Anda di halaman 1dari 41

PERCOBAAN 1

TANGKI PENGADUK

A. Tujuan Percobaan

Mempelajari karakteristik sistem pengadukan cairan dalam tangki

B. Dasar Teori

Pencampuran merupakan suatu operasi yang bertujuan untuk mengurangi


ketidaksamaan komposisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak didalam bahan itu yang
menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap lainnya, sehingga operasi
pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi pencampura. Pencampuran fasa cair
dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu pertama pencampuran antara cairan yang saling
tidak bercampur atau tercampur sebagian (immiseible) dan campuran cairan yang tercampur
(miseible).(Petrucci,1998)

Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan membaurkan Bahan-


bahan. Tujuan pencampuran adalah menghasilkan campuran bahan dengan komposisi
tertentu dan homogen,menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah diolah pada proses
selanjutnya atau menghasilkan produk akhir yang baik.Suatu proses pencampuran sangat
diharapkan terjadinya pencampuran yang baik, dimana bahan-bahan telah tercampur dengan
merata. (Anonim, 2015)

Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektifnya


pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran yang sering dikacaubalaukan itu sebenarnya tidaklah sinonim satu dengan
yang lain. Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran untuk
menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan dengan alat mekanis.
Pengadukan mengacu pada pergerakan dalam suatu material dalam bentuk spesifik.
Bagaimanapun ini merupakan suatu distribusi secara acak antara dua atau lebih tahap cairan
yang awalnya terpisah.(Anonim, 2015)

Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme perpindahan


momentum didalam aliran turbulen, pencampuran terjadi pada tiga skala yang berbeda
yaitu:

a. Pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow), disebut
mekanisme konvektif

1
b. Pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang tebentuk dan
tercampakkan didalam median aliran dikenal sebagai “eddies”

c. Pencampuran karena gerak molekul air merupakan mekanisme pencampuran yang


dikenal sebagai difusi

Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan


adalah eddy diffution. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam medan
aliran laminer.

Tangki Pengaduk

Salah satu sarana untuk pencampuran fasa cair adalah tangki pengaduk. Hal yang
penting daripada pengadukan didalam penggunannya adalah:

a. Bentuk: pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya cekung

b. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangki

c. Kelengkapannya:

- Ada tidaknya bafle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam tangki

- Jacket atau coil pendingan/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali suhu

- Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinyu

- Kelengkapan lainnya seperti tutup tangki dan sebagainya

d. Pengaduk (impeler)

Pengaduk

Pencampuran didalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi dari
pengaduk didalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan dapat
memantulkan arus eddy yang bergerak keseluruh sistem fluida tersebut. Oleh sebab
itu pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi pencampuran
fasa cair dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang baik akan diperoleh bila
diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan
mempengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya yang diperlukan. Menurut
aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:

2
a. Pengaduk aliran aksial, akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu
putaran

b. Pengaduk dengan aliran radial, akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial
dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial
menyebabkan timbulnya vorteks dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan
dengan pemasangan baffle atau cruciform baffle.

c. Pengaduk aliran campuran, merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk diatas

Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

a. Turbin, yang menimbulkan aliran arah radial dan tangensial sekitar turbin terjadi
daerah turbulensi yang kuat antar fluida

b. Propoller, yang terutama menimbulkan alirah arah aksial, arus aliran meninggalkan
pengaduk secara kontinyu melewati fluida ke suatu arah tertentu, sampai
dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki

c. Padel, yang menimbulkan alirah arah radial dan tangensial dan hampir tanpa gerak
vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah horizontal setelah mencapai
dinding akan dibelokkan ke atas atau kebawah. Bila digunakan pada kecepatan
tinggi, akan terjadi agitasi.

Disamping itu masih ada bentuk-bentuk pengaduk lain yang biasanya merupakan
modifikasi dari ketiga bentuk diatas

a. Flat Blade

b. Curved Blade

c. Pitbhead Blade

Gambar 1. Pengaduk Jenis Turbin

3
a. Standard Three Blade

b. Weedless

c. Guarded

Gambar 2. Pengaduk Jenis Propeller

a. Basic

b. Anchor

c. Glassed

Gambar 3. Pengaduk jenis Padel

Gambar 4. Pola Aliran Pada Pengaduk Jenis Propoller

Pola Aliran

Pola aliran yang terjadi dalam aliran yang diaduk tergantung pada jenis pengaduk,
karakteristik fluida yang diasuk dan ukuran serta perbandingan ukuran antara tangki,
pengaduk dan sekat.

Kecepatan partikel fluida disetiap titik dapat diuraikan dalam tiga komponen yaitu:

4
1. Komponen radial, bekerja dalam arah tegak lurus terhadap sumbu pengaduk

2. Komponen longitudinal, bekerja dalam arah sejajar sumbu

3. Komponen tangensial atau rotasional, bekerja dalam arah garis singgung lintasan
melingkar sekeliling sumbu. Aliran tangensial yang mengikuti lintasan melingkar
sekeliling sumbu, menimbulkan vorteks dipermukaan cairan. Jika tangki tidak
bersekat, maka pengaduk jenis aliran aksial maupun radial akan menghasilkan aliran
melingkar. Karena pusaran itu terlalu kuat, pola aliran akan sama saja untuk semua
jenis pengaduk, dan vorteks yang terbentuk akan mencapai pengaduk, sehingga gas
diatas permukaan akan terhisap. Hal ini umumnya diinginkan.

