Anda di halaman 1dari 54

PROFIL PUSKESMAS

BINGIN TELUK TAHUN 2018

KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA


KECAMATAN RAWAS ILIR
VISI DAN MISI PUSKESMAS BINGIN TELUK

VISI
TERWUJUDNYA PELAYANAN KESEHATAN YANG BERMUTU DANMERATA
MENUJU BINGINTELUK SEHAT, MANDIRI DAN BERWAWASAN

MISI
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Bermutu dan Menjangkau Seluruh
Lapisan Masyarakat
2. Malaksanakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kesehatan Guna
Mendorong Kemandirian Masyarakat dalam pembangunan kesehatan dan
berprilaku hidup bersih dan sehat
3. Melaksanakan Manajemen Puskesmas Yang Transparan Dan Menjalin Kerja
Sama Lintas Sektor dalam membangun wilayah yang berwawasan
kesehatan

MOTTO PUSKESMAS BINGIN TELUK


“Disiplin Dalam Bekerja Prima Dalam Pelayanan”

TATA NILAI DAN BUDAYA KERJA PUSKESMAS BINGIN TELUK


P : Profesional dalam bekerja mengutamakan kesehatan dan
keselamatan pasien
E : Etika dijunjung tinggidan berlaku sopan santun serta ramah
tamah
T : Transparan dengan tidak mengutamakan kepentingan
Pribadi diatas kepentingan bersama
I : Ikhlas memberikan pelayanan sepenuh hati
R : Rajin dalam bekerja dan senantiasa menambah
pengetahuan danwawasan
STRATEGI KESEHATAN PUSKESMAS
S : Sehat dengan cek kesehatan rutin
E : Energik dengan makanan sehat bernutrisi
G : Gagah hidup tanpa merokok
A : Aman tanpa narkoba dan psikotropika
R : Rajin berolah raga dan aktivitas fisik

JANJI PELAYANAN PUSKESMAS


1. Memberikan pelayanan dengan adil setulus hati kepada masyarakat tanpa
mengharap imbalan
2. Menyelesaikan pelayanan dan pelaporan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan

KEBIJAKAN MUTU PUSKESMAS


Senantiasa meningkatkan mutu dan kinerja Puskesmas untuk kepuasan
Masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat sehat, mandiri dan
berwawasan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan profil FKTP Puskesmas Bingin Teluk
tahun 2018 sebagai sarana untuk melaporkan hasil kegiatan Puskesmas selama ini.
Profil ini kami buat sebagai indicator SPM Puskesmas dengan tujuan untuk menyusun
hasil kegiatan kami dan untuk mengevaluasi /menilai sejauh mana tingkat keberhasilan selama
satu tahun yang telah berjalan,dan kami akan menggunakan sebagai pedoman untuk
perencanaan kegiatan di tahun 2018. Dengan harapan di tahun yang akan datang bisa
memperoleh hasil yang lebih baik dari tahun 2018.
Secara garis besar profil Puskesmas Bingin Teluk kami susun dengan berusaha mengacu
pada konsep wilayah ,dalam hal ini per desa dengan melibatkan petugas penanggung jawab
desa,bidan desa,maupun Puskesmas Pembantu serta Forum Komunikasi Masyarakat Bingin
Teluk Peduli Kesehatan dan kami mengakses data dari penanggung jawab program sebagai
sarana penambahan dan sinkronisasi, sementara untuk data cakupan dari unit pelayanan
kesehatan di luar Puskesmas berusaha kami himpun dengan segala keterbatasan infrastruktur
dan perangkat hukum yang ada.
Harapan kami mudah-mudahan profil ini member manfaat, secara khusus terdapat
beberapa harapan yang tertuang dalam laporan kegiatan,antara lain :
1. Diharapkan hasil akhirnya akan muncul potret kinerja berupa laporan tahunan pada
setiap desa di wilayah FKTP Puskesmas Bingin Teluk yang merupakan indicator out put.
2. Dapat lebih memudahkan proses penetapan diagnosa komunitas dan penyusunan SKW
serta RPK pada setiap desa tahun 2018.
3. Analisa hasil kegiatan pada setiap desa tersebut diharapkan dapat mempermudah
penentuan langkah-langkah pemecahan masalah pada setiap indicator kegiatan yang
dilakukan di desa pada tahun2018.
4. Output dari proses manajemen tersebut diharapkan dapat mencerminkan
kesinambungan antara :
a. Laporan tahunan per desa tahun 2018 dengan penjabaran perbulan
b. Laporan tahunan per desa tahun 2018
c. Laporan tahunan FKTP Puskesmas Bingin Teluk tahun 2018
d. Diagnosa komunitas tiap desa tahun 2018
e. Diagnosa komunitas FKTP Puskesmas Bingin Teluk 2018
f. Sub system kesehatan wilayah tiap desa
g. System kesehatan wilayah kesehatan kecamatan Rawas Ilir
h. Rencana strategis FKTP Puskesmas Bingin Teluk 2017-2021
Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih serta rasa hormat atas segala jeri payah seluruh
staf Puskesmas Bingin Teluk,serta atas bimbingan kepala bidang Kepala Seksi dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Musi Rawas Utara dalam penyusunan profil ini.
Kami menyadari bahwa walaupun sudah kami usahakan semaksimal mungkin
memenuhi petunjuk dari Dinas Kesehatan namun profil ini masih banyak kekurangan serta
kelemahan,untuk itu kami berharap adanya saran dan masukan yang bersifat membangun dari
semua pihak.
Demikianlah profil Puskesmas Bingin Teluk tahun 2018 ini dibuat, semoga profil ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Beringin Makmur II, 30 Desember 2018


Kepala UPT Puskesmas Bingin Teluk

dr. Lucky Sandi Centaury


NIP. 19890426 201403 1 002
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (FKTP)
memiliki kekhususan dibandingkan dengan FKTP lainya (Klinik Pratama, Tempat Praktik
Perseorangan, Dan lain-lain). Ada beberapa hal yangmerupakan kekhususan dari Puskesmas
antara lain melaksanakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan memiliki konsep wilayah.
Dengan kekhususan ini tentu di perlukan manajemen yang baik di dalam mengelolah seluruh
upaya yang dilakukan, seliruh potesi dan sumber daya, yang akan berbeda dengan FKTP lainnya.
Kondisi tersebut telah diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan no 75 tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
Puskesmas adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya Promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk.
Puskesmas bertugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut Puskesmas berfungsi
sebagai penyelenggara UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk.
Fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dan
pusat pemberdayaan masyarakat sebagaimana yang terdapat pada SK Menkes No 128 tahun
2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, tidak hilang dengandikeluarkannya
Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Karena pada Permenkes no
75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, kedua fungsi tersebut masuk pada
wewenang Puskesmas untuk melaksanakan fungsi UKM.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas untuk mendukung
terwujudnya Kecamatan Sehat, dan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :
1. Memiliki Prilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat;
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;
3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Profil Kesehatan Puskesmas Sekaran diuraikan secara singkat sebagai berikut:
- Bab I : Pendahuluan
- Bab II : Gambaran Umum
- Bab III : Situasi Upaya Kesehatan
- Bab IV : Capaian Upaya Kesehatan
- Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
- Bab VI : Penutup
- Potret Kegiatan Pelayanan di UPT Puskesmas Bingin Teluk

I.2. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui derajat kesehatan dan pencapaian upaya pelayanan kesehatan di
wilayah kerja FKTP Puskesmas Bingin Teluk tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui target dan pencapaian setiap program yang telah
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk tahun 2018
b. Untuk mengetahui program yang belum tercapai target diwilayah kerja
Puskesmas Bingin Teluk tahun 2018
c. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk tahun 2018
3. Manfaat
a. Dapat Menjadi bahan masukkan terutama dalam rangka review tahunan kondisi
kesehatan masyarakat di FKTP Puskesmas Bingin Teluk.
b. Sebagai bahan evaluasi tahunan program kesehatan yang telah dilaksanakan
serta sebagai bahan masukan untuk perencanaan maupun sebagai program
tahunan yang akan datang.
c. Sebagai salah satu bahan informasi baik bagi Puskesmas Bingin Teluk maupun
bagi Dinas Kesehatan kabupaten Musi Rawas Utara dalam perencanaan
peningkatan pencapaian setiap program dan pelayanan kesehatan yang
bermutu.

I.3. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Profil Puskesmas meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan kepada masyarakat baik
yang esensial maupun pengembangan. Adapun upaya kesehatan yang diselenggarakan dalam
Puskesmas yaitu :

a. Pelayanan Kesehatan
 Upaya kesehatan esensial
 Upaya kesehatan pengembangan
b. Pelaksanaan Manajemen Puskesmas dalam penyelenggaraan kegiatan
 Proses penyusunan perencanaan P1, penggerakan dan pelaksanaan P2,
Pengawasan, pengendalian dan penilaian P3.
 Manajemen sumber daya : SDMK, sarana dan prasarana, obat-obatan, keuangan dan
lain-lain
c. Mutu Pelayanan
 Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan
 Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap standar
pelayanan yang telah ditetapkan
 Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan,
dimana masing-masing program kesehatan mempunyai indikator mutu tersendiri
 Penilaian outcome pelayan antara lain melali pengukuran tingkat kepuasan
pengguna jasa pelayanan Puskesmas
BAB II
GAMBARAN UMUM
II.1. Gambaran Umum Wilayah
Puskesmas Bingin Teluk Terletak di Jalan Bukit Hijau Desa Beringin Makmur II
Kecamatan Rawas Ilir Kabupaten Musi Rawas Utara yang meliputi 1 (satu) Kelurahan dan 4
(empat) desa yaitu; Kelurahan Bingin Teluk, Desa Beringin Makmur II, Desa Beringin
makmur I, Desa Mandi Angin, Desa Beringin Sakti. Dimana disetiap desa terdapat jaringan
pelayanan kesehatan Puskesmas Bingin Teluk yaitu Pustu dan Polindes. Terdapat 3 Sarana
Pustu, 4 Sarana Polindes dan 1 Sarana Poskeslur. Jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Bingin Teluk tahun 2018 adalah 15.650 jiwa.

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk sebagai berikut :


1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Nibung.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Peskesmas Karang dapo
3. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pauh
4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kerja Puskesmas Muara Rupit

Luas Wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk sekitar 445km2. Jarak antara Puskesmas
Bingin Teluk dengan Muara Rupit + 38 km, dengan waktu tempuh + 80 menit perjalanan
dapat di tempuh dengan kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Jika melalui Jalur
air dapat di tempuh dengan waktu + 90 menit menggunakan Kendaraan Speedboat, Dan
dalam waktu 5 jam dengan menggunakan Ketek.

II.2. Keadaan Penduduk


A. Jumlah Penduduk
NO DESA / KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK

1 BERINGIN MAKMUR I RAWAS ILIR 3240

2 BERINGIN MAKMUR II RAWAS ILIR 6248

3 BINGIN TELUK RAWAS ILIR 2638

4 MANDI ANGIN RAWAS ILIR 2223

5 BERINGIN SAKTI RAWAS ILIR 1301

TOTAL PENDUDUK 15.650

Tabel 2.2.1. Jumlah Penduduk


Berdasarkan tabel diatas jumlah pendusuk di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk
ada 15.650 jiwa.
B. Jenis Kelamin
NO DESA / KELURAHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 BERINGIN MAKMUR I 1580 1660 3240

2 BERINGIN MAKMUR II 3033 3215 6248

3 BINGIN TELUK 1278 1360 2638

4 MANDI ANGIN 1044 1179 2223

5 BERINGIN SAKTI 615 686 1301

TOTAL 7550 8100 15.650

Tabel 2.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk
dengan jumlah Laki-laki 7.550 jiwa dan perempuan 8.100 jiwa.

II.3. Potensi Yang Dimiliki


A. Kondisi Sosial Ekonomi
Kemampuan ekonomi menjadi salah satu faktor paling penting yang
mempengaruhi penduduk untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan maupun aktifitas
sosial. Berdasarkan kondisi geografis, wilayah Kecamatan Rawas Ilir sebagian besar
dalam kawasan perkebunan dan perairan.
Mata pencaharian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk Petani,
Buruh / karyawan swasta, Wiraswasta, Nelayan dan lagi Pegawai di pemerintahan.

B. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan bagaimana cara hidup yang sehat,
dan lebih mampu memahami penjelasan yang diberikan. Terutama dalam
pelayanan dan fasilitas kesehatan.
Fasilitas Pendidikan
NO SEKOLAH JUMLAH
1 TK / PAUD 6
2 SD / MI 15
3 SMP / MTs 3
4 SMA / MA 2
Tabel 2.3.1. Jumlah sekolah
Berdasarkan Tabel diatas jumlah sekolah di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk
meliputi 6 Taman Kanak-kanak/PAUD, 15 Sekolah Dasar/MI, 3 SMP/MTs dan 2 SLTA.
Penduduk yang mendapatakn pendidikan meliputi : Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP
dan Tidak tamat SD.
C. Budaya
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk masih menganut sistem
Kekeluargaan yang kuat. Sistem pengobatan pun masih ditemui pengobatan secara
tradisional. Kebiasaan MCK (Masak Cuci Kakus) pun masih ada yang dilakukan di
sungai. Sehingga sangat berpengaruh terhadap taraf hidup sehat masyarakat.
Masyarakat masih sering ingin melakukan perawatan dirumah, mereka enggan
untuk dilakukan perawatan di Puskesmas dengan Alasan ekonomi serta kenyamanan
di rawat di rumah.
Upaya yang telah di lakukan adalah dengan memperbaiki sistem rawat inap,
meningkatkan sarana dan prasarana di Puskesmas. Sosialisasi dan penyuluhan
mengenai peraturan dan akibat jika melakukan perawatan sendiri dirumah.
Mengadakan musyawarah bagaimana solisi yang di berikan untuk keluarga yang
kurang mampu yaitu dengan menggunakna kartu sehat (KIS/BPJS/ASKES) dan
sebagainya.
D. Sarana Pelayanan kesehatan
Puskesmasn Bingin Teluk memiliki wilayah kerja 5 desa / kelurahan, di setiap
desa memiliki fasilitas kesehatan PUSTU dan Polindes. Namun pola pencarian
pelayanan kesehatan masyarakat masih di pengaruhi oleh budaya setempat.
Masyarakat masih perlu dijelaskan mengenai askesbilitas masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan secara umum. Seperti penggunaan RTK (Rumah Tunggu
Kelahiran), tidak hanya bagi pasien dan keluarga pasien yang akan melahirkan.
Tetapi bisa juga di gunakan bagi pasien dan keluarga pasien yang di perlukan
perawatan lama.
Fasilitas Kesehatan
NO JENIS FASILITAS JUMLAH
1 Puskesmas Pembantu ( PUSTU ) 3
2 Pondok Bersalin Desa ( POLINDES ) 4
3 Pos Kesehatan Kelurahan ( POSKESLUR ) 1
4 Pos Pelayanan Terpadu ( POSYANDU ) 11
5 Puskesmas Keliling ( PUSLING ) 1
6 Rumah Tunggu Kelahiran ( RTK ) 1
7 Ambulan 2
8 Motor Dinas 6
Tabel 2.3.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan
Berdasarkan tabel diatas Jumlah Fasilitas kesehatan Di wilayah kerja Puskesmas
Bingin Teluk Terdiri dari Pustu 3 buah, Polindes 4 buah, Poskeslur 1 buah, Posyandu
11 Pos, Pusling 1 unit, RTK 1 buah, Ambulan 2 unit dan Motor Dinas 6 Unit.

E. Sumber Daya Manusia


Jumlah SDMK Saat Ini
Jenis SDMK PNS/ Honorer/
PPPK PTT BLUD TKS Total
Pegawai Tetap Kontrak
2 3 4 5 6 7 8 9
Dokter atau dokter layanan primer 1 0 0 0 0 0 1
Dokter gigi 0 0 0 0 0 0 0
Perawat 7 0 0 6 0 4 17
Bidan 4 0 1 11 0 4 20
Tenaga Kesmas 0 0 0 2 0 2 4
Tenaga kesehatan Lingkungan 1 0 0 0 0 0 1
Ahli Teknologi Laboratorium Medik 0 0 0 0 0 0 0
Tenaga gizi 0 0 0 0 0 1 1
a. Nutrisionis 0 0 0 0 0 1 1
Tenaga kefarmasian 0 0 0 2 0 2 4
a. Apoteker 0 0 0 0 0 0 0
b. Tenaga Teknis Kefarmasian 0 0 0 2 0 2 4
Tenaga Administrasi 0 0 0 1 0 0 1
Pekarya 0 0 0 1 0 0 1
Perawat Pustu 0 0 0 5 0 1 6
Bidan Desa 3 0 0 2 0 1 6
Bidan Pustu 0 0 0 0 0 0 0
Keteknisian Medis 1 0 0 1 0 1 3
a. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan 0 0 0 1 0 1 2
b. Terapis Gigi dan Mulut 1 0 0 0 0 0 1
Tenaga Non Kesehatan 1 0 0 1 0 1 3
Kepala Puskesmas 1 0 0 0 0 0 1
Kepala TU 1 0 0 0 0 0 1

Tabe1l 2.3.3 Jumlah Jenis Tenaga Puskesmas


Berdasarkan tabel diatas Jumlah tenaga di Puskesmas Bingin Teluk Berjumlah 78
Orang dengan kualifikasi pendidikan Dokter Umum 1 orang, Perawat 17 orang, Bidan
20 orang, SKM 4 orang, Kesling 1 orang, Nutrisionis 1 orang, SMF 4 orang,
Administrasi 1 orang, Pekarya 1 orang, Pustu 6 orang, Bides 6 orang, Rekam medik 1
orang, Terapis GiMul 1 orang, Non Nakes 3 orang Kepala Puskesmas1 orang dan
Kepala TU 1 orang.
F. Akses Informasi
Informasi kesehatan sangat penting bagi masyarakat dalam menentukan sikap
dan keputusan dalam bertindak. Sumber informasi biasanya digunakan masyarakat
dalam menyerap informasi terutama masalah kesehatan. Sumber Informasi
kesehatan bisa didapat melalui beberapa media, media cetak dan elektronik.
Media cetak bisa berupa buku pengetahuan kesehatan, majalah, dan koran. Media
elektronik bisa berupa televisi, radio, dan handphone. Satu lagi Sumber informasi
yang bisa di dapat masyarakat yaitu Pemuka Pendapat, ialah Tokoh agama, Tokoh
adat, Tokoh Masyarakat, dan Kader.
Saat ini untuk memudahkan pasien mendapatkan akses perawatan Unit Gawat
darurat dan Rawat inap dapat menggunakan Call centre UGD. Pasien dapat
menghubungi nomor telepon yang tersebut untuk menggunakan fasilitas ambulan
bila ingin menjemput dan mengantar pasien ke fasilitas kesehatan, sehingga
diharapkan pasien dapat mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat dan prima.
G. Pembiayaan Kesehatan Oleh Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan
kesehatan sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan
kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan
kesehatan meliputi Dana Sehat, Asuransi Kesehatan, Asuransi tenaga kerja, dan
Kartu Indonesia Sehat. Yang sekarang dalam nuangan satu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial ( BPJS ).
BAB III
SITUASI UPAYA KESEHATAN
III.1. Jenis Pelayanan
A. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat
1. Pelayanan Promosi Kesehatan
Belum lama ini telah terbit Instruksi Presiden no 1 tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang perli disosialisasikan dan ditingkatkan di
berbagai sektor kehidupan. Dalam rangka mempercepat dan mensinergikan
tindakan dari upaya pfomotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan
produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan
kesehatan akibat penyakit. Dalam Inpres tersebut memerintahkan kepada seluruh
petinggi di pusat maupun daerah untuk menetapkan kebijakan dan mengambil
langkah-langkah sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing untuk
mewujudkan GERMAS melalui :
a. Peningkatan aktifitas fisik
b. Peningkatan prilaku hidup sehat
c. Penyediaan pangan sehat dan perceoatan perbaikan gizi
d. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
e. Peningkatan kualitas lingkungan
f. Peningkatan edukasi hidup sehat
Untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur salah
satu arah yang ditetapkan adalah mengedepankan pembangunan sumber daya
manusia, yang ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia. Hal
ini diharapkan dapat mewujudkan masyarakat seht dengan meningkatkan
kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk.
Adanya kebiasaan dan gaya hidup yang semakin mempengaruhi derajat
kesehatan dan kualitas hidup dalam keluarga sehingga dalam keluarga sangatlah
rawan untuk terkena penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Untuk
mencegah hal tersebut anggota keluarga perlu diberdayakan dalam mellakukan
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya PHBS di tatanan rumah tangga.
Strategi pembinaa PHBS di tatanan rumah tangga salah satunya adalah erakan
Pemberdayaan Masyarakat yang bertujuan mempercepat terwujudnya Rumah
Tangga Sehat. Hal ini merupaka salah satu Indikator Desa Sehat, Kecamatan Sehat,
Kabupaten Sehat, Propinsi sehat dan Indonesia Sehat.
Indikator Program PHBS
NO INDIKATOR TARGET
1 Persalinan Nakes 100 %

2 ASI Ekslusif 100 %

3 Menimbang Bayi 100 %

4 Menggunakan Air Bersih 100 %

5 Cuci Tangan Pakai Sabun 100 %

6 Jamban Sehat 100 %

7 Berantas Jentik Nyamuk 100 %

8 Makan Buah dan Sayur 100 %

9 Aktifitas Fisik 100 %

10 Tidak Merokok 100 %

11 Rumah Sehat 100 %

Tabel 3.1.1. Target Indikator PHBS


Berdasarkan tabel diatas bahwa target yang akan dicapai dalam semua indikator
PHBS adalah 100%.

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan


Pelayanan kesehatan Lingkungan adalah merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien, dimana kegiatan atau serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan bertujuan untuk mewujudkan kualitas llingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial guna mencegah
penyakit dan atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor resiko
lingkungan.
Kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan mengacu pada Permenkes no 13
tahun 2015 tentang penyelenggaraan penyehatan lingkungan di Puskesmas.
Pelaksanaannya dilakukan dalam tahapan konseling, inspeksi kesehatan
lingkungan dan intervensi kesehatan lingkungan.
Sasaran pelayanan kesehatan lingkungan adalah pasien yang menderita sakit dan
atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor resiko lingkungan yang
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan pengobatan dan perawatan.
Konseling ini juga dapat diberikan terhadap pihak keluarga / pihak yang
mendampingi jika kondisi pasien tidak memungkinkan. Sasaran kegiatan
penyehatan lingkungan adalah pangan, air bersih, sanitasi, jamban keluarga,
tempat-tempat umum, perumahan dan lingkungan sehat.
Kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan antara lain :
1. Konseling kesehatan lingkungan
2. Pengawasan dan pembinaan kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum
seperti pasar, Puskesmas, sekolah (SD dan SMP) diwilayah kerjanya
3. Pengawasan kualitas ai (PDAM, depot air minum, air perpipaan yang dikelola
masyarakat, dan sumber air lain yang terlindung)
4. Pengawasan dan pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
5. Pengawasan dan pembinaan limbah medis di fasilitas kesehatan tingkat
pertama
6. Pengawasan dan pembinaan lingkungan bersh dan sehat di pemukiman
7. Edukasi perubahan prilaku
8. Pemicuan 5 (lima) pilar STBM bersama masyarakat dan sektor lain dalam
rangka peningkatan jumlah kepemilikan sarana.

