Anda di halaman 1dari 33

perpustakaan.uns.ac.

id 8
digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 67) pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Konsep pembelajaran menurut Corey (2005: 61)
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang
baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan
dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang
ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal
karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan menghasilkan kemampuan baru yang berlaku dalam
commit
waktu yang relatif lama dan to adanya
karena user usaha.

8
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

b. Pengertian Matematika
Menurut Johnson dan Rising (dalam Suherman, 2009: 78)
menyatakan bahwa matematika dikatakan sebagai pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan
pada unsur yang didefinisikan, aksioma, teori yang telah dibuktikan
kebenarannya. Menurut Soedjadi (2007: 129) matematika merupakan
ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik dan deduktif.
Selain itu Suriasumantri (2007: 190) juga mengatakan bahwa
matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang
terstruktur, memiliki objek abstrak, dan dibangun dengan penalaran
secara deduktif.

c. Konsep Pembelajaran Matematika


Kegiatan pembelajaran di kelas dilaksanakan secara serempak.
Piaget (dalam Slameto, 2010: 12) menyampaikan bahwa meskipun taraf
perkembangan setiap siswa melalui tahapan-tahapan tertentu tetapi jangka
waktu untuk berlatih dari tahap ke tahap berbeda-beda. Dengan demikian
kegiatan pembelajaran secara serempak memberikan dampak yang
berbeda-beda bagi siswa bergantung pada kemampuan masing-masing
siswa. Kondisi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan siswa agar semua materi pembelajaran dapat dipahami dengan
baik.
Menurut Rahayu (2007: 2) pembelajaran matematika adalah proses
yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (siswa) melaksanakan
commit to
kegiatan belajar matematika danuserpembelajaran matematika harus
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari


pengalaman tentang matematika.
Sedangkan menurut Nickson (dalam Hudojo, 2005: 20)
pembelajaran matematika adalah membantu siswa untuk membangun
konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya
sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu
terbangun kembali; transformasi informasi yang diperoleh menjadi
konsep atau prinsip baru. Transformasi tersebut mudah terjadi bila
pemahaman terjadi karena terbentuknya skemata dalam benak siswa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses pembelajaran yang dirancang untuk
membangun konsep atau prinsip baru untuk membangun pemahaman
matematika.

2. Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi,
2008: 1). Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar harus
dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan
oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran.
Menurut Zulkarnaini (2009: 1) bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar memiliki
posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai representasi
(wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru,
uraian-uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus
commit
disajikan guru dihimpun di dalamtobahan
user ajar. Dengan demikian, guru juga
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran, memiliki


banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau
membelajarkan siswa.
Sedangkan menurut Pannen (dalam Belawati, 2013: 112) bahan
ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang didesain secara sistematis dan menarik untuk
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Bahan Ajar


1) Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar cetak adalah sejumlah bahan yang digunakan dalam
kertas yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau
penyampaian informasi (Kemp dan Dayton, 2003: 114). Bahan ajar
cetak dapat diartikan sebagai perangkat bahan yang memuat materi
atau isi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dituangkan dengan menggunakan teknologi cetak.
Dari sudut pandang teknologi pendidikan, bahan ajar dalam
beragam bentuknya dikategorikan sebagai bagian dari media
pembelajaran. Sebagai bagian dari media pembelajaran, bahan ajar
cetak mempunyai kontribusi yang tidak sedikit dalam proses
pembelajaran. Salah satu alasan mengapa bahan ajar cetak masih
merupakan media yang paling mudah diperoleh dan lebih standar
dibanding program komputer (Bates, 2002: 114). Disamping memiliki
kelebihan bahan ajar cetak juga memiliki kelemahan yaitu tidak
mampu mempresentasikan gerakan.
Tabel 2.1 berikut ini adalah beberapa kategori dan karakteristik
bahan ajar cetak menurut Belawati (2003: 115).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Kategori dan Karakteristik Bahan Ajar Cetak


No. Bahan Ajar Cetak Karakteristik
1. Modul Terdiri atas bermacam-macam bahan tertulis yang
digunakan untuk belajar mandiri.
2. Handout Bermacam-macam bahan cetak yang dapat
memberikan informasi kepada siswa. Handout ini
terdiri dari catatan (baik lengkap maupun
kerangkanya saja), tabel, diagram, peta, dan materi-
materi tambahan lain.
3. Lembar Kerja Siswa Termasuk di dalamnya lembar kasus, daftar
bacaan, lembar praktikum, lembar pengarahan
tentang proyek dan seminar, lembar kerja, dan lain-
lain.

2) Bahan Ajar Non cetak


Bahan ajar non cetak adalah bahan pembelajaran yang dapat
berfungsi apabila ada bantuan tenaga listrik (Sudjarwo, 2006: 104).
Bahan ajar jenis ini pada umumnya termasuk bahan ajar kompleks,
karena untuk menggunakannya diperlukan beberapa persyaratan.
Prastowo (2013: 84) mengemukakan beberapa kategori dan
karakteristik bahan ajar non cetak pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kategori dan Karakteristik Bahan Ajar Noncetak


No. Bahan Ajar Noncetak Karakteristik
1. Audio Memiliki unsur yang dapat menghasilkan bunyi
atau suara. Misalnya: pita audio (rol atau kaset),
piringan audio, dan radio (rekaman siaran).
2. Audio Visual Memiliki unsur suara dan gambar. Misalnya: film
bersuara, televisi, video/VCD/DVD.
3. Multimedia Interaktif Kombinasi dari beberapa media baik audio, gerak,
grafik, gambar, animasi, dan video yang dalam
proses pembelajaran dimanfaatkan untuk
mengendalikan suatu perintah dalam proses
pembelajaran. Misalnya: CD-interaktif, film
interaktif, e-learning, dan lain-lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

3. Modul
a. Pengertian Modul
Pengertian modul menurut Mbulu (2004:89) adalah satu kesatuan
yang bulat dan lengkap, yang terdiri dari serangkaian kegiatan belajar
yang secara empiris telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dengan jelas dan spesifik.
Menurut Nasution (2010:205) modul merupakan suatu unit yang
lengkap yang berdiri sendiri terdiri dari suatu rangkaian kegiatan belajar
yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang
telah dirumuskan secara khusus dan jelas.
Sedangkan menurut Widodo (2008:43) modul harus bertujuan
memperjelas dan mempermudah penyajian agar tidak bersifat sangat
verbal, selain itu juga harus dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera, baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa modul adalah suatu
bentuk bahan ajar berupa satu unit atau beberapa kompetensi dasar yang
disusun secara sistematis, operasional dan terarah sehingga siswa dapat
belajar secara aktif dan mandiri.

b. Tujuan Penggunaan Modul


Tujuan penggunaan modul dikemukakan oleh Mbulu (2001: 90)
sebagai berikut:
1) Memberikan kesempatan untuk memilih diantara sekian banyak topik
dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atau suatu program.
2) Membuka kesempatan terhadap siswa untuk belajar menurut
kecepatan masing-masing menggunakan teknik yang berbeda-beda
untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang dan
kebiasaan masing-masing.
3) Pengajaran modul yang baik memberikan keanekaragaman kegiatan
instruksional seperti membaca buku pelajaran, majalah-majalah,
commit
karangan- karangan ilmiah, to user
mempelajari gambar, dan diagram.
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

4) Mengadakan penilaian tentang kemajuan dan kelemaham siswa.