Ada tiga cara untuk mencegah pusaran dan vorteks:

1. Pengaduk dipasang off center atau miring

2. Pada dinding tangki dipasang sekat vertikal

3. Permukaan diffuser ring pada pengaduk jenis turnim

Waktu Pencampuran

Waktu pencampuran merupakan lamanya operasi pencampuran sehingga diperoleh


keadaan yang serba sama. Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu
pencampuran ini dipengaruhi oleh beberapa hal:

1. Yang berkaitan dengan alat, yaitu

a. Ada tidaknya bafle atau cruciform bafle

b. Bentuk dan jenis pengaduk (turbin, propeller, padel)

c. Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)

d. Laju perputaran pengaduk

e. Kedudukan pengaduk pada tangki:

- Jarak terhadap dasar tangki

- Pola pemasangannya:

• Center, vertikal

• Off center, vertikal

5
• Miring (inclined) dari atas

• Horizontal

f. Jumlah daun pengaduk

g. Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk

2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk:

a. Perbandingan kerapatan (density) cairan yang diaduk

b. Perbandingan viskositas cairan yang diaduk

c. Jumlah kedua cairan yang diaduk

d. Jumlah cairan yang diaduk (miseible, immiseible)

a. Center, vetikal

b. Off center, vertikal

c. Miring (inclined)

d. Horizontal

Gambar 5. Posisi Pengaduk pada Tangki Pengaduk

Kebutuhan Daya

Untuk melakukan perhitungan dalam spesifik tangki pengaduk telah


dikembangkan beberapa teori dan hubungan empiris. Para peneliti telah
mengembangkan beberapa hubungan empiris yang dapat untuk memperkirakan
ukuran alat dalam pemakaian yang atas dasar percobaan yang dilakukan pada skala
laboratorium. Persyaratan daripada penggunaan hubungan empiris tersebut adalah
adanya:

6
a. Kesamaan geometris, yang menentukan kondisi batas peralatan artinya bentuk
kedua alat harus sama dan perbandingan ukuran geometris berikut ini sama untuk
keduanya

𝐷𝑡 𝐶 𝐽 𝑆 𝑊 𝐻
; ; ; ; ;
𝐷 𝐷 𝐷 𝐷 𝐷 𝐷
b. Kesamaan dinamika dan kesamaan kinetik, yaitu terdapat kesamaan harga
perbandingan antara gaya yang bekerja disuatu kedudukan (gaya viskositas
terhadap gaya gravitasi, gaya inersi terhadap gaya viskositas)

c. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan daya (power) P untuk pengadukan adalah


diameter pengaduk (D), kekentalan cairan, kecepatan cairan, medan gravitasi (g)
dan laju putar pengaduk (N). Maka secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

P = f(D, π, ρ, g, N)

Bila dianggap hubungan besaran-besaran tersebut seperti persamaan berikut:

P = K(D, π, ρ, g, N)

Dimana K adalah konstanta dengan analisa dimensi dimana dimensi yang digunakan
adalah:

M = massa

L = panjang

T= waktu

Maka:

𝑀𝐿2 3
𝑀 𝑏 𝐿 𝑐 𝑀 𝑓 1 𝑔
( ) = 𝐿 ( ) ( 2) ( 3) ( )
𝑇3 𝐿𝑇 𝑇 𝐿 𝑇

Dengan menyelesaikan persamaan tersebut diatas maka diperoleh


−𝑏 −𝑐
𝑃 (𝐷2 𝑁𝜌) 𝐷𝑁 2 𝜌
= 𝐾[ ] ( )
𝐷5 𝜌𝑁 3 𝜋 𝑔

Dimana:
𝑃
disebut power number = Npo
𝐷 5 𝜌𝑁 3

(𝐷 2 𝑁𝜌)
[ ] disebut Reynold Number = NRe
𝜋

7
𝐷𝑁 2 𝜌
disebut Froude Number = NFr
𝑔

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Peralatan tangki pengaduk lengkap
2. Bahan
a. Air

D. Prosedur Percobaan
1. Mengukur diameter dalam tangki dan diameter pengaduk.
2. Kemudian dimasukkan air dengan volume tertentu kedalam tangki tanpa buffle
kemudian di ukur tinggi cairan.
3. Pengaduk dimasukkan kedalam tangki lalu alat dikalibrasi dengan waktu tertentu.
Kemudian bahan dimasukkan kedalam tangki dan dicatat daya dan putarannya.
4. Prosedur diatas diulangi dengan menggunakan tangki dengan buffle.