3. Pelayanan KIA – KB yang bersifat UKM


Berdasarkan data yang tersedia, dapt diidentifikasi bahwa kesehatan dan
kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir di wilayah kerja Puskesmas Bingin
Teluk erat kaitannya dengan kesehatan ibu hamil yang juga akumulasi masalah
prilaku, mutu pelayanan kesehatanm status gizi, tingkat pendidikan, tingkat
ekonomi dan juga masalah sosial budaya. Rawannya derajat kesehatanibu
memberi dampakyang bukan terbatas pada kesehatan ibu saja. Hal ini juga
berpengaruh secara langsung terhadap janin/bayi pada minggu pertama
kehidupannya. Dengaan demikian, upaya peningkatan kesehatan ibu perlu
mendapat perhatian khusus. Berdasarkan SDKI tahun 2012 angka kematian ibu
(AKI) di indonesia sebesar 395 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematia ibu
yang dilaporkan di provinsi sumatera selatan berdasarkan data profil kesehatan
tahun 2014 yaitu 155 per 100.000 kelahiran hidup.
Untuk mencapai target yang tekah ditetapkan maka perlu digunakan pendekatan
dengan tiga fokus kegiatan : setiap persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
terlatih, serta komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat, setiap Wanita Usia Subur (WUS) mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau
diramalkan sebelumnya sehingga ibu hamil harus sedekat mungkin pada sarana
pelayanan obstetri emergency dasar. Penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Perdarahan
merupakan sebab kematian utama.
Dengan demikian sangat pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan karena sebagian besar komplikasi terjadi pada saat sekitar persalinan.
Untuk kematian bayi sendiri sebab utamanya adalah asfiksia, infeksi, dan
hipotermia, berat badan lahir rendah (BBLR). Selama kurun waktu 20 tahun angka
kematia bayi (AKB) telah diturunkan secara tajam, namun AKB menurut SDKI
angka kematian bayi di Indonesia tahun 2012 diestimasi sebesar 32 per 1000
kelahiran hidup, sedangkan untuk provinsi sumatera selatan angka kamtian bayi
dilaporkan tahun 2014 adalah 3,7 per 1000 kelahiran hidup. Lebih tinggi dari tahun
2013 sebesar 2,8 per 1000 kalahiran hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan
intervensi terhadap masalah-masalah penyebab kematian bayi untuk mendukung
upaya percepatan penurunan angka kematian bayi di Indonesia.
Upaya untuk menurunkan AKI dan AKB diperlukannya peningkatan derajat
kesahatan keluarga yang dilakuka melalui program pembinaan kesehatan keluarga
yang meliputi upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi, anak pra sekolah dan
anak usia sekolah, kesehatan reproduksi remaja, dan kesehatan usia subur. Pada
era sekarang ini menurut pengelola program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Puskesmas Bingin teluk untuk lebih proaktif dalam mengembangkan program yang
mempunyai daya ungkit dalam akselerasi penurunan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) sesuai dengan situasi dan kemampuan daerah masin-
masing, mengingat AKI dan AKB merupakan salah satu indikator penting
keberhasilan program kesehatan Indonesia.

4. Pelayanan Gizi yang bersifat UKM


Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari berbagai aspek
diantaranya perbaikan Gizi masyarakat. Hal ini disebabkan karena masalah gizi
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu ditanggulangi secara
terpadu oleh berbagai sektor. Masalah Gizi utama yang masih banyak dihadapi
masyarakat adalah kurang Energi Protein (KEP) Anemia Gizi Besi (AKB), kekurangan
Viatamin A (KVA) dan gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI). Salah satu
faktor yang melatar belakangi timbulnya masalah tersebut adalah masyarakat
kurang memiliki pengetahuan, dan kebiasaan yang salah terhadap konsumsi
makanan masalah Gizi menjadi bertambah luas dan kompleks karena tingkat
penghasilan penduduk yang masih rendah keadaan ini tentunya akan berpengaruh
pada kualitas sumber daya manusia.
Masalah Gizi memiliki dimensi Luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga
masalah sosial, Ekonomi, budaya, Pola asuh, Lingkungan, dan pendidikan.
Faktor pencetus munculnya masalah Gizi dapat berbeda-beda antar wilayah atau
pun antar kelompok masyarakat, bahkan akar masalahnya dapat berbeda antar
kelompok usia balita (Sihadi, 2005). Keadaan Gizi kurang dan buruk dapat
menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit
infeksi yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan
jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia
(Sihadi, 2000).
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah sarana kesehatan terdepan
yang memberi pelayanan kesehatan termasuk Gizi kepada masyarakat diwilayah
kerja masing-masing upaya perbaikan melalui puskesmas bertujuan untuk
menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status Gizi masyarakat. Tingkat
puskesmas upaya perbaikan Gizi masyarakat dilaksanakan oleh beberapa macam
tenaga puskesmas seperti Ahli Gizi (AG). Pembantuan ahli Gizi (PAG), Bidan,
Perawat dan Tenaga kesehatan lainnya. Selain itu Kader merupakan perantara
langsung antara petugas kesehatan dengan masyarakat, Kader adalah orang
pertama yang mengetahui bagaimana perkembangan atau kemunduran status Gizi
balita, berdasarkan penimbangan berat badan yang dilakukan setiap bulan di
posyandu. Bila kader mendapatkan ibu yang memiliki anak dengan berat badan
tidak naik atau terus menurun, bahkan sampai status gizi kurang kader bisa
langsung memberi informasi dan keterampilannya. Preventif agar status balita
tersebut tidak bertambah parah menjadi gizi buruk. Jadi kader merupakan
perantara yang tepat dalam menyampaikan pengetahuan dan keterampilannya
kepada ibu-ibu memiliki anak gizi kurang dan buruk di posyandu. Kader yang
terampil akan sangat membantu dalam melaksanakan kegiatan posyandu sehingga
informasi dan pesan-pesan gizi akan dapat dengan mudah disampaikan
kemasyarakat. Upaya perbaikan Gizi melalui puskesmas belum dapat
dilaksanankan secara efekti karena belum semua puskesmas memiliki tenaga yang
profesional di bidang Gizi, kemampuan tenaga Gizi terbatas, sedangkan
permasalahan Gizi yang dihadapi sangat luas.
Efek Kesalahan Zat-zat Gizi Bagi Anak
Dampak dari kesalahan kelebihan dan kekurangan zat gizi untuk anak akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan anak, sehinga harus diperhatikan asupan gizi
yang seimbang setiap harinya.
a. Dampak gizi kurang
dampak dari gizi kurangadalah:
1. Berpengaruh terhadap pertumbuhan, anak-anak yang tidaktumbuh
menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zatpembakar sehingga
otot-otot menjadi lembek dan rambut mudahrontok
2. Pengaruh terhadap produksi tenaga, menyebabkan kekurangantenaga
untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas
3. Pengaruh terhadap daya tahan, penderita mudah terseranginfeksi seperti
pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal inimembawa kematian.
4. Pengaruh terhadap pertumbuhan jasmani dan mental,kekurangan gizi ini
dapat berakibat terganggunya fungsi otaksecara permanen.
b. Dampak Gizi lebih.
Gizi lebih adalah suatu kondisiyang diakibatkan oleh jumlah asupan energy
yang melebihi ketentuan. Tanda-tanda yang mudah dikenali pada anak yang
menderita gizi lebih adalah:
1. Gemuk yang mudah dinilai dari berat badan dan tinggi badan.
2. Lamban dan cepat lelah.
Efek yang sering terlihat adalah obesitas tipe hiperplasi,yakni obesitas karena
jumlah sel melebihi batas normal. Obesitas tipe ini akan sulit diturunkan berat
badannya. Kondisi ini bisa memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif
seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolestrol, dan penyakit jantung. Maka
perlu gizi yang seimbang agar tidak kekurangan gizi dan kelebihan gizi, untuk
pemenuhan gizi seimbang dengan mengkonsumsi makanan secara variatif
tentunya berpedoman pada empat sehat lima sempurna.
Pengukuran Status Gizi
Untuk mengetahui apakah status gizi seseorang itu kurus, normal,resiko untuk
gemuk, gemuk, maka perlu dilakukan pengukuran tentang berat badan dan tinggi
badan seseorang kemudian dihitung menggunakan perhitungan Indek Masa Tubuh
(IMT) dan dikonversikan dengan tabel rujukan IMT/U anak laki-laki dan
perempuan umur 9 sampai 13 tahun. (Departemen Kesehatan RI, 2005). Menurut
Djoko Pekik Irianto (2006: 65) Pengukuran status gizi seseorang dapat dilakukan
pemeriksaan secara langsung antara lain:
a. Antropometri: Pemeriksaan anthropometri dilakukan dengan cara mengukur
tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh.
b. Biokimia: pemeriksaan biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi
spesifik.
c. Klinis: pemeriksaan klinis bertujuan mengetahui status kekurangan gizi
dengan melihat tanda-tanda khusus.
d. Biofisik: pemeriksaan bertujuan mengetahui situasi tertentu, misalnya pada
orang yang buta senja.
Adapun pengukuran secara tidak langsung antara lain:
a. Survey konsumsi: penilaian konsumsi makanan,dengan wawancara kebiasan
makan dan perhitungan konsumsi seharihari.
Tujuan penilaian ini adalah mengidentifikasi kelebihan dankekurangan gizi.
b. Statistik vital: pemeriksaan dilakukan denganmenganalisis data kesehatan
seperti angka kematian, kesakitan dankematian akibat hal-hal yang
berhubungan dengan gizi.
Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung status
gizimasyarakat.
c. Faktor ekologi: pengukuran status gizi didasarkanatas ketersediaan makan
yang dipengaruhi oleh faktor ekologi.

Dari ketujuh cara pengukuran status gizi tersebut pengukuran antropometri


merupakan cara yang pailng sering digunakan karena memiliki kelebihan yaitu:
a. Alat mudah diperoleh.
b. Pengukuran mudah dilakukan.
c. Biaya murah.
d. Hasil pengukuran mudah disimpulkan.
e. Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
f. Dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu.

Pengkuran antropometri juga memiliki kelemahan yaitu:


a. Kurang sensitif
b. Faktor luar (penyakit, genetik dan penurunanpenggunaan energi tidak dapat
dikendalikan).
c. Kesalahan pengukuran akan mempengaruhi akurasikesimpulan.
d. Kesalahan-kesalahan antara lain pengukuran,perubahan hasil pengukuran
baik fisik maupun komposisi jaringan,analisis dan asumsi salah.
Untuk mengatahui status gizi para siswa dapat dihitung dengan rumus Deveport
kaup (Sukintaka, 1989: 2), yaitu berat badan dalam gramdibagi dengan tinggi
badan dalam centimeter dikuadratkan.
Berat badan (g)
Keadaan Gizi : -------------------------
Tinggi badan (cm)2

5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Pelayanan terpadu PTM yang dilakukan baik di FKTP maupun Posbindu PTM
adalah penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian PTM yang dilaksanakan
secara komprehensif dan terintegrasi melalui upaya kesehatan masyarakat (UKM)
dan upaya kesehatan perorangan (UKP).
Prioritas program pencegahan dan pengendalian PTM di FKTP adalah :
1. Hipertensi
2. Stroke
3. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
4. Diabetes Melitus
5. Obesitas
6. Kanker Leher Rahim
7. Kanker Payudara
8. Kanker pada Anak
9. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
10. Asma
11. Gangguan Penglihatan dan Kebutaan
12. Gangguan Pendengaran dan Ketulian
13. Gangguan Fungsional

