id 8
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 67) pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Konsep pembelajaran menurut Corey (2005: 61)
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang
baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan
dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang
ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal
karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan menghasilkan kemampuan baru yang berlaku dalam
commit
waktu yang relatif lama dan to adanya
karena user usaha.
8
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
b. Pengertian Matematika
Menurut Johnson dan Rising (dalam Suherman, 2009: 78)
menyatakan bahwa matematika dikatakan sebagai pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan
pada unsur yang didefinisikan, aksioma, teori yang telah dibuktikan
kebenarannya. Menurut Soedjadi (2007: 129) matematika merupakan
ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik dan deduktif.
Selain itu Suriasumantri (2007: 190) juga mengatakan bahwa
matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang
terstruktur, memiliki objek abstrak, dan dibangun dengan penalaran
secara deduktif.
2. Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi,
2008: 1). Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar harus
dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan
oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran.
Menurut Zulkarnaini (2009: 1) bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar memiliki
posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai representasi
(wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru,
uraian-uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus
commit
disajikan guru dihimpun di dalamtobahan
user ajar. Dengan demikian, guru juga
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
3. Modul
a. Pengertian Modul
Pengertian modul menurut Mbulu (2004:89) adalah satu kesatuan
yang bulat dan lengkap, yang terdiri dari serangkaian kegiatan belajar
yang secara empiris telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dengan jelas dan spesifik.
Menurut Nasution (2010:205) modul merupakan suatu unit yang
lengkap yang berdiri sendiri terdiri dari suatu rangkaian kegiatan belajar
yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang
telah dirumuskan secara khusus dan jelas.
Sedangkan menurut Widodo (2008:43) modul harus bertujuan
memperjelas dan mempermudah penyajian agar tidak bersifat sangat
verbal, selain itu juga harus dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera, baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa modul adalah suatu
bentuk bahan ajar berupa satu unit atau beberapa kompetensi dasar yang
disusun secara sistematis, operasional dan terarah sehingga siswa dapat
belajar secara aktif dan mandiri.
c. Karakteristik Modul
Agar modul dapat digunakan secara efektif dan mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa, maka dalam penulisan modul harus
sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008.
Kriteria modul sesuai dengan Departemen Pendidikan Nasional
tahun 2008 antara lain:
1) Mampu membelajarkan sendiri para siswa (Self Instructional)
Modul disusun agar siswa dapat belajar dengan mandiri tanpa
bergantung kepada pihak lain. Untuk memenuhi kriteria self
instructional maka modul harus:
a) Memuat tujuan yang jelas.
b) Memuat materi pembelajaran yang spesifik sehingga mudah untuk
dipelajari dengan tuntas.
c) Tersedia contoh dan ilustrasi pendukung pemaparan materi
pembelajaran