Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

OBLIGASI DAN VALUASINYA


Dosen Pembimbing :
Drs. Sudarman, MM.
Drs. R. Hendri Gusaptono, MM

Kelompok 5
Tiara Dewi Anggieta T (141170252)
Atika Dewi A (141170260)
Miftakhur Rohmah (141170268)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
September, 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini semakin berkembangnya zaman, dan semakin kompleksnya
masalah ekonomi, system keuangan dituntut agar berjalan efisien dan efektif.
Pada dasarnya system keuangan ini adalah untuk menjembatani aliran dana dari
pihak yang surplus dana ke pihak yang defisit dana. Dalam perspektif umum,
rumah tangga dan individu adalah pihak yang surplus dana dan perusahaan adalah
pihak yang memerlukan dana atau defisit dana. Individu secara tidak langsung
menyediakan dana bagi perusahaan melalui lembaga perantara keuangan atau
financial intermediary. Lembaga keuangan tersebut selanjutnya menyalurkan dana
kepada perusahaan baik dalam bentuk kredit atau melalui pembelian surat surat
berharga melalui pasar keuangan atau financial market, pasar keuangan ini ada 2
jenis yaitu : pasar uang dan pasar modal. Instrument pasar uang ini seperti : SBI,
commercial paper, sertifikat deposito, dan lain-lain. Sementara pasar modal ini
instrumentnya seperti : saham, obligasi, reksadana dan derivative.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai apa itu obligasi, karakteristik
obligasi, macam-macam obligasi, pasar obligasi, serta penilaian obligasi. Sedikit
mengenai obligasi, pada dasarnya obligasi ini surat penyertaan utang perusahaan
terhadap pemilik obligasi. Dengan munculnya pasar keuangan ini memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk mendapat dana lebih dan mendapatkan modal
yang besar tanpa harus ke bank untuk meminjam uang sebagai modal yang harus
melalui prosedur prosedur yang panjang dan lama. Salah satunya dengan obligasi
ini perusahaan dapat mendapatkan modal atau pinjaman dana dari pihak pihak
yang memiliki dana yang lebih atau surplus dana. Namun pemegang obligasi ini
juga mengharapkan bunga dari obligasi tersebut atau sering disebut kupon.
Penerbit obligasi adalah sipeminjam atau debitur, sedangkan pemegang obligasi
adalah pemberi pinjaman atau kreditur dan kupon obligasi adalah bunga pinjaman
yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari Obligasi ?
2. Apa karakteristik obligasi ?
3. Apa yang dimaksud dari pasar obligasi ?
4. Bagaimana penilaian dalam obligasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang akan dicapai dalam makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Obligasi
2. Untuk karakteristik obligasi
3. Untuk mengetahui pasar obligasi
4. Untuk mengetahui penilaian obligasi

1.4 Manfaat Penulisan


Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan dalam penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Obligasi dan valuaisnya.
2. Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi diri sendiri, rekan-rekan, serta generasi
yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obligasi


Menurut Fahmi (2013:42) “Obligasi merupakan surat berharga yang dijual
kepada publik, dimana di sana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan
berbagai hal seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama
penerbit dan beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan dalam undang-undang
yang disahkan oleh lembaga yang terkait”.
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman dengan penerima pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang
menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada
perusahaan yang menerbitkan obligasi. Dalam setiap obligasi tertera nilai nominal
obligasi serta tingkat bunga obligasi.
Perusahaan menerbitkan obligasi biasanya disebabkan oleh kebutuhan dana dalam
jumlah besar yang tidak bisa dipenuhi dari akumulasi laba ditahan maupun dari
utang bank. Karena obligasi ini memiliki masa jatuh tempo yang lebih dari satu
tahun (biasanya antara 5 sampai dengan 20 tahun), maka apabila perusahaan
menerbitkan obligasi akan menimbulkan utang obligasi. Utang ini dikelompokkan
ke dalam utang jangka panjang. Investor memiliki pilihan dalam berinvestasi
dalam obligasi.

2.2 Karakteristik Obligasi


Obligasi adalah surat tanda bukti bahwa investor pemegang obliagasi
memberikan pinjaman utang bagi emiten penerbit obligasi. Oleh karena itu,
emiten obligasi akan memberikan kompensasi bagi investor pemegang obligasi,
berupa kupon yang dibayarkan secara periodik terhadap investor. Secara umum
karakteristik obligasi dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik suatu obligasi merupakan nilai teoritis dari suatu obligasi.
Nilai intrinsik bisa diperoleh dari hasil estimasi nilai saat ini (present value)
dari semua aliran kas obligasi dimasa yang akan datang. Nilai intrinsik
obligasi dipengaruhi oleh tingkat kupon yang akan diberikan, waktu jatuh
tempo dan nilai prinsipalnya.
a) Nilai Nominal (Face Value)
Nilai nominal adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima
oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
b) Kupon (the Interest Rate)
Kupon adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala
(kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan)
Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
c) Jatuh Tempo (Maturity)
Jatuh tempo adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya.
Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan
diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan
lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam
waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi,
semakin tinggi Kupon / bunga nya.

2. Penerbit / Emiten (Issuer)


Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat
penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko /
kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon
dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari
peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti
PEFINDO atau Kasnic Indonesia.

3. Bond Indenture
Indentures adalah dokumen legal yang memuat hak-hak pmegang obligasi
maupun emiten obligasi. Dokumen tersebut akan membuat speseifikasi tertentu
seperti waktu jatuh tempo obligasi, waktu pembayaran bunga, dan pembatasan
pemberian dividen bagi par pemegang obligasi perusahaan.
4. Call Provision
Call Provision adalah hak emiten obligasi untuk melunasi obligasi sebelum
waktu jatuh tempo. Call Provision akan dilaksanakan oleh emiten jika tingkat
suku bunga pasar dibawah tingkat kupon obligasi. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi biaya modal perusahaan, akibat kewajiban membayar bunga diatas
bunga pasar yang berlaku. Call Provision pada dasarnya akan menguntungkan
emiten, dan sisi lain bisa merugikan investor.