Penyakit-Penyakit Menular (Malaria,HIV/AIDS, Demam Berdarah Dengue/DBD,


Tuberculosis/TB dll saat ini masih menjadi masalah kesehatan di
Masyarakat,Berbagai upaya telah di lakukan untuk menekan angka kesakitan dan
angka kematian, serta mempertahankan keberhasilan yg telah di capai selama ini.
Mengeliminir masalah dan hambatan yang di jumpai saat pelaksanaan program
dengan mengikutsertakan peran serta masyrakat merupakan upaya yang harus
terus di tingkatkan
Namun selain penyakit menular masih belum teratasi,di indonesia terjadi pula
kecendrungan peningkatan Penyakit Tidak menular (PTM) terutama
hipertensi,jantung koroner,diabetes melitus, dan kanker , penyakit tidak menular
merupakan ancaman bagi negara maju dan negara berkembang, WHO
memprediksi bahwa penyakit tidak menular (PTM) berkontribusi sebesar 56
persen dari semua kematian dan 44 persen dari beban penyakit dalam negara
negara di asia tenggara di indonesia penyakit kasdiovaskuler merupakan penyebab
utama kematian, Faktor resiko utama yang menyebabkan berbagai PTM tersebut
adalah hipertensi, glukosa darah yang tinggi,obesitas dan lemak darah yang tidak
normal.perilaku resiko yang sangat berpengaruh terhadap faktor resiko tersebut
antara lain pola makan yang tidak sehat, fisik yg tidak aktif dan kebiasaan
merokok.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan tahun 2009 mengaju pada visi dan
misi sebagai tercantum dalam renstra Depkes (KEPMENKES no.331/2006) adapun
visi Depkes adalah “masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat” dengan misi
“Membuat Rakyat Sehat”
Kegiatan pengelolaan vaksin yang benar merupakan salah satu bagian penting
dalam kegiatan imunisasi. Penupgaturan suhu yang tepat dan penempatan vaksin
yang tepat di kulkas vaksin sangat mempengaruhi kualitas vaksin ketika di
suntikkan ke klien.
Program Pencegahan dan pemberatasan penyakit menular pada dasar nya
menerapkan konsep epidemiologi yaitu interaksifaktor agenthost-
environment,dengan tujuan untuk menurun kan angka kesakitan dan kematian
akibat ketidakseimbangan ketiga faktor tersebut. Untukmencapai tujuan tersebut
diperlukan peran serta dan tanggung jawab dari lintas program,lintas sektoral dan
masyarkat serta swasta.
TUJUAN:
Program ini mengutamakan aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitatif serta paliatif yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan,kematian, kecatatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak
menular.
a. Penyakit menular yang di prioritaskan dalam program ini adalah :
malaria,demam berdarah dengue,tuberklosis,HIV/AIDS, diare,polio,filaria,
kusta,pneuminia,dan penyakit penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD31) termasuk penyakit karantina dan resiko masalah kesehatan
masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health
Emergency of internasional Concern)
b. Penyakit tidak menular yang di utamakan adalah penyakit jantung, kanker,
diabetes melitus dan penyakit metabolik,penyakit kronis dan degenaratif
serta ganguan akibat kecelakaan dan cedera.
SASARAN
Kelompok masyarakat sehat dan beresiko. Terselenggaranya sistem surveilans
dan kewaspadaan dini serta penanggulangan kejadian luar biasa (KLB/wabah)
secara berjenjang ke desa.
KEGIATAN POKOK
a. Promo kesehatan
b. Deteksi dini, Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko PTM
c. Peningkatan peran serta masyarakat
d. Penemuan kasus PTM
e. Penanganan kasus PTM
f. Pencatatan dan Pelaporan PTM
g. Peningkatan imunisasi Penemuan dan penatalaksaan penderita
h. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penangulangan wabah
i. Peningkatan komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
penberatasan penyakitPencegahan penyakit flu burung dan penyakit
lainnya
j. Pemantauan dan penilaian kegiatan P2PTM

6. Pelayanan Kesehatan Jiwa


Kesehatan Jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras
dengan orang lain sehinggatercapainya kemampuan menyesuaikan diri dengan diri
sendiri,orang lain, masyarakat dan lingkungan.
Keharmonisan jiwa yaitu sanggup menghadapi masalah yang biuasa terjadi dan
merasa bahagia.

Menurut undang- undang no.3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa


Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik,intelektual dan emosional dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain.
Gangguan Jiwa adalah keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan yaitu
proses pikir,emosi,kemampuan,dan perilakupsikomotorik,termasuk bicara.

Apa yang disebut dengan gangguan jiwa


Seperti gangguan fisik, maka gangguan jiwa juga terdiri dari berbagai macam
dengan penyebab, gejala penyebab serta pengobatan yang berbeda
Ganngguan jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan perasaan atau ganggguan
tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan atau terganggunya fungsi sehari-
hari(Fungsi pekerjaan dan fungsi sosial seseorang).
Gangguan pikiran
 Pikiran yang berulang-ulang
 Pekiran tentang sakit dan penyakit yang berlebihan
 Pekiran tentang ketakutan yang tidak masuk akal (rasional)
 Keyakitan yang denga realitas/ kenyataan (curiga, merasa dikejar-kejara,
merasa mau dibunuh dsb)
 Gangguan persepsi: mendengar suara bisikan atau melihat bayang –
baying yang tak ada obyeknya
Gangguan perasaan
 Cemas berlebihan dan tidak masuk akal
 Sedih yang berlarut-larut
 Gembira yang berlebihan
 Marah yang tidak beralasan
Gangguan tingkah laku
 Gaduh gelisah, mengamuk
 Perilaku yang kacau (tanpa busana, menarik diri dan lain-lain)
 Gangguan perkembangan pada anaka-anak (kesulitan belajar, ganguan
berbahasa, tidak bisa diam, tidak dapat bergaul dan lain-lain)

Penderitaan atau keluhan


 Ganngguan tidur: Sullit tidur atau tidur berlebihan
 Sulit berkonsentrasi
 Pusing, tegang, sakit kepala, bedebardebar, keringat dingin
 Sakit ulu hati, diare, mual, muntah dan lain – lain
 Berkurangya gairah kerja dan atau seksual
Gangguan Fungsi pekerjaan dan fungsi social (Tidak mampu bekerja seperti
biasanya dan tidak mampu bergaul seperti biasanya}
 Sering melakukan kesalahan pada pekerjaan
 Serinng bolos sekolah, prestasi sangat turun
 Pekerjaan tidak selesai-selesai
 Sering ditegur atasan, sering bentrok dengan teman sekerja
 Tidak ingin bertemu dengan orang lain, menarik diri dari pergaulan
Apabila menemui gangguan jiwa seperti yang tersebut diatas, disertai dengan
penderitaan atau keluhan dan gangguan fungsi pekerjaan/ sosial maka perlu
segera dipikirkan kemungkinan adanya gangguan jiwa. Untuk mendapatkan
kepastian segera bawa ke Puskesmas atau dokter terdekat.

GANGGUAN JIWA YANG SERING DITEMUKAN


1. Gangguan cemas
Rasa cemas yang berlebihan dan tidak masuk akal, misalnya cemas akan terjadi
sesuatu yang tidak menyenangkan, padahal tidak ada yang menyenangkan,
padahaltidak ada yang perlu dicemaskan.
Selain dari gejala di atas terdapat pula gejala kecemasan atau ketegangan
yangbersifat ganda :
 Ketegangan mental: gelisah, bingung, rasa tegang atau gugup,
emusatkan perhatian
 Ketegangan fisik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak bisa santai
 Gejala fisik: pusing, berkeringat dingin, denyut jantung cepat, mulut
kering dan nyeri perut
Gejala dapat berlangsunng berbulan-bulan, sering muncul kembali dan sering
dicetuskan oleh peristiwa yang menegangkan
2. Depresi
Gangguan depresi harus dibedakan denga perasaan sedih biasa. Semua orang
pada saat tertentu dapat merasa sedih, dan tidak bahagia. Apabila kehilangan
orang yang dicintai oran akan merasa sedih yang mendalam.
Rasa sedih dan berkabung yang demikian adalah normal dan merupakan reaksi
sementara menghadapi stres dalam kehidupan. Orang tersebut masih dapat
melaksanakan fungsi dalam kehidupan sehari-hari dan dengan berlalunya waktu
perasaan ini juga akan menghilang.
Gangguan Depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap.
Perasaan tertekan sedemikian beratnya sehingnga yang bersangkutan tak dapat
melaksanakan fungsi sehari-hari sebagai orang tua, pasangan hidup, pegawai,
pelajar, ibu rumah tangga, pedagang dan lain-lain. Ia merasa putus asa dan tidak
ada lagi kenikmatan untuk melakukan kegiatan yang biasa dia lakkukan. Keluarga
atau kerabat seringkali tidak menyadari adanya depresi dan menyuruh orang
tersebut untuk melawan perasaanya, dimana hal ini hanya akan memperburuk
kedaanya. Kadang-kadang depresi juga tampil dalam bentuk keluhan fisik yang
bermacam-macam walaupun akhirnya tidak ditemunkan kelainan pada organ
tubuh
Gejala dan tanda-tanda depresi
Seorang yangmenderita depresi akan mengalami gejala, baik fisik maupun
mental emosional. Berikut ini gejala yang membutuhkan pertolonngan.
 Suasana perasaan
Merasa sedih, murung, kehilangan minat dan merasa senang
terhadap pekerjaan yang biasa dia lakukan. Mereka sering pula merasa
mudah tersinggung, engalami rasa cemas dan panik bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi
 Pikiran
Isi pikiran biasanya tentang ke tentang kegagalan dan kesalahan.
Orang tersbut cenderunng menyalahkan diri sendiri terhadap hal yang
terjadi. Ia sulit memusatkan perhatian dan daya ingat menjadi terganggu.
Kadangkadang timbul keinginan ingnin mati
 Keluhan fisik
Rasa lelah berkepanjangan, gangguan tidur(sulit tidur atau terlalu
lama tidur), gangguan makan (tidak nafsu makan atau banyak makan),
kehilangan minat seksual, rasa sakit dan nyeri dileher dan punggungn,
sakit kepala, nyeri didada, dan keluhan di perut serta keluhan fisik lainnya
dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Beberapa orang mengalami depresi hanya mengeluh keluhan fisik dan
menolak adanya masalah emosional atau depresi. Orang ini dinamakan
depresi terselubung, depresinya tertutup oleh keluhan fisik
 Kegiatan/Aktifitas
Biasanya orang yang mengalami depresi kegiatnya menjadi
menurun, ia hanya ingn berbaring di tempat tidur sepanjang hari atau ia
menarik diri dari pergaulan. Dalam keadaan ini kadang-kadang timbul
usaha bunuh diri.
 Khusus untuk anak dan remaja
Depresi biasanya seringmuncul dalam bentuk gangguan tingkah laku
misalnya menantang, kebut-kebutan, berkelahi, atau perilaku
mencederai diri sendiri Bila mengalmi salh satu dari gejala terebut di atas
atau kesedihan yang tidak kujung hilang, mungkin tidak hanya mengalami
kesedihan biasa tapi sudah mengalami depresi yang membutuhkan
pertolongan.

3. Keluhan fisik yang beragam


Terdapat berbagai macam keluah dan gejala fisik yang dapat dijelasakanOrang
tersebut berulang kali datang untuk memeriksakan walapun hasil pemeriksaanya
negative Tidak ditemukan adanya gangguan fisik yang mendasari keluhan
tersebutAda pula oraang yang merasa cemas bahwa dirinya menderita suatu
penyakit fisik dan mereka tidak percaya bahwa tidak ditemukan kelainan fisik
Keteganga akan menyebabkan sakit kepala mual, susah tidur dan berbagai rasa
sakit lainnya. Gejala yang demikian benar-benar dirasakan oleh orang tersebut
dirasakan sebagai rasa sakit dan bukan dibuat-buat.Dengan memberikan obat
untuk keluhan fisiknya,mungkin akan menolong menguasai gejala,tapi tidak
mencegah timbulnya keluhan fisik kembali.
4. Gangguan Psikotik
Seseorang yang menderita gangguan psikotik menunjukkan Perubahan yang
nyatadan berlangsung lama.Orang tersebut mungkin menunjukkan gejala
sebagai berikut :
1. Menarik diri dari lingkungan dan hidup dalam dunianya sendiri.
2. Merasa tidak mempunyai masalah dengan dirinya.
3. Kesulitan untuk berfikir dan memusatkan perhatian.
4. Gelisah dan bertingkah laku atau bicara kacau.
5. Sulit tidur.
6. Mudah tersinggung dan mudah marah.
7. Mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata.
8. Berkeyakinan yang keliru seakan akan ada seseorang yang membuntuti
atau ingin membunuhnya.
9. Keluhan fisik yang aneh,misalnya ada hewan atau benda yang tak lazim di
dalam tubuhnya.
10. Mungkin ada masalah dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
11. Tidak merawat diri,kadang-kadang penampilan kotor.