E. Hasil Pengamatan

Diketahui :

Din =28 cm

Tebal = 0,4

D = 28 cm - (2.0,4)

= 28 – (0,8)

N = 0,86 rpm/s

ρ = 1 Kg/m2

π = 3,14

𝐷2 𝑁 𝑃
𝑁𝑅𝑒 =
π
27,22 .0,86.1 𝑘𝑔/𝑚2
= 3,14

739,84. 0,86. 1𝑘𝑔/𝑚2


=
3,14

8
= 202,631

Re <2100 (aliran laminar)

= 202,631 (laminar)

F. Pembahasan

Pada praktikum kali ini mengenai Tangki Berpengaduk disusun satu set alat
berpengaduk terlebih dahulu. Kemudian memasukkan fluida cair berupa air kedalam tangka
tersebut sebanyak 1 liter, lalu putar pengaduk dengan kecepatan tertentu (100, 200, dan 300
rpm).setelah di nyalakan kemudian diamati pola aliran dalam tangki. Kemudian dihitung
𝐷2 𝑁 𝑃
untuk mencari pola aliran tersebut dengan menggunakan rumus 𝑁𝑅𝑒 = π
Kemudian dapatkan hasil aliran laminar. aliran laminar merupakan suatu aliran fluida
yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak
berpotongan satu sama lain. Alirannya relatief mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak
sejajar (laminar) & mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida. Aliran laminar merupakan
suatu aliran fluida tanpa arus turbulent ( pusaran air ). Partikel fluida mengalir atau bergerak dengan
bentuk garis lurus dan sejajar. Laminar adalah ciri dari arus yang berkecepatan rendah, dan partikel
sedimen dalam zona aliran berpindah dengan menggelinding (rolling) ataupun terangkat (saltation).
Pada laju aliran rendah, aliran laminer tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang
aliran. Aliran laminer mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300.

Jenis Baling-baling yang digunakan adalah baling-baling jenis propeller. Propeler


merupakan agitator/impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas
rendah. Propeler kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh, yaitu 1150 atau 1750
putaran/menit, sedang propeler besar berputar pada 400-800 putaran/menit. Arus yang
meninggalkan propeler mengalir melalui zat cair menurut arah tertentu sampai dibelokkan
oleh lantai atau dinding bejana. Jenis yang paling banyak dipakai adalah propeler kapal
berdaun tiga, sedang propeler berdaun empat, bergigi, atau dengan rancang lain digunakan
untuk tujuan-tujuan khusus. Selain itu, kadang dua atau lebih propeler dipasang pada satu
poros, biasanya dengan arah putaran yang sama. Namun, bisa juga dipasang dengan arah
yang berlawanan, atau secara tolak/tarik sehingga menciptakan zone fluida yang sangat
turbulen di antara kedua propeler tersebut.

Sedangkan yang di dapatkan pada praktikum kali ini dengan menggunakan baling-
baling propeller adalah aliran jenis laminer, disini mungkin tidak sesuai dengan pengertian
dari aliran yang dihasilkan daripada baling-baling propeller, mungkin saja masalah tersebut
dikarenakan karena penggerak baling-baling sangat rendah sehingga hanya didapatkan hasil
yang tidak sesuai dengan pengertian tersebut.

9
G. Kesimpulan

Dalam proses kimia khususnya dalam zat cair atau fase cair, pengadukan merupakan
salah satu cara di dalam proses pencampuran komponen untuk mendapatkan hasil yang
diniginkan. Percobaan ini ditujukan untuk memperkenalkan suatu cara melaksanakan suatu
proses pengadukan dan menunjukkan pengaruh beberapa variabel operasi dari pengadukan
itu sendiri terhadap kerja system dalam operasi yang akan dilaksanakan.

10
Daftar Pustaka

Coulson dan Richardson, “Chemical Engineering”, Volume 2 Mc Cabe and Smith, “Unit
Operation of Chemical Engineering”, Erlangga, Tahun 1990.
Penuntun Praktikum Operasi Teknik kimia, Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Universitas Muslim Indonesia, makassar, 2012.

11
PERCOBAAN II
HEAT EXCHANGER

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui prinsip kerja Alat Penukar Kalor dan mempelajari karakteristik yang
dihasilkan dari perpindahan kalor antara fluida panas dan fluida dingin.
B. DASAR TEORI
Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam proses
industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida panas menuju
fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan mendinginkan
fluida. Sebelum fluida masuk ke reaktor, biasanya fluida dimasukan terlebih dahulu ke
dalam alat penukar kalor agar suhu fluida sesuai dengan spesifikasi jenis reaktor yang
digunakan. Di dunia industri, heat exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam
berbagai unit operasi, misalnya dalam industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan,
industri makanan-minuman dan lain-lain.
Percobaan dalam skala kecil (skala laboratorium) ini dimaksudkan agar praktikan
lebih memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan berbagai macam
hal yang menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini dapat diterapkan pada skala
yang lebih besar, yaitu skala industri.
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah hal yang
sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat berlangsung lewat tiga
cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri berlainan adanya. Adapun
perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:
1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi
2. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.
3. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.
Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi
dengan satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung.

12
Bagaimanapun satu karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase panas ke
fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan oleh solid boundary (Foust, 1980).

Beberapa jenis heat exchanger :

1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)

Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang ditunjukkan
pada gambar 1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada gambar 1 mengalir dari
titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang mengalir di dalam pipa. Cairan yang
mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat
dari pipa yang panjang dan dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe
heat exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran
yang kecil (Geankoplis, 1983).

Gambar 1. Aliran double pipe heat exchanger

13
Gambar 2. Hairpin heat exchanger

(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk extreme
temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface area yang
moderat (range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchanger tersedia dalam :

- Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell (multitube),
- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
- Straight tubes,
- Fixed tube sheets
Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan dan dipasang
pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas permukaan panas yang besar.
Ukuran standar dari tees dan return head diberikan pada tabel 1.

Tabel 1. double Pipe Exchanger fittings

Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS

3 1¼

2½ 1¼

3 2

(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

14
Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang efektif,
panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi perpindahan panas
dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the exchanger section. (Kern, 1983).

Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran dalam type
heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana aliran fluida panas ada
pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe

Gambar 3 Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes)
maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang. Sedangkan
pada aliran counter current, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam annulus
masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar 5.

Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes)
maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang. Sedangkan
pada aliran counter current, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam annulus
masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar 5.

15
Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes) maupun yang
di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang. Sedangkan pada aliran counter
current, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam annulus masing-masing mempunyai
cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar 5.

Gambar 4. Double-pipe heat exchangers in series

Gambar 5. Double-pipe heat exchangers in series–parallel

16
Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:

a Keuntungan
1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat exchanger untuk
shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat transfer coefficient.
2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface area permukaan
untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.

3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan dengan
konstruksi pipa-U

4 Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.

b Kerugian
1 Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak dibangun untuk
industri standar dimanapun selain ASME code.

2 Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan single shell
dan tube heat exchanger.
3. Desain penutup memerlukan gasket khusus. (Kern, 1983)

2. Shell And Tube Heat Exchanger

Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan relatif tinggi,
yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu annulus dengan rangkaian
tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida mengalir di selongsong
maupun di annulus sehingga terjadi perpindahan panas antara fluida dengan dinding annulus
misalnya triangular pitch dan square pitch (Anonim1, 2009).

Gambar 6. Shell and Tube, (a) Square pitch dan (b) Triangular pitch

17
Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan pressure drop-
nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida) .

(Kern, 1983).

Gambar 7. shell and tube heat exchanger

Keuntungan dari shell and tube:

1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan bentuk atau
volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis material yang
digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.
5. Mudah membersihkannya.
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.
8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti (diketahui oleh para
operator yang berlatar belakang pendidikan rendah).
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu kesatuan yang utuh,
sehingga pengangkutannya relatif gampang (Sitompul,1993).

18
Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin besar jumlah lewatan
maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin sulit perawatannya. (Kern, 1983).

3. Plate Type Heat Exchanger

Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti stainless steel atau
tembaga. Plate dibuat dengan design khusus dimana tekstur permukaan plate saling
berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit antara dua plate yang berdekatan.
Jika menggabungkan plate-plate menjadi seperti berlapis-lapis, susunan plate-plate tersebut
tertekan dan bersama-sama membentuk saluran alir untuk fluida. Area total untuk perpindahan
panas tergantung pada jumlah plate yang dipasang bersama-sama seperti gambar dibawah

Gambar 8. Plate type heat exchanger dengan aliran countercurrent

(Allan, 1981).

4. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer

Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki air panas,
instrumen untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin dalam vessel dipanaskan
dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida panas. Pengaduk dan baffle disediakan
untuk proses pencampuran isi vessel. Volume isi tangki dapat divariasikan dengan pengaturan
tinggi pipa overflow. Temperatur diukur pada inlet dan outlet fluida panas, vessel inlet dan isi
vessel

19
Gambar 9. Skema Dari Jacketed Vessel With Coil And Stirrer

(Tim Dosen Teknik Kimia, 2009)

C. ALAT DAN BAHAN


1) Alat
- Seperangkat alat Heat Exchanger Type Double Pipe
- Cooler
- Pompa

2) Bahan

- Air panas

- Air dingin

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menghidupkan pompa
2. Memanaskan fluida air dengan menggunakan heater hingga 100⁰C
3. Catat dan ukur temperatur air dingin
4. Pompakan fluida air dingin terlebih dahulu
5. lalu pompakan air panas masuk
6. ukur dan catat suhu air dingin dan panas yang keluar setelah melewati heat exchanger
7. Mematikan peralatan penuakr kalor
8. Hitung Lmtd dan panasnya

20
E. HASIL PENGAMATAN

T air panas Masuk = 50⁰C T air dingin Masuk = 28⁰C

T air panas Keluar = 44⁰C T air dingin Keluar = 30⁰C

∆T1 = 50⁰C - 30⁰C = 20⁰C

∆T2 = 44⁰C - 28⁰C = 16⁰C

∆𝑇1− ∆𝑇2
Lmtd = ∆𝑇1
𝐿𝑛 ( )
∆𝑇2

200 C −16⁰C
= 20 = 17,93⁰C
𝐿𝑛 ( )
16

Q = m x c x ∆T m=vxp

= 4,5 x 4,186 x (16⁰C - 20⁰C) = 4,5 x 1

=-75,348 ( - karena melepaskan kalor) = 4,5

F. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini kami melakukan praktikum “Shell and Tube Heat Exchanger”
yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami cara kerja dari alat penukar panas ini,
menghitung koefisien pindah panas keseluruhan menggunakan persamaan neraca energi dan
persamaan empiris, menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang
diterima fluida, dan pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan.
Penukar panas ini terdiri dari satu bundle pipa (tube) yang dipasang parallel dan
ditempatkan dalam sebuah cangkang (shell) dan dipasang buffle atau sekat untuk
meningkatkan efisiensi. Prinsip kerja dari peralatan ini yaitu aliran panas mengalir melalui
tube dan aliran dingin mengalir melalui shell.

21
Dari perhitungan dapat dilihat bahwa dengan memvariasikan laju alir panas maka
semakin besar laju alir panas semakin besar pula koefisien pindah panas keseluruhan dan
semakin besar pula efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang diterima
fuida semakin besar. Panas yang dilepas oleh fluida panas dan panas yang diterima oleh
fluida dingin semakin besar dengan semakin meningkatnya laju alir panas, namun panas yang
dilepas selalu lebih besar dibandingkan dengan panas yang diterima, hal ini berarti ada energi
yang hilang. Hasil tersebut sama seperti teori.
Perhitungan koefisien pindah panas menggunakan neraca energi dan empiris
seharusnya sama, namun pada praktikum kali ini didapat berbeda, hal ini disebabkan
peralatan shell and tube harusnya digunakan untuk menukar panas dengan suhu aliran panas
dan suhu aliran dingin yang tinggi. Selain itu, dimungkinkan juga adanya kerak pada alat
tersebut sehingga mehambat perpindahan panas yang terjadi.

Shell and tube merupakan salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri atas suatu
bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang ). Jenis shell and tube yang digunakan adalah 1-2 exchanger. Artinya alat penukar
panas ini memiliki 1 arah aliran pada shell, dan 2 arah aliran pada tube. Kedua ujung pipa
tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan
effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang
sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu
tinggal ( residence time ), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi
dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya
harus diatur. Pada praktikum ini jenis aliran yang digunakan adalah counter currrent, dimana
dua fluida mengalir dengan temperature awal yang berbeda pada kondisi masukan dan
keluaran yang berlawanan. Fluida panas mengalir melalui shell sedangkan fluida dingin
mengalir sepanjang tube.

22
Pada praktikum shell and tube heat exchange ini bertujuan untuk menghitung
koefisien pindah panas keseluruhan dengan menggunakan rumus neraca energi dan
persamaan empiris, serta menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor
yang diterima fluida. Untuk mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah
panas. Pada praktikum kali ini pengamatan dilakukan pada laju alir dingin tetap dengan
berbagai variasi laju alir panas.

Percobaan berikutnya yaitu mengamati perubahan laju alir terhadap perpindahan


panas, dengan laju alir panas dan dingin tetap. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa
semakin tinggi laju alir panas, panas yang diberikan/dilepas fluida panas dan panas yang
diterima/diserap fluida dingin semakin tinggi juga, namun panas yang dilepas selalu lebih
besar dibandingkan dengan panas yang diserap, atau dengan kata lain ada energi yang hilang,
sedangkan menurut teorinya atau idealnya energi yang diberikan dalam perpindahan panas
harus sama dengan energi yang diterima. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
diprediksi adanya kerak atau karat dalam alat shell and tube sehingga menghalangi
perpindahan panas.

G. KESIMPULAN

 Prinsip kerja dari shell and tube ini adalah air panas mengalir melewati tube
sedangkan air dingin melewati shell.
 Dengan meningkatnya laju alir panas maka efisiensi pindah panas dari kalor yang
dilepas dan kalor yang diterima fuida semakin besar.

 Semakin besar laju alir air panas, semakin besar pula koefisien perpindahan panas.

 Semakin tinggi laju alir panas, panas yang diberikan/dilepas fluida panas dan panas
yang diterima/diserap fluida dingin semakin tinggi juga, namun panas yang dilepas
selalu lebih besar dibandingkan dengan panas yang diserap, atau dengan kata lain ada
energi yang hilang,

23
DAFTAR PUSTAKA
Hambali, Desnata dan Harto Tanujaya. 2006. Buku Panduan Praktikum Prestasi Mesin.
Jakarta: Universitas Tarumanagara.
Sitompul, T.M, 1993, Alat Penukar Kalor, Citra Niaga Rajawali, Jakarta.
Tim Dosen Teknik PS Kimia, 2009, Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia 2, Program
Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Lambumg Mangkurat,
Banjarbaru

24
PERCOBAAN III
ALIRAN FLUIDA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aliran fluida merupakan salah satu fenomena yang dapat ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Aliran air di sungai, aliran gas pada turbin hingga aliran darah
pada pembuluh darah merupakan beberapa contoh dari fenomena aliran fluida. Melihat
cakupan yang sangat luas dari fenomena aliran fluida tersebut, potensi untuk diadakannya
penelitian terhadap fenomena ini juga sangat besar. Banyak sekali peneliti yang
melakukan berbagai macam penelitian tentang fenomena aliran fluida. Mulai dari
penelitian terhadap jenis zat yang mengalir, tempat fluida mengalir hingga beberapa
kondisi khusus pada aliran fluida. Hingga saat ini, permasalahan yang muncul pada
penelitian tentang aliran fluida mulai kompleks. Oleh karena itu, didukung dengan
perkembangan teknologi yang semakin maju, para peneliti mulai mengembangkan dan
membuat metode-metode baru dalam pemecahan masalah aliran fluida yang kompleks.
Dalam pabrik kimia, tranportasi fluida(cairan atau gas) dapat dikatakan selalu
terjadi. Transportasi fluida di pabrik umumnya dilaksanakan dengan saluran tertutup
(closed channel), dengan saluran berupa pipa. Sebagai gambaran pentingnya masalah
transportasi fluida, biaya pemipaan bias mencapai 40% dari harga alat pabrik. Untuk itu,
tentunya peralatan transportasi fluida perlu diperhitungkan dengan seksama. Teori aliran
fluida menjadi teramat penting dalam teknik kimia.
Diantara peralatan transportasi fluida, pompa, kran, alat ukur alir (orificemeter dan
floatmeter) teramat penting. Percobaan ini akan mempelajari karakterisitik pompa, kran,
orificemeter dan floatmeter.

25
1.2 Tujuan Percobaan

1.Membuat grafik hubungan debit dan head pompa

2. Membuat grafik hubungan panjang ekialen kran (Le) dengan derajat pembukaan kran

3.Membuat grafik hubungan antara Co dengan bilangan Reynold orificemeter

4.Membuat grafik hubungan antara debit aliran dengan tinggi float.

26
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Dua konsep dasar yang selalu dipakai dalam perhitungan fluida adalah :

1. Kontinuitas aliran (neraca massa)

Berdasar Neraca Massa dapat diperoleh persamaan :

minput = moutput

dengan m adalah laju alir massa (massa/waktu). Dapat pula ditulis :

(A.v.ρ)input = (A.v.ρ)output

Dengan A adalah luas penampang aliran pipa, v adalah kecepatan rata-rata aliran dan ρ

adalah rapat massa fluida. Jika fluida incompressible maka ρ tetap sehingga bias dicoret.

Jika ukuran pipa sama, maka A bias dicoret.

2. Neraca energi mekanis (Persamaan Bernoulli)

Neraca energi mekanis untuk sistem aliran cairan berbentuk :

𝑃1 𝑣12 𝑃2 𝑣22
+ 𝑧1 + − 𝐹 − 𝑊𝑠 = + 𝑧2 +
𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔

𝑓𝐿𝑒 𝑣 2
𝐹=
2𝑔𝐷

F = f (Re) ( tersedia grafik, missal di buku Brown)

𝜌𝑣𝐷
𝑅𝑒 =
𝜋

27
Dalam hal ini : P = tekanan, ρ = rapat massa cairan, g = percepatan gravitasi, z = jarak

antar pipa, v = kecepatan, F = friction head, Ws = work head, Re = bilangan Reynold, π

= viskositas cairan. Neraca energi mekanis tersebut bias dikenakan untuk pompa, kran.

Orificemeter dan floatmeter.

Jika tekanan sebelum dan sesudah pompa dapat diukur maka –Ws (head pompa) dapat

dihitung.

2.1.1 Pompa

Untuk titik-titik sebelum dan sesudah pompa, dapat diasumsi z1 = z2, v1 = v2 (jika kran

pipa sebelum dan sesudah pompa sama), sehingga diperoleh :

𝑃1 𝑃2
− 𝑊𝑠 =
𝜌𝑔 𝜌𝑔

𝑃1 − 𝑃2
−𝑊𝑠 =
𝜌𝑔

Jika tekanan sebelum dan sesudah pompa dapat diukur maka –Ws (head pompa dapat

dihitung).

2.1.2Kran

Untuk titik-titik sebelum dan sesudah kran, dapat diasumsi z1 = z2, -Ws = 0, v1 = v2

sehingga diperoleh :

𝑃1 𝑃2
−𝐹 =
𝜌𝑔 𝜌𝑔

𝑃1 − 𝑃2
−𝐹 =
𝜌𝑔

𝑓. 𝐿𝑒. 𝑣 2 𝑃1 − 𝑃2
=
2𝑔𝐷 𝜌𝑔

28
𝑓. 𝐿𝑒. 𝑣 2 𝑃1 − 𝑃2
=
2𝐷 𝜌

Jika beda tekanan sebelum dan sesudah kran dapat diukur, maka panjang ekivalen kran

dapat dihitung (Le). Panjang ekivalen kran adalah panjang pipa lurus yang memberikan

gesekan terhadap aliran dengan yang diberikan kran. Nilai panjang ekivalen ini

tergantung derajat pembukaan kran.

2.1.3 Orificemeter

Skema orificemeter (alat ukur debit aliran) adalah seperti gambar berikut :

1 2

Jika pipa dipasang penghalang yang tengahnya berlubang. Dengan adanya penghalang

tersebut luas penampang aliran menyempit (A2<A1), sehingga kecepatan aliran 1

berbeda dengan di 2. Akibatnya tekanan di 1 berbeda dengan di 2. Tekanan di 2 tidak

dapat diukur tepat tempatnya, tetapi bias didekati dengan tekanan sedikit dibelakang

penghalang.

Persamaan Kontinuitas aliran :

𝜌1 𝐴1 𝑣1 = 𝜌2 𝐴2 𝑣2

Karena ρ1 = ρ2, maka :

𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2

𝐴2
𝑣1 = 𝑣
𝐴1 2

29
Neraca energi mekanis dengan anggapan z1 = z2, F = 0,W = 0 menghasilkan :

𝑃1 𝑣12 𝑃2 𝑣22
+ = +
𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔

𝑃1 1 𝐴2 2 2 𝑃2 𝑣22
+ ( ) 𝑣2 = +
𝜌𝑔 2𝑔 𝐴1 𝜌𝑔 2𝑔

2(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑣2 =
√ 𝐴 2
𝜌 [1 − (𝐴2 )]
1

Debit aliran bisa dihitung sebagai :

𝑄 = 𝐴2 𝑣2

2(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑄 = 𝐴2
√ 𝐴 2
𝜌 [1 − (𝐴2 )]
1

Rumus tersebut perlu dikoreksi (factor koreksi = coefficient or discharge = Co), karena P2

tidak dikur tepat pada lubang orifice dan pada prakteknya gesekan (F), sehingga diperoleh

2(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑄 = 𝐶𝑜𝐴2
√ 𝐴2 2
𝜌 [1 − (
𝐴1 )]

Maka P1 dan P2 dapat diukur, maka nilai Co bisa dihitung.

2.1.4 Floatmeter

Floatmeter adalah alat ukur debit aliran dengan sketsa prinsip seperti tergambar.

30
Cairan mengalir ke atas lewat tabung yang luas penampanganya makin ke atas makin besar.

Dalam tabung terdapat padatan (float) yang jika tak ada cairan akan tenggelam. Akibat,

adanya aliran, float akan naik. Jika debit aliran makin besar, luas celah yang dibutuhkan

untuk alian makin besar, sehingga posisi float akan makin tinggi (diameter tabung makin

ke atas makin besar). Jadi ada hubungan antara debit aliran dan posisi ketinggian float. Hal

ini bisa dimanfaatkan untuk alat ukur debit aliran.

31
BAB III

RANCANGAN PERCOBAAN

3.1 Percobaan

3.1.1Bahan

Air dan air raksa untuk pengisi manometer pengukur beda tekanan

3.2 Alat

Rangkaian alat percobaan ditunjukkan secara skematis pada gambar berikut :

3.3 Jalannya Percobaan

Dibuat sistem aliran seperti pada gambar diatas. Debit diatur dengan kran dan kran

sirkulasi. Debit air pada tangki diukur dengan mengukur jumlah air yang lewat dengan

gelas ukur dan mengukur waktu yang diperlukan. Debit air pada tangki adalah volume

dibagi waktu. Beda tinggi kolom air pada pompa, kran dan orificemeter dicatat, demikian

pula posisi ketinggian float. Percobaan dilakukan berulang-ulang dengan debit aliran

yang dibuat berbeda. Diameter dalam pipa dna diameter orifice diamati pula.

3.4 skema alat

Rangkaian alat yang digunakan dalam percobaan ini dapat dilihat pada gambar dibawah

32
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Keran yang di Waktu Air Keluar Debit air
Buka (Detik) (mL) (mL/S)

1. 5 180 ml 36
175 ml 35
168ml
33,6

2. 10 360 ml 36
350 ml 35
336 ml
33,6

3. 15 660 ml 44
610 ml 40,66
550 ml
36,66

34
4.2 Pembahasan
Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan Fluida. Cairan adalah

salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat padat. Letak partikelnya

lebih merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas juga merupakan fluida

yang interaksi antar partikelnya sangat lemah sehingga diabaikan.

Fluida dapat ditinjau sebagai system partikel dan kita dapat menelaah sifatnya dengan

menggunakan konsep mekanika partikel. Apabila fluida mengalami gaya geser maka akan

siap untuk mengalir. Kita sudah mengamati fluida dimana air yang berada di dalam tempat

yang di sedot menggunakan mesin dan kami menggunakan tiga buah pipa yang berbeda

ukuranya itu kecil, sedang dan besar. Berdasarkan uraian diatas, maka pada laporan ini akan

dibahas mengenai fluida juga menentukan aliran laminar, turbulen dan transisi dalam pipa,

menghitung debit dalam pipa.

Fluida memiliki karakteristik tersendiri. Dalam hal ini adalah air (H2O), seperti yang

kita ketahui air akan menempati ruang yang kosong. Sifat fluida jugamengalir dari tempat

yang tinggi ketempat yang rendah dengan percepatan gravitasi. Air juga dapat dipompakan

dari tempat yang rendah ketempat yang tinggi dengan bantuan mesin, dalam hal ini air akan

dikenakan gaya hisap dari pompa dan kemudian akan didorong keatas berlawanan arah

dengan gaya gravitasi. Air juga dapat dikonversikan kedalam bentuk uap yaitu dengan cara

dipanaskan.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini mahasiswa mampu mengetahui debit aliran air dengan

mengetahui perbandingan antar tekanan yang dipengaruhi oleh keran air dan juga

mengetahui pengaruh perbedaan tekanan terhadap kecepatan alir dan debit

5.2 Saran

Kami sebagai praktikan akan memberikan saran, apabila praktikum sedang

berlangsung harap untuk fokus kepada percobaan yang sedang diuji dan tidak bermain-main

apabila praktiikum sedang berlangsung.

36
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C. J., 2003, Transport Process and Separation 4th edition, USA: Prentice
Hall (halaman 90 – 107; 136 – 149)
SOLTEQ, Fluid Friction Measurements Apparatus Model : FM 100, Equipment for
Engineering Education & Research, 2011

37
PERCOBAAN IV

SEDIMENTASI

A. Tujuan

Mengetahui cara kerja alat sedimentasi

B. Dasar Teori

Banyak metoda pemisahan secara mekanik didasarkan pada pergerakan partikel solid
atau tetesan liquid dalam fluida. Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk
(distorsi) secara permanen, dapat berupa gas atau cairan baik dalam keadaan diam ataupun
bergerak. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka didalam fluida itu
akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu meluncur diatas yang lain hingga
mencapai bentuk yang baru. Selama perubahan bentuk itu terdapat tegangan geser (shear
stress) yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju luncur. Tetapi bila fluida itu
sudah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser itu akan hilang. Fluida yang
dalam keseimbangan itu bebas dari segala tegangan geser. Pada suatu suhu dan tekanan
tertentu setiap fluida mempunyai densitas atau rapatan (density) tertentu yang dalam praktek
keteknikan biasanya diukur dalam pound per cubic foot atau dalam kilogram per meter kubik.

(Geankoplis,1980)

Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuranpadatan dan cairan


(slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurryyang lebih pekat konsentrasinya).
Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang terjadi pada butiran
tersebut. Dalam filtasi partikel zat padat dipisahkan dari slurry dengan kekuatan fluida yang
berada pada medium filter yang akan menghalangi laju lintas partikel zat padat. Dalam

38
proses pengendapan dan proses sedimentasi partikel dipisahkan dari fluida oleh gaya
aksi gravitasi partikel. Pada beberapa proses, pemisahan serta sedimentasi partikel dan
pengendapan bertujuan untuk memisahkan partikel dari fluida sehingga fluida bebas
dari konsentasi partikel. ( Cristie geankolplis, tahun : 815-816)

C. Alat dan Bahan

1. Alat
a. peralatan sedimentasi sederhana
b. tabung klarifikasi
c. pompa

2. Bahan

a. air
b. caco3
c. kertas saring
D. Prosedur Percobaan

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Ditimbang kertas saring yang masih dalam keadaan kosong
3. Ditimbang caco3 sebanyak 100 gram serta disiapkan air sebanyak satu liter
4. Diaduk air dan caco3 dalam wadah, setelah bercampur pompakan melalui
peralatan sedimentasi sdeerhana menuju tabung klarifikasi
5. Setelah 5 menit ambil sample larutan dalam tabung klarifikasi
6. Di Saring larutan menggunakan kertas saring.
7. Keringkan padatan yang tersisa di kertas saring, setelah itu timbang.

39
E. Hasil Pengamatan

1. Hasil analisa
a) Berat kertas filter saring : 0,62 gram
b) Berat CaCo3 : 150 gram
c) Berat sampel + kertas filter : 14,4 gram
d) Massa sampel yang keluar : 31 ml

F. Pembahasan

Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang tersebar atau


tersuspensi dalam cairan karena pengaruh gaya berat ,gaya apung,dan gaya geser sehingga
cairan jenuh dapat dipisahkan dari zat padat yang mengendap di dasarnya

Pada praktikum kali ini membahasan mengenai proses sedimentasi CaCo3,


Menggunakan air kapur dengan konsentrasi 150gr/l. Hasilnya diperoleh nilai Vt dan Nilai VI
yang semakin kecil.Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi maka jumlah
pengendapan akan semakin besar sehingga kecepatan pengendapan akan semakin kecil.

G. Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari praktikum ini kita dapat mengetahui cara penggunaan
alat sedimentasi, yg dimana sedimentasi adalah pemisahan padatan dari cairan
menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan solid. Proses
sedimentasi biasanya dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi, dimana
koagulasi merupakan proses penambahan bahan kimia kedalam cairan yg akan diolah
membnetuk gumpalan, sedangkan flokulasi merupakan proses dimana gumpalan di
aduk untuk mempercepat pembentukan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Brown,G.G.,1990, Unit Operation, Mc. Graw-Hill, Allyn and Bacon. Inc, United

States of America.

Hesse, H.C., Process Equipment Design, D. Van Nost-Trand Company. Inc ,

Princeton, New Jersey.

41

Anda mungkin juga menyukai