2.3 Macam-macam Obligasi


Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
1. Berdasarkan sisi penerbit:
a) Obligasi Pemerintah Pusat (Corporate Bond)
Obligasi pemerintah pusat adalah obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah. Sangatlh beralasan untuk berasumsi bahwa pemerintah
pusat akan memenuhi pembayaran yang dijanjikannya sehingga
obligasi pemerintah tidak memiliki risiko gagal bayar. Namun, harga
obligasi ini telah menurun ketika tingkat suku bunga naik sehingga
obligasi ini tidak akan sepenuhnya bebas risiko.

b) Obligasi Perusahaan (Goverment Bond)


Obligasi perusahaan adalah obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan. Tidak seperti obligasi pemerintah, obligasi perusahaan
memiliki risiko gagal bayar, jika perusahaan emiten mengalami
masalah, perusahaan tersebut mungkin tidak mampu melakukan
pembayaran atas bunga dan pokok seperti yang dijanjikannya. Setiap
obliagi perusahaan memiliki tingkat risiko gagal bayar yang berbeda-
beda, tergantung pada karakteristik perusahaan emiten dan ketentuan
spesifik dari setiap obligasi. Resiko gagal bayar sering disebut risiko
kredit.
c) Obligasi Pemerintah daerah (Municipal Bond)
Obligasi Pemerintah daeraeh adalah obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah, misalnya pemerintah provinsi, kota, kabupaten.
Pemerintah daerah biasanya mengeluarkan obligasi ini untuk
pembiayaan modal seperti pembangunan jalan raya, perumahan rakyat,
rumah sakit umum, universitas dan lainnya.

d) Obligasi luar negeri (Foreign Bonds)


Obligasi luar negeri adalah obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah luar negeri. Obligasi perusahaan luar negeri tentunya juga
memiliki risiko gagal bayar, begitu pula dengan obligasi beberapa
pemerintah luar negeri. Munculnya risiko tambahan jika obligasi
dinyatakan dalam mata uang selain selain mata uang negara investor.
Misalnya Tania membeli obligasi perusahaan yang dinyatakan dalam
mata uang yen Jepang. Tania masih dapat mengalami kerugian
sekalipun perusahaan tersebut tidak gagal bayar, jika yen Jepang
nilainya mengalami penurunan terhadap mata uang negara Tania.

2. Berdasarkan Jaminan
a) (Secured Bonds) adalah obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu
dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga.
b) (Unsecured Bonds) adalah obligasi yang tidak dijaminkan dengan
kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara
umum.

3. Berdasarkan Hak Penukaran


a) Obligasi Konversi (Convertible Bonds)
Obligasi Konversi adalah adalah suatu jenis obligasi yang dapat
dikonversikan menjadi saham dari perusahaan penerbit obligasi dan
biasanya pada rasio pertukaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu
pada penerbitan obligasi tersebut. Ini merupakan sekuriti hibrida yaitu
suatu sekuriti yang terdiri dari dua unsur yaitu utang dan ekuitas.
Walaupun demikian biasanya obligasi konversi ini memiliki tingkat
suku bunga kupon yang rendah di mana pemegang obligasi diangap
telah menerima kompensasi berupa suatu kesempatan untuk
menukarkan atau mengkonversikan obligasinya dengan saham
biasa dengan harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut
dipasaran. Dari sisi penerbit obligasi konversi maka keuntungan yang
diperolehnya yaitu pembayaran bunga yang lebih rendah, namun
sebagai kompensasi keuntungan tersebut maka penerbit juga akan
mengalami dilusi saham sewaktu pemegang obligasi melakukan
konversi obligasinya ke saham baru.

b) Obligasi Tukar (Exchangeable Bonds)


Obligasi Tukar adalah obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam
sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

c) Obligasi Opsi Beli (Callable Bonds) adalah suatu obligasi yang dapat
dilunasi lebih awal oleh penerbit obligasi sebelum masa jatuh tempo
obligasi. Tanggal opsi beli atau opsi pelunasan ini telah ditetapkan
terlebih dahulu pada obligasi tersebut (misalnya 5 tahun setelah tanggal
penerbitan obligasi, dan lain-lain) dengan suatu harga pelunasan awal
yang ditentukan. Pada obligasi jenis ini, penerbit memiliki hak (opsi)
namun bukan kewajiban untuk membeli kembali obligasinya dari
pemegang obligasi dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.
Obligasi ini secara tehnis tidak sungguh-sungguh dibeli oleh penerbit
lalu kemudian dipegang oleh penerbit hingga masa jatuh temponya
namun dibatalkan seketika oleh penerbit.
Harga pelunasan atau pembelian kembali ini biasanya berada di
atas nilai pari atau harga penawaran perdana obligasi. Penerbit memiliki
hak opsi dan untuk itu pulalah maka penerbit berani
membayar kupon dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Apabila
pada saat tanggal pelaksanaan opsi tingkat suku bunga dipasaran turun
maka penerbit obligasi memiliki kesempatan untuk melakukan
penjadwalan ulang utangnya dengan tingkat suku bunga yang lebih
rendah maka penerbit melakukan eksekusi atas haknya melakukan
pelunasan awal (call) . Atau dilihat pada sisi lainnmya yaitu apabila
tingkat suku bunga turun maka harga obligasi tersebut akan naik maka
adalah sangat menguntungkan bagi penerbit untuk melaksanakan hak
opsinya guna melunasi lebih awal pada nilai pari.
Investor juga memeliki keuntungan dengan membeli obligasi jenis
ini karena ia dapat memperoleh kupon dengan tingkat suku bunga yang
lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi biasa. Namun dilain sisi
apabila tingkat suku bunga dipasaran turun maka penerbit obligasi
tersebut melaksanakan hak opsinya maka setelah itu investasi yang
dapat dilakukannya hanya mendapatklan imbal hasil yang rendah. Ini
ibaratnya menjual opsi dimana penjual menerima premi opsi yang
dibayarkan dimuka namun bila tiba masanya maka dapat saja opsi ini
dieksekusi oleh pembeli opsi. Pasar terbesar dari obligasi opsi beli ini
adalah obligasi yang diterbitkan oleh lembaga yang dijamin oleh
pemerintah. Seperti misalnya yang diterbitkan oleh U.S. Agencies ,
dimana mereka memiliki sejumlah besar kredit pemilikan
rumah dan Efek Beragun Aset.

4. Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga


a) Obligasi Tanpa Bunga (Zero Coupon Bonds) adalah obligasi yang tidak
melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan
pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
Obligasi ini diperdagangkan dengan menggunakan harga diskonto
dari nilai pari. Pemegang obligasi berhak untuk menerima pembayaran
secara penuh pada masa jatuh tempo obligasi. Investor menerima
keuntungan bunga berupa selisih antara harga diskonto dan nilai pari
obligasi saat jatuh tempo. Obligasi tanpa bunga ini ada yang memiliki
jangka waktu pendek maupun panjang. Obligasi yang berjangka waktu
panjang umumnya memiliki masa jatuh tempo 10 tahun hingga 15
tahun. Obligasi dengan jangka waktu di bawah 1 tahun disebut dengan
surat utang seperti misalnya Treasury bill di Amerika, Surat Utang
Negara (SUN) di Indonesia.
b) Obligasi Kupon(Coupon Bonds) adalah obligasi dengan kupon yang
dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.

5. Berdasarkan Nilai nominal


a) Obligasi Konvensional (Konvensional Bonds) adalah obligasi yang
lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
b) Obligasi Ritel (Retail Bonds) adalah obligasi yang diperjualbelikan
dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun
government bonds.

2.4 Pasar Obligasi


Pasar obligasi adalah pasar yang memperdagangkan suatu efek. Nilai pasar
(harga pasar) suatu obligasi bergerak berlawanan arah dengan perubahan suku
bunga secara umum. Jika suku bunga secara umum cenderung turun, maka nilai
atau harga obligasi akan meningkat karena para investor cenderung untuk
menanamkan uangnya dibank.
Ada dua jenis pasar obligasi yaitu :
1) Pasar primer merupakan tempat diperdagangkannya obligasi pada saat
diterbitkan. Salah satu persyaratan ketentuan pasar modal obligasi harus
dicatatkan dibursa efek untuk dapat ditawarkan kepada masyarakat, dalam hal
ini lazimnya adalah Bursa Efek Surabaya (BES) sekarang Bursa Efek
Indonesia (BEI).

2) Pasar sekunder merupakan tempat diperdagangkannya obligasi setelah


diterbitkan dan tercatat dibursa efek, perdagangan obligasi akan dilakukan di
pasar sekunder. Pada saat ini perdagangan akan dilakukan secara Over the
Counter (OTC). Artinya tidak ada tempat perdagangan secara fisik.
Pemegang obligasi serta pihak yang ingin membelinya akan berinteraksi
dengan bantuan perangkat elektronik seperti email, online trading, atau
telepon.

Pasar obligasi merupakan penghubung bagi emiten-emiten yang


membutuhkan dana jangka panjang dengan investor yang ingin menempatkan
dana mereka pada efek-efek yang menghasilkan bunga jangka panjang. Pasar
obligasi dalam negeri yang telah berkembang dengan baik dewasa ini
menawarkan berbagai peluang pendanaan bagi sektor pemerintah dan swasta,
dimana lazimnya pertumbuhan pasar obligasi pemerintah turut menciptakan
peluang bagi perkembangan emiten-emiten lain.
Perkembangan pasar obligasi memegang peranan penting dalam beberapa hal
berikut ini:
a) Membantu pemerintah dalam melakukan mobilisasi dana untuk kebutuhan
investasi .
b) Menciptakan akses bagi perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan dana
secara langsung dari pasar, yang berdampak pada terciptanya suatu iklim
pasar yang kondusif serta menyediakan persaingan yang sehat untuk sistem
perbankan, dalam upaya mengurangi resiko sistematis.
c) Menyediakan akses kepada investor terhadap berbagai macam instrumen
keuangan untuk melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak
langsung pada instrumen reksadana, dana pensiun, dan perusahaan asuransi.

Bilamana tercipta suatu pasar obligasi yang telah mapan, maka mekanisme
pasar akan dapat berperan lebih banyak. Hal ini juga turut berdampak positif pada
terciptanya suatu iklim transparansi dan tingkat akuntabilitas yang lebih baik di
pasar obligasi perusahaan, yang pada akhirnya turut mendukung komunitas analis
keuangan dan lembaga peringkat rating. Di indonesia pasar obligasi masih
pada tahap awal, sehingga aspek pengembangan berikutnya akan menjadi
perioritas penting bagi pemerintah. Dalam kurun waktu perkembangannya, pasar
obligasi pemerintah telah tumbuh dengan pesat dari sama sekali tidak ada obligasi
pemerintah sebelum tahun 1977, obligasi pemerintah yang diperjualbelikan
dewasa ini bernilai total Rp 389 trilyun (14,2 persen dari PDB). walaupun
sebagian besar dari jumlah tersebut pada awalnya didorong oleh rekapitalisasi
sistem perbankan, saat ini pasar obligasi merupakan salah satu alternatif bagi
pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dana regulernya, dengan total nilai emisi
bersih tahunan berkisar 1 persen dari PDB. Dewasa ini, pemerintah menerapkan
strategi pengelolaan utang untuk meningkatkan bagian utang dalam negeri dalam
total utang pemerintah. Pasar obligasi korporasi, walaupun volumenya lebih kecil
dibandingkan dengan pasar obligasi pemerintah, juga terus berkembang saat ini,
dengan total nilai emisi sebesar lebih kurang Rp 63 trilyun (world bank, 2008).