5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal kelebihan dan
kelemahannya melalui ulangan atau variasi dalam belajar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan


penggunaan modul adalah agar siswa dapat belajar dengan mandiri secara
aktif sesuai dengan kemauan, kesempatan dan kecepatan masing-masing
individu siswa. Dengan adanya tes evaluasi dalam modul, siswa dapat
menilai diri sendiri dalam penguasaan materi yang dipelajari.

c. Karakteristik Modul
Agar modul dapat digunakan secara efektif dan mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa, maka dalam penulisan modul harus
sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008.
Kriteria modul sesuai dengan Departemen Pendidikan Nasional
tahun 2008 antara lain:
1) Mampu membelajarkan sendiri para siswa (Self Instructional)
Modul disusun agar siswa dapat belajar dengan mandiri tanpa
bergantung kepada pihak lain. Untuk memenuhi kriteria self
instructional maka modul harus:
a) Memuat tujuan yang jelas.
b) Memuat materi pembelajaran yang spesifik sehingga mudah untuk
dipelajari dengan tuntas.
c) Tersedia contoh dan ilustrasi pendukung pemaparan materi
pembelajaran.
d) Terdapat tes dan latihan soal untuk mengukur penguasaan materi.
e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan sesuai dengan materi dan
lingkungan yang relevan dengan siswa.
f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
commit to user
g) Terdapat rangkuman.
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

h) Terdapat instrumen penilaian yang memungkinkan siswa


melakukan penilaian terhadap diri sendiri.
i) Terdapat umpan balik.
j) Terdapat informasi tentang rujukan dan referensi yang mendukung
materi pembelajaran.
2) Bersifat lengkap (Self Contained)
Modul dikatakan self contained apabila memuat materi minimal
satu kompetensi secara utuh. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
belajar dengan tuntas karena materi yang dibahas telah dimuat secara
utuh dan lengkap.
3) Berdiri sendiri (Stand Alone)
Modul harus dapat dipelajari secara mandiri tanpa bergantung
pada media lain. Tujuan pencapaian materi dalam modul terpenuhi
tanpa harus menggunakan media lain.
4) Adaptif (Adaptive)
Modul seharusnya memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Modul dikatakan adaptive apabila
fleksibel terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dapat digunakan
diberbagai tempat dan dapat diterapkan dalam kurun waktu tertentu.
5) Bersahabat (User Friendly)
Modul disusun agar mudah untuk digunakan. Setiap instruksi
dan paparan informasi bersifat membantu. Istilah yang digunakan
bersifat umum serta bahasa yang digunakan sederhana dan mudah
untuk dimengerti.

d. Komponen Modul
Komponen modul merupakan isi yang termuat dalam modul.
Komponen modul bervariasi tetapi pada dasarnya tidak memiliki
perbedaan yang signifikan terhadap esensi isi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

1) Komponen Modul menurut Depdiknas (2008: 10-11)


a) Tujuan belajar
Tujuan belajar merupakan seperangkat tujuan yang akan
dicapai setelah mempelajari materi yang ada dalam modul.
Pencapaian yang dijadikan tujuan dirumuskan di awal sehingga
siswa mengetahui apa saja yang menjadi target dalam mempelajari
modul.
b) Prasyarat pembelajaran yang diperlukan
Pada beberapa materi pembelajaran sebelum mempelajari
suatu pokok bahasan, siswa diharuskan telah menuntaskan pokok
bahasan lain. Pokok bahasan yang harus dituntaskan sebelum
siswa mempelajari pokok bahasan dalam modul merupakan
prasyarat pembelajaran.
c) Substansi atau materi belajar
Substansi atau inti pada modul adalah materi ajar yang
disajikan. Materi yang disajikan menggunakan bahasa yang
sederhana, mudah dipahami dan tidak harus menggunakan bahasa
yang baku. Berbeda dengan bahan ajar yang dalam penyampaian
materi harus menggunakan bahasa baku. Modul disusun agar
siswa dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan,
kemauan, dan waktu yang fleksibel. Dengan demikian
penyampaian materi harus menarik agar menumbuhkan minat
siswa dalam memahami materi.
d) Bentuk-bentuk kegiatan belajar
Bentuk-bentuk kegiatan belajar merupakan serangkaian
kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa. Berisi petunjuk
penggunaan modul, tugas-tugas, latihan, dan evaluasi.
e) Komponen pendukungnya
Merupakan komponen yang mendukung tujuan, materi, dan
kegiatan belajar. Komponen pendukung dapat berupa kata
commit
pengantar, daftar isi, to kerja
lembar user siswa, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2) Komponen Modul menurut Sungkono (2009: 7)


a) Tinjauan Mata Pelajaran
Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai isi
mata pelajaran yang mencakup:
(1) Deskripsi mata pelajaran
(2) Kegunaaan mata pelajaran
(3) Kompetensi dasar
(4) Bahan pendukung lainnya (kaset, kit, dan lain-lain)
(5) Petunjuk Belajar
b) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan pembukaan pembelajaran modul.
Oleh karena itu, dalam pendahuluan memuat:
(1) Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat
(2) Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan
kegiatan modul
(3) Deskripsi perilaku awal yang memuat pengetahuan dan
keterampilan yang sebelumnya sudah diperoleh atau yang
seharusnya sudah dimiliki sebagai pijakan dalam pembahasan
modul
(4) Relevansi, yang terdiri atas:
(a) Keterkaitan materi modul dengan modul atau materi
pembelajaran yang lain.
(b) Pentingnya mempelajari materi modul dalam
pengembangan dan pelaksanaan tugas guru secara
professional.
(c) Urutan kegiatan belajar secara logis.
c) Kegiatan Belajar
Bagian ini merupakan inti dalam pemaparan materi pelajaran.
Bagian ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.
Materi tersebut disusun sedemikian rupa, sehingga tujuan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

