00 Naskah Pedoman ManAset
00 Naskah Pedoman ManAset
RANCANGAN PEDOMAN
Oktober 2015
–2–
Daftar Isi
Bagian 1 Pendahuluan
2.1 Inventarisasi...........................................................................8
2.2 Pemantauan............................................................................9
2.3 Evaluasi................................................................................10
3.3 Rehabilitatif...........................................................................13
–3–
Pengantar
Sungai merupakan salah satu sumber air permukaan yang bernilai penting bagi
kehidupan manusia. Oleh karena itu, upaya mempertahankan keberadaan dan
keberlanjutan pemanfaatan fungsi sungai merupakan salah satu amanat pokok
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Upaya tersebut
diwujudkan melalui kegiatan Operasi dan Pemeliharaan (OP) sungai yang telah
dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan, terutama Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) dan Balai
Besar Wilayah Sungai (BBWS).
Agar kegiatan OP sungai dan prasarana sungai dapat direncanakan secara optimal
dan efisien, diperlukan dukungan informasi yang akurat mengenai kondisi terkini
sungai dan prasarana sungai. Informasi ini diperoleh dari hasil inspeksi dan
penelusuran di lapangan yang merupakan bagian penting dalam proses
perencanaan tindakan pemeliharaan. Melalui informasi yang dihasilkan dari
kegiatan inspeksi dan penelusuran sungai dan parasarana sungai, proses evaluasi
dan penilaian mengenai kondisi sungai dan prasarana sungai dapat dilakukan.
Hasil evaluasi dan penilaian atas kondisi sungai dan prasarana sungai akan
menghasilkan kesimpulan dalam menetapkan pilihan tindakan pemeliharaan yang
paling efektif dan efisien, yang dituangkan dalam Rencana Program OP.
Rencana Program OP yang baik dapat mempertahankan kondisi dan fungsi sungai
sesuai peruntukannya, serta dapat mempertahankan kinerja prasarana sungai
mencapai umur rencananya.
–4–
1 Bagian 1 Pendahuluan
a) Dasar Hukum
b) Istilah dan definisi
c) Sungai dan prasarana sungai
d) Penjelasan umum tentang manajemen aset
e) Inventarisasi
f) Pemantauan
g) Evaluasi
h) Tindak lanjut hasil evaluasi
–5–
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
13/PRT/M/2015 tentang Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya
Rusak Air.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
10. Peraturan Menteri Keuangan No.29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan
dan Kodefikasi Barang Milik Negara.
2. BMN (Barang Milik : semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
Negara) beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
–6–
Penilaian, Pemindahtanganan, Pemusnahan,
Penghapusan, Penatausahaan dan Pembinaan,
pengawasan dan pengendalian.
Sungai yang diatur dalam pedoman ini adalah alur atau wadah air alami dan/atau
buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu
sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Berdasarkan
kondisinya, sungai terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
–7–
1. Sungai yang masih alami, relatif belum ada aktifitas pembangunan di
kanan kiri alur sungainya. Alur sungai tidak perlu pemeliharaan.
2. Sungai yang sudah terdapat aktifitas pembangunan di kanan kiri alur
sungainya. Pemeliharaan dibuat selektif, pada ruas sungai di tempat
bangunan fasilitas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (pemukiman,
jalan raya, rumah sakit, jaringan irigasi, dan lain-lain).
3. Sungai yang melewati perkotaan. Pelaknsaan pemeliharaan diklasifikasikan
secara khusus dengan memperhatikan jumlah prasarana yang ada dan
tingkat kepentingannya.
Prasarana sungai yang diatur dalam pedoman ini meliputi 16 jenis prasarana
sungai utama dan 5 jenis peralatan pendukung. Yang disebut prasarana sungai
utama adalah sebagai berikut:
2. Peralatan operasional.
Meliputi mobil, sepeda motor, dump truck, perahu motor, bulldozer,
excavator, dredger, mesin pemadat, mobil pengangkut, alat angkat, dan lain-
lain.
3. Peralatan komunikasi.
Meliputi telepon, faximile, radio komunikasi, pemancar/ penerima, pengeras
suara, sirine peringatan banjir, dan lain-lain.
4. Peralatan listrik.
–8–
Meliputi genset, panel distribusi, dan lain-lain.
5. Peralatan K3.
Meliputi helm, sarung tangan, sepatu karet, baju pelampung, alat penyelam,
sabuk pengaman, masker, lampu senter, dan lain-lain.
–9–
2 Bagian 2 Tata Cara Manajemen Aset
2.1 Inventarisasi
– 10 –
2.2 Pemantauan
Untuk prasarana sungai yang telah lama dibangun atau telah rusak, pemantauan
pertama dapat dilakukan segera setelah inventarisasi. Hal ini dilakukan agar
penanganan prasarana dapat terlaksana sesegera mungkin. Hasil evaluasi dari
pemantauan pertama akan dapat langsung menjadi dasar untuk menentukan
tindak lanjut untuk prasarana bersangkutan.
– 11 –
Hasil pemantauan kondisi prasarana dilengkapi dengan foto yang diberi catatan
dan komentar. Tiap kerusakan yang ditemukan juga didokumentasi dengan foto
dan keterangannya serta petunjuk lokasi kerusakan pada sketsa.
Bagian akhir dari kegiatan pemantauan adalah hal yang penting menyangkut
fungsi prasarana. Informasi disajikan dalam bentuk foto dengan uraian kondisi
yang meliputi obyek-obyek yang diamankan dan fenomena yang terjadi pada
sungai dengan adanya prasarana bersangkutan. Informasi ini selanjutnya akan
digunakan dalam tahap evaluasi untuk menilai fungsi prasarana.
2.3 Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan di kantor oleh tim evaluasi pada setiap akhir kegiatan
pemantauan. Proses evaluasi dilakukan dengan cara mencocokkan nilai yang
terdapat pada Tabel 1 dengan nilai yang terdapat pada Blangko pemantauan.
Tujuan akhir dari proses evaluasi adalah keputusan tindak lanjut OP selanjutnya,
apakah prasarana sungai yang bersangkutan memerlukan pemeliharaan
preventif, korektif, atau rehabilitatif.
– 12 –
Tabel 1 Nilai Kondisi Fisik vs Kondisi Fungsi
Kondisi Fisik
50 25
Penilaian Resiko Sangat
40
Resiko Sedang =
10
Resiko Kecil = Resiko Besar =
Kecil = Kondisi Kondisi Fisik Cukup
Kondisi Fisik Baik Kondisi Fisik Jelek
Fisik Sangat Baik Baik
10
Resiko Besar = 60 50 35 20
Kondisi Fungsi Buruk
25
Resiko Sedang =
gsiFundisiKon
75 65 50 35
Kondisi Fungsi
Cukup
40
Resiko Kecil =
90 80 65 50
Kondisi Fungsi
Baik
50
Resiko Sangat Kecil
100 90 75 60
= Kondisi Fungsi
Sangat Baik
– 13 –
3 Bagian 3 Rencana Tindak OP
– 14 –
3.3 Rehabilitatif
– 15 –