Terciptanya pasar obligasi korporasi yang kondusif turut mendukung emiten


dalam memperoleh pendanaan dengan biaya yang lebih murah dengan
menggunakan berbagai instrumen yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
mereka. Selama ini, perusahaan mengandalkan sumber pendanaan dari perbankan
dalam pemenuhan kebutuhan pinjaman, namun pinjaman bank saja tidaklah cukup
untuk memenuhi semua kebutuhan dana untuk menggerakkan perekonomian
Indonesia. Hal ini menyebabkan, tumbuhnya pasar obligasi perusahaan
merupakan suatu langkah penting dalam mendiversifikasi sumber-sumber
keuangan perusahan, mengurangi ketergantungan pada pinjaman bank, dan
mengurangi kerentanan sistem keuangan terhadap berbagai volatilitas di masa
yang akan datang. Berkaitan dengan komitmen Indonesia untuk melaksanakan
berbagai agenda pembangunan infrastruktur, yang sebagian besarnya diharapkan
akan didanai dengan modal swasta yang dimobilisasi dari pasar modal dalam dan
luar negeri, salah satu wacana yang sedang dikembangkan untuk mendorong
pembiayaan proyek-proyek infrastruktur swasta tersebut adalah melalui pasar
obligasi dalam negeri. Selain itu, dalam jangka menengah, seiring dengan
perkembangan otonomi daerah, pemerintah daerah akan semakin membutuhkan
akses terhadap pasar obligasi. secara umum, pasar obligasi dalam negeri akan
memegang peranan penting bagi sektor keuangan Indonesia. Oleh karena itu,
pemerintah harus senantiasa tanggap dalam menangani masalah-masalah
kebijakan utama yang menghambat pengembangannya dan membina
pertumbuhannya.

2.5 Valuasi atau Penilaian Obligasi


Nilai dari suatu aset keuangan saham, obligasi, sewa guna usaha, atau
bahkan aset fisik seperti gedung atau mesin hanyalah nilai sekarang dari arus kas
yang diharapakan akan dihasilkan oleh aset tersebut.
Obligasi dengan tingkat bunga mengambang, pembayaran bunga akan bervariasi
dari waktu ke waktu. Untuk obligasi dengan kupon nol, tidak ada pembayaran
bunga, sehingga satu-satunya arus kas adalah nilai pari ketika obligasi jatuh
tempo. Untuk obligasi biasa dengan tingkat kupon tetap. Berikuti ini adalah
situasinya. Dengan contoh soal sebagai berikut:
Obligsi Allied diterbitkan pada tanggal 3 januari 2006 akan jatuh tempo pada
tanggal 2 januari 2021, memiliki nilai pari $1.000 pembayaran kupon tahunan
$100. tingkat bunga 10 % ($100/$1.000)

o rd 1 2 3 N

Nilai obligasi INT INT INT INT


M

Dimana
Rd = Tingkat bunga pasar obligasi, =10 persen
Ini merupakan tingkat diskon yang digunakan untuk menghitung nilai
sekarang arus kas obligasi yang juga merupakan harga obligasi tersebut.
rd bukan tingkat bunga kupon, dan tingkat ini sama dengan tingkat kupon
jika dan hanya jika obligasi dijual pada nilai parinya.
N = Jumlah tahun sebelum obligasi jatuh tempo, =15. N akan turun setiap
tahun setelah obligasi diterbitkan sehingga obligasi yang memiliki jatuh
tempo 15 tahun ketika diterbitkan (jatuh tempo awal) akan memiliki nilai
N = 14 setelah satu tahun, N = 13 setelah dua tahun, dan seterusnya.
Asumsikan bahwa obligasi membayarkan bunganya satu kali dalam
setahun atau tahunan sehingga N juga akan diukur dalam tahun.

INT = Bunga yang dibayarkan setiap tahunnya dalam dolar = tingkat kupon ×
nilai pari = 0,10 ($1.000)= $100. Dalam terminolgi kalkulator,
INT=PMT =100.
Jika obligasi merupakan obligasi pembayaran setengah tahunan,
pembayaran akan sebesar $50 per enam bulan. Pembayaran akan nol jika
obligasi Allied adalah kupon obligasi nol, dan akan bervarisasi jika
obligasi tersebut adalah obligasi mengambang.

M = Nilai pari, atau jatuh tempo. Obligasi = $1.000. jumlah ini adalah jumlah
yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo.

Sekarang kita dapat menggambarkan kembali garis waktu yang menunjukkan


nilai-nilai numerik seluruh variabel diatas, kecuali nilai onligasi. VB

0 10% 1 2 3 15

VB 100 100 100 100


1.000
1.100
Persamaan umum dibawah ini dapat digunakan untuk menghitung nilai obligasi
INT INT INT M
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐎𝐛𝐥𝐢𝐠𝐚𝐬𝐢 = 𝐯𝐁 = + + ⋯ + +
(1 + rd )1 (1 + rd )2 (1 + rd )N (1 + rd )N

N
INT M
VB = ∑ +
(1 + rd )1 (1 + rd )N
t=1

Dengan memasukkan nilai-nilai untuk contoh obligasi kita di atas, akan diperoleh:
N
$100 $1.000
VB = ∑ +
(1,10)t (1,10)15
t=1

Arus kas terdiri atas suatu anuitas selama N tahun ditambah pembayaran sekaligus
(lump sum) pada akhir tahun N.
Secara sederhana kita dapat mendiskontokan setiap arus kas kembali ke nilai
sekarang dan menjumlahkan nilai-nilai PV tersebut untuk mendapatkan nilai
obligasi. Sebagai contoh lihat figur 7-1. Namun prosedur seperti ini kurang
efisien, khususnya jika obligasi membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai jatuh
tempo. Jadi kita dapat menggunakan kalkulator finansial untuk mencari solusinya.
Berikut ini pengaturan kalkulator tersebut.

