengarah
pada situasi disintegrasi bangsa.
C. Latar Belakang Terjadinya Polemik
Padmasari adalah salah satu tempat suci pekarangan rumah yaitu suatu
bangunan/palinggih yang ditempatkan di timur laut dimana pada bagian diatasnya
dibuat terbuka. Dengan demikian Padmasari disebutkan, selain amat cocok bagi
keluarga dengan lahan sempit, yang penting lagi wujud bakti kepada leluhur tetap
bisa dilaksanakan. Sedangkan pura adalah tempat ibadah umat Hindu yang biasanya
dipakai untuk persembahyangan, upacara-upacara keagamaan seperti ngaben, acara
hari raya, dll. Dari sini dapat dilihat dengan jelas perbedaan antara pura dan
padmasari. Padmasari hanya digunakan untuk persembahyangan sehari-hari saja,
sedangkan pura selain digunakan untuk persembahyangan juga dijadikan tempat
untuk upacara-upacara besar keagamaan umat Hindu. Hal ini menjadi dasar
terjadinya permasalahan karena masyarakat mengira akan dibangun pura yang
megah. Namun, sebenarnya akan dibangun padmasari untuk persembahyangan
pegawai Kantor Lurah Loloan Barat yang beragama Hindu.Seperti yang
dikemukakan oleh Bapak Abdul Haris.

“Awal mula terjadinya polemic ini karena letak padmasari yang dibangun
berada di tengah pemukiman muslim, masyarakat mengira akan dibangun pura
yang megah sehingga umat hindu dari luar daerah akan melasanakan
persembahyangan atau upacara kegamaan, namun sebenarnya akan dibangun
padmasari untuk persembahyangan pegawai Kantor Lurah yang beragama
Hindu.Awalnya masyarakat komplain dengan hanya sebatas bertanya
mengenai pembangunan padmasari ini, kemudian timbul permasalahan
karena mencuatnya postingan di sosial media di sejumlah akun facebook yang
menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat di Loloan Barat menolak
pembangunan padmasari dan sempat menuai beragam komentar, dari sini
permasalahan menjadi besar. Permasalahan ini ditanggapi oleh pemerintah
daerah.”
Permasalahan ini ditambah dengan mencuatnya postingan di media social di
sejumlah akun facebook (fb) terkait polemik pembangunan Padmasari di areal Kantor
Kelurahan Loloan Barat, Negara yang sempat menuai beragam komentar dari para
netizen dan sempat mendapat perhatian seirus dari Wakil Bupati Jembrana. Wakil
Bupati menilai persoalan tersebut sebenarnya hanya miskomunikasi dan bisa
diselesaikan dengan cara duduk bersama. Wakil Bupati sendiri sudah berkoordinasi
dengan pejabat terkait di Pemkab Jembrana. Mulai DPRD, Kapolres hingga Dandim.
Bahkan, komunikasi juga dilakukan dengan Danrem 163/Wira Satya agar persoalan
tidak sampai meluas.
Sebagai catatan, pembangunan kantor kelurahan/desa merupakan gagasan
Bupati Putu Artha. Sejak 2012 sudah dibangun 50 kantor dan kantor kelurahan.
Sesuai target, pembangunan kantor Kelurahan Loloan Barat bisa selesai dan menjadi
kantor terakhir yang dibangun dari total 51 desa/kelurahan yang ada di Jembrana.
Semua kantor dibangun dengan design dan standar yang sama satu sama lain.
Termasuk sarana prasarana yang ada dan dengan kantor yang lebih representatif.
Terkait penolakan pembangunan Padmasari di kantor Lurah Loloan Barat, dinilai
hanya miskomunikasi. Pasalnya, yang dibangun pemkab hanya bangunan Padmasari
dengan bentuk serta ukuran sama seperti kantor lurah lainnya.Seperti di kantor Lurah
Loloan Timur. Meski berada di daerah dominan umat Muslim, tapi sampai saat ini
tidak ada masalah serta keharmonisan umat beragama tetap terjalin sampai sekarang.
Terkait dengan informasi yang menyebutkan adanya penolakan pembangunan
Padmasari di areal kantor Lurah Loloan Barat, ia menilai hal itu hanya persoalan
miskomunikasi saja.Karena yang dibangun pemerintah daerah hanya bangunan
padmasari yang berada di areal kantor, dengan bentuk serta ukuran sama seperti
kantor-kantor lurah lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Ahmadi

“Sebenarnya penolakan adanya padmasari ini bukanlah konflik


melaiknkan hanya miskomunikasi saja.Hal ini disebabkan karena
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pembangunan
padmasari ini”
Sejarah sudah membuktikan, hubungan harmonis antara Umat Hindu dan Islam
di Kabupaten Jembrana. Bahkan seringkali antar umat saling membantu saat ada
kegiatan keagamaan untuk mempertahankan konsep "nyama Bali" (saudara Bali) dan
"nyama Selam" (saudara Islam), yang menjadi dasar hubungan harmonis antar dua
umat beragama tersebut.

