Komunikasi Pada Klien Lansia
Komunikasi Pada Klien Lansia
Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia ( WHO ) mengelompokkan usia lanjut
menjadi 4 macam, meliputi :
- usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
- usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60-70 tahun.
- usia lanjut usia (old), kelompok usia antara 75-90 tahun
- usia tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan usia namun perubahan-
perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek
fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interpretasi
terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognitif yang berpengaruh pada
tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang
terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya :
- tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan
petugas kesehatan
- mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru
- menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit
- menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang
langsung mengikutsertakan dirinya.
- menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila
nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini,
perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah rahsia yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.
Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan.
Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau
agama yang dianutnya terutama bagi klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Pendekatan spiritual ini cukup efektif terutapa bagi klien yang mempunyai kesadaran yang
tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.
1. Tehnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan
sikap peduli, sabar mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud
komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan
yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau
kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang
perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu
pikirkan saat ini ? Apa yang bisa saya bantu ?". Berespon berarti bersikap aktif, tidak
menunggu bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang
diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-pernyataan diluar materi yang
diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu
diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan
untuk kepentingan petugas kesehatan
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga
kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan menganggung
kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai
sesama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia
sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan
klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi
dukungan baik secara moril maupun materil, petugas kesehatan jangan sampai terkesan
menggurui atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada
perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya :
"Saya yakin Bapak/Ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu kami yakin Bapak/Ibu
mampu melaksanakan....dan bila diperlukan kami siap membantu".
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien. "Bapak/Ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi ? bisa minta tolong Bapak/Ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi?"
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku dibawah ini :
- berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawanbicara)
- meremehkan orang lain
- mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
- menonjolkan diri sendiri
- mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan
2. Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah :
- menarik diri bila diajak berbicara
- merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri
- merasa tidak berdaya
- tidak berani mengungkapkan keyakinan
- membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
- tampil diam atau pasif
- mengikuti kehendak orang lain
- mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga ghubungan baik dengan orang lain
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupakan hal yang wajar seiring dengan
menurunnya fungsi fisik dan psikologis klien. Namun sebagai tenaga profesional kesehatan,
perawat dituntut mampu mengatasi keadaan tersebut, untuk itu perlu adanya tehnik atai tips-
tips tertentu yang perlu diperhatikan agar komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain :
PENUTUP
A KESIMPULAN
Komunikasi adalah proses dimana informasi disampaikan kepada orang lain melalui simbul-
simbul, tanda-tanda atau tingkah laku (Haber"87) Communication is the process by which
message are transferred from a source to receiver the source transfer the ideas with an intent
to modify behavior of communication is to effects on of the receiver. (Roger B.SARAN
Kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dalam pembuatan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks
yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.Hal itu merupakan peristiwa yang terus
Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-
buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti
dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada
kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu
tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan
terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal
tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi pada lansia “.
Dari latar belakang diatas penyusun mengambil judul untuk dibahas dalam makalah ini
1.4 Manfaat
BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,tujuan , manfaat dan
sistematika pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping
itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-
perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek
fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh pada
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi
a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan
petugas kesehatan
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang mengikut
sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat
peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan
serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini
perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang
asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrap
bagi klien.
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan
bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan
pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan
2.4.2 Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap
atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang
perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berate bersikap aktif tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
2.4.3 Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan meksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
2.4.4 Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik ataupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi
dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan , senyum dan
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien
lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya dengan demikian di harapkan
klien termotovasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan kemapuannya selama memberi
dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui
atau mangajari klien karena ini dapat merendahan keparecayaan klien kepada perawat atau
kepercayaan diri klien tanpa terkesen menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin
bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya…….
2.4.5 Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan
sabar dan iklas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang
di lakukan tidak terapetik, solute namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan tergannggu
2.5.1 Agresif
ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
e) Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat
dituntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tip-tip
tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif anatara lain
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat mulut anda
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi gangguan
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang sama dengan orang yang tidak
g) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek dengan
i) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes
yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di
buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya
k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan anda
menyelesaikan kalimat.
o) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini biasanya
paling akrap dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.
terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi perlu
memahami kondisi ini sehinggan dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini
merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta
lingkunganya.
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a) Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk
melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya :
DAFTAR PUSTAKA
2. http://ngandel.blogspot.com/2011/02/komunikasi-terapetik-pada-lansia.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia ?
2. Komunikasi pada lansia ?
3. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia ?
4. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan ?
5. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ?
6. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia.
2. Komunikasi pada lansia.
3. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia.
4. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan.
5. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.
6. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian komunikasi dan lansia
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta
dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja,
1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
(Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya
sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang
terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70
tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut
usia.Kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu
di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari
Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
7. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan.
a. teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi
1. Pendekatan fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami, perubahan
fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta
penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai
konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung masalah pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan sosial
Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan.
Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas
kesehatan,
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.
b. teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata sesuatu
yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain :
1. Penolakan segera reaksi penolakan klien.
Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Langkah –
langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :
a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang
mengalami puncak reaksinya.
b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan yang
merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien
dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.
Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan
yang akan di lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain :
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan
macam, perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya dengan
mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan waktu bersamanya.
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat.
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperolah
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi
dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat di laksanakan dengan cara – cara sebagai berikut :
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.
b. Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang
sedang terjadi pada klien lansia serta hal – hal yang dapat di lakukan dalam rangka
membantu.
c. Hendaknya pihak – pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila klien
lansia mempergunakan penolakan atau denial.
DAFTAR PUSTAKA
http//komunikasi pada lansia.com
http//konsep komunikasi .co.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia,
sehingga komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus-menerus. Dalam
berkomunikasi dengan klien, perawat harus menggunakan tehnik pendekatan khusus agar
tercapai pengertian dan perubahan prilaku klien.
Kondisi lansia yang telah mengalami penurunan dalam struktur anatomis maupun fungsi
dari organ tubuhnya menuntut pemahaman dan kesadaran tersendiri bagi tenaga kesehatan
selama memberikan pelayanan kesehatan. Perubahan yang terjadi baik secara fisik,
psikis/emosi, interaksi social maupun spiritual dari lansia membutuhkan pendekatan dan
tehnik tersendiri. Untuk interaksi dalam berkomunikasi dengan lansia secara baik, perawat
perlu memahami tentang karakteristik lansia, penggunaan tehnik komunikasi yang tepat, dan
model-model komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana karakteristik lansia?
2. Bagaimana pendekatan keperawatan lansia dalam konteks komunikasi?
3. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia?
4. Apa hambatan komunikasi pada lansia?
5. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan?
6. Bagaimana penerapan model komunikasi pada lansia?
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui karakteristik lansia
2. Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia dalam konteks komunikasi
3. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
4. Untuk mengetahui hambatan komunikasi pada lansia
5. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
6. Untuk mengetahui penerapan model komunikasi pada lansia
D. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1. Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku
atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
2. Metode Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Simpulan
Tehnik komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan harus disertai pengetahuan
perawatan lansia baik fisik, psikologis, biologis dan spiritual. Klien lansia dengan reaksi
penolakan tidak menyadari adanya ancaman pada kesehatannya, karena itu model
komunikasi yang sesuai adalah model Leary.
B. Saran
Dalam tehnik komunikasi model Leary terdapat dua dimensi yang bertentangan,
diharapkan perawat dapat menyesuaikan situasi bagaimana seharusnya dia bertindak. Jika
klien dalam puncak penolakan maka perawat harus mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika
klien lansia kooperatif maka perawat dapat berfungsi sebagai teman dan guru serta tempat
mencurahkan perasaan klien.
DAFTAR PUSTAKA