Input: 15 10 100 1000


N I/YR PV PMT FV
Ouput: = -1.000

Hanya perlu memasukkan N = 15, rd=I/YR= 10, INT=PMT=100,


M=FV=1.000, kemudia menekan tombol PV untuk mendapatkan nilai obligasi
$1.000. PV merupakan arus keluar bagi investor, maka angka ini disajikan
dengan tanda negatif. Kalkulator akan mencari PV dari suatu anuitas sebesar
$100 per tahun selama 15 tahun, di diskontokan pada tingkat 10 persen, kemudian
menghitung PV dari pembayaran jatuh tempo sebesar $1.000. selanjutnya,
kalkulator akan menjumlahkan kedua PV tersebut untuk menemukan nilai
obligasi.
Dalam contoh ini obligasi dijual pada harga yang sama dengan nilai
parinya. Ketika tingkat bunga berlaku, rd, sama dengan tingkat kupon, suatu
obligasi tingkat bunga tetap akan dijual pada nilai parinya. Tingkat kupon
biasanya ditentukan pada tingkat bunga yang berlaku ketika obligasi diterbitkan
sehigga menyebabkan obligasi tersebut awalnya dijual pada nilai pari.
Tingkat kupon akan tetap sama setelah obligasi diterbitkan, tetapi tingkat bunga di
pasar akan bergerak naik dan turun. Dengan memperhatikan persamaan 7-1, kita
Garis waktu untuk Obligasi Allied Food Product dengan tingkat bunga 10 %

1/3/07 1/08 1/09 1/10 1/11 1/112 1/13 1/14 1/15 1/16 1/17 1/18 1/19 1/20 1/2/21

Pemba- 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1 1000
yaran
90,91
82,64
75,13
68,30
62,09
56,45
51,32
46,65
42,41
38,55
35,05
31,86
28,97
26,33
23,94
239,39
1.000 saat rd 10 %
Nilai sekarang

melihat bahwa suatu kenaikan tiingkat bunga pasar (rd ) akan menyebabkan
turunnya harga obligasi beredar, sedangkan kenaikan tingkat bunga akan
menyebabkan naiknya harga obligasi. Misalnya jika tingkat bunga Allied naik 15
persen setelah obligasi diterbitkan, maka kita akan menghitung kembali harga
tersebut dengan menggunakan nilai tingkat bunga pasar yang baru berikut.

Input: 15 15 100 1000


N I/YR PV PMT FV
Ouput: = -707,63

Harga akan turun menjadi $707,63. Perhatikan bahwa obligasi akan dijual dengan
harga dibawah nilai parinya. Ketika tingkat bunga yang berlaku naik diatas tingkat
kupon, harga obligasi tingkat bunga tetap akan turun di bawah nilai parinya, dan
ini disebut diskon obligasi (discount Bond).
Sebaliknya, harga obligasi akan naik ketika tingkat bunga pasar turun.
Misalnya, jika tingkat bunga obligasi Allied turun menjadi 5 persen, maka dapat
kita dapat menghitung kembali harganya.

Input: 15 5 100 1000


N I/YR PV PMT FV
Ouput: = -1.518,98

Dalam hal ini, harga naik menjadi $1.518,98. Pada umunya, ketika tingkat bunga
berlaku umum turun dibawah tingkat kupon, harga obligasi tingkat bunga tetap
akan naik di atas nilai parinya. Ini disebut sebagai obligasi premiun (Premium
Bond).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obligasi menjadi alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan modal
dalam jumlah yang besar tanpa harus melalui syarat syarat yang rumit ketika akan
meminjam dana ke bank Karena dalam obligasi ini penjualannya akan
dipublikasikan dan dijual kepada investor langsung. Pada dasarnya ini obligasi
adalah surat tanda utang yang dikeluarkan oleh perusahaan maupun pemerintah
untuk memperoleh modal. Obligasi yang berjangka waktu panjang umumnya
memiliki masa jatuh tempo 10 tahun hingga 15 tahun. Obligasi dengan jangka
waktu di bawah 1 tahun disebut dengan surat utang
Karakteristik obligasi dapat dilihat dari beberapa hal yaitu nilai intrinsik, terdiri
dari nilai nominal, kupon, jatuh tempo; penerbit/emiten, Bond Indenture, Call
Provision. jenis obligasi dapat dilihat dari berbagai pengelompokan seperti
berdasarkan sisi penerbit, hak penukuran, sistem pembayaran bunga, jaminan,
nilai nominal. Kemudian penilaian obligasi jika dijual dengan harga dibawah nilai
parinya. Ketika tingkat bunga yang berlaku naik diatas tingkat kupon, harga
obligasi tingkat bunga tetap akan turun di bawah nilai parinya, dan ini disebut
diskon obligasi (discount Bond). Dan sebaliknya ebaliknya ketika tingkat bunga
berlaku umum turun dibawah tingkat kupon, harga obligasi tingkat bunga tetap
akan naik di atas nilai parinya. Ini disebut sebagai obligasi premiun (Premium
Bond).
DAFTAR PUSTAKA

F.Bringham Eugene., Joul F.Houston., 2014. Dasar-dasar Manajemen


Keuangan,essentials of financial Management, Jakarta: Salemba Empat.
KASUS KE-3
“OBLIGASI KORPORASI; LEBIH RUMIT DARI YANG ANDA DUGA”

A. Latar Belakang Kasus


Jill Dougherty direkrut oleh A.M. Smith, Inc. sebagai analis investasi di
kantor Cincinnati, Ohio, berdasarkan prestasi akademisnya yang sangat
memuaskan, bergelar MBA dari universitas terkemuka, ditambah sertifikat
CFA. Pada saat proses seleksi, ia diberitahu bahwa salah satu tugasnya adalah
melakukan seminar – seminar edukatif untuk klien lama maupun baru. Saat
ini, sebuah perusahaan fasilitas umum yang besar memakai A.M. Smith, Inc.
sebagai ketua penjamin emisi untuk penerbitan obligasi korporasi. Karena
mayoritas pelanggannya lebih mengenal investasi saham, John Sullivan,
manajer kantor cabang Cincinnati, menugaskan Jill untuk menyiapkan dan
mengadakan seminar tentang berbagai implikasi investasi pendapatan tetap.
Jill sadar bahwa selain pengetahuan tentang tingkat dan stabilitas suku
bunga dan inflasi saat ini, kebanyakan klien tidak begitu paham tentang
keuntungan – keuntungan investasi obligasi. Kemudian, Jill memutuskan
untuk membuka kembali buku – buku teks keuangannya dan menemukan
beberapa definisi dan contoh – contoh yang akan digunakan dalam
presentasinya. Ia mencari data – data terbaru dari internet tentang jatuh
tempo, peringkat, dan tingkatb bunga obligasi – obligasi yang beredar (Tabel
1), serta mulai menyiapkan presentasinya.