D. Penyelesaian Polemik
Penyelesaian polemik ini diselesaikan dengan cara pengendalian konflik
malalui konsiliasi.Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Abdul Harris

“ alhamdulillah polemik ini cepat ditangani oleh tokoh-tokoh sekitar dengan


melakukan duduk bersama”

Penyelesaian ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 21 Juli 2017 yang dihadiri
oleh :

- Kapolres Jembrana
- Asisten I Sekda Jembrana
- Kakan Kementerian agama Jembrana.
- Kakan Kesbangpol Kab. Jembrana.
- Kadis PU diwakili Kabid Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman
Jembrana,
- Ketua FKUB beserta anggota.
- Ketua MUI Kab. Jembrana
- Ketua NU Kab. Jembrana
- Kapolsek Negara
- Kasat Intelkam Polres Jembrana
- Danramil 01 Negara
- Camat Negara.
- Lurah Loloan Barat .
- Sekretaris Lurah Loloan Barat .
- Ketua LPM Loloan Barat .
- Kaling dan RT se- Kelurahan Loloan Barat
- Tokoh masyarakat Loloan Barat
- Bhabinkamtibmas dan Babinsa Kel. Loloan Barat.
Yang keseluruhan berjumlah 50 orang.

Berikut hasil pertemuan duduk bersama yang dilaksanakan pada Jum’at, 21 Juli 2017
Rapat dipimpin oleh Asisten I Sekda Jembrana yang menyampaikan Ucapan
terimakasih atas kehadiran semua undangan dalam rapat. Dinas PU selaku pelaksana
dalam hal pembangunan ini sebelumnya telah melakukan sosialisasi namun demikian
adanya permasalahan ini diharapkan dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat,
terlebih selama ini di wilayah Kab. Jembrana yang notabene heterogen telah terjalin
kerukunan antar umat beragama yang cukup baik. Ditekankan bahwa yang akan
dibangun merupakan Padmasari diperuntukkan bagi pegawai kantor Lurah Loloan
Barat yang beragama Hindu.

Dalam kesempatan tersebut terdapat beberapa penyampaian diantaranya :