5. Demensia (Kepikunan)
Demensia sering terjadi pada usia lanjut.Gambaran utama penyakit ini adalah:
Penurunan daya ingat mengenai hal yang baru terjadi,misalnya orang tersebut
lupa apakah sudah makan,mandi,lupa dimana meletakkan barangnya dan lain-
lain.Bila ada yang mengalami hal tersebut diatas,bawalah ke dokter atau
Puskesmas Gangguan jiwa dapat diobati secara medis. Semakin dini dapat
pengobatan,semakin baik hasilnya. Orang dengan gangguan jiwa jangan
dianggap pemalas,pemarah atau aneh,ia bertingkah laku demikian karena
jiwanya sedang terganggu. Ia memerlukan pengertian dan pertolongan dari
kita.
1. Penurunan daya pikir,misalnya tidak mampu lagi berhitung yang biasanya
mudahdia lakukan.
2. Penurunan daya nilai,misanya sulit membedakan yang baik dan yang
buruk.
3. Penurunan kemampuan berbahasa,misalnya sulit mencari kata-kata
untukmenyatakan pendapat.
4. Penurunan fungsi sehari-hari,misalnya tak mampu
berpakaian,mandi,mencuci,memasak,dan melakukan kegiatan lainnya
sendiri.
5. Kehilangan kendali emosional,misalnya mudah bingung,menangis atau
mudah tersinggung.
6. Keadaan ini biasa terdapat pada usia lanjut dan sangat jarang pada usia
muda. Kehilangan daya ingat dapat menyebabkan masalah tingkah
laku,misalnya menjadi gaduh gelisah,pencuriga,dan emosi yang meledak-
ledak.

7. Pelayanan Rehabilitasi Narkoba / Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)


Merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial yang bergerak di bidang
penangulangan penyalahgunaan NAPZA khusunya dalam idang rehabilitasi sisoal
korban penyalahgunaan NAPZA yang semakin meningkat jumlah dan cakupannya
memperlihatkan adanya partisipasi dan kepedulian masyarakat salm
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Sebagai implementasi dari pp no 25
tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika. Salah satu
tujuan IPWL adalah untuk memenuhi hak pecandu narkotika dalam mendapatkan
pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Tujuan
1. Dalam rangka menunjang pelayann rehabilitasi sosial dan kemandirian korban
NAPZA.
2. Pengembangan dan tempat keterampilan / Vokasional bagi korban NAPZA

Bentuk rehabilitasi sosialnya :


1. Memotivasi dan diagnosis psikososial
2. Bimbingan sosial
3. Bimbingan resosialisasi
4. Bimbingan sosial dan konseling psikososial
5. Bimbingan mental spiritual
6. Pelayanan keterampilan/vokasosial
7. Bimbingan lanjutan

B. Penyelenggaraan Pelayanan Klinis


1. Poli Rawat Jalan
Rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di puskesmas yang melayani pasien
yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh
prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan
merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di Puskesmas. Pertumbuhan
yang cepat dari rawat jalan ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
1. Penekanan biaya untuk mengontrol peningkatan harga perawatan
kesehatan dibandingkan dengan rawat inap
2. Peningkatan kemampuan dan sistem reimbursement untuk prosedur di
rawat jalan,
3. Perkembangan secara terus menerus dari teknologi tinggi untuk pelayanan
rawat jalan akan menyebabkan pertumbuhan rawat jalan.

Tujuan pelayanan rawat jalan diantaranya untuk menentukan diagnosa penyakit


dengan tindakan pengobatan, untuk rawat inap atau untuk tindakan rujukan.
Tenaga pelayanan di rawat jalan adalah tenaga yang langsung berhubungan
dengan pasien, yaitu:
a. Tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayanan penerimaan
pendaftaran dan pembayaran,
b. Tenaga keperawatan (paramedis) sebagai mitra dokter dalam memberikan
pelayanan pemeriksaan / pengobatan,
c. Tenaga dokter (medis) pada masing-masing poliklinik yang ada.

Tujuan pelayanan rawat jalan di antaranya adalah untuk memberikan


konsultasi kepada pasien yang memerlukan pendapat dari seorang dokter
spesialis, dengan tindakan pengobatan atau tidak dan untuk menyediakan tindak
lanjut bagi pasien rawat inap yang sudah diijinkan pulang tetapi masih harus
dikontrol kondisi kesehatannya.
Rawat Jalan hendaknya memiliki lingkungan yang nyaman dan
menyenangkan bagi pasien. Hal ini penting untuk diperhatikan karena dari rawat
jalanlah pasien mendapatkan kesan pertama mengenai puskesmas tersebut.
Lingkungan rawat jalan yang baik hendaknya cukup luas dan memiliki sirkulasi
udara yang lancar, tempat duduk yang nyaman perabotan yang menarik dan
tidak terdapat suara-suara yang mengganggu. Diharapkan petugas yang berada
di rawat jalan menunjukkan sikap yang sopan dan suka menolong.

2. Laboratorium
Ruangan laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan Puskesmas maupun Rumah Sakit. Ruangan laboratorium itu sendiri
terdiri dari ruang pendaftaran, ruang tunggu dan ruang pemeriksaan.
Adapun sarana dan prasarana ruangan laboratorium yang ada di Puskesmas
Bingin Teluk yaitu :
a. Meja pemgambilan sampel
b. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
c. Bak cuci / sink
Wastafel dilengkapi keran yang mengalirkan air bersih, yang dilengkapi
saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan air limbah
Puskesmas
d. Meja Pemeriksaan
- Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang 1 meter
- Meja terdiri dari 2 tempat dalam ruang pemeriksaan. Meja 1 tempat alat
hematologi analizer, meja 2 untuk tempat mikroskop dan alat urine rutin.
Meja terbuat dari bahan keramik berwarna putih.
e. Lemari Alat
- Berfungsi untuk menyimpan alat
- Ukuran panjang 160 cm x lebar 40 cm x tinggi 100 cm
- Bahan terbuat dari aluminium dan rak dari kaca
Prosedur pelayanan laboratorium
a. Persiapan petugas
Mengenakan perlengkapan keselamatan kerja antara lain masker, jas
laboratorium, sarung tangan sebelum memulai aktivitas, menyiapkan
formulir serta alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Persiapan pemeriksaan dan administrasi
 Menerima formulir penerimaan permintaan pemeriksaan laboratorium
 Petugas memanggil pasien sesuai nomor urutantrian untuk pasien rawat
jalan, sedangkan untuk pasien rawat inap petugas mengambil sampel ke
ruangan
 Petugas mencocokan identitas pasien dan memberikan informasi tarif
pemeriksaan yang diminta
 Petugas memberi penjelasan kepada pasien cara pengambilan sampel
pemeriksaa yang akan dilakukan
 Bila tidak dapat dikerjakan karena keterbatasan alat, petugas meminta
pasien kembali ke pengirim / perujuk untuk dirujuk ketingkat lebih lanjut
c. Pemeriksaan
 Petugas mengambil sampel sesuai jenis pemeriksaan
 Menulis hasil pemeriksaan pada formulir hasil pemeriksaan
 Menulis identitas pasien dan hasil pemeriksaan pada buku register dan
formulir hasil pemeriksaan serta menandatanganinya
d. Pembiayaan
 Menuliskan biaya pemeriksaan pada bukti pembayaran dan diterapkan
pada pasien
 Mencatat pada form klaim bagi yang memiliki kartu jamkesmas,
jamsoskes, BPJS, dan Lain-lain
e. Penyerahan Hasil
 Melakukan verifikasi hasil pemeriksaan sebelum diserahkan
 Menyerahkan hasil pemeriksaan
 Menandatangani formulir hasil oemeriksaan
 Pasien diminta membawa hasil kembali ke pengirim / perujuk untuk
pasien rawat jalan, sedangkan untuk pasien rawat inap petugas
memberikan hasil ke ruangan.
Kemampuan pemeriksaaan laboratorium di puskesmas meliputi pemeriksaan
dasar seperti :
Hematologi, Kimia klinik, Mikrobiologi dan parasitologi, Imunologi dan Urinalisa.
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan menggunakan metode manual
semiotomatik dan automatik. Reagen yang ada di laboratorium puskesmas
meliputi Reagen Cair untuk pemeriksaan hematologi analizys, Kimia klinik,
mikrobiologi, dan reagen stik untuk pemeriksaan kadar Gula Darah, Kolesterol
dan Asam Urat.

3. Unit Gawat Darurat


Unit gawat darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit / Puskesmas
yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera,
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Unit gawat darurat merupakan
salah satu unit di rumah sakit / Puskesmas yang memberikan pelayanan kepada
penderita gawat darurat dan merupakan bagian dari rangkaian yang perlu
diorganisir. Tidak semua rumah sakit/ Puskesmas harus mempunyai bagian gawat
darurat yang lengkap dengan tenaga memadai dan peralatan canggih, karena
dengan demikian akan terjadi penghamburan dana dan sarana.
Pengembangan unit gawat darurat harus memperhatikan dua aspek yaitu:
sistem rujukan penderita gawat darurat dan beban kerja dalam menanggulangi
penderita gawat darurat.Pelayananunit gawat darurat harus mampu mencegah
kematian, cacat, rujukan dan menanggulangi korban bencana.
Fungsi Unit Gawat Darurat adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur
pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-
kondisi yang sifatnya tidak gawat. UGD juga menyediakan sarana penerimaan
untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal ini merupakan bagian
dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi di tiap
daerah. Ruang UGD, selain sebagai area klinis, UGD juga memerlukan fasilitas
yang dapat menunjang beberapa fungsi-fungsi penting sebagai berikut: kegiatan
ajar mengajar, penelitian/ riset, administrasi, dan kenyamanan staff.

Area
Area-area pelayanan kesehatan di UGD, meliputi area administratif, reception/
triage/ waiting area, resuscitation area, area perawat akut (pasien yang tidak
menggunakan ambulan), area Konsultasi (untuk pasien yang menggunakan
ambulan), staff work stations, area khusus, misalnya ruang wawancara untuk
keluarga pasien, ruang prosedur, plaster room, apotik, opthalmology/ ENT,
psikiatri, ruang isolasi, ruang dekontaminasi, dan area ajar mengajar, pelayanan
penunjang, misalnya gudang/ tempat penyimpanan, perlengkapan bersih dan
kotor, kamar mandi, ruang ttaff, tempat troli linen, tempat peralatan yang bersifat
mobile, mobile X-Ray equipment bay, ruang alat kebersihan, area tempat makanan
dan minuman, kantor dan area administrasi, area diagnostik misalnya medis
imaging area laboratorium, departemen keadaan darurat untuk sementara/
bangsal observasi jangka pendek/ singkat (opsional), dan ruang sirkulasi.
Ukuran Total UGD dimana total area internal UGD, tidak termasuk bangsal
pengamatan dan area internal imaging sekarang ini sebaiknya, harus sedikitnya 50
m2/1000 kehadiran tahunan atau 145 m2/1000 jumlah pasien yang masuk
setahun, ukuran yang manapun boleh dipakai tetapi lebih baik dipilih yang lebih
besar. Ukuran yang minimum suatu UGD akan lebih fungsional apabila seluas 700
m2.Totalukuran dan jumlah area perawatan akan juga akan dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti: Jumlah angka pasien, pertumbuhan yang diproyeksikan, anti
pasti perubahan di dalam teknologi, keparahan penyakit, waktu penggunaan
laboratorium dan imaging medis, jumlah atau susunan kepegawaian dan struktur.

Kriteria
Adapun beberapa kriteria dalam Unit Gawat Darurat (UGD) menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (RI) tahun 1992 yaitu:
a) Unit gawat darurat harus buka 24 jam
b) Unit gawat darurat juga harus melayani penderita-penderita “False
Emergency” tetapi tidak boleh mengganggu/ mengurangi mutu pelayanan
penderita gawat darurat.
c) Unit gawat darurat sebaiknya hanya melakukan “Primary Care” sedangkan
“Definitive Care” dilakukan ditempat lain dengan cara kerja yang baik.
d) Unit gawat darurat harus meningkatkan mutu personalia maupun
masyarakat sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat.
e) Unit gawat darurat harus melakukan riset guna meningkatkan
mutu/kualitas pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya.

Kegiatan di Unit Gawat Darurat


Kegiatan yang menjadi tanggung jawab UGD, secara umum dapat dibedakan atas
tiga macam yaitu (Flynn, 1962):
1) Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat bertujuan menyelamatkan
untuk kehidupan penderita, namun sering dimanfaatkan hanya untuk
memperoleh mendapatkan pelayanan pertolongan pertama dan bahkan
pelayanan rawat jalan.
2) Menyelenggarakan pelayanan penyeringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan rawat inap intensif. Merujuk kasus-kasus gawat
darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap
intensif.
3) Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat, serta menampung
serta menjawab semua pertanyaan semua anggota masyarakat tentang
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat
(Emergency Medical Uestions).

Standar Pelayanan Unit Gawat Darurat


1. Standar 1: Falsafah dan Tujuan
Unit gawat darurat dapat memberikan pelayanan gawat darurat kepada
masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai
dengan standar.
a) Rumah sakit/Puskesmas menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
selama 24 jam terus menerus.
b) Ada unit atau unit gawat darurat yang terpisah secara fungsional dari
unit-unit pelayanan lainnya.
c) Ada kebijakan dan prosedur tentang pasien yang tidak tergolong akut dan
gawat yang datang berobat di unit/unit gawat darurat.
d) Adanya evaluasi tentang fungsi unit/ Unit Gawat Darurat disesuaikan
dengankebutuhan masyarakat
e) Penelitian dan pendidikan akan berhubungan dengan fungsi unit/
Unit Gawat Darurat dan kesehatan masyrakat harus diselenggarakan.

2. Standar 2: Administrasi dan Pengelolaan


Unit gawat darurat harus diatur, dipimpin dan di integrasikan dengan bagian
lain dan unit rumah sakit lainnya.
a) Unit/ unit gawat darurat dilengkapi dengan bagan organisasi disertai
uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja
dengan unit kerja lain didalam rumah sakit/Puskesmas.
b) Ada jadwal jaga harian bagi dokter, perawat, konsulen dan
petugas pendukung lain yang bertugas di unit/unit gawat darurat.
c) Ada petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam
memberikan pelayanan di unit/unit gawat darurat.

3.Standar 3: Staf dan Pimpinan


Unit gawat darurat dipimpin oleh dokter yang telah mendapat pelatihan
gawat darurat, dibantu oleh tenaga medis, para medis perawatan, para medis
non perawatan dan tenaga non medis yang terampil.
a) Ditetapkan dokter sebagai kepala unit/unit gawat darurat yang
bertanggung jawab atas pelayanan di UGD.
b) Ditetapkan perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan
di unit/unit gawat darurat
c) Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan pasien
d) Semua dokter dan tenaga keperawatan mampu melakukan teknik
pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).
e) Informasi tentang pelayanan yang diperlukan sudah dikomunikasikan
kepada staf yang berkepentingan sebelum pasien sampai.

4. Standar 4: Fasilitas dan Peralatan


Fasilitas yang disediakan harus menjamin efektivitas bagi pelayanan pasien
gawatdarurat dalam waktu 24 jam terus menerus.
a) Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai
lokasi Unit/ Unit Gawat Daurat di rumah sakit/Puskesmas, dan
kemudahan transportasi pasien dari dan ke UGD dari arah dalam Rumah
Sakit/Puskesmas
b) Ada pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan kondisi
penyakitnya
c) Pengadaan dan penyediaan peralatan, obat, bahan, cairan infus dilakukan
sesuai dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
d) Ada sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan antara unit
gawat darurat dengan unit lain di dalam dan di luar rumah
sakit/Puskesmas yang terkait, rumah sakit/Puskesmas dan sarana
kesehatan lainnya, pelayanan ambulance, unit pemadam kebakaran dan
konsulen SMF di UGD
e) Ada ketentuan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan
peralatan secara berkala

5. Standar 5: Kebijakan dan Prosedur


Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu
ditinjau dan disempurnakan (bila perlu) dan mudah dilihat oleh seluruh
petugas.
a) Ditetapkan kebijakan tentang TRIASE
b) Ditetapkan kebijakan tentang pasien yang perlu dirujuk ke rumah sakit
lain.
c) Ditetapkan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana
(Disaster Plan) yang mungkin terjadi didalam atau di luar rumah sakit

Sasaran
Seluruh masyarakat yang memerlukan pertolongan dan perawatan terutama
pada kasus gawat darurat. Dengan menggunakan sistem Triase, Petugas dapat
mentukan pasien tersebut termasuk dalam kategori gawat darurat atau bukan.

Sistem triase merupakan suatu pendekatan untuk memprioritaskan tindakan.


a. Prioritas Nol (Hitam)
1. Meninggal atau jelas cedera fatal
2. Tidak mungkin diresusitasi
b. Prioritas Pertama (Merah)
Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
1. Gagal nafas
2. Cedera Torako-adbominal
3. Cedera Kepala / Maksilo-fasial Berat
4. Shok atau perdarahan berat
5. Luka bakar berat
c. Prioritas Kedua (Kuning)
Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu
dekat.
1. Cedera abdomen tanpa shok
2. Cedera dada tanpa gangguan respirasi
3. Fraktura mayor tanpa shok
4. Cedera kepala / tulang belakang leher
5. Luka bakar ringan
d. Prioritas Ketiga (Hijau)
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilitas segera.
1. Cedera jaringan lunak
2. Fraktura dan dislikasi ektremitas
3. Cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
4. Gawat darurat psikologis

SasaranTriase :
Sasaran Primer Triase : Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
Sasaran Sekunder Triase : Memberi prioritas pasien sesuai dengan kegawatannya
4. Rawat Inap
Rawat Inap Atau Opname adalah salah satu bentuk proses pengobatan atau
rehabilitasi oleh tenaga pelayanan kesehatan profesional pada pasien yang
menderita suatu penyakit tertentu, dengan cara di inapkan di ruang rawat
inap tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang dialaminya.
Fasilitas Rawat inap disediakan dan dijalankan secara sistematis oleh tenaga
medis dan nonmedis, disediakan oleh pihak penyedia pelayanan kesehatan (klinik,
rumah sakit, puskesmas).

RUANG RAWAT INAP


Ruang Rawat inap adalah ruangan / fasilitas yang dijadikan tempat merawat
pasien.Biasanya ruangan rawat inap berupa bangsal yang di huni oleh beberapa
pasien sekaligus, namun pada beberapa rumah sakit juga menyediakan fasilitas
ruang rawat inap khusus (VVIP) yang lebih nyaman, lebih lengkap, dan ada juga
yang mempunyai tempat perawatan yang mewah layaknya hotel berbintang,
tentunya dengan biaya yang lebih mahal, dibandingkan dengan fasilitas standar
pelayanan kelas biasa.

Tindakan Rawat inap Meliputi


Fasilitas dan pelayanantentu saja lebih komplit dibandingkan dengan fasilitas
rawat jalan, begitupun dengan tenaga kesehatan yang terlibat secara bersama-
sama berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi:
 Observasi
 Diagnosa
 Terapi
 Rehabilitasi medik
 Dan berbagai jenis pelayanan medis lainnya yang mungkin dibutuhkan
untuk menunjang proses pengobatan dan keperawatan pasien.

Alur proses Rawat Inap / Opname

1. Tahap Admission ==> Penerimaan Pasien


2. Tahap Diagnosis ==> Pemeriksaan pasien untuk menegakkan diagnosis
3. Tahap Pengobatan / Treatment ==> Terapi dan perawatan pasien berdasarkan
diagnosis yang didapatkan melalui tahap diagnosa
4. Tahap Inspection ===> Tahap observasi lanjutan untuk mengetahui
perkembangan dan respon pasien terhadap jenis pengobatan yang diberikan.
5. Tahap control ==> Evaluasi akhir, biasanya seteleh sembuh dan pasien
dipulangkan, namun masih membutuhkan control lanjutan.
Tujuan Rawat Inap

 Untuk memudahkan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang


komprehensif
 Untuk memudahkan menegakkan diagnosis pasien dan perencanaan terapi
yang tepat
 Untuk memudahkan pengobatan dan terapi yang akan dan harus didapatkan
pasien
 Untuk mempercepat tindakan kesehatan.
 Memudahkan pasien untuk mendapatkan berbagai jenis pemeriksaan
penunjang yang diperlukan
 Untuk mempercepat penyembuhan penyakit pasien
 Untuk memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari yang berhubungan dgn
penyembuhan penyakit, termasuk pemenuhan gizi dll.

Kualitas Pelayanan Rawat Inap


Kualitas pelayanan rawat inap Rumah sakit atau sebuah lembaga pelayanan
kesehatan tertentu dapat di nilai berdasarkan pada beberapa faktor yaitu:
1. Penampilan dan sikap profesionalisme berbagai unsur profesi terkait, aspek ini
termasuk sikap, pengetahuan, dan prilaku dokter, perawat, dan berbagai
tenaga profesi lainnya.
2. Efisiensi dan efektifitas mutu pelayanan, termasuk pada kemampuan
menajerial dalam memanfaatkan semua sumberdaya yang ada dirumah sakit
agar lebih berguna dan berdaya guna tinggi.
3. Dari segi keselamatan dan kenyaman pasien.
4. Dari segi kepuasaan pasien, termasuk kepuasan fisik, mental, dan kepuasaan
sosial terhadap beberapa unsur lingkungan rumah sakit / klinik, baik
kebersihan, keramahan, kecepatan mendapatkan pelayanan, kenyamanan,
perhatian dan tindakan, serta biaya yang dibebankan kepada pasien.

III.2. Ruang Lingkup


Lingkup pelayanan profil ini disusun berdasarkan persyaratan standar akreditasi
puskesmas, yang meliputi persyaratan umum, sistem manajemen mutu, tanggung jawab
manajemen, manajemen sumber daya, proses pelayanan yang terdiri dari penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Masyarakat, yang meliputi pelayanan Promosi kesehatan termasuk UKS,
pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM, Pelayanan Gizi yang
besifat UKM, Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat, dan penyelenggaraan pelayanan klinis (UKP).
a. Indikator Upaya Kesehatan Masyarakat
No Jenis Pelayanan Indikator Target
1 Kesehatan Ibu dan 1) Cakupan kunjungan ibu (K1) 100%
Anak serta
Keluarga
Berencana
2) Cakupan kunjungan ibu (K4) 100%
3) Cakupan komplikasi 100%
kebidanan
4) Cakupan pelayanan nifas 100%
(KF3).
5) Deteksi dini faktor resiko oleh 100%
Masyarakat
6) Cakupan neonatus dengan 100%
komplikasi yang ditangani.
7) Cakupan pertolongan 100%
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan.
8) Cakupan kunjungan neonatal 100%
(KN 1 lengkap).
9) Cakupan kunjungan neonatal 100%
(KN 3 lengkap).
10) Cakupan peserta Keluarga 80%
Berencana (KB) aktif.
11) Cakupan pelayanan anak 100%
balita v

12) Management Terpadu Balita 80%


Sehat (MTBS).
13) Cakupan pelayanan bayi (B 100%
4).
2 Perbaikan gizi 1) Tingkat partisipasi balita 90%
masyarakat datang menimbang ke Posyandu
satu bulan sekali (D/S).

2) N/D 80%
3) Cakupan bayi yang dapat air 80%
susu ibu (ASI) eksklusif 6 (enam)
bulan.
4) Cakupan balita (6-59 bulan) 100%
yang diberi kapsul vitamin A 2
kali pertahun.
5) Cakupan balita gizi kurang 100%
mendapat perawatan.
6) Rumah tangga mengkonsumsi 87%
garam beryodium

7) Ibu nifas mendapat vitamin A. 90%

8) Ibu hamil mendapat tabelt 95%


besi 90 tablet.
9) Balita Gakin 6-24 Tahun 100%
mendapat makanan tambahan.
3 Pencegahan dan 1) Cakupan desa/kelurahan 100%
Pengendalian Universal Child Imunization (UCI)
Penyakit
2) Cakupan Bulan Imunisasi Anak 100%
Sekolah (BIAS) campak kelas 1
(satu) Sekolah Dasar (SD).
3) Cakupan desa/kelurahan 100%
mengalami Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang dilakukan
penyelidikan <24 jam.

4) Cakupan penemuan dan 100%


penanganan Acute Flacid
Paralysis (AFP) rate per 100.000
penduduk <15 tahun.

5) Angka penemuan pasien baru 70%


tuberculosis (TB) Baksis Tahan
Asam (BTA) (+) (Case Detection
ate / CDR)

6) Angka kesembuhan (Cute 100%


Rate) penderita tuberculosis (TB)
Paru Baksil Tahan Asam (BTA)
(+).

7) Cakupan diare ditemukan dan 100%


ditangani
8) Cakupan penanganan kasus 100%
pneumonia pada balita.
9) Cakupan penemuan dan 100%
penanganan penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD).

10) Angka kesakitan Demam <52


Berdarah Dengue (DBD) per /100000
100000 penduduk penduduk

11) Angka Kejadian Ikutan Pasca 100%


Imunisasi (KIPI) yang ditangani.
4 Kesehatan 1) Cakupan akses air bersih. 77%
Lingkungan
2) Kualitas air minum yang 90%
memennuhi syarat
3) Cakupan penduduk akses 90%
jamban Kelurga

4) Rumah yang memiliki Saluran 65%


Pembuangan Air Limbah SPAL
5) Meningkatnya jumlah desa 71%
Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM).

6) Cakupan rumah sehat. 65%


7) Rumah bebas jentik Aedest. 95%
8) Tempat-Tempat Umum (TTU) 80%
yang memenuhi syarat
9) Tempat Pengolahan Makanan 80%
TPM yang memenuhi syarat

10) Cakupan institusi dibina. 80%

11) Meningkatnya pelayanan 100%


klinik sanitasi.
5 Promosi 1) Telaah Posyandu mandiri. 18%
Kesehatan
2) Tatanan Perilaku Hidup Bersih 30%
dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga
(RT).
3) Cakupan desa siaga aktif 30,70%
mandiri
4) Penyuluhan.
a. Dalam gedung. 50%
b. Luar gedung. 50%

b. Indikator Upaya Kesehatan Perorangan


No Jenis Pelayanan Indikator Target
1. Upaya Kesehatan 1) Jam buka pelayanan
Perseorangan Gawat Darurat 24 jam

2) Waktu tanggap ≤ 5 menit


pelayanan di Gawat terlayani setelah
Darurat. pasien dating
3) Jumlah kunjungan
150 ‰ dari
rawat jalan
jumlah penduduk

4) Pelayanan rawat
inap.
a. BOR ≥ 60 %
b. AVLOS 3-5 hari
c. TOI 2-4 hari
5) Waktu tunggu hasil
pelayanan ≤ 30 menit
laboratorium.
6) Waktu tunggu
pelayanan.
a. Obat jadi. ≤ 15 menit
b. Obat racikan. ≤ 20 menit
7) Sisa makanan yang
tidak termakan oleh ≤ 40 %
pasien.

07.30 s/d 14.00


(senin -kamis)
8) Jam buka
07.30 s/d 10.30
pelayanan gigi dan
(jumat)
mulut.
07.30 s/d 12.00
(sabtu)
9) Waktu penyediaan
dokumen rekam
medis pelayanan ≤ 30 menit
rawat jalan.

10) Pelayanan BPJS.


a. Jumlah peserta 1 % dari jumlah
Prolanis. peserta BPJS
b. Jumlah kunjungan
50 % dari jumlah
Prolanis.
peserta Prolanis
c. ndikator Mutu UKM

No Jenis Pelayanan Indikator Target


1 Kesehatan Ibu dan Anak a. Deteksi faktor resikoibu
hamil oleh masyarakat. 100 %
serta Keluarga
Berencana b. Penanganan komplikasi
neonatal. 100 %
Penggunaan garam
2 Gizi beryodium. 87 %
Pengendalian dan
Penemuan dan penanganan kasus
3 Pencegahan 100 %
diare.
Penyakit
Kesehatan
4 Lingkungan TPM yang memenuhi syarat. 80 %
5 Promotor Telaah kemandirian 18 %
Kesehatan Posyandu.

d. Indikator Mutu UKP

No Jenis Pelayanan Indikator Target


1 Pendaftaran dan a. Kelengkapandan
RM ketepatan pengisian berkas 65 %
rekam medis.
b. Pengambilan berkas rekam medis
masksimal 2 x 24 jam 70 %
setelahselesai
pelayanan .
Kepuasan pelanggan 70 %
2 Pelayanan Kepatuhan penulisan rekam medis
pemeriksaan pasien, meliputi : anamnesa, hasil
Umum pemeriksaan seperti TTV,
pemeriksaan fisik, laboratorium,
diagnosis, terapi, tanda tangan, dan 60 %
nama dokter pemeriksa di
RM pasien.
Kepuasan pelanggan 75 %
3 Pelayanan gigi Pencabutan gigi tetap dengan Maks
danmulut komplikasi. 5%
Kepuasan pelanggan. 77 %
4 Kesehatan Ibu dan Kejadian KIPI kategori Maks
Anak serta Keluarga berat. 5%
Berencana
Kepuasan pelanggan 75 %
BAB IV
CAPAIAN UPAYA KESEHATAN
IV. 1. CAPAIAN KINERJA UPAYA KESEHATAN

Capaian kinerja UKM tahun 2018

No Jenis Pelayanan Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Kesehatan Ibu 1) Cakupan kunjungan ibu (K1) 100 % 7,94 18,66 22,28 27,58 34,26 44,29 51,25 60,72 73,26 80,22 90,50 96,94
dan Anak serta 2) Cakupan kunjungan ibu (K4) 100 % 6,15 13,65 17,83 22,28 28,13 35,1 41,5 49,3 57,94 66,85 78,3 92,72
Keluarga 3) Cakupan komplikasi
100 % 2,69 11,9 14,9 14,9 14,9 14,9 14,9 14,9 14,9 14,9 17,9 23,9
Berencana kebidanan yang ditangani.
4) Cakupan pelayanan nifas
100 % 4,79 9,03 12,82 23,61 22,74 29,25 32,2 37,02 46,35 53,93 60,06 60,35
(KF3).
5) Deteksi dini faktor resiko oleh
100 % 7,7 11,2 15,4 18,3 22,5 26,7 30,9 35,2 42,2 45 50,7 59
masyarakat.
6) Cakupan neonatus dengan
100 % 2,9 2,98 4,47 4,76 4,76 4,76 4,76 4,76 4,76 4,76 4,76 4,76
komplikasi yang ditangani.
7) Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
100 % 9,58 14,86 20,96 26,53 33,52 44,6 50,14 57,14 65,88 73,46 83,97 85,42
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan.
8) Cakupan kunjungan neonatal
100 % 9,5 15,33 21,47 27,6 34,96 46,62 52,45 60,12 69,01 76,68 87,73 91,1
(KN 1 lengkap).
9) Cakupan kunjungan neonatal
100 % 9,5 15,33 21,47 27,6 34,96 46,62 52,45 60,12 69,01 76,68 87,73 91,1
(KN 3 lengkap).
10) Cakupan peserta Keluarga
80 % 7,36 25,53 33,85 47,45 56,8 56,8 64,7 77,3 91,04 104,3 117,3 133,6
Berencana (KB) aktif.
11) Cakupan pelayanan anak
100 % - - - - - - - 98 - - - -
balita (12-59 Bulan).
No Jenis Pelayanan Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
12) Management Terpadu Balita
80 % 9,2 17,9 27,1 36,4 45,6 55 62 68 72 78 80 85
Sehat (MTBS).
13) Cakupan pelayanan bayi (B 4). 100 % 8,5 18,2 26,4 35,6 45,6 53,7 61,5 71,8 81,3 88,6 94,7 105
2 Perbaikan gizi 1) Tingkat partisipasi balita datang
masyarakat menimbang ke Posyandu satu 90 % 55 59 62 65 70 74 78 80 82 83 89 91
bulan sekali (D/S). 0-11bln
2) N/D 0-11 bulan 90 % 51 57 61 67 69 71 73 75 77 80 84 95
3) Cakupan bayi yang dapat air
susu ibu (ASI) eksklusif 6 80 % - 85,2 - - - - - 82,1 - - - -
(enam) bulan.
4) Cakupan balita (6-59 bulan)
yang diberi kapsul vitamin A 2 100 % - 100 - - - - - 100 - - - -
kali pertahun.
5) Cakupan balita gizi kurang
100 % - - - - - 100 100 100 - - - -
mendapat perawatan.
6) Rumah tangga mengkonsumsi
87 % - 47 - - - - - 70 - - - -
garam beryodium.
7) Ibu nifas mendapat vitamin A. 90 % 9,5 14,87 20,69 26,53 33,52 44,02 49,85 56,85 65,59 73,17 83,67 86,88
8) Ibu hamil mendapat tablet
95 % 6,94 15,49 22,95 30,31 37,82 45,04 52,27 59,21 68,13 74,65 82,15 86,54
besi 90 tabelt.
9) Balita Gakin 6-24 Tahun
mendapat makanan 100 % - - - - - - - - - 100 100 100
tambahan.
3 Pencegahan dan 1) Cakupan desa/kelurahan
Pengendalian Universal Child Imunization 100 % 64,4 65,7 75,4 75,1 77,9 65,7 68,2 62,8 72,0 86,7 98,4 99,0
Penyakit (UCI).
2) Cakupan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS) campak kelas 1 100 % - - - - - - - - - 100 100 100
(satu) Sekolah Dasar (SD)
3) Cakupan desa/kelurahan
100 % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
mengalami Kejadian Luar
No Jenis Pelayanan Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Biasa (KLB) yang dilakukan
penyelidikan <24 jam.
4) Cakupan penemuan dan
penanganan Acute Flacid
100 % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Paralysis (AFP) rate per
100.000 penduduk <15 tahun.
5) Angka penemuan pasien baru
tuberculosis (TB) Baksis Tahan
70 % 2 2 3 3 3 2 7 3 3 0 0 1
Asam (BTA) (+) (Case
Detection Rate/ CDR).
6) Angka kesembuhan (Cute
Rate) penderita tuberculosis
100 % 1 4 3 2 1 1 0 1 3 2 1 3
(TB) Paru Baksil Tahan Asam
(BTA) (+).
7) Cakupan diare ditemukan dan
100 % 54 38 21 86 67 54 46 31 35 42 43 53
ditangani.
8) Cakupan penanganan kasus
100 % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pneumonia pada balita.
9) Cakupan penemuan dan
penanganan penderita
100 % 1 0 0 0 0 0 0 0 3 1 0 0
Demam Berdarah Dengue
(DBD).
<52 / <52 / <52 / <52 / <52 / <52 / <52 / <52 / <52 / <52 / <52 / <52 / <52 /
10) Angka kesakitan Demam
100.00 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Berdarah Dengue (DBD) per
0 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
100.000 penduduk. penduduk penduduk penduduk penduduk Penduduk
penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk
11) Angka Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) yang
ditangani. 100 % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
No Jenis Pelayanan Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
4 Kesehatan 1) Cakupan akses air bersih. 77 % 76,34 76,34 76,34 76,34 76,34 76,34 76,34 76,34 76,34 76,34 76,34 76,34
Lingkungan 2) Kualitas air minum yang
90 % 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67
memenuhi syarat.
3) Cakupan penduduk akses
90 % 90 91,80 92,10 93,50 93,90 94 94,50 95 96,66 96,75 96,75 96,75
jamban keluarga.
4) Rumah yang memiliki Saluran
Pembuangan Air Limbah 65 % 71,59 71,59 71,59 71,59 71,59 71,59 73,5 73,5 73,5 73,5 73,5 73,5
(SPAL).
5) Meningkatnya jumlah desa
Sanitasi Total Berbasis 71 % 70,69 70,69 70,69 76,92 76,92 76,92 76,92 76,92 76,92 76,92 76,92 76,92
Masyarakat (STBM).
6) Cakupan rumah sehat. 65 % 63,35 63,35 63,35 63,35 63,35 63,35 63,35 63,35 64,2 64,2 64,2 64,2
7) Rumah bebas jentik Aedest. 95 % 90,03 90,03 90,03 90,03 90,03 90,03 90,03 91 91 91 91 91
8) Tempat-Tempat Umum (TTU)
80 % 83,96 83,96 83,96 83,96 83,96 83,96 85 87,5 87,5 87,5 87,5 87,5
yang memenuhi syarat.
9) Tempat Pengolahan Makanan
80 % 52,45 52,45 52,45 52,45 52,45 52,45 58,40 62,8 62,8 62,8 62,8 62,8
(TPM) yang memenuhi syarat.
10) Cakupan institusi dibina. 80 % 81,4 81,4 81,4 81,4 81,4 81,4 81,4 81,4 81,4 81,4 81,4 81,4
11) Meningkatnya pelayanan
100 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
klinik sanitasi.
5 Promosi 1) Telaah Posyandu mandiri. 18 % - - - - - 50 - - - - - 100
Kesehatan 2) Tatanan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) Rumah 30 % 20 20 30 30 35 50 50 50 50 51 51 51
Tangga (RT).
3) Cakupan desa siaga aktif
30,7 % - - - - - 20 25 25 25 25 25 25
Mandiri
4) Penyuluhan.
c. Dalam gedung. 50 % - - - - - 10 20 30 40 50 60 70
d. Luar gedung. 50 % 10 10 30 30 30 20 40 40 50 50 50 60
Capaian Upaya Kesehatan Perseorangan(UKP)

Jenis
No Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Pelayanan
1. Upaya 1) Jam buka
Kesehatan pelayanan 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam
Perseorangan Gawat Darurat.
≤ 5 menit
2) Waktu tanggap terlayani 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3
pelayanan di setelah menit menit Menit menit menit menit Menit menit menit menit menit menit
Gawat Darurat. pasien
datang.
150 ‰
3) Jumlah
Dari 80/ 160/ 150/ 152/ 151/ 130/ 120/ 152/ 165/ 170/ 173/ 181/
kunjungan
jumlah 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
rawat
penduduk
jalan
4) Pelayanan rawat
inap.
a.BOR ≥ 60 % 91 93 73 73 80 74 32,3 60 32 35,6 49 57
b. AVLOS 3-5 hari 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
c.TOI 2-4 hari 1 1 1 1 1 1 7 4 7 6 3 3
5) Waktu tunggu
30 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
hasil pelayanan ≤ 30 menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
Menit
laboratorium.
6) Waktu tunggu
pelayanan.
15 15 15 15 15 10 10 13 13 8 4 5
a. Obat jadi. ≤ 15 menit
menit menit Menit menit menit menit Menit menit menit menit menit menit
b. Obat 15 15 15 15 15 15 15 18 18 12 15 7
racikan. ≤ 20 menit
menit menit Menit menit menit menit Menit menit menit menit menit menit
7) Sisa makanan
yang tidak ≤ 40 % 38 33 37 36 40 40 30 32 27,5 26,5 37,1 37%
termakan
oleh
pasien.
Jenis
No Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Pelayanan
8) Jam buka 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30
pelayanan gigi s/d 14.00 s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d
(Senin- 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00 14.00
dan mulut.
Kamis) (Senin- (Senin- (Senin- (Senin- (Senin- (Senin- (Senin- (Senin- (Senin- (Senin- (Senin- (Senin-
Kamis) Kamis) Kamis) Kamis) Kamis) Kamis) Kamis) Kamis) Kamis) Kamis) Kamis) Kamis)
07.30
s/d 10.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30
(Jum’at) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d
10.30 10.30 10.30 10.30 10.30 10.30 10.30 10.30 10.30 10.30 10.30 10.30
07.30 (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at) (Jum’at)
s/d 12.00
(Sabtu) 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30 07.30
s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d
12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00
(Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu) (Sabtu)
9) Waktu
penyediaan
dokumen rekam
≤ 30 20 20 20 20 20 20 20 20 10 10 10 10
medis
menit menit Menit menit menit menit menit Menit menit menit menit menit menit
pelayananrawat
jalan.
10) Pelayanan
BPJS.
1 % dari
c. Jumlah
jumlah
peserta 112 112 112 112 120 120 120 130 130 130 130 130
peserta
Prolanis.
BPJS
50 % dari
d. Jumlah
jumlah
kunjungan 58 58 58 57 60 65 65 65 67 67 69 69
peserta
Prolanis.
Prolanis
IV. 2. CAPAIAN MUTU UPAYA KESEHATAN

Capaian Mutu UKM tahun 2018

No Jenis Pelayanan Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Kesehatan Ibu dan a. Deteksi faktor resikoibu
hamil oleh masyarakat. 100 % 7,7 11,2 15,4 18,3 22,5 26,7 30,9 35,2 42,2 45 50,7 59
Anak serta
Keluarga b. Penanganan komplikasi
100 % 3,1 7,2 12,5 15,6 23,9 31,2 34,3 41,6 43,8 50 54,1 61,4
Berencana neonatal.
Penggunaan garam
2 Gizi 87 % - 47 - - - - - 70 - - - -
beryodium.
Pengendalian
Penemuan dan
3 dan Pencegahan 100 % 69 41 21 21 9 19 24 19 9 17 26 17
penanganan kasus diare.
Penyakit
Kesehatan
4 TPM yang memenuhi syarat. 80 % 69,23 67,23 69,23 69,23 69,23 69,23 69,23 66,67 80 80 80 80
Lingkungan
5 Promotor Telaah kemandirian 18 % - - - - - 50 - - - - - 100
Kesehatan Posyandu.
Capaian Mutu UKP tahun 2018

No Jenis Pelayanan Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Pendaftaran dan a. Kelengkapandan
RM ketepatan pengisian 65 % 95 95 95 95 98 98 98 98 99 99 100 100
berkas rekam
medis.
b. Pengambilan berkas
rekam medis masksimal 70 %
78 78 78 78 78 78 78 80 80 80 80 80
2 x 24 jam setelahselesai
pelayanan.
Kepuasan pelanggan 70 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2 Pelayanan Kepatuhan penulisan rekam
pemeriksaan medis pasien, meliputi :
Umum anamnesa, hasil
pemeriksaan seperti TTV,
pemeriksaan fisik, 60 % 58 60 60 60 60 60 60
57 57 50 56 59
laboratorium, diagnosis,
terapi, tanda tangan, dan
nama dokter pemeriksa di
RM pasien.
Kepuasan pelanggan 75 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
3 Pelayanan gigi Pencabutan gigi tetap Maks
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
danmulut dengan komplikasi. 5%
Kepuasan pelanggan. 77 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
4 Kesehatan Ibu dan Kejadian KIPI kategori Maks
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Anak serta Keluarga berat. 5%
Berencana
Kepuasan pelanggan 75 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
No Jenis Pelayanan Indikator Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
5 Farmasi Tidak adanya kejadian 95 %
98 99 95 98 100 100 100 100 100 100 100 100
kesalahan obat.
Kepuasan pelanggan 70 % 90 80 98 90 100 100 100 100 100 100 100 100
6 Gizi Balita gizi buruk dikonsulkan 50 %
50 50 50 60 60 70 80 90 100 100 100 100
dokter.
Kepuasan pelanggan. 70 % 75 74 74 65 75 75 74 74 65 75 76 100
7 Laboratorium a. Kejadian hematoma
Maksl
setelahpengambila
20 %
n 15 10 10 0 0 10 8 0 0 0 0 0
darah vena.
b. Tidak adanya kesalahan
pemberian hasil 95 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
pemeriksaan
laboratorium.
Kepuasan pelanggan 80 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
8 UGD Waktu tanggap pelayanan
oleh petugas di UGD kurang 70 % 90 90 70 90 90 90 90 70 90 90 90 92
dari 5 menit.
Kepuasan pelanggan. 70 % 85 90 70 90 90 85 90 70 90 90 100 100
9 Rawat Inap a. Tidak adanya kejadian
pasien jatuh yang 95 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
berakibat kecacatan atau
kematian
b. Disiplin waktu pergantian 80 % 85 88 90 95 85 85 88 90 95 100 100 100
jaga petugas rawat inap.
Kepuasan pelanggan. 76 % 92 92 95 96 97 97 99 99 100 100 100 100
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokan dalam sajian dan
informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.

V.1. SARANA KESEHATAN


Pada bab ini diuraikan mengenai sarana kesehatan di antaranya Puskesmas,
Puskesmas Pembantu (PUSTU), Polindes,Posyandu dan sarana upaya kesehatan bersumber
dari masyarakat lainnya.
1. Puskesmas Pembantu dan Polindes.
Jumlah Puskesmas Pembantu di wilayah kerja Puskesmas bingin Teluk sebayak
3 PUSTU dan 4 Polindes, Serta 1 Poskeslur. Secara konseptual, puskesmas menganut
konsep wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran penduduk 15.650
jiwa.Dengan jumlah tersebut berarti 1 desa terdapat satu Polindes / Poskeslur dan
satu Pustu hanya 2 desa yang tidak mempunyai Pustu tetapi desa tersebut akses
untuk ke Puskesmas cukup dekat dan memadai.
2. Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
Dalam rangka menigkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada
di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya
adalah posyandu, polindes.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat.
Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penaggulangan diare. Untuk
memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu
posyandu pratama, posyandu madya,posyandu purnama dan posyandu mandiri.
Berdasarkan data yang terkumpul pada tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas Bingin
Teluk ada 11 pos Posyandu , 2 Posyandu strata Pratama ( 18 % ) dan 9 Posyandu strata
Madya ( 82 % ).
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka
mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan
dan palayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pada tahun 2016
jumlah polindes di wilayah kerja Puskesmas Bingin Teluk ada 5 buah.

V.2. TENAGA KESEHATAN


Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya
dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu
gambaransituasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang disektor pemerintah maupun
swasta perlu diketahui.
Sesuai dengan fungsi ketersediaan pelayanan kesehatan di puskesmas,maka tenaga
kesehatan baik itu perawat maupun bidan menempati proporsi lebih banyak. Di Wilayah
kerja Puskesmas Bingin Teluk Jumlah tenaga di Puskesmas Bingin Teluk Berjumlah 78 Orang
dengan kualifikasi pendidikan Dokter Umum 1 orang, Perawat 17 orang, Bidan 20 orang,
SKM 4 orang, Kesling 1 orang, Nutrisionis 1 orang, SMF 4 orang, Administrasi 1 orang,
Pekarya 1 orang, Pustu 6 orang, Bides 6 orang, Rekam medik 1 orang, Terapis GiMul 1
orang, Non Nakes 3 orang Kepala Puskesmas1 orang dan Kepala TU 1 orang.
BAB VI
PENUTUP
Data dan informasi adalah bagian dari system informasi kesehatan yang merupakan
sumber daya vital dan urgent yang harus di miliki oleh penyelengara pembangunan
kesehatan,maka penyediaan data informasi yang berkualitas sangat di perlukan sebagai
masukan dalam proses pengambilan keputusan.
Namun sangat disadari, system informasi kesehatan yang ada saat ini masih belumdapat
memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalamera
desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Desa menjadi relative lebih sulit.Hal ini
berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Puskesmas
Bingin Teluk yang diterbitkan saat ini belum sesuai dengan harapan.
Walaupun demikian Profil Kesehatan Puskesmas Bingin Teluk dapat memberikan
gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan
masyarakat yang telah dicapai. Profil Kesehatan Puskesmas Bingin Teluk sering kali belum
mendapatkan apresiasi yang memadai, karena belum dapat menyajikan data dan informasi
yang sesuai dengan harapan.
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan PuskesmasBingin
Teluk perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat
untuk mengisi kekosongan data agar dapat tersedia data dan informasi khususnya yang
bersumber dari Desa.
Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
pembuatan Profil Kesehatan Puskesmas Bingin Teluk tahun 2018 yang akan datang.

Penyusun
Tim UPT Puskesmas Bingin Teluk

Anda mungkin juga menyukai