B. Permasalahan
1. Bagaimana Jill menjelaskan hubungan antara tingkat kupon dan harga
obligasi? Mengapa tingkat kupon untuk berbagai jenis obligasi sangat
bervariasi?
2. Bagaimana cara menentukan peringkat obligasi – obligasi tersebut? Apa
yang terjadi jika peringkat obligasi turun?
3. Selama presentasi, salah satu klien merasa bingung karena beberapa
obligasi yang dijual lebih rendah dari nilai nominalnya, sementara
obligasi lain dijual lebih tinggi dari nilai nominalnya. Klien tersebut
bertanya apakah obligasi yang dijual di bawah nilai nominal merupakan
suatu investasi yang cukup menarik. Bagaimana Jil menanggapi hal
tersebut?
4. Apa yang dimaksud dengan “yield to maturity” dan bagaimana cara
menghitungnya?
5. Apa perbedaan antara yield to maturity “nominal” dan yield to maturity
efektif untuk setiap obligasi yang tertera pada Tabel 1? Mana yang
seharusnya dipakai investor untuk dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan antara obligasi korporasi dan sekuritas lain
dengan risiko yang sama? Jelaskan.
6. Jill tahu bahwa periode penebusan dan implikasinya akan menjadi
perhatian peserta seminar. Bagaimana ia menjelaskan pengaruh provisi
penebusan (call provision) terhadap potensi risiko dan imbal hasil
obligasi?
7. Bagaimana Jill menjelaskan risiko masing – masing obligasi? Berikan
urutan risiko relative untuk tiap – tiap obligasi pada Tabel 1.
8. Salah satu klien terbaik Jill memberikan ilustrasi dan pertanyaan sebagai
berikut, “Jika saya membeli sebanyak 10 untuk setiap obligasi itu,
kemudian menginvestasikan kembali kupon yang saya terima pada tingkat
bunga 5% per tahun dan memilikinya hingga jatuh tempo, berapa imbal
hasil yang saya terima untuk setiap investasi obligasi saya?” bagaimana
Jill menanggapi pertanyaan tersebut?
C. Data dan Pemecahan Kasus
1. Data Informasi Obligasi Korporasi
Tabel 1
Informasi Obligasi Korporasi
Jumlah
Tahun Periode
Tingkat hingga Penebusan
Penerbit Nilai Kupon Harga Jatuh Dana (call
Obligasi Nominal Obligasi Peringkat Penawaran Tempo Pelunasan period)
ABC $1.000 5% AAA $703,1 20 Ya 3 tahun
Energy
ABC $1.000 0% AAA $208,3 20 Ya Tidak
Energy Tersedia
Tans $1.000 10% AA $1.092,0 20 Ya 5 tahun
Power
Telco $1.000 11% AA $1.206,4 20 Tidak 5 tahun
Utillities

2. Pemecahan Masalah
a. Permasalahan 1
Obligasi merupakan suatu kontrak jangka panjang di mana pihak
peminjam setuju untuk melakukan pembayaran bunga dan pokok
pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi.
Pembayaran kupon menurut perngertiannya adalah jumlah bunga
tertentu setiap tahunnya, sedangkan tingkat bunga kupon adalah
tingkat bunga tahunan yang dinyatakan atas suatu obligasi. Dari
pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara
obligasi dengan tingkat kupon adalah tingkat kupon merupakan biaya
sewa tahunan yang harus dibayarkan atas sebuah obligasi. Besarnya
pembayaran tingkat kupon ditentukan pada saat obligasi diterbitkan
dan berlaku sepanjang umur obligasi tersebut.
Tingkat kupon untuk berbagai jenis Obligasi bervariasi
dikarenakan obligasi yang dijamin dengan aset yang dimiliki penerbit
biasanya mempunyai tingkat kupon yang lebih tinggi daripada
obligasi yang tidak memiliki jaminan (unsecured). Selain itu, ada pula
obligasi junior dan obligasi subordinasi yang mempunyai peringkat
yang lebih rendah daripada obligasi unsecured biasa. Pembayaran
kupon suatu obligasi dimungkinkan untuk bervariasi dari waktu ke
waktu disebut pula obligasi dengan tingkat bunga kupon mengambang
dimana suatu obligasi yang tingkat bunganya berfluktuasi sesuai
dengan perubahan tingkat bunga secara umum. Kupon obligasi nol
adalah suatu obligasi yang tidak membayarkan bunga tahunan, tetapi
dijual dengan diskon di bawah nilai pari sehingga memberikan
kompensasi kepada investor dalam bentuk apresiasi modal. Diskon
obligasi emisi awal adalah setiap obligasi yang pada awalnya
ditawarkan dengan harga di bawah nilai parinya.