 Kepala Kantor Kementrian Agama Kab Jembrana : Adanya pembangunan
Padmasari di lingkungan Kantor Lurah Loloan Barat merupakan kelengkapan
sarana dan prasarana Kantor dimana sesuai konsep Hindu posisinya di timur
laut. Adapun tujuan pembangunan adalah diperuntukan bagi karyawan yang
beragama Hindu untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Diharapkan permasalahan ini dapat diselesaikan secara musyawarah
mufakat
 Kapolres Jembrana AKBP Priyanto Prio Hutomo.SIK. MH., memaparkan
kegiatan ini merupakan upaya dalam rangka menindaklanjuti surat yang telah
disampaikan oleh Masyarakat Kel. Loloan Barat kepada Pemkab Jembrana
guna mencari solusi terbaik. Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan
hubungan yang harmonis, toleransi antar umat beragama di Bali yang telah
terjalin sangat baik terbukti dengan adanya tempat ibadah yang lokasinya
berdampingan dan masyarakatnya hidup rukun saling tolong-
menolong. Adanya permasalahan pembangunan padmasari di Kantor Lurah
Loloan Barat dimungkinkan kurangnya sosialisasi terkait keberadaan
Padmasari yang mana ditekankan ini bukan setingkat Pura yang harus
didukung oleh kurang lebih 60 warga warga.
 Ketua LPM Loloan Barat H. M Jahid i : Tidak ada masalah yang tidak dapat
diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Yang dipermasalahkan tingginya
pondasi, perlu kiranya dilakukan sosialisasi karena dinilai terlalu tinggi, selain
itu faktor keamanan dari bangunan, ungkapnya.
 Tomas Kel. Loloan Barat ( Pak Zanan Hidayat, Mohammad Amin ) : Yang
ditakutkan apabila padmasari dirusak akibat ulah anak2 yang notabene
dilokasi pembangunan padmasari tempat bermain bola anak2. Apabila
pembangunan sudah merupakan program pemerintah, dirinya tidak
mempermasalahkan namun apabila menimbulkan permasalahan antar umat
beragama kiranya jangan dipaksakan, ungkapnya.
 Ketua MUI Kab. Jembrana an. H. Tafsil : Sesuai dengan jaminan UU bahwa
kita wajib saling hormat-menghormati antar umat beragama dan hal ini telah
ditunjukkan oleh masyarakat Kab. Jembrana. Keberadaan Padmasari pada
prinsipnya tidak dipermasalahkan namun terdapat kekhawatiran- kekhawatiran
terhadap keamanannya dan hal ini perlu dicari solusi, ungkapnya.
 Ketua NU Kab. Jembrana an. H. Arsyad : Kerukunan Umat beragama telah
terjalin sejak dulu dari leluhur kita. Menurutnya kesimpulan dari permasalahan
pembangunan Padmasari yang telah diprogramkan oleh pemerintah yaitu
terkait keamanan, untuk itu kiranya hasil rapat ini dituang dalam kesepakatan
tertulis, ungkapnya.
 Tomas Loloan Barat an. Zainal Arifin : Dirinya membawa amanah dari
masyarakat, bahwa pada umumnya tidak setuju dengan pembangunan
Padmasana namun demikian adanya penyampaian dari Kapolres Jembrana
terkait sejarah Islam masuk Ke Jembrana, hal ini akan dipakai untuk
menyejukkan suasana masyarakat. Pihaknya berharap pembangunan
padmasari dapat dibuat seminimal mungkin, terangnya.
 Asisten I Sekda Jembrana menanggapi : Terkait tinggi Pondasi Padmasari
sesuai dengan ajaran Hindu memang tingginya minimal setinggi pondasi
bangunan kantor. Kalaupun dilokasi dimaksud tempat bermain anak2 tidak
dipermasalahkan namun demikian jangan sampai sengaja merusak bangunan
padmasari karena akan berurusan dengan Hukum. Untuk kejelasan bangunan
padmasari yang akan dibangun, dapat dilihat contohnya di Kantor Lurah
Loloan Timur, jelasnya.
 Kapolres Jembran : Terimakasih atas masukannya, kekhawatiran terkait
adanya anak-anak bermain sangat wajar namun demikian kiranya hal ini
disampaikan ke pihak sekolah dengan secara tidak langsung mengajarkan
kerukunan umat beragama. Setiap permasalahan kiranya dapat diselesaikan
dari tingkat bawah, jangan mengaitkannya setiap permasalahan mengarah ke
sara. Kapolsek agar meningkatkan patroli untuk menciptakan situasi
kamtibmas yang kondusif, tegasnya.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Latar belakang terjadinya polemik ini karena adanya miskomunikasi masyarakat yang
mengira akan dibangun pura yang megah. Permasalahan ini ditambah dengan mencuatnya
postingan di media social di sejumlah akun facebook yang menuai beragam komentar dari
netizen seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
Polemik ini diselesaikan dengan cara pengendalian konflik melalui konsiliasi yang
dihadiri oleh beberapa pihak yang terlibat.Konsiliasi merupakan usaha mempertemukan
keinginan-keinginan pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai persetujuan bersama.
5.DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt57f306314feb9/persyaratan-pendirian-rumah-
ibadat

https://paulusmtangke.wordpress.com/pendirian-rumah-ibadah/

http://www.markijar.com/2015/11/toleransi-antar-umat-beragama-lengkap.html

http://www.duniapusaka.com/blog/puja-mandala-bali-simbol-bhineka-tunggal-ika

https://pengetahuanbaruku.wordpress.com/2013/04/28/pengertian-macam-macam-
akomodasi/

https://hyangsari.wordpress.com/asal-usul-padma-sari-dan-bale-bali/

https://www.jawapos.com/radarbali/read/2017/07/23/2956/polemik-tolak-proyek-padmasari-
kantor-lurah-loloan-barat-clear

https://persindonesia.com/?Musyawarah_Selesaikan_Polemik_Pembangunan_Padmasari_Ka
ntor_Lurah_Loloan_Barat
LAMPIRAN

Gambar 1. Wawancara dengan bapak


Abdul Harris
Gambar 1.1 Wawancara dengan Bapak Lurah Loloan Barat

Anda mungkin juga menyukai