Anda di halaman 1dari 52

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Akuntansi

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik

menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil

tanpa ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono

(Syaiful Sagala,2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar

secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa

Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011:

61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara

disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah

laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons

terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari

pendidikan.

commit13to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang

dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan

dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru

untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik

meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang

akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan

guru untuk mengenal karakteristik peserta didik dalam pembelajaran

merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi

indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha

sadar dari guru untuk membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang belajar, dimana

perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku

dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

b. Pembelajaran Akuntansi

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1 Ayat 20 disebutkan bahwa Pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar.

Zaki Baridwan (2004: 1) dalam bukunya Intermediate

Accounting mengutip pengertian Akuntansi yang dikeluarkan oleh

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) sebagai

berikut,

Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah


menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat
keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam
memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan.

Definisi Akuntansi dapat dilihat dari dua sudut. Apabila ditinjau

dari sudut kegiatannya, Akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan

data keuangan suatu organisasi. Sedangkan ditinjau dari sudut

pemakainya, Akuntansi merupakan suatu disiplin yang menyediakan

informasi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan secara efisien dan

mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. (Al. Haryono Jusuf,

2003).

Salah satu perbedaan yang cukup signifikan antara Kurikulum

2006 (KTSP) dengan Kurikulum 2013 yaitu berkaitan dengan

perencanaan pembelajaran. Dalam Kurikulum 2006, kegiatan

pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan,

namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih

menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu

yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang

bersangkutan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Meski tidak lagi direpotkan membuat silabus sendiri, seorang

guru tetap saja dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan

makna yang terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan

operasionalisasi pembelajaran. Oleh karena itu, upaya telaah (kajian)

silabus tampak menjadi penting, baik dilakukan secara mandiri

maupun kelompok (khususnya melalui kegiatan bedah silabus dalam

forum MGMP), sehingga diharapkan para guru dapat memperoleh

perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam memahami

seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.

Silabus pada kurikulum 2013 memiliki komponen-komponen

sebagai berikut:

1) kompetensi inti;

2) kompetensi dasar;

3) materi pembelajaran;

4) kegiatan pembelajaran;

5) penilaian;

6) alokasi waktu; dan

7) sumber belajar.

Sementara untuk penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (Rencana Kegiatan Harian) tampaknya masih tetap

menjadi kewenangan dari guru yang bersangkutan, yaitu dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

berusaha mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang

telah disiapkan pemerintah.

Menurut Depdiknas (2003: 6), Akuntansi merupakan bahan

kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi

berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat

digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan tanggungjawab di

bidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi

perusahaan), pemerintah (Akuntansi pemerintah), ataupun organisasi

masyarakat lainnya (Akuntansi publik).

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik

belajar, pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam

upayanya untuk membuat peserta didik dapat belajar tidak hanya

membuat adanya perubahan tingkah laku peserta didik (Sardiman,

2011: 20-21). Dapat disimpulkan pembelajaran Akuntansi adalah

proses membuat orang belajar atau rangkaian kejadian yang

mempengaruhi peserta didik sehingga proses belajarnya dapat

berlangsung mudah untuk menyampaikan sekumpulan materi bahan

ajar berdasarkan landasan keilmuan Akuntansi yang akan diajarkan

kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan

pendekatan tertentu. Mata Pelajaran Akuntansi merupakan bagian dari

mata pelajaran produktif, di SMA Pangudi Luhur Sedayu yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

diajarkan sesuai dengan Kriteria Ketentuan Minimal yang tercantum

dalam Kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan kondisi SMA Pangudi

Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2014/2015.

c. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Akuntansi

Menurut Depdiknas (2003: 6), fungsi dan tujuan mata pelajaran

Akuntansi adalah sebagai berikut:

1) Fungsi

Fungsi mata pelajaran Akuntansi yaitu mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan

bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan, pengelompok kan,

pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan

dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK).

2) Tujuan

Tujuan mata pelajaran Akuntansi yaitu membekali peserta

didik lulusan SMA dalam berbagai kompetensi dasar, agar mereka

menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip

dan prosedur Akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke

masyarakat, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan peserta

didik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

d. Ruang Lingkup Akuntansi

Menurut Depdiknas (2003: 6), ruang lingkup Akuntansi dimulai

dari dasar-dasar konseptual, struktur, dan siklus Akuntansi. Adapun

materi pokok pelajaran Akuntansi di SMA adalah sebagai berikut:

1) Akuntansi dan Sistem Informasi.

2) Dasar Hukum Pelaksanaan Akuntansi.

3) Struktur Dasar Akuntansi.

4) Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa.

5) Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang.

6) Siklus Akuntansi Koperasi.

7) Analisis Laporan Keuangan.

8) Metode Kuantitatif.

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti

Menurut Depdiknas (2003:10), standar kompetensi, kompetensi

inti, dan indikator mata pelajaran Akuntansi adalah sebagai berikut:

1) Kompetensi Inti

Kompetensi inti adalah pernyataan minimal atau memadai yang

mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang

direfleksikan dalam kebiasaan bertindak dan berpikir setelah peserta

didik menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran

dalam satu kelas.

2) Kompetensi Dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal dalam mata pelajaran

yang harus dimiliki yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak.

3) Indikator

Indikator adalah kompetensi dasar secara spesifik yang dapat

dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar:

Tabel 2.1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Akuntansi SMA


Kelas XII
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1.1 Mencatat transaksi/ dokumen ke
dalam jurnal khusus
1.2 Melakukan posting dari jurnal
khusus ke buku besar
1. Memahami penyusunan siklus 1.3 Menghitung harga pokok
akuntansi perusahaan dagang penjualan
1.4 Membuat ikhtisar siklus
akuntansi perusahaan dagang
1.5 Menyusun laporan keuangan
perusahaan dagang

2. E-Learning

a. Definisi E-learning

Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas.

Banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-Learning dari

berbagai sudut pandang berbeda. Salah satu definisi yang diterima


commit to user
banyak pihak adalah definisi dari Darin E. Hartley yang menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang


memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke peserta didik
dengan menggunakan media internet, intranet atau media
jaringan komputer lain.

LearnFrame.com dalam Glossary of E-Learning Term

menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:

E-Learning adalah `sistem pendidikan yang menggunakan


aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan
media internet, jaringan komputer, maupun komputer
standalone.

E-Learning adalah singkatan dari Elektronic Learning,

merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan

media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajaranya.

Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga

banyak ahli mencoba menguraikan pengertian dari sudut pandang

masing-masing, diantaranya: E-Learning merupakan suatu jenis belajar

mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke peserta

didikdengan menggunakan media internet, komputer atau media

jaringan komputer lain

b. Komponen E-Learning

Kesimpulan definisi diatas ini yang sering saya gunakan untuk

membuat bagan komponen e-Learning. Dengan kata lain, komponen

yang membentuk e-Learning adalah:

1) Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa

personal computercommit
(PC),to user
jaringan komputer, internet dan
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan

teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous

learning melalui teleconference.

2) Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-

virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana

manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi,

sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang

berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem

perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning

Management System (LMS). LMS banyak yang open source

sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah untuk

dibangun di sekolah dan universitas kita.

3) Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-

Learning sistem (Learning Management System). Konten dan bahan

ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten

berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten

berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan

dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat

dijalankan oleh peserta didik kapanpun dan dimanapun. Depdiknas

cukup aktif bergerak dengan membuat banyak kompetisi pembuatan

multimedia pembelajaran. Pustekkom juga mengembangkan e-

dukasi.net yang mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk SMP,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

SMA dan SMK. Ini langkah menarik untuk mempersiapkan

perkembangan e-Learning dari sisi konten.

c. Kategori E-Learning

1) Synchrounous e-Learning;

Pada pembelajaran Synchrounous kondisinya hampir mirip dengan

pembelajaran konvensional hanya saja pada e-Learning hal ini

tidak ditandai kehadiran secara fisik. Pada bentuk Synchrounous ini

pendidik, peserta didik dan rekan-rekannya melakukan

“pertemuan” secara online di internet. Melakukan proses belajar

mengajar seolah sedang berada pada ruang fisik yang sama.

2) Self-directed Learning;

Pada kategori ini peserta didik melakukan pembelajaran secara

mandiri dengan mengakses berbagai referensi dan bahan belajar

yang disediakan. Tidak ada instruktur ataupun waktu khusus untuk

berdiskusi dengan sesame peserta didik. Masing-masing peserta

didik melakukan proses belajar sesuai kebutuhannya.

3) Asynchronous e-Learning:

Kategori ini mengombinasikan karakteristik dari kedua kategori

sebelumnya. Peserta didik belajar secara mandiri namun tetap

berkomunikasi dengan peserta didik lainnya maupun dengan

dengan pendidik walaupun tidak harus di waktu khusus.

Penggunaan email, instant message ataupun board pada forum


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

dapat digunakan sebagai komunikasi dan interaksi baik dengan

pendidik maupun sesame peserta didik.

3. Belajar Mandiri

a. Pengertian Belajar Mandiri

Sampai saat ini, belajar mandiri dikenal sebagai salah satu metode

pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan terbuka. Tidak semua

orang memahami dengan baik pengertian belajar mandiri. Beberapa

akademisi masih banyak yang belum memahami betul istilah yang

terkait dengan belajar mandiri seperti belajar individual, belajar sendiri,

belajar terbuka atau jarak jauh. Ada bebepara pertanyaan yang muncul

dikalangan akademisi berkaitan dengan pengertian belajar mandiri.

Berangkat dari persoalan itu, maka peneliti akan mencoba merumuskan

pengertian belajar mandiri melalui pendapat beberapa ahli.

Beberapa ahli mengungkapkan tentang istilah kemandirian

belajar, menurut Wedemeyer (1963) menjelaskan bahwa belajar

mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan,

tanggung jawab, dan kewenangan yang lebih besar kepada pembelajar

dalam melaksanakan dan merencanakan kegiatan-kegiatan belajarnya.

Haris Mudjiman (2007: 7) berpendapat kemandirian belajar

adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk

menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah

dimiliki. Penjelasan untuk batasan tersebut diatas adalah sebagai

berikut:

1) Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri

keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk

mencapai tujuan.

2) Motif, atau niat, untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah

kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persistem,

terarah dan kreatif.

3) Kompetensi adalah pengetahuan, atau ketrampilan, yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah.

4) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah

informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi

pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya.

5) Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh

pembelajar, sehingga ia sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan

belajarnya. Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal-

tradisional, tujuan akhir belajar dari setiap unit penugasan

dapat ditetapkan oleh pengajar, tetapi tujuan-tujuan antaranya

ditetapkan sendiri oleh pembelajar.

Dari penjelasan Haris Mudjiman di atas dapat diperoleh gambaran

bahwa seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

lebih ditandai, dan ditentukan oleh motif yang mendorongnya belajar.

Apabila motif yang mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk

menguasai sesuatu kompetensi yang diinginkan, maka ia sedang

menjalankan belajar mandiri.

Belajar mandiri memungkinkan peserta didik belajar secara

mandiri dari bahan cetak, siaran maupun bahan pra rekam yang telah

terlebih dahulu disiapkan, istilah mandiri menegaskan bahwa kendali

belajar serta keluwesan waktu maupun tempat belajar terletak pada

pembelajar yang belajar.

Dengan demikian, belajar mandiri sebagai metode yang dapat

didefinisikan sebagai suatu pembelajar yang memposisikan

pembelajar sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil

keputusan atau inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan

belajarnya sendiri dengan atau tanpa bantuan dari orang lain.

b. Ciri-ciri Belajar Mandiri

Metode belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri juga disebut

belajar mandiri atau belajar dengan mengarahkan diri sendiri. Meskipun

istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda, diantara ciri-ciri yang

penting bagi pembelajar secara umum adalah :

1) Piramid Tujuan

Telah disinggung di atas bahwa dalam belajar mandiri

terbentuk struktur tujuan belajar (yang identik dengan struktur


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

kompetensi) berbentuk piramid. Besar dan bentuk piramid sangat

bervariasi di antara para pembelajar. Sangat banyak faktor yang

berpengaruh. Di antaranya adalah kekuatan motivasi belajar,

kemampuan belajar, dan ketersediaan sumber belajar. Pada

umumnya dapat dikatakan bahwa semakin kuat motivasi belajar,

semakin tinggi kemampuan belajar, dan semakin tersedia sumber

belajar. Secara umum dapat dikatakan, bahwa keadaan ini

menunjukkan kemungkinan semakin tingginya kualitas kegiatan

belajar, dan semakin banyaknya kompetensi yang diperoleh.

2) Sumber dan Media Belajar

Belajar mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan

media belajar. Pengajar, tutor, kawan, pakar, praktisi,dan siapapun

yang memiliki informasi dan ketrampilan yang diperlukan

pembelajar dapat menjadi sumber belajar. Paket-paket belajar yang

berisi self instruction materials, buku teks, hingga teknologi

informasi lanjut, dapat digunakan sebagai media belajar dalam

belajar mandiri.

Ketersediaan sumber dan media belajar turut menentukan

kekuatan motivasi belajar. Apabila sumber dan bahan belajar

tersedia dalam jumlah dan kualitas yang cukup di dalam

mesyarakat, kegiatan belajar mandiri menjadi terdukung. Lebih-

lebih bila penguasaan kompetensi yang bermanfaat bagi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

kehidupan masyarakat mendapatkan reward yang sepadan, maka

belajar mandiri akan berkembang menjadi bagian dari budaya

masyarakat.

3) Tempat Belajar

Belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di

perpustakaan, di warnet, dan di mana pun tempat yang

memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar. Akan tetapi,

memang ada tempat-tempat belajar tertentu yang paling sering

digunakan pembelajar, yaitu rumah dan sekolah. Lingkungan

belajar di tempat-tempat tersebut perlu mendapatkan perhatian,

sehingga pembelajar merasa nyaman melakukan kegiatan belajar.

4) Waktu Belajar

Belajar mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang

dikehendaki pembelajar, di antara waktu yang digunakan untuk

kegiatan-kegiatan lain. Masing-masing pembelajar memiliki

preserensi waktu sendiri-sendiri, sesuai dengan ketersediaan waktu

yang ada padanya.

5) Tempo dan Irama Belajar

Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar ditentukan

sendiri oleh pembelajar, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,

dan kesempatan yang tersedia.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

6) Cara Belajar

Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya

sendiri. Ini antara lain terkait dengan tipe pembelajar, apakah ia

termasuk auditif, visual, kinestetik, atau tipe campuran. Pembelajar

mandiri perlu menemukan tipe dirinya, serta cara belajar yang

cocok dengan keadaan dan kemampuannya sendiri.

7) Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar

sendiri. Dengan membandingkan antara tujuan belajar dan hasil

yang dicapainya, pembelajar akan mengetahui sejauh mana

keberhasilannya. Hasil self-evaluation yang dilakukan berulang-

kali akan turut membentuk kekuatan motivasi belajar yang lebih

lanjut. Pada umumnya kegagalan yang terus menerus dapat

menurunkan kekuatan motivasi belajar. Sebaliknya keberhasilan-

keberhasilan akan memperkuat motivasi belajar.

c. Syarat-syarat Belajar mandiri

1) Adanya motivasi belajar

Untuk melakukan belajar aktif, motivasi belajar merupakan

syarat yang harus dikembangkan dahulu. Tanpa motivasi belajar

yang cukup kuat untuk menguasai sesuatu kompetensi, belajar

mandiri tidak mungkin dijalankan tetapi sebaliknya, belajar mandiri

diperkirakan akan dapat menumbuhkan motivasi belajar.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Pengembangan motivasi belajar merupakan bagian tersulit

dalam penyiapan dan penumbuhan kemampuan belajar mandiri,

sebab upaya pengembangan motivasi belajar mempersyaratkan

ketersediaan informasi tentang untung-ruginya belajar dan

kemampuan pembelajar mengolah informasi tersebut dengan benar.

Informasi tentang keuntungan dan kerugian melakukan

kegiatan belajar, untuk menguasai sesuatu kompetensi, harus

tersedia selengkap dan setepat mungkin, agar pembelajar dapat

mengetahui dengan baik :

a) Keuntungan yang akan ia dapatkan,

b) Beban yang ia harus tanggung,

c) Kesesuaian antara kompetensi yang akan dia akan dapatkan

dengan kebutuhannya, apakah pemilikan kompetensi itu akan

dapat memenuhi kebutuhannya,

d) Apakah ia memiliki kemampuan yang diperlukan untuk belajar

dan menguasai kompetensi itu, dan

e) Apakah kegiatan belajar itu kira-kira akan memberikan rasa

senang atau tidak, rasa senang dapat timbul apabila pengalaman

belajar yang lalu memberikan hasil baik dan cukup memuaskan.

Semua informasi itu diperlukan untuk membangun kekuatan

motivasi belajar. Kekuatan motivasi akan cukup kuat bila analisisnya

terhadap informasi menghasilkan jawaban positif. Apabila kekuatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

motivasinya cukup besar, ia akan memutuskan untuk belajar guna

mendapatkan kompetensi yang dijanjikan oleh kegiatan itu. Bila

kekuatan motivasinya lemah, ia akan memutuskan untuk tidak

belajar guna mencapai kompetensi itu. Dengan kata lain, informasi

yang lengkap dan tepat ia akan belajar, atau tidak belajar guna

mencapai kompetensi itu.

2) Adanya masalah

Syarat kedua adalah harusnya ada masalah yang menarik dan

bermakna bagi peserta didik. Masalah harus riil, actual dan

memiliki kaitan dengan kehidupan, sehingga akan memudahkan

peserta didik untuk mencari jawabannya dan pembelajar pun lebih

semangat untuk memecahkan masalahnya. Belajar mandiri ini

memberikan kebebasan kepada pembelajar untuk mencari,

mengidentifikasikan, memecahkan, mencari solusi, membandingkan,

dan menilai sesuatu masalah yang berkaitan dengan dirinya.

3) Menghargai pendapat pembelajar

Masih banyak sekali pembelajaran yang mana guru

mendominasi kelas, sebagian pembelajar menerima apa yang

diperintahkan oleh pengajar. Padahal banyak pembelajar yang

memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan banyak juga peserta

didik yang aktif, kreatif, dinamis, idealis yang merupakan hasil dari

belajar mandiri pembelajar tersebut.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

4) Peran pengajar

Peran pengajar merupakan salah satu syarat belajar mandiri:

a) Pengajar sebagai Demostrator

Dalam perananya sebagai demonstrator hendaknya

pengajar senantiasa mengembangkan dalam artian

meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya

karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh

peserta didik.

b) Pengajar sebagai Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola akademik, silabus,

jadwal pelajaran, dll. Komponen yang berkaitan dengan

kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan dengan

sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas, dan

efisien belajar pada diri pembelajar.

c) Pengajar sebagai Motivator

Peranan pengajar sebagai motivator ini penting artinya

dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan

kegiatan belajar.

d) Pengajar sebagai Pengarah

Dalam hal ini, pengajar harus dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan belajar pembelajar sesuai dengan tujuan

yang dicita-citakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

e) Pengajar sebagai Transmitter

Dalam kegiatan mengajar pengajar juga akan bertindak

selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

4. Web

1) Definisi Web

Berners-Lee hanya ingin menemukan cara untuk menyusun

arsip-arsip risetnya. Untuk itu, dia mengembangkan suatu sistem untuk

keperluan pribadi. Sistem itu adalah program peranti lunak yang diberi

nama Equire. Dengan program itu, Berners-Lee berhasil menciptakan

jaringan terkait antara berbagai arsip sehingga memudahkan informasi

yang dibutuhkan. Inilah yang kemudian menjadi dasar dari sebuah

revolusi yang dikenal sebagai web.

Www dikembangkan pertama kali di Pusat Penelitian Fisika

Partikel Eropa (CERN), Jenewa, Swiss. Pada tahun 1989 Berners-lee

membuat proposal untuk proyek pembuatan hypertext secara global,

kemudian pada bulan Oktober 1990, ‘World Wide Web‘ sudah bisa

dijalankan dalam lingkungan CERN. Pada musim panas tahun 1991,

WWW resmi digunakan secara luas pada jaringan Internet.

Secara garis besar, website bisa digolongkan menjadi 3 bagian yaitu:

1) Website Statis

2) Website Dinamis

3) Website Interaktif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Website Statis adalah web yang mempunyai halaman tidak

berubah. Artinya adalah untuk melakukan perubahan pada suatu

halaman dilakukan secara manual dengan mengedit code yang menjadi

struktur dari website tersebut.

4) Sistem Manajemen Basis data (Database Management System, DBMS)

Basis data didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang

disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa

menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi

dari basisdata tersebut. Perangkat lunak yang digunakan untuk

mengelola dan memanggil kueri (query) basisdata disebut sistem

manajemen basis data (database management system, disingkat

DBMS).

Database Management System (DBMS) atau Sistem Manajemen

Basis Data (SMBD) merupakan sebuah perangkat lunak yang ditulis

khususnya untuk mengontrol struktur sebuah basis data dan mengakses

data. Dalam DBMS, pergantian alamat hanya boleh dimasukkan sekali,

dan informasi yang di-update akan tersedia dalam sembarang file yang

sesuai. Komponen utama Sistem Manajemen Basis data antara lain:

1) Kamus Data

Biasa disebut repositori, adalah dokumen atau file yang

menyimpan definisi data dan deskripsi struktur data yang

digunakan dalam database. Kamus data tidak memuat data aktual


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

database, namun hanya informasi untuk mengelolanya. Tanpa

kamus data, DBMS tidak dapat mengakses data dari database.

Kamus data menentukan pengaturan dasar database dan memuat

dafta semua file ke dalam database, jumlah record setiap file, dan

namna serta tipe masing-masing field. Kamus data juga

membantu melindungi keamanan database dengan

mengindikasikan siapa saja yang memiliki hak untuk

mengaksesnya.

2) Utilitas

Merupakan program yang membantu Anda untuk dapat

memperoleh database dengan cara menciptakan, mengedit, dan

menghapus data, record dan file. Dengan utilitas ini Anda dapat

memonitor jenis data yang dimasukkan dan memilah database

Anda berdasarkan key field, melakukan pencarian serta mengatur

informasi juga menjadi lebih mudah.

3) Penghasil Laporan

Merupakan program untuk menghasilkan CMS, sistem

manajemen konten (Inggris: Content Management System,

disingkat CMS), adalah perangkat lunak yang memungkinkan

seseorang untuk menambahkan dan/atau memanipulasi

(mengubah) isi dari suatu situs Web. Umumnya, sebuah CMS

(Content Management System) terdiri dari dua elemen:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

a) Aplikasi manajemen isi (Content Management Application,

[CMA])

b) Aplikasi pengiriman isi (Content Delivery Application

[CDA]).

Elemen CMA memperbolehkan si manajer isi -yang mungkin

tidak memiliki pengetahuan mengenai HTML (HyperText Markup

Language), untuk mengatur pembuatan, modifikasi, dan penghapusan

isi dari suatu situs Web tanpa perlu memiliki keahlian sebagai seorang

Webmaster. Elemen CDA menggunakan dan menghimpun informasi-

informasi yang sebelumnya telah ditambah, dikurangi atau diubah oleh

si empunya situs web untuk meng-update atau memperbaharui situs

Web tersebut. Kemampuan atau fitur dari sebuah sistem CMS berbeda-

beda, walaupun begitu, kebanyakan dari software ini memiliki fitur

publikasi berbasis Web, manajemen format, kontrol revisi, pembuatan

index, pencarian, dan pengarsipan.

Berikut dibawah ini pemanfaatan CMS :

a) Website perusahaan, bisnis, organisasi atau komunitas.

b) Portal

c) Galeri foto

d) Aplikasi E-Commerce.

e) Mengelola website pribadi / blog.

f) Dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

5. Moodle

a. Pengertian Moodle

Media pembelajaran dengan bantuan jaringan internet, dan

berisi konten-konten yang sama seperti padapembelajaran tatap muka.

Konten dalam Moodle adalah materi pembelajaran, latihan soal, kuis,

dan permainan yang berkaitan dengan materi pembelajaran tertentu.

Moodle merupakan sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang

dapat merubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web.

Aplikasi ini memungkinkan peserta didik untuk masuk kedalam "ruang

kelas" digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan

menggunakan Moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis,

jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah singkatan dari

Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment.

Scole dan Foster (2008) mendefinisikan Moodle sebagai

singkatan dari Modular Object-Oriented Dynamic Learning

Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan

model berorientasi objek. Aplikasi Moodle pertama kali dikembangkan

oleh Martin Dougiamas pada Agustus 2002 dengan Moodle versi 1.0.

Saat ini, Moodle bisa dipakai oleh siapa saja secara open source

(Amiroh 2012). Selain merupakan akronim, Cole dan Foster (2008)

juga mendefinisikan Moodle sebagai kata kerja yang berarti proses

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

melakukan sesuatu seperti suatu permainan yang menyenangkan dan

mengarah pada penambahan wawasan dan kreativitas.

Moodle dapat diinstalasi secara online maupun offline. Sistem

yang dibutuhkan agar aplikasi Moodle dapat berjalan dengan baik

secara offline adalah Apache Web Server, PHP, database MySQL atau

PostgreSQL. Ketiganya dapat diperoleh dengan mengunduh Xampp.

Moodle yang diintalasi langsung secara online membutuhkan hosting,

domain, dan file Moodle. Kontrol panel yang dibutuhkan tidak lagi

secara offline dalam bentuk xampp kontrol panel tapi diilakukan

melalui kontrol panel online, yaitu dengan menggunakan cPanel.

Instalasi Moodle dilakukan di cPanel.

1) Hosting

Hosting adalah space dalam server komputer yang di gunakan

sebagai penempatan data dan file yang ada. Purwanto (2010)

mendefinisikan hosting sebagai ruangan yang terdapat dalam

harddisk tempat menyimpan berbagai data, file-file, gambar dan lain

sebagainya yang akan ditampilkan di situs. Hosting memiliki ukuran

yang bermacam-macam. Semakin besar hosting, semakin besar data

yang dapat disimpan.

2) Domain

Nama domain adalah alamat permanen situs di dunia internet yang

digunakan untuk mengidentifikasi sebuah situs atau dengan kata lain


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

domain name adalah alamat yang digunakan untuk menemukan situs

kita pada dunia internet (Purwanto, 2010). Domain diberikan untuk

mengidentifikasi nama server komputer seperti web server atau

email server di internet. Domain yang digunakan pada penelitian ini

adalah pintarbiologi.com.

3) cPanel

cPanel merupakan kontrol panel online yang dapat digunakan untuk

mengatur website, membuat email account dan banyak hal lainnya

seperti instalasi script. Anfidz (2010) mendefinisikan cPanel sebagai

sebuah Kontrol Panel untuk mengelola layanan web hosting, mudah

digunakan dan kaya akan feature, seperti pengelolaan e-mail.

Pengubahan format standar Moodle yang tersedia juga dilakukan

melalui cPanel.

4) Moodle

Moodle yang dimaksud adalah Moodle terbaru yang kompatibel

untuk windows (pada penelitian ini dikembangkan Moodle 2.4).

Moodle dapat diunduh dalam bentuk .zip di www.Moodle.org.

b. Kelebihan Moodle

Kelebihan Moodle menurut Amiroh (2012) yaitu :

1) Sederhana, efisien dan ringan, serta kompatibel dengan banyak

browser

2) Instalasi yang sangat mudah dengan dukungan dengan berbagai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

bahasa, termasuk Bahasa Indonesia

3) Tersedianya manajemen situs untuk pengaturan situs secara

keseluruhan, perubahan modul, dan lain sebagainya

4) Tersedianya manajemen pengguna (user management) dan

manajemen course yang baik

Kemudahan instalasi untuk menyusun sebuah platform

pembelajaran menjadi salah satu pertimbangan peneliti memilih Moodle

sebagai basis platform pembelajaran yang akan dikembangkan.

Tabel. 2.2 Perbandingan karakteristik berbagai jenis platform

Kriteria Moodle dotLRN Blackboard Sakai


Bahasa PHP Tel Java Java
Pemrograman

Standar IMS-CP, IMS- IMS-CP, IMS- IMS-CP, IMS- IMS-CP, IMS-


Platform QTI, SCROM LD, IMS MD, LD, IMS MD, LD, IMS-QTI,
IMS-QTI, IMS-QTI, IMSEnterprise,
IMSEnterprise, IMSEnterprise, SCROM
SCROM SCROM

Lisensi Open source Open source Commercial Open source


Autentikasi CAS, External LDAP, PAM, CAS, LDAP, CAS,LDAP,
DB, First Class, RADIOUS, Kerberos, Shibboleth,
LDAP, IMAP, web services RBDMS, Kerberos web
NNTP, Moodle ActiveDirectory, services
network, PAM, Shibboleth, web
POP3, Radius, server
Shibboleth, web
services delegation
commitLMS
Komparasi dan Evaluasi to user
Open Source (Sumber: [Graf, 2005])
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Selain itu, melalui manajemen course yang baik juga

mempermudah peneliti dalam melakukan pengaturan pada Moodle.

Selain itu, itu, karakteristik lain yang dimiliki platform berbasis Moodle

tetapi tidak dimiliki platform lain menurut Aguirre (2012) juga telah

dijelaskan pada Tabel 2.

c. Fitur pembelajaran yang didukung oleh Moodle

Moodle memiliki berbagai fasilitas yang dapat berguna

mendukung kegiatan pembelajaran. Fasilitas yang terdapat pada

Moodle antara lain Assignment, Chat, Forum, Quiz, dan Survey.

Penjelasan untuk masing-masing fasilitas menurut Amiroh (2012)

adalah sebagai berikut.

1) Assignment digunakan untuk memberikan penugasan kepada

peserta didik secara online. Peserta didik dapat mengakses materi

tugas dan mengumpulkan tugas dengan cara mengirimkan file hasil

pekerjaan mereka.

2) Chat digunakan oleh guru dan peserta didik untuk saling

berinteraksi secara online dengan cara berdialog teks (percakapan

online).

3) Forum merupakan forum diskusi secara online antara guru dan

peserta didik yang membahas topik-topik yang berhubungan

dengan materi pembelajaran.

4) Quiz digunakan oleh guru untuk melakukan ujian tes secara online.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

5) Survey digunakan untuk melakukan jajak pendapat.

d. Learning Management System

Learning Management System (LMS) merupakan aplikasi

software yang banyak digunakan di kalangan pendidik baik di tingkat

perguruan tinggi maupun di tingkat sekolah menengah. Prawiradilaga

(2004) memaparkan bahwa Learning Management System merupakan

sistem yang mendukung implementasi pembelajaran elektronik (e-

learning) dengan menyediakan materi pembelajaran, instruksi proses

belajar yang dilakukan oleh peserta didik, materi evaluasi dan

penampilan hasil proses belajar.

e. Contoh Tampilan Moodle yang dikembangkan berbagai sekolah

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ungaran memiliki e-Learning

berbasis Moodle. Moodle yang dikembangkan diintegrasikan dengan

web sekolah. Menu yang ada didalamnya antara lain link web sekolah,

koleksi, login bagi pengguna, fasilitas pencarian download, dan

kategori materi. Materi yang ada tersaji dalam bentuk e-book dan

beberapa artikel. Materi tidak hanya dapat dibaca tetapi bisa diunduh.

Terdapat pula menu yang menunjukkan materi yang terbaru serta materi

yang paling banyak diunduh.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Tampilan Learning Management System berbasis Moodle


di SMA N 1 Ungaran

Gambar 2.2. Tampilan Learning Management System berbasis Moodle


di SMP N 1commit to user
Purbalingg
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Moodle yang dikembangkan oleh SMP N 1 Purbalingga belum

memiliki banyak perubahan dan pengembangan tampilan seperti course

Moodle standar. Tampilan standar dari front page Moodle terdiri dari

nama situs e-Learning Moodle, blok navigasi (navigation block), daftar

course yang tersedia, status user (login), blok deskripsi course (course

description block), dan blok kalender (calendar block).

Gambar 2.3. Tampilan Learning Management System berbasis Moodle


di SMA N 1 Kebumen

Tampilan Moodle SMA N 1 Kebumen tidak banyak yang

berbeda dengan isi front page utama Moodle. Hanya saja posisi tiap

bagian yang berubah. Menu mata pelajaran pada tiap kelas yang ada

juga tampak secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan Moodle


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

SMP N 1 Purbalingga, menu “mata pelajaran” termasuk ke dalam

perbedaan. Pada Moodle SMP N 1 Purbalingga pilihan mata pelajaran

hanya akan mucul bila menu “kelas” di klik.

6. Model Pengembangan ADDIE

ADDIE adalah model perancangan instruksional yang berupa proses

umum yang secara tradisional digunakan oleh perancang instruksional

ataupun pengembangan pelatihan. Model ADDIE merupakan inti

perancangan instruksional dan menjadi dasar sistem perancangan

instruksional (Instructional System Design - ISD). Pada prakteknya

terdapat beberapa macam adaptasi model ADDIE, tetapi secara umum

terdiri dari 5 fase yang membentuk siklus yaitu Analysis, Design,

Development, Implementation, dan Evaluation (Molenda, 2008).

Analysis

Design

Development

Implementation

Evaluation

commit to user
Gambar 2.4 Model ADDIE menurut Molenda (2008)
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

Ulasan yang dibuat Zulrahmat Togala untuk buku Instructional

Design: The ADDIE Approach, menjelaskan aktivitas yang dilakukan pada

masing-masing tahap sebagai berikut (Togala, 2013) :

a. Analysis (analisis) : Pada fase analisis, dilakukan pendefmisian

permasalahan instruksional, tujuan instruksional, dan sasaran

pembelajaran. Pada fase ini juga dilakukan identifikasi atas lingkungan

pembelajaran, pengetahuan dan keahlian yang saat ini sudah dimiliki

oleh peserta didik. Fase ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan terkait hal-hal berikut : Siapa pemirsanya (audiens), apa

yang perm mereka pelajari, berapa anggarannya, opsi apa saja yang

tersedia untuk menyajikan materi (delivery), kendala apa saja yang ada,

kapan proyek harus selesai, dan apa yang harus dilakukan peserta didik

untuk mengetahui kompetensi mereka?

b. Design (desain) : fase desain terkait dengan penentuan sasaran,

instrumen penilaian, latihan, konten, dan analisis yang terkait materi

pembelajaran, rencana pembelajaran dan pemilihan media Fase desain

dilakukan secara sistematis dan spesifik. Aktivitas yang dilakukan pada

tahap desain biasanya meliputi pemilihan lingkungan belajar yang

paling sesuai dengan mempelajari jenis keahlian kognitif yang

diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional, menulis sasaran

instruksional, memilih pendekatan secara keseluruhan, bentuk dan

commit
tampilan program : unit to user
outline, pembelajaran dan modul, merancang
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

materi kursus secara spesifik untuk digunakan pada medium elektronik

interaktif.

c. Development (pengembangan) : pada fase ini dilakukan pembuatan dan

penggabungan aset konten yang sudah dirancang pada fase desain. Pada

fase ini dibuat storyboard, penulisan konten dan perancangan

grafis yang diperlukan. Jika melibatkan e-learning, programmer akan

bekerja untuk mengintegrasikan teknologi yang diperlukan. Aktivitas

yang dilakukan pada fase ini meliputi pembuatan atau pengumpulan

media yang diperlukan, menggunakan kekuatan internet atau media

elektronik untuk menyajikan informasi dalam berbagai format

multimedia sehingga dapat memenuhi keinginan peserta didik, dan

mendefinisikan interaksi yang sesuai, yang harus dalam bentuk kreatif,

inovatif, dan mendorong peserta didik untuk terpancing belajar lebih

lanjut.

d. Implementation (implementasi): pada fase ini, dibuat prosedur untuk

pelatihan bagi peserta pelatihan dan instrukturnya / fasilitator. Pelatihan

bagi fasilitator meliputi materi kurikulum, hasil pembelajaran yang

diharapkan, metoda penyampaian dan prosedur pengujian. Aktivitas

lain yang harus dilakukan pada fase ini meliputi penggandaan dan

pendistribusian materi, handout dan bahan pendukung lainnya, serta

persiapan jika terjadi masalah teknis dan mendiskusikan rencana

alternatif dengan peserta didik.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

e. Evaluation (evaluasi): rase evaluasi terdiri atas dua bagian yaitu

formatif dan sumatif. Evaluasi formatif terjadi di setiap tahapan proses

ADDIE. Evaluasi sumatif terdiri atas test yang dirancang untuk domain

yang terkait kriteria tertentu dan memberikan peluang umpan balik dan

pengguna.

Penggunaan model ADDIE pada pengembangan produk multimedia

untuk pembelajaran sudah dikenal secara luas. Parekh (2006)

mencantumkan ADDIE sebagai salah satu metoda pengembangan aplikasi

multimedia untuk produk CBT. Model ADDIE juga digunakan untuk

pengembangan website berbasis multimedia (Peterson, 2003), serta

aplikasi pembelajaran berbasis multimedia lainnya (Arkun & Akkoyunlu,

2008), (Sukenda et al, 2013).

7. Peran Guru dan Peserta Didik (User)

a. Peran Guru dalam pembelajaran Akuntansi menggunakan Moodle

Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah sangat

bergantung kepada peran guru. Dalam pengertian pendidikan secara

luas, seorang guru yang idealnya dapat berperan sebagai :

1) Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber

norma kedewasaan;

commit
2) Inovator (pengembang) to user
sistem nilai ilmu pengetahuan;
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

3) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta

didik;

4) Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui

penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses

interaksi dengan sasaran didik;

5) Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat

dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang

mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada

sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, dengan

mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru

dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :

1) Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa

yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-

teaching problems).;

2) Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan

situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan

kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia

bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan

kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik

(manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching

problems).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

3) Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan,

menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan

pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses

pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai

aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia,

satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana

guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga

mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan

kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu

pemecahannya (remedial teaching).

Kaitannya dengan pengembangan media pembelajaran yang

dilakukan di SMA Pangudi Luhur Saint Louis IX Sedayu peran guru

sangat berpengaruh, dimana guru harus mengidentifikasi peserta

didiknya tentang kesulitan dalam proses belajar mengajar dalam hal ini

mata pelajaran Akuntansi. Guru harus mampu melakukan pemecahan

terhadap kesulitan dan hambatan yang dihadapi peserta didik untuk

Mata Pelajaran Akuntansi, salah satu cara yaitu dengan perbaikan

dengan pembelajaran elektronik Akuntansi berbasis web mooddle. Guru

akan merancang kebutuhan pembelajaran berbasis Moodle dengan

terlebih dahulu memahami teknologi informasi yang ada (e-learning),

setelah itu guru akan membuat produk berupa aplikasi yang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

memudahkan peserta didik dalam pembelajaran Akuntansi. Aplikasi ini

menawarkan kesempatan pada guru untuk terhubung dengan peserta

didik dan membantu mereka menciptakan norma-norma dan

merefleksikan bagaimana tindakan online yang berbeda akan

diinterpretasikan, selain itu menawarkan pendidik mempunyai

kesempatan untuk memulai dialog yang memenuhi peserta didik

dengan pengalaman mereka untuk memeriksa secara kritis penggunaan

jaringan sosial dan etis penggunaan media dan format online.

Guru yang nantinya akan mengujicobakan produk kepada peserta

didiknya dan mengevaluasi hasil dari pengembangan produk yang telah

dilakukan, sehingga keefektifitasan penggunaan produk serta

meningkatnya hasil belajar peserta didik akan diketahui dengan pasti

oleh guru tersebut.

b. Peran Peserta didik dalam pembelajaran Akuntansi menggunakan E-

Learning Berbasis Web

Peran peserta didik saat pembelajaran dengan Moodle atau e-

Learning tidak lepas dari peran guru Teknologi Informasi Komputer

yang mengajarkan tentang bagaimana penggunaan jaringan komputer

dan jaringan internet. Peserta didik dikatakan siap melaksanakan

pembelajaran dengan e-Learning apabila peserta didiksudah menguasai

cara mengoperasikan komputer dan jaringan internet. Dapat

ditunjukkan dengan peserta didik telai memiliki alamat email, atau


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

sering memanfaatkan produk internet Google untuk mencari informasi

yang diperlukan.

Perbedaan Pembelajaran konvensional dengan e-Learning yaitu

kelas konvensional guru dianggap sebagai orang yang serba bisa/tahu

(teacher centre) dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan

kepada peserta didik. sedangkan di dalam pembelajaran online dalam

hal ini dengan e-Learning Akuntansi berbasis web Moodle,

pembelajaran berpusat pada peserta didik dan tidak terbatas pada waktu

tertentu untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran online akan

memaksa peserta didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam

pembelajarannya. Peserta didik membuat perancangan dan mencari

materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering

dijumpai adalah kombinasi dari teknologi, teknologi juga sering dipakai

pada pendidikan jarak jauh dimaksudkan agar komunikasi antara

peserta didik dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi ini.

Dalam penggunaan e-Learning Akuntansi ini juga tak luput dari sebuah

kekurangan dan kelebihannya. Adapun kekurangan dari penggunaan

pembelajaran berbasis web Moodle adalah kurangnya interaksi antara

guru dengan peserta didik, sedangkan idealnya sebuah pembelajaran

harus ada interaksi yang aktif antara pengajar dengan pebelajar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Kecenderungan mengabaikan aspek sosial dan atau bahkan aspek

akademik. Kemungkinan adanya kegagalan bagi peserta didik yang

tidak memiliki motivasi belajar yang lebih. Serta tidak adanya fasilitas

internet di semua tempat pebelajar. Dalam penggunaan pembelajaran

berbasis Moodle tersebut guru dan peserta didik dituntut untuk bisa

menguasai teknologi yang ada. Namun semua kekurangan tersebut

sudah bisa tertututpi oleh kelebihan pada penggunaan e-learning,

misalnya saja, guru dan peserta didik dapat menggunakan bahan atau

materi yang sudah terstruktur dan terjadwal yang lebih mudah untuk

dipelajari kapanpun, tersedianya fasilitas e-moderating yang

memudahkan komunikasi antara guru dengan peserta didik melalui

internet dengan waktu dan tempat yang tidak dibatasi, apabila peserta

didik ingin mendapatkan informasi bahan atau materi yang lebih,

peserta didik dapat langsung mengaksesnya melalui internet, serta

memiliki waktu yang relatif efektif dan efisien.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Sri Umi Mintarti Widjaja tahun 2009

di Malang yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Mata

Pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan dengan Pendekatan

Kontekstual dan Strategi Problem Based Learning. Hasil penelitian yang

diperoleh adalah: (a) masalah-masalah yang dihadapi SMK Negeri 1


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Malang dalam pembelajaran Akuntansi adalah kurangnya alokasi waktu

yang tersedia dalam kurikulum sehingga kegiatan mengerjakan latihan soal

mengalami hambatan, metode pembelajaran yang digunakan masih

konvensional, dan buku ajar atau buku paket peserta didik tidak berkenaan

dengan kehidupan dan lingkungan keseharian peserta didik; (b) perlu

dilakukan metode pembelajaran bervariasi, terutama dengan strategi PBL;

(c) dihasilkannya silabus, RPP yang telah direvisi sesuai dengan kebutuhan

tuntutan kerja di lapangan; (d) tersusunnya buku ajar mata pelajaran

Akuntansi dengan pendekatan kontekstual; dan (e) informasi efektivitas

buku ajar yang tersusun. Buku ajar yang tersusun telah memenuhi kelayakan

sebagai bahan pembelajaran Akuntansi ditinjau dari sudut teoretis, substansi

materi, keter-terapan model buku ajar. Demikian pula buku ajar ini efektif

dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Hal ini

dibuktikan dari hasil uji-t dengan taraf signifikansi 95% menunjukkan nilai

yang diperoleh kelompok kontrol t = 4,274, sedangkan kelompok perlakuan

t yang diperoleh lebih besar yaitu 14,040.Artinya peserta didik yang dalam

pembelajarannya menggunakan buku ajar memperoleh nilai yang lebih baik,

dibandingkan dengan peserta didik yang dalam pembelajarannya tidak

menggunakan buku ajar. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan dalam meneliti Mata Pelajaran Akuntansi

sedangkan perbedaan terletak pada jenis pengembangan yang dilakukan

antara model pembelajaran dan media pembelajaran.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

2. Penelitian yang dilakukan oleh Syachrial Ariffiantono tahun 2011 di Malang

yang berjudul Pengembangan Pembelajaran Berbasis e-Learning Dengan

Aplikasi Moodle Materi Sejarah Eropa SMA Kelas XI Di SMAN 10

Malang. Berdasarkan hasil penelitian Produk pengembangan yang

dihasilkan berbentuk (a) model web learning materi Sejarah Eropa, dan (b)

petunjuk pemanfaatan untuk guru dan peserta didik. Pengembangan

pembelajaran berbasis e-Learning ini telah di uji coba materi Sejarah Eropa

peserta didik kelas XI jurusan IPS di SMAN 10 Malang. Pada tahap uji coba

dengan 3 indikator menunjukkan hasil sebagai berikut : (a) hasil uji coba

lapangan skala kecil mendapatkan persentase 77,7 %, (b) hasil uji coba

lapangan skala besar mendapatkan persentase 78,4 %. Revisi dilakukan

berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba dan masukkan dari

peserta didik. Hasil pengembangan ini telah divalidasi oleh ahli materi dan

ahli sumber dan media pembelajaran, masing-masing mendapatkan

persentase 84,71 % dan 83,56%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produk

media yang dikembangkan dianggap memiliki nilai validitas yang memadai

yang positif dan dapat dinyatakan layak untuk digunakan oleh peserta didik.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan

dalam pengembangan e-learning berbasis moodle pada tingkat SMA, yang

membedakan yaitu Mata Pelajaran yang menjadi fokus penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Henry Praherdhiono tahun 2009 di Malang

yang berjudul Pengembangan Pembelajaran Blended Berbasis Web Platform


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Opensource Pada Matakuliah Komputer Pembelajaran S-1 Jurusan

Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian

menunjukkan (a) variasi media, secara umum mahapeserta didik

menggunakan media pembelajaran yang beragam; (b) informasi baru,

selain menyediakan informasi melalui lingkup server lokal, adalah bahan

ajar dapat diperkaya melalui kegiatan akses internet yang terintegrasi; (c)

pengembangan navigasi teknologi level user. Pada setiap tingkatan level

akan memperoleh hak akses yang berbeda dan (d) sistem dapat

memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara mahapeserta didik dengan

dosen/nara sumber, meningkatkan kolaborasi antar mahapeserta didik untuk

membentuk komunitas belajar. (e) perlu adanya evaluasi beberapa aspek

sebelum diterapkan pada matakuliah kain. Berdasarkan tinjauan ahli

disimpulkan (a) Produk Pengembangan Pembelajaran Model Blended

sebaiknya diuji cobakan juga untuk matakuliah yang lain. (b) Produk

pengembangan pembelajaran blended berbasis web memiliki keefektifan,

efisiensi dan kemenarikan. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan dalam pengembangan media yang berbasi

web learning yang membedakan adalah subyek penelitian untuk tingkat

perguruan tinggi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nuwera Intan Handini tahun 2012 di Malang

yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Dalam Menyusun

Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Berbasis E-Learning Menggunakan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Moodle Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 1 Boyolangu.

Berdasarkan hasil penelitian ini hasil validasi oleh ahli materi, ahli media

dan pengguna (peserta didik) secara keseluruhan memperoleh rata-rata

92,72% . Hal ini menunjukkan media pembelajaran berbasis e-Learning

yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran Akuntansi.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan

dalam model pengembangan ADDIE, Mata Pelajaran Akuntansi, dan

penggunaan perangkat lunak moodle sebagai dasarnya. Terdapat perbedaan

pada penelitian ini yaitu materi pokok Akuntansi yang dibahas.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Desinta Dwi Nuriyanti tahun 2013 di

Semarang yang berjudul Pengembangan E-Learning Berbasis Moodle

Sebagai Media Pembelajaran Sistem Gerak Di SMA. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan e-Learning berbasis Moodle sangat layak dari segi

media dan layak dari segi materi. Hasil belajar pada uji coba skala besar

menunjukkan bahwa seluruh peserta didik kelas X A dan X B persentase

ketuntasan kelas klasikal berada diatas 80%. Hasil angket tanggapan peserta

didik pada uji coba skala kecil dan skala besar menunjukkan bahwa

mayoritas peserta didik memberikan tanggapan positif terhadap kegiatan

pembelajaran menggunakan media e-Learning berbasis Moodle. Tanggapan

guru berdasarkan hasil angket menunjukkan guru tertarik dengan

pembelajaran menggunakan media pembelajaran e-Learning berbasis

Moodle yang telah diterapkan. Produk final e-Learning berbasis Moodle


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

berisi modul, video, ppt, games, atlas, artikel seputar Sistem Gerak, chat dan

forum diskusi. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang

akan dilakukan dalam pengembangan e-learning berbasis moodle, yang

membedakan adalah mata pelajaran yang menjadi fokus masalah.

C. Kerangka Berpikir

Berangkat dari pembelajaran Akuntansi secara konvensional di dalam

kelas peran guru lebih mendominasi dibanding peserta didik, kemudian

terbatasnya sumber belajar yang dimiliki serta media pembelajaran yang

kurang menarik memicu pengembangan sebuah desain produk media yang

lebih baik.

Kemajuan teknologi terlebih di bidang komputer yang sangat signifikan

memudahkan pembelajaran bagi peserta didik, terlebih komunikasi yang

berbasis internet. Melalui e-Learning yang terhubung dengan jaringan internet

yang berbasis Moodle, peserta didik dapat mengakses baik di dalam maupun

diluar kelas. Kesempatan peserta didik mengakses materi kapan dan dimana

saja diharapkan mempercepat pemahaman akan pembelajaran Akuntansi yang

nantinya meningkatkan kompetensi peserta didik di bidang Akuntansi.

Ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran Akuntansi dengan e-

learning berbasis web moodle diharapkan dapat timbul karena penggunaan

media yang bervariasi yaitu elektronik komputer yang natinya akan

menimbulkan motif untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan memotivasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya. Keterbatasan peserta didik

dari segi kepemilikan alat (komputer dengan jaringan internet) tidak

menghalangi motivasi peserta didik untuk belajar dengan e-learning

Akuntansi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua kerangka berpikir.

Kerangka berpikir I mengacu pada Mollenda, untuk menghasilkan model

pengembangan yang efektif. Model pengembangan ini dapat dilihat sebagai

model hipotetik dari penelitian ini. Kerangka berpikir II digunakan untuk

membuktikan bahwa model e-learning Akuntansi berbasis web dapat

digunakan secara efektif oleh peserta didik.

Bukan hal yang mudah untuk menciptakan media yang efektif dalam

pembelajaran. Selain harus memenuhi unsur pedagogis dan standar

kompetensi, media pembelajaran yang dibuat juga harus menarik perhatian

peserta didik sehingga peserta didik tidak jenuh dalam mengikuti

pembelajaran, sebab media yang menarik akan mampu meningkatkan minat

dan motivasi peserta didik dalam belajar.

Untuk mengetahui motivasi dan minat serta penggunaan e-learning

Akuntansi akan digunakan metode wawancara terhadap peserta didik dengan

metode random sampling. Model pembelajaran e-learning berbasis web dapat

dikatakan efektif apabila dapat mendorong peserta didik untuk belajar secara

mandiri. Diharapkan minat yang dimiliki peserta didik dalam menggunakan

media online ini terus bertambah antara lain memanfaatkan fasilitas yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

dimiliki sekolah maupun dengan usaha mandiri untuk mengakses jaringan

internet. Peserta didik lebih banyak menggunakan waktu untuk mengakses e-

learning Akuntansi sehingga waktu untuk belajar dan mengakses materi lebih

lama dan nantinya peserta didik lebih memahami materi yang dipelajari.

Secara skematif, kerangka berpikir dapat digambarkan menjadi dua

bagian sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Gambar. 2.5. Skema kerangka berpikir I : Pengembangan E-Learning


Akuntansi berbasis Web dengan Moodle

Gambar. 2.6. Skema kerangka berpikir II : Uji Efektivitas E-Learning


Akuntansicommit
berbasistoweb
userMoodle
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

D. Model Hipotetik

Model Hipotetik pengembangan yang akan dilakukan menggunakan

ADDIE yang diadopsi dari Instructional System Design (ISD) model yang

dikembangkan Morrison, Ross & Kemp, 2001; Gentry, 1994; Dick, Carey &

Carey, 2001; Smith & Ragan, 1999; Heinich, Molenda, Russel & Smaldino,

2002.

ANALYSIS
- Analisi Kinerja
- Analisis Kebutuhan peserta
didik/guru/tugas

DESIGN
IMPLEMENTATION EVALUATION - Menetapkan KI/KD
Implementasi E-Learning - Evaluasi - Merumuskan tujuan
Akuntansi Berbasis Web Formatif&Sumatif Pembelajaran
Moodle - Revisi - Merumuskan Alat Pengukur
Objek&Pembelajar Keberhasilan
an - Validasi Ahli

DEVELOPMENT
- Produksi E-Learning
Berbasis Web Moodle
- Uji coba produk

Gambar 2.7. Model Hipotetik E-Learning Akuntansi Berbasis Web


Moodle.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Gambar. 2.7 di atas, rancangan model yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

Fase Aktivitas Hasil


Analysis a. Siapa yang akan Peserta didik SMA Kelas XII
menggunakan produk? IPS
b. Bagaimana karakteristik Cenderung memanfaatkan
peserta didik yang akan teknologi terlebih komputer
menggunakan produk? dengan jaringan internet
c. Pengetahuan dan Mampu mengoperasikan
keterampilan apa yang telah komputer dengan jaringan
dimiliki oleh peserta didik? internet
d. Kompetensi apa yang perlu Mampu menggunakan
dimilik opeh peserta didik/ produk dengan baik untuk
meningkatkan pemahaman
Mata pelajaran Akuntansi
Design a. Pemilihan lingkungan Peserta didik dapat
belajar yang paling sesuai mengakses e-Learning
dengan mempelajari jenis Akuntansi berbasis web di
keahlian kognitif dalam maupun di luar kelas
b. Menulis tujuan Tujuan pembelajaran
pembelajaran disesuaikan dengan KI/KD
c. Merancang materi secara Penentuan materi yang akan
spesifik dipelajari dikonsultasikan
dengan ahli materi (guru
pengampu mata pelajaran
Akuntansi)
d. Merancang angket Angket untuk validasi
produk, materi, dan respon
peserta didik terhadap
produk.
Development a. Pembuatan/produksi e- d. e-Learning Akuntansi
Learning Akuntansi berbasis web dengan
berbasis web dengan Moodle dalam bentuk web
Moodle yang terdiri dari materi
sesuai silabus, latihan soal,
quiz, dan petunjuk
penggunaan
Peserta didik dapat
b. Mendefinisikan interaksi mengakses web secara
yang sesuai, yang harus mandiri guna melaksanakan
kreatif dan inovatif pembelajaran Akuntansi
commit to user
tanpa dibatasi oleh waktu
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Hasil uji coba akan


c. Melakukan uji coba produkdigunakan untuk perbaikan
produk
Implementation Implementasi produk Produk diimplementasikan
dalam Pembelajaran
Akuntansi
Peserta didik mengakses web
di dalam maupun di luar
kelas
Evaluation a. Evaluasi hasil pembelajaran Dilakukan post-test dalam
peserta didik bentuk test butir soal
b. Evaluasi respon peserta Dilakukan dengan mengisi
didik terhadap produk angket

commit to user

Anda mungkin juga menyukai