b. Permasalahan 2
Peringkat obligasi didasarkan atas faktor-faktor kualitatif dan
kuantitatif, antara lain :
1) Rasio – rasio Keuangan
Rasio utang dan rasio kelipatan pembayaran bunga. Semakin baik
rasionya, maka semakin tinggi peringkat obligasinya.
2) Ketentuan Hipotek
Apabila obligasi dijamin oleh hipotek dan properti tersebut
memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah utang yang
diobligasikan, maka peringkat obligasinya akan meningkat.
3) Ketentuan Subordinasi
Apabila obligasi disubordinasikan ke utang lain maka obligasi
tersebut akan diberi peringkat paling sedikit satu tingkat di bawah
peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak disubordinasikan.
Sebaliknya, obligasi yang memiliki subordinasi utang lain akan
memiliki peringkat yang lebih tinggi.
4) Ketentuan Jaminan
Beberapa obligasi dijamin oleh perusahaan lain. Jika utang suatu
perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat, misalnya
induk perusahaan tersebut, maka obligasinya akan diberikan
peringkat yang sama dengan perusahaan yang kuat.
5) Dana Pelunasan
Apabila obligasi memiliki dana pelunasan yang menjamin adanya
pelunasan secara sistematis maka ini menjadi nilai tambah dimata
lembaga pemeringkat obligasi.
6) Jatuh tempo.
Obligasi dengan jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang
berisiko dibandingkan obligasi dengan jangka waktu yang lebih
panjang, dan hal ini akan tercermin pada peringkat obligasinya.
7) Stabilitas
Apabila penjualan dan laba emiten stabil maka peringkat
obligasinya juga akan tinggi.
8) Regulasi
Apabila emiten diregulasi, suatu iklim regulasi yang merugikan
menyebabkan posisi perekonomian perusahaan mengalami
penurunan hal ini dikarenakan regulasi memiliki arti penting,
khususnya bagi perusahaan komunikasi, fasilitas umum, dan
asuransi.
9) Antitrust
Apabila ada gugatan antitrust yang ditujukan bagi perusahaan
yang dapat merugikan posisi obligasi perusahaan tersebut.
10) Operasi di Negara Lain
Persentase penjualan, aset, dan laba perusahaan yang berasal dari
operasi di negara lain serta iklim politik di negara–negara tersebut
akan mempengaruhi peringkat obligasinya.
11) Faktor Lingkungan Hidup
Apabila perusahaan memiliki kemungkinan mengeluarkan biaya
dalam jumlah besar untuk penanggulangan masalah lingkungan
maka akan mempengaruhi peringkat obligasi.
12) Kewajiban atas Produk
Apabila perusahaan memproduksi suatu produk yang baik dan
produk tersebut memiliki posisi aman maka akan mempengaruhi
peringkat obligasinya.

13) Kewajiban Pensiun


Apabila perusahaan memiliki kewajiban pensiun atau asuransi
kesehatan karyawan yang belum didanai yang dapat
menimbulkan masalah di masa depan maka akan mempengaruhi
peringkat obligasi perusahaan tersebut.
14) Masalah Ketenagakerjaan
Apabila terdapat potensi masalah ketenagakerjaan di masa
mendatang dan akan memperlemah posisi perusahaan serta
peringkat obligasinya.
15) Kebijakan Akuntansi
Jika kebijakan akuntansi suatu perusahaan dan laba yang
dilaporkannya dipertanyakan, maka hal ini akan memberikan
dampak negatif pada peringkat obligasinya.

Perubahan peringkat obligasi perusahaan mempengaruhi


kemampuan perusahaan untuk meminjam modal dana dan biaya
modal perusahaan tersebut. Lembaga pemeringkat secara berkala
melakukan update peringkat obligasi perusahaan, sehingga peringkat
obligasi suatu perusahaan bisa naik turun sebagai hasil dari perubahan
kondisi yang terjadi pada emiten. Kemudian, jika peringkat obligasi
suatu perusahaan jatuh atau turun, perusahaan tersebut akan sulit
menjual obligasi baru karena :
1. Berkurangnya minat investor terhadap dana yang akan
diinvestasikan.
2. Pertumbuhan ekonomi turun.
3. Penyerapan tenaga kerja menurun.
4. Suka bunga obligasi meningkat.
c. Permasalahan 3

A. Obligasi Dibawah Nilai Nominal


Obligasi yang dijual lebih rendah dari nilai nominalnya disebut
dengan bligasi dengan kupon nol. Obligasi dengan kupon nol (zero
coupon bonds) umumnya memiliki harga pasar yang jauh lebih rendah
daripada nilai nominalnya karena pembeli harus mempertahankan
kepemilikan obligasi sampai jatuh tempo untuk menghasilkan
keuntungan. Sebuah obligasi yang dijual kurang dari nilai nominalnya
dikatakan menjual dengan harga diskon. Obligasi zero coupon sering
disebut obligasi diskon karena harga turunnya. Istilah lain dari obligasi
dengan kupon nol adalah obligasi dengan diskon emisi awal (original issue
discount – OID).

B. Apakah obligasi yang dijual dibawah nilai nominal merupakan suatu


investasi yang cukup menarik
Meskipun untuk menghasilkan pendapatan dari Obligasi zero coupon
memerlukan sedikit kesabaran lebih dari pada mitra dengan bunga
obligasi, obligasi kupon nol masih dapat sangat menguntungkan.

1. Meskipun keuntungannya tidak berupa bunga atau kupon obligasi,


melainkan berupa cash yang akan dibayarkan di kemudian hari.
Keuntungan investor bersumber dari selisih harga beli dengan harga
jualnya. Dari tabel 1: perusahaan yang menerapkan Obligasi zero
coupon adalah perusahaan ABC Energy yang menawarkan obligasi
dengan harga $208,3 dengan nilai nominal $1000. Disini investor akan
mendapatkan keuntungan dari $791,7 (selisih dari harga penawaran
$208,3 dengan nilai nominal $1000).

2. jenis obligasi ini adalah pilihan investasi sederhana dan murah,


memungkinkan investor untuk merencanakan tujuan penghematan
jangka panjang dengan menginvestasikan jumlah yang relatif kecil
yang tumbuh dalam jangka panjang. Dari tabel 1 : kita bisa membeli
obligasi zero coupond dari ABC Energy dengan harga $208,3 dimana
harga lebih rendah dibanding membeli obligasi yang lain.
d. Permasalahan 4
Pengertian YTM
YTM (Yield To Maturity) adalah tingkat pengembalian yang diterima
atau suatu obligasi jika obligasi tersebut dimiliki sampai jatuh tempo.