telah dirumuskan dapat tercapai. Agar materi pelajaran mudah


diterima siswa, materi ajar perlu disusun secara sistematis.
Dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara
rinci tentang isi pelajaran yang disertai dengan contoh-contoh
konkrit dan non contoh. Urutan penyajian dimulai dengan
penjelasan kemudian diikuti dengan contoh. Urutan penyajian
dapat pula dimulai dengan contoh dan non contoh, atau kasus-
kasus kemudian diikuti dengan penjelasan tentang konsep yang
dimaksud. Sajian materi modul memperhatikan elemen uraian dan
contoh yang dirancang untuk menumbuhkan proses belajar dalam
diri pembaca.
d) Latihan
Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus
dilakukan oleh siswa setelah membaca uraian sebelumnya.
e) Rambu-rambu Jawaban Latihan
Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus
diperhatikan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan.
Kegunaan rambu-rambu jawaban ini adalah untuk mengarahkan
pemahaman siswa tentang jawaban yang diharapkan dari
pertanyaan atau tugas dalam latihan dalam mendukung
tercapainya kompetensi pembelajaran.
f) Rangkuman
Rangkuman adalah inti atau ringkasan dari uraian materi
yang disajikan pada kegiatan belajar dari suatu modul.
g) Tes Formatif
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi
formatif) yang biasanya berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk
mengukur apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai atau
belum. Tes formatif merupakan tes untuk mengukur penguasaan
siswa setelah suatu pokok bahasan selesai dipaparkan dalam satu
commit to user
kegiatan belajar berakhir.
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

h) Kunci Jawaban Tes Formatif


Selain tes formatif modul juga disertai kunci jawaban dari tes
formatif yang sudah disediakan untuk memudahkan siswa dalam
menilai kemampuannya secara mandiri.

Dari kedua komponen modul yang telah dijelaskan, dapat diambil


kesimpulan bahwa komponen inti modul terletak pada penyampaian materi
pembelajaran. Sungkono (2009: 9) menyebutkan bahwa kegiatan
pembelajaran merupakan inti dari suatu modul yang terdiri dari uraian
materi berupa penjelasan naratif mengenai konsep yang sedapat mungkin
diikuti dengan ilustrasi atau contoh.
Dari kedua komponen modul yang telah diuraikan diatas pada
dasarnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Komponen modul
menurut Depdiknas (2008) lebih menitik beratkan kepada pencapaian
kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari perumusan tujuan yang menjadi
langkah awal, kemudian prasyarat pembelajaran sebagai modal siswa
dalam mempelajari materi kemudian mengarahkan siswa untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Adanya lembar jawaban dan kunci
jawaban merupakan komponen pendukung dalam pencapaian tujuan.
Komponen modul menurut Sungkono (2009) lebih menitik beratkan
pada aspek pemahaman materi. Hal ini dapat dilihat dari deskripsi materi
secara umum, kemudian mengarah kepada aspek kegiatan belajar dan
penilaian. Modul yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada
komponen modul yang disebutkan dalam Depdiknas (2008) karena pada
dasarnya modul disusun sebagai sarana untuk mencapai tujuan dari suatu
kompetensi dasar yang diajarkan. Dengan perumusan tujuan di awal dapat
dijadikan acuan bagi pengguna untuk mempelajari isi modul dan tidak
menimbulkan kegiatan pembelajaran yang biasa.
Berdasarkan komponen yang ada di dalam modul kemudian
dikembangkan menjadi kerangka modul. Gambar 2.1 berikut adalah
commit to user
kerangka modul menurut Depdiknas (2008: 3).
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Kerangka Modul

4. Pengembangan Modul
a. Dasar Pengembangan Modul
Pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang
dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem
pembelajaran modul (Nurma dan Endang, 2010). Prosedur dalam
pengembangan modul perlu dilaksanakan agar sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, struktur isi tersampaikan dengan jelas dan memenuhi
kriteria modul yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Pada dasarnya modul disusun agar siswa dapat belajar secara


mandiri sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dalam
pengembangan modul perlu dianalisis kebutuhan serta kendala yang ada
di lapangan. Depdiknas (2008: 10) menyatakan bahwa pengembangan
modul harus atas dasar hasil analisis kebutuhan dan kondisi.
Sungkono (2009: 9) mengatakan bahwa inti dari sebuah modul
terletak pada kegiatan pembelajaran yang terdiri atas uraian dan ilustrasi.
Pentingnya esensi materi juga disebutkan Depdiknas (2008) bahwa
substansi dari sebuah modul terletak pada materi pembelajaran.
Sesuai dengan karakteristik modul yang telah disebutkan
sebelumnya, secara garis besar menunjukkan bahwa modul harus dapat
berdiri sendiri, mudah dipahami, dan fleksibel. Maka, materi yang
menjadi pokok bahasan pada modul harus mudah dipahami, memberikan
makna pemahaman yang mendalam, dan jelas. Agar dapat memberikan
makna mendalam pada siswa perlu digambarkan ilustrasi materi.
Pengilustrasian ini didasarkan pada konsep pembelajaran kontekstual
dimana di dalamnya disebutkan bahwa pembelajaran akan bermakna jika
siswa belajar melalui ide-ide sendiri yang dibentuk dari pengilustrasian
kejadian riil sehari-hari yang terkait dengan materi pembelajaran.
Atas dasar esensi isi menjadi hal penting dalam modul maka
pengembangan modul terletak pada isi atau materi. Pengembangan isi
modul didasarkan pada teori pembelajaran kontekstual dimana
pengilustrasian kejadian sehari-hari pada materi sangat dianjurkan.
Pentingnya pengilustrasian materi juga disebutkan oleh Sungkono (2009:
9), sedapat mungkin uraian ini diikuti gambar, bagan atau grafik. Ilustrasi
yang digunakan pada pengembangan modul ini berupa komik karena
komik dapat menggambarkan kejadian secara rinci dan kronologis.

b. Perencanaan Modul
Analisis kebutuhan, kajian pustaka, dan kajian penelitian terdahulu
commit to user
merupakan dasar dari pengembangan suatu produk dalam hal ini modul.
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

Pada tahap perencanaan yang meliputi analisis kebutuhan, kajian teori dan
penelitian terdahulu merupakan tahap yang menjadi dasar dalam
penyusunan modul. Modul yang akan disusun disesuaikan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang berlaku. Tujuan dari pembelajaran
ditetapkan dengan jelas dalam modul sehingga modul dapat digunakan
secara efektif. Kondisi di lapangan mengenai keterbatasan, hambatan,
karakteristik siswa, sumber belajar, dan media yang digunakan dalam
pembelajaran perlu dikaji dan diperhatikan dalam penyusunan modul.
Berdasarkan teori pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa
pembelajaran lebih memberikan makna apabila sesuai dengan konteksnya
maka disusunlah modul berbasis komik dimana konteks atas
permasalahan diilustrasikan dalam bentuk komik.

c. Penyusunan Modul
Modul pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-prinsip
pengembangan suatu modul, meliputi analisis kebutuhan, pengembangan
desain modul, implementasi, penilaian, evaluasi dan validasi, serta
jaminan kualitas (Depdiknas, 2008: 17).
Proses penyusunan modul terdiri dari tiga tahapan pokok. Pertama,
menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai.
Pada tahap ini, perlu diperhatikan berbagai karakteristik dari kompetensi
yang akan dipelajari, karakteristik siswa, dan karakteristik konteks dan
situasi dimana modul akan digunakan. Kedua, memproduksi atau
mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul antara lain meliputi:
tujuan belajar, prasyarat pembelajaran yang diperlukan, substansi atau
materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan belajar, dan komponen
pendukungnya. Ketiga, mengembangkan perangkat penilaian. Dalam hal
ini, perlu diperhatikan agar semua aspek kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terkait) dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu
yang telah ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

d. Evaluasi Modul
Untuk mengetahui apakah modul yang disusun telah sesuai dengan
desain pengembangannya serta dapat diterapkan secara efektif maka perlu
dilakukan evaluasi terhadap modul. Menurut Depdiknas (2008: 28)
evaluasi terhadap modul dilakukan dengan menilai 2 aspek yaitu dari segi
ketercapaian kompetensi dan segi mutu modul. Ketercapaian kompetensi
dapat dinilai berdasarkan kesesuaian isi modul dengan karakteristik
modul itu sendiri sedangkan aspek mutu dilihat dari segi tampilan dan
pengorganisasian materi (Depdiknas, 2008).
Untuk menilai aspek ketercapaian kompetensi, maka disusun
instrumen evaluasi yang didasarkan pada karakteristik modul.
Karakteristik modul yang dijadikan acuan dalam evaluasi modul adalah:
1) Mampu membelajarkan sendiri para siswa (Self Instructiona)l
Untuk memenuhi kriteria self instructional maka modul yang
disusun harus:
a) Memuat tujuan yang jelas.
b) Memuat materi pembelajaran yang spesifik.
c) Tersedia contoh dan ilustrasi pendukung pemaparan materi
pembelajaran. Ilsutrasi sebagai pendukung teks harus memenuhi
kriteria:
(1) Ilustrasi mengena.
(2) Ilustrasi mendukung pemaparan materi.
(3) Pesan disajikan dalam bentuk ringkas dan sederhana.
(4) Ilustrasi mendukung teks.
(5) Ilustrasi jelas dan mudah dibedakan.
(6) Ilustrasi memperjelas latar, rangkaian cerita, penjiwaan
dan karakter.
d) Terdapat tes dan latihan soal untuk mengukur penguasaan
materi.
e) Materi yang disajikan sesuai dengan materi dan lingkungan
commit
yang relevan dengan to user
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.


g) Terdapat rangkuman.
h) Terdapat instrumen penilaian yang memungkinkan siswa
melakukan penilaian terhadap diri sendiri.
i) Terdapat umpan balik.
j) Terdapat informasi tentang rujukan dan referensi yang
mendukung materi pembelajaran.
2) Bersifat lengkap (Self Contained)
Agar materi dalam modul dapat dipelajari secara tuntas maka
modul harus:
a) Memuat materi secara lengkap.
b) Materi disampaikan secara detail.
3) Berdiri sendiri (Stand Alone)
Agar modul dapat dipelajari tanpa adanya bantuan media lain
maka modul harus:
a) Memuat instruksi dan paparan materi yang jelas.
b) Modul dapat dipelajari tanpa adanya media lain.
4) Adaptif (Adaptive)
Agar modul memiliki daya adaptasi yang tinggi maka:
a) Materi yang termuat dalam modul sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan.
b) Ilustrasi menggambarkan kejadian yang relevan dengan
lingkungan siswa dan materi yang disampaikan.
5) Bersahabat (User Friendly)
Agar modul mudah untuk digunakan maka:
a) Bahasa yang digunakan sederhana dan umum digunakan
b) Uraian materi dan ilustrasi bersifat membantu dan bersahabat
dengan pemakainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Mutu modul dinilai berdasarkan tampilan dan pengorganisasian


materi. Tampilan dan pengorganisasian materi yang dimaksud dapat
dilihat dari elemen yang mensyaratkannya (Depdiknas: 2008), yaitu:
1) Format
a) Format kolom sesuai dengan bentuk dan ukuran kertas.
b) Format kertas memperhatikan tata letak dan format pengetikan.
c) Tanda-tanda (icon) mudah untuk ditangkap.
2) Organisasi
a) Terdapat peta atau bagan alur materi yang akan dibahas dalam
modul.
b) Organisasi materi pembelajaran sistematis sehingga mudah untuk
dipahami.
c) Susunan naskah, gambar, dan ilustrasi memudahkan peserta
siswa dalam memahami materi.
d) Susunan judul, subjudul, dan uraian mudah diikuti oleh siswa.
3) Daya Tarik
a) Kombinasi warna, gambar, bentuk, dan ukuran huruf pada
sampul (cover) serasi.
b) Terdapat gambar, huruf tebal, huruf miring, garis bawah, atau
warna pada bagian isi modul sebagai rangsangan.
c) Tugas dan latihan dikemas dengan menarik.
4) Ukuran Huruf
a) Bentuk dan ukuran huruf mudah dibaca
b) Penggunaan perbandingan huruf antara judul, subjudul dan isi
naskah yang proporsional.
5) Spasi Kosong
a) Terdapat spasi (jeda) antara judul bab dan subbab.
b) Pergantian antar paragraf dimulai dengan huruf kapital.
c) Terdapat spasi pada pergantian antar bab atau bagian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

6) Konsistensi
a) Bentuk dan huruf dari halaman ke halaman digunakan secara
konsisten.
b) Jarak spasi konsisten dan rapi.
c) Tata letak pengetikan konsisten.

5. Komik
a. Pengertian Komik
Komik merupakan suatu bentuk kartun yang merupakan karakter
dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat, dihubungkan
dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para
pembaca (Sudjana dan Rivai, 2010: 64).
Sedangkan Trimo (1997) menyatakan bahwa komik sebagai
visualisasi cerita dalam bentuk gambar-gambar yang dilengkapi dengan
kata-kata atau kalimat sebagai penjelas.
Waluyanto (2005: 51) menyatakan bahwa komik merupakan
bentuk media komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk
menyampaikan informasi secara populer dan mudah dimengerti. Selain
itu, komik merupakan alat bantu pendidikan (media pembelajaran) yang
mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien.
Menurut Cloud (2001) ilustrasi komik berbeda dengan gambar
ilustrasi pada umumnya, ilustrasi gambar hanya berfungsi untuk
menggambarkan, memperjelas dan memperkuat suatu keadaan tertentu
yang diuraikan secara verbal, sedangkan ilustrasi komik mampu
menggambarkan alur dari suatu peristiwa, rentetan cerita digambarkan
dengan sangat jelas meskipun tanpa disertai penjelasan verbal. Gambar
dalam komik merupakan penangkapan adegan saat demi saat sebagai
representasi cerita yang disampaikan dengan menampilkan figur dan latar.
Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2005: 199) komik dipandang
sebagai alat komunikasi lewat bahasa gambar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komik


merupakan bentuk media komunikasi berupa rangkaian gambar karakter
dilengkapi kata-kata atau kalimat yang membentuk alur cerita, bersifat
menghibur sehingga pesan mudah untuk dimengerti. Komik mudah untuk
dimengerti karena karakter dalam komik membentuk alur cerita sehingga
urutan kejadian mudah untuk diikuti.

b. Kelebihan Penggunaan Komik


Komik merupakan media pembelajaran yang efektif karena
kemampuannya dalam menciptakan pemahaman yang konkrit dan
menarik. Pemilihan komik sebagai ilustrasi dalam modul didasarkan pada
kelebihan yang didapat dari penggunaan komik dalam pembelajaran.
Rohani (1997) menyatakan bahwa komik merupakan bacaan dimana
siswa membacanya tanpa harus dibujuk.
Menurut Rothlein dan Meinbach (1991: 90) kelebihan penggunaan
komik karena dapat memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkan
komunikasi lisan, mengembangkan proses berpikir kognitif,
pengungkapan perasaan dan meningkatkan kepekaan seni. Apresiasi
terhadap bahasa tumbuh karena bahasa yang digunakan dalam komik
bervariasi, umum digunakan tetapi dikemas dalam bentuk percakapan
sehingga siswa dapat mengerti penggunaan kosa kata yang tepat dalam
percakapan. Melalui teks percakapan, siswa dapat mengetahui cara
mengungkapkan perasaan melalui bahasa gambar, sikap, dan verbal.
Bahasa yang digunakan adalah kalimat langsung sehingga dapat
meningkatkan komunikasi lisan siswa. Mengembangkan proses belajar
kognitif karena materi pembelajaran disampaikan dalam bentuk ringan
dan mudah dimengerti.
Hurlock (2006) menyatakan argumen kelebihan penggunaan komik
antara lain: (1) membekali siswa kemampuan membaca melalui
pengalaman yang menyenangkan, (2) memotivasi siswa mengembangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

keterampilan membaca, (3) meningkatkan prestasi siswa, (4) memberikan


kosakata yang luas.
Kelebihan penggunaan komik dalam pengajaran juga dinyatakan
secara tersirat oleh Sadiman (2012: 46) yaitu berkesan tahan lama di
ingatan, menumbuhkan minat baca siswa, dan menumbuhkan pemahaman
yang lebih konkrit.

c. Penggunaan Komik dalam Pembelajaran


Komik dalam pembelajaran merupakan alat untuk menyampaikan
pesan pembelajaran (Wahyuningsih, 2012). Sedangkan Cho (2012)
mengemukakan bahwa:
Instructional comics can stimulate student interest and motivation,
and reduce anxiety. In addtion, they can support other educational
goals such as developing verbal and written communications skills,
building persistence and creativity in problem solving, and
enhancing critical thinking.

Maksudnya bahwa komik dapat merangsang minat siswa dan


motivasi siswa, serta mengurangi kecemasan. Selain itu, komik juga
dapat mendukung tujuan pendidikan lainnya seperti mengembangkan
komunikasi verbal dan tertulis, meningkatkan ketekunan dan kreativitas
dalam pemecahan masalah, serta meningkatkan berpikir kritis.
Pemanfaatan komik dalam pembelajaran adalah sebagai penunjang
paparan materi dalam modul. Modul yang memuat paparan materi secara
naratif kurang menarik dan sulit untuk dicerna oleh siswa. Konsep teori
matematika pada materi yang dipelajari perlu dipahami dengan baik.
Bahasa teori matematika merupakan bahasa yang masih terlalu rumit
untuk dimengerti siswa. Bahasa yang digunakan dalam modul sederhana
dan umum digunakan namun masih perlu diberikan contoh agar siswa
dapat memahami maksud dari materi yang dipelajari.
Konsep materi skala dan perbandingan perlu dipaparkan secara
rinci dan jelas. Setiap alur pada materi skala dan perbandingan khususnya
commit
pada bentuk soal cerita perlu to user secara jelas. Melalui alur yang
digambarkan
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

digambarkan, siswa dapat memahami maksud dari materi skala dan


perbandingan serta dapat menyelesaikan bentuk soal cerita dengan benar.
Paparan materi ditunjang dengan ilustrasi berupa komik bertujuan
untuk menarik minat siswa dan menumbuhkan pemahaman yang lebih
konkrit. Kejadian demi kejadian yang diceritakan dalam ilustrasi komik
lebih mudah ditangkap dari pada ilustrasi dalam bentuk gambar biasa dan
contoh narasi. Gambar biasa tidak dapat membentuk alur cerita
sedangkan contoh dalam bentuk narasi cenderung membosankan dan
sulit untuk dicerna alur kejadiannya.
Peranan pokok dari komik dalam pembelajaran adalah
kemampuannya dalam menciptakan minat baca siswa. Sadiman (2012:
46) mengatakan apabila makna kartun mengena, pesan yang besar bisa
disajikan dalam bentuk ringkas dan kesannya akan tahan lama diingatan.
Komik merupakan bentuk bacaan yang mengilustrasikan kejadian-
kejadian di mana siswa bersedia membaca tanpa adanya bujukan.
Penggunaan komik dalam penjelasan modul dapat menumbuhkan minat
baca siswa serta dapat menumbuhkan pemahaman yang lebih konkrit.
Menurut Rothlein (1991) kriteria komik untuk digunakan sebagai
sarana pembelajaran diantaranya:
1) Gambar mendukung teks.
2) Gambar jelas dan mudah dibedakan.
3) Ilustrasi memperjelas latar, rangkaian cerita, penjiwaan, dan
karakter.
4) Komik mampu mengidentifikasi tindakan.
5) Gambar dan bahasa sesuai dengan usia siswa.
6) Ilustrasi menghadirkan alur cerita.
7) Tema sesuai dengan materi yang diajarkan.

6. Modul Matematika Berilustrasi Komik


Menurut Susanto (2012: 190) ilustrasi adalah seni gambar yang
commit
dimanfaatkan untuk memberi to usersuatu maksud atau tujuan secara
penjelasan
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

visual. Sedangkan menurut Suhernawan (2010: 89), gambar ilustrasi adalah


gambar yang menceritakan atau memberi penjelasan pada cerita atau naskah
tertulis. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa gambar
ilustrasi adalah suatu karya seni berbentuk gambar yang dibuat dengan tujuan
untuk memberi penjelasan tanpa mengurangi nilai keindahannya.
Dalam penelitian dan pengembangan ini menggunakan ilustrasi komik
sebagai materi apersepsi pada modul. Komik adalah gambar ilustrasi yang
tersusun yang menurut urutan cerita yang terpadu. Dalam penyajiannya
komik terdiri dari rangkaian gambar yang satu dengan lainnya saling
melengkapi dan mengandung satu cerita atau disebut comic strip.
Nilai edukatif komik dalam proses belajar mengajar tidak diragukan
lagi. Menurut Sudjana dan Rivai (2010: 68) menyatakan bahwa komik dalam
proses belajar mengajar menciptakan minat belajar dan menimbulkan minat
apresisasinya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa modul
matematika berilustrsi komik adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang
disusun untuk membantu siswa menggunakan gambar ilustrasi komik
sebagai materi apersepsi untuk menarik minat belajar siswa.

a. Validasi Modul Matematika Berilustrasi Komik


Modul yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul
matematika berilustrasi komik. Validator dari modul matematika
berilustrasi komik terdiri dari ahli materi, ahli media, dan responden (guru
matematika dan siswa). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam validasi
modul meliputi ketercapaian kompetensi, mutu modul, dan karakteristik
komik sebagai ilustrasi modul.
Ketercapaian kompetensi adalah tolak ukur ketercapaian tertentu
yang menjadi acuan dalam penilaian suatu modul. Tabel 2.3 berikut
merupakan ketercapaian kompetensi menurut Depdiknas 2008.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.3 Ketercapaian Kompetensi


Ahli Ahli
Sub Variabel dan Indikator Responden
Materi Media
Self Intructional
1. Memuat tujuan yang jelas 1 1
2. Memuat materi pembelajaran yang spesifik 2 2
3. Kontekstual 3 3
4. Tersedia contoh dan ilustrasi pendukung 4 4
pemaparan materi
5. Terdapat rangkuman 5 5
6. Terdapat instrument penilaian 6 6
7. Terdapat tes dan latihan soal untuk 7 7
mengukur penguasaan materi
8. Terdapat umpan balik 8 8
9. Terdapat informasi rujukan 9 9
Self Contained
1. Memuat materi secara utuh 10
2. Materi disampaikan secara detail 11
Stand Alone
1. Memuat instruksi dan paparan materi yang 12 10
jelas
2. Modul dapat dipelajari tanpa adanya media 13 11
lain
Adaptive
1. Materi yang termuat dalam modul sesuai 14
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
2. Komik menggambarkan kejadian yang 15 17 12
relevan dengan lingkungan siswa dan materi
yang disampaikan
User Friendly
1. Bahasa yang digunakan sederhana dan 16 13
umum digunakan
2. Uraian materi dan ilustrasi bersifat 17 14
membantu dan sesuai dengan karakteristik
siswa

Mutu modul adalah kesesuaian dengan apa yang disyaratkan dari


suatu modul. Sebuah modul dapat memiliki mutu atau kualitas apabila
sesuai dengan standarisasi. Tabel 2.4 berikut adalah mutu modul
berdasarkan Depdiknas 2008.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.4 Mutu Modul


Ahli Ahli
Sub Variabel dan Indikator Responden
Materi Media
Daya Tarik
1. Kombinasi warna, gambar, bentuk, dan 1
ukuran huruf pada sampul (cover) serasi
2. Terdapat gambar, huruf tebal, huruf miring, 2
garis bawah, atau warna pada bagian isi
modul sebagai rangsangan
3. Tugas dan latihan dikemas dengan menarik 3 15
Organisasi
1. Terdapat peta/ bagan alur materi yang akan 18 16
dibahas dalam modul
2. Organisasi materi pembelajaran sistematis 19 17
3. Susunan naskah, gambar, dan ilustrasi 20 4 18
memudahkan siswa dalam memahami
materi
4. Susunan bab, subbab, dan uraian mudah 21 5 19
diikuti oleh siswa
Format
1. Format kolom proporsional 6
2. Format kertas sesuai dengan tata letak dan 7
format pengetikan
3. Tanda-tanda (icon) mudah untuk ditangkap 8
Ukuran Huruf
1. Jenis dan ukuran huruf mudah dibaca 9 20
2. Penggunaan perbandingan huruf antara 10
judul, subjudul, dan isi naskah yang
proporsional
Spasi Kosong
1. Terdapat spasi (jeda) antara judul bab dan 11
subbab
2. Pergantian antar paragraf dimulai dengan 12
huruf capital
3. Terdapat spasi pada pergantian antar bab 13
Konsistensi
1. Bentuk dan huruf dari halaman ke halaman 14
digunakan secara konsisten
2. Jarak spasi konsisten dan rapi 15
3. Tata letak pengetikan konsisten 16

Menurut Rota dan Izquierdo (2003: 88) ilustrasi memiliki sebuah


kekuatan yang besar dalam penyampaian sebuah cerita dan pesan. Tabel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

2.5 berikut adalah karakteristik komik sebagai ilustrasi modul menurut


Sadiman (2012: 164) dan Rothelein (dalam Hadi, 2005: 97).

Tabel 2.5 Karakteristik Komik sebagai Ilustrasi Modul

Ahli Ahli
Sub Variabel dan Indikator Responden
Materi Media

Daya Tarik
1. Menciptakan minat baca siswa 22 18 21
2. Siswa bersedia membaca tanpa adanya 22
bujukan
Kualitas Isi
1. Materi yang kompleks disajikan dalam 23 19 23
bentuk sederhana dan kesannya akan tahan
lama diingatan
2. Menumbuhkan pemahaman yang lebih 24 20 24
konkrit
3. Tema sesuai dengan materi yang diajarkan 25 21 25
Tampilan
1. Gambar mendukung teks 22
2. Gambar jelas dan mudah dibedakan 23 26
3. Ilustrasi memperjelas latar, rangkaian cerita, 24
penjiwaan, dan karakter
4. Karakter dalam komik mampu 25 27
mengidentifikasi tindakan
5. Gambar dan bahasa sesuai dengan usia 26
siswa
6. Ilustrasi menghadirkan alur cerita 27

7. Prestasi Belajar Matematika


a. Pengertian Prestasi Belajar
Sutratinah (2001: 43) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat
mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode
tertentu.
Menurut Harjati (2008: 43) prestasi belajar merupakan hasil usaha
commit to user
yang dilakukan dalam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

bentuk symbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil


kerja dalam waktu tertentu.
Sedangkan Nurkancana (1986: 62) mengemukakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai
mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. Baik
berupa keterampilan atau pengetahuan yang kemudian diukur dan dinilai
serta diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

b. Pengertian Belajar
Cronbach dalam Sardiman (2005: 20) menyatakan bahwa learning
is shown by a change in behaviour as a result of experience. Maksudnya,
belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil
dari pengalaman.
Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Hakim (2000: 1) belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan yang
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku sebagai hasil daricommit to user Hal ini berarti dalam proses
pengalaman.
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

pembelajaran apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan


kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya
belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami
kegagalan dalam proses belajar.

c. Konsep Prestasi Belajar Matematika


Prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan proses
pembelajaran. Prestasi belajar biasa disebut sebagai hasil belajar yang
berupa nilai akhir yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Beberapa ahli menggolongkan hasil belajar ke dalam
berbagai jenis. Menurut Kingsley dalam Kurniawan (2011: 13) prestasi
belajar siswa terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: (a) keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
Manfaat pengukuran prestasi belajar adalah untuk: (a) alat analisis
apakah kompetensi sudah tercapai, (b) membuat tujuan pembelajaran
khusus (Kurniawan, 2011: 115). Kriteria pengembangan indikator yang
baik, yaitu: (a) harus mendukung pencapaian kompetensi dasar, (b)
meliputi seluruh aspek kemampuan, (c) jumlahnya lebih dari satu, lebih
banyak dari jumlah kompetensi dasar yang dijabarkan, (d) menggunakan
kata kerja operasional.
Berdasarkan uraian tersebut prestasi belajar matematika dapat
diartikan sebagai hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melalui
proses belajar matematika yang dilakukan secara terus menerus oleh
seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya dalam belajar
matematika berupa pemberian nilai sebagai hasil siswa setelah menjawab
soal-soal tes matematika.

B. Penelitian yang Relevan


Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan
penelitian ini. Negara (2014) menyatakan bahwa penggunaan media komik cukup
dapat memotivasi siswa dalam commit
belajar to user kesan negatif siswa terhadap
sehingga
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

pelajaran matematika yang sulit dan tidak menyenangkan bahkan sebagai momok
dalam pembelajaran dapat dihilangkan berubah menjadi pelajaran matematika
yang menyenangkan sehingga berakibat minat dan antusias belajar siswa menjadi
meningkat yang akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika
siswa. Kesamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan komik matematika
dalam proses pembelajaran. Namun ada beberapa perbedaan dengan penelitian ini.
Perbedaan pertama yaitu penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan
(research and development) yang menghasilkan produk berupa modul matematika
berilustrasi komik, sedangkan penenelitian sebelumnya menggunakan media
komik yang sudah ada. Perbedaan kedua yaitu penelitian ini membandingkan
kelas eksperimen yang menggunakan modul matematika berilustrasi komik
dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan modul matematika berilustrasi
komik, sedangkan penelitian sebelumnya komik matematika hanya digunakan
dalam satu kelas saja. Perbedaan ketiga yaitu subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VII SMP/MTs, sedangkan penelitian sebelumnya subyek yang digunakan
adalah siswa kelas III SD/MI.
Supriadi (2008) menyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan
kartun matematika secara umum lebih menyenangkan daripada pembelajaran
biasa sehingga belajar lebih efektif dan siswa termotivasi untuk meningkatkan
prestasi dalam belajar matematika. Kesamaan dengan penelitian ini adalah
membandingkan kelas eksperimen yang menggunakan komik dengan kelas
kontrol yang tidak menggunakan komik. Namun ada beberapa perbedaan dengan
penelitian ini. Perbedaan pertama yaitu subyek penelitian ini adalah siswa kelas
VII SMP/MTs, sedangkan penelitian sebelumnya subyek yang digunakan adalah
siswa kelas XI SMK. Perbedaan kedua yaitu instrument tes yang digunakan pada
penelitian ini berupa tes pilihan ganda, sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan instrument tes uraian.
Fatra (2008) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media
komik dapat efektif dalam membangkitkan minat belajar matematika siswa
sekolah dasar. Kesamaan dengan penelitian ini adalah membandingkan kelas
eksperimen yang menggunakancommit
komikto user
dengan kelas kontrol yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

menggunakan komik. Namun ada beberapa perbedaan dengan penelitian ini.


Perbedaan pertama yaitu subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP/MTs,
sedangkan penelitian sebelumnya subyek yang digunakan adalah siswa kelas XI
SMK. Perbedaan kedua yaitu instrument tes yang digunakan pada penelitian ini
berupa tes pilihan ganda, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan
instrument tes uraian. Perbedaan ketiga desain yang digunakan pada penelitian ini
adalah randomized posttest only control group design, sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan rancangan penelitian two group randomized subject
post test only.
Rasiman dan Pramasdyahsari (2014) menyatakan bahwa:
The mathematics learning media e-comic based on flip book maker effective
to improve junior high school students' critical thinking skills and the
mathematics learning media e-comic based on flip book maker can foster
the character value such as: discipline, cooperation, honesty, confidence
and perseverance.

Maksudnya penggunaan komik pada pembelajaran matematika efektif untuk


meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa sehingga prestasi belajar
siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan dan dapat membantu
perkembangan karakter seperti: disiplin, kerjasama, kejujuran, percaya diri, dan
ketekunan. Kesamaan dengan penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan
(research and development) komik matematika. Namun ada beberapa perbedaan
dengan penelitian ini. Perbedaan pertama yaitu penelitian ini menggunakan model
pengembangan dari Borg dan Gall yang sudah dimodifikasi oleh Sukmadinata,
sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan model pengembangan 4D
Thiagarajan. Perbedaan kedua yaitu subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII
SMP/MTs, sedangkan penelitian sebelumnya subyek yang digunakan adalah
siswa SD/MI. Perbedaan ketiga yaitu produk yang dihasilkan dalam penelitian ini
adalah modul matematika berilustrasi komik, sedangkan penelitian sebelumnya
adalah media e-comic matematika.
Ali (2013) menyatakan bahwa:
Comic strip use had a significant effect on students recall of both the high-
level and low-level texts forcommit to user
both high proficient and low proficient learners
of English.
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Maksudnya penggunaan gambar komik mempunyai efek penting dalam


meningkatkan daya ingat siswa pada mata pelajaran bahasa inggris. Kesamaan
dengan penelitian ini adalah menggunakan komik pada proses pembelajaran.
Namun ada beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Perbedaan pertama yaitu
penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran matematika, sedangkan penelitian
sebelumnya digunakan pada pembelajaran bahasa inggris. Perbedaan kedua
subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP/MTs, sedangkan penelitian
sebelumnya subyek yang digunakan adalah siswa sekolah dasar.
Olaniyi (2007) menyatakan bahwa:
T he pupils that are expose to problem solving approach using cartoons
and comics perform significantly better than those that use the normal
conventional talk and chalk method.

Penelitian membuktikan bahwa penggunaan kartun dan komik dalam pemecahan


masalah lebih baik daripada metode ceramah. Kesamaan dengan penelitian ini
adalah menggunakan komik dalam proses pembelajaran. Namun ada beberapa
perbedaan dengan penelitian ini. Perbedaan pertama yaitu subyek penelitian ini
adalah siswa kelas VII SMP/MTs, sedangkan penelitian sebelumnya subyek yang
digunakan adalah siswa sekolah dasar (primary school). Perbedaan kedua yaitu
penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran matematika, sedangkan penelitian
sebelumnya digunakan pada pembelajaran sains.
Arroio (2011) menyatakan bahwa:
We noticed that comics as cultural tools can be used as a vehicle through
which scientific information are communicated and an important point is
that elementary science teacher should be prepared to manage with the
production of narratives.

Penelitian ini membuktikan bahwa komik sebagai salah satu budaya dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.
Kesamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan komik dalam proses
pembelajaran. Namun ada beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Perbedaan
pertama yaitu penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran matematika,
sedangkan penelitian sebelumnyacommit to user
digunakan pada pembelajaran sains. Perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

kedua yaitu subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP/MTs, sedangkan
penelitian sebelumnya subyek yang digunakan adalah guru sekolah dasar.

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan analisis kebutuhan didapatkan beberapa permasalahan dalam
pembelajaran matematika khususnya pada materi skala dan perbandingan. Di
antaranya adalah pembelajaran matematika hanya berupa transfer materi dari guru
kepada siswa sehingga pembelajaran matematika menjadi kurang bermakna.
Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak dan
kompleks sehingga dalam penyampaiannya harus bisa merubah konsep yang
abstrak menjadi konkret. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN 2013/2014 dan hasil
observasi siswa kelas VII MTs Negeri Ngawi dimana daya serapnya masih dalam
kategori rendah.
Penggunaan modul pembelajaran di sekolah juga berpengaruh dalam proses
pembelajaran matematika. Guru masih melakukan medote pembelajaran langsung
dan hanya memanfaatkan modul pembelajaran yang monoton dan sederhana saat
proses pembelajarannya sehingga belum bisa memahamkan siswa secara
maksimal. Pembelajaran matematika yang abstrak tidak cukup jika hanya
diajarkan lewat metode pembelajaran langsung.
Agar proses pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna, siswa dapat
enjoy dalam menerima pembelajaran dan berperan aktif dalam proses
pembelajaran, maka solusi dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas
yaitu dengan mengembangkan modul matematika berilustrasi komik. Modul
matematika berilustrasi komik ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan
yang ada di kehidupan nyata. Dikembangkannya modul matematika berilustrasi
komik dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh beberapa guru seperti
keterbatasan alat, bahan, waktu, dan ruang. Selain itu, dengan modul matematika
berilustrasi komik ini diharapkan hasil belajar dari siswa juga semakin meningkat.
Berikut adalah Gambar 2.2 berupa bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Penelitian Pendahuluan (analisis literatur, analisis masalah dan analisis kebutuhan) dan
Pengumpulan Informasi

Akar masalah:

1. Pembelajaran di sekolah masih menekankan pada pemberian konten materi / transfer


materi.
2. Kurangnya partisipasi aktif siswa saat proses pembelajaran, seperti : bertanya dan
mengungkapkan pendapat.
3. Beberapa materi matematika masih dianggap sulit karena sifatnya yang abstrak dan
kompleks, seperti materi skala dan perbandingan.
4. Metode pembelajaran langsung masih mendominasi.
5. Materi ajar terlalu banyak, sedangkan waktu yang diberikan kurang.
6. Penggunaan modul pembelajaran masih sangat sederhana dan belum mampu
memahamkan siswa secara menyeluruh.
7. Hasil Ujian Nasional untuk mata pelajaran matematika SMP/MTs di Kabupaten Ngawi
tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah.
8. Daya serap siswa dalam materi skala dan perbandingan yang tergolong belum baik

Diperlukan

Bahan ajar yang memotivasi siswa Pembelajaran yang mengajak siswa Pembelajaran yang dapat
belajar mandiri, pembelajaran untuk dapat menyelesaikan masalah membuat siswa enjoy dan
berpusat pada siswa di kehidupan sehari-hari termotivasi untuk belajar

Pengembangan modul matematika berilustrasi komik

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, hipotesis penelitian ini yaitu
modul matematika berilustrasi komik pada materi skala dan perbandingan sebagai
modul pembelajaran matematika kelas VII SMP/MTs yang dikembangkan lebih
efektif daripada pembelajaran langsung yang tidak menggunakan modul
matematika berilustrasi komik dilihat dari prestasi belajar siswa.
commit to user

Anda mungkin juga menyukai