𝑪 + (𝒇 − 𝒑)/𝒏
𝒀𝑻𝑴 = 𝑽𝒃 =
(𝒑 + 𝒇)/𝟐

Keterangan :
C = tingkat bunga kupon
f = harga nominal
p = harga saat ini
n = umur obligasi

Contoh :

50 + (1000 − 703,1)/20 100 + (1000 − 1092,0)/20


𝑌𝑇𝑀1 = 𝑌𝑇𝑀3 =
(1703,1)/2 (2092)/2
50+290,9/20 100+(−92)/20
= 1703,1/2 = 2092/2
50+14,845 100−4,6
= =
851,55 1046
64,845 95,4
= 851,55 = 1046
= 0,0761 7,61% = 0,091 9,1%

0 + (1000 − 208,3)/20 110 + (1000 − 1206,4)/20


𝑌𝑇𝑀2 = 𝑌𝑇𝑀4 =
(1208,3)/2 (1000 + 1206,4)/2
791,7/20 110+10,32
= 1208,3/2 = 1103,2
39,585 99,68
= 604,15 = 1103,2
= 0,065 6,5% = 0,0903 9,03%
e. Permasalahan 5
YTM nominal hanya memperhitungkan tingkat bunga tetap pada
tingkat emisi setelah penerbitan yang berlaku untuk kehidupan
obligasi. Dengan demikian, YTM nominal tidak selalu mewakili
tingkat pengembalian keseluruhan. Sedangkan YTM efektif
memperhitungkan faktor-faktor seperti tingkat bunga di pasar dan
kekuatan penggabungan pada hasil investasi, sementara YTM nominal
tidak. Namun, jika obligasi tersebut dibandingkan dengan resiko yg
sama, menurut kami akan lebih baik jika menggunakan YTM nominal
karena factor – factor yang disebutkan di atas sama untuk obligasi –
obligasi ini dan dengan demikian kurang signifikan.

f. Permasalahan 6
Call provision (Ketentuan Penebusan)
Merupakan ketentuan dalam kontrak suatu obligasi yang
memberikan hak kepada emiten untuk menebus kembali obligasi
berdasarkan persyaratan-persyaratan yang telah ditentuka sebelum
tanggal jatuh tempo normal.

Adanya call provision menghadirkan risiko bagi investor obligasi


dan imbal hasil obligasi

Biasanya Penarikan atau Penebusan Obligasi dilakukan perusahaan


jika suku bunga pasar terus mengalami penurunan. Dari tabel 1 :
Perusahaan Transpower menentukan periode penebusan dalam jangka 5
tahun, dengan tingkat kupon 10%. Misalkan tingkat bunga pasaran turun
menjadi 5%. Maka Perusahaan Transpower dapat menarik kembali
obligasi tersebut dengan hanya memberikan kupon sebesar 5%.
Hal ini akan memberikan keuntungan bagi perusahaan tetapi akan
memberikan risiko bagi investor. Pada kondisi tersebut para investor akan
memperkirakan imbal hasil saat penebusan (Yield to Call – YTC).
g. Permasalahan 7
Peringkat risiko relatif untuk masing – masing obligasi, yaitu :

Peringkat Risiko Obligasi Korporasi


Jumlah
Tahun
Penerbi Tingkat Harga hingga Dana Periode
Tingkat t Kupon Penawara Jatuh Pelunasa Penebusan
Risiko Obligasi Obligasi Peringkat n Tempo n (call period)
Berisiko ABC 0% AAA 208,3 20 Ya Tidak
Paling Energy Tersedia
Kecil
ABC 5% AAA 703,1 20 Ya 3 Tahun
Energy
Trans 10% AA 1.092,0 20 Ya 5 Tahun
Power
Berisiko Telco 11% AA 1.206,4 20 Tidak 5 Tahun
Paling Utilities
Besar

Obligasi ABC Energy memiliki risiko paling kecil dikarenakan


obligasi dengan tingkat AAA memiliki risiko lebih rendah daripada
obligasi AA. Hal ini menyebabkan di dalam tabel ABC Energy
menduduki peringkat pertama dan kedua sebagai obligasi dengan
risiko relatif paling kecil. Di antara kedua obligasi ABC Energy
dengan peringkat AAA, obligasi dengan kupon nol tidak memiliki
risiko penebusan atau tidak berisiko reinvestasi, namun memiliki
risiko harga tertinggi seperti yang bisa dilihat dengan harga yang
dikutip adalah $208,3. Selanjutnya, Obligasi Trans Power dan Telco
Utilities memiliki resiko yang besar dikarenakan obligasi tersebut
memiliki peringkat AA. Obligasi milik Telco Utilities tidak memiliki
dana pelunasan sehingga menyebabkan obligasinya memiliki tingkat
risiko paling besar.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu rating atau peringkat
obligasi memberikan panduan umum mengenai risiko kredit yang
terkait dengan masing-masing obligasi. Meski demikian, investor
perlu waspada terhadap risiko panggilan, risiko reinvestasi ataupun
risiko penebusan, risiko jatuh tempo, dan efek penyisihan dana pada
risiko. Kecerobohan membuat obligasi memiliki risiko reinvestasi
lebih tinggi.

h. Permasalahan 8
Dalam teori risiko tingkat reinvestasi disebutkan bahwa suatu
kenaikan tingkat suku bunga akan berakibat pada meruginya
pemegang obligasi karena akan menyebabkan turunnya nilai nominal
suatu portofolio obligasi. Berdasarkan teori tersebut, kemudian
dikaitkan dengan permasalahan, maka upaya yang akan dilakukan,
yaitu “membeli sebanyak 10 untuk setiap obligasi itu, kemudian
menginvestasikan kembali kupon yang saya terima pada tingkat
bunga 5% per tahun dan memilikinya hingga jatuh tempo” maka,
menurut kelompok kami hal tersebut jika dilakukan akan
mengakibatkan tingginya risiko yang dihadapi.
Risiko tersebut dikarenakan pada oligasi jangka pendek atau
dapat dikatakan semakin pendek waktu jatuh tempo obligasi, akan
semakin sedikit jumah tahun sebelum obligasi lama dengan kupon
relatif tinggi akan digantikan dengan emisi baru dengan kupon rendah.
Sehingga upaya reinvestasi yang akan dilakukan tersebut menurut
kelompok kami kurang efektif karena terlalu tinggi risikonya dan
berpotensi akan menurunkan nilai nominal obligasi itu sendiri.
D. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diaplikasikan menurut kelompok kami adalah
dengan mempersiapkan matang – matang nilai obligasi perusahaan agar lebih
menarik bagi investor untuk membeli obligasi yang ditawarkan oleh
perusahaan emiten dengan tingkat risiko yang relatif lebih sedikit dan
pengembalian atau return yang sesuai rencana, namun tidak
mengesampingkan nilai tingkat kupon agar tidak melebihi nilai nominal
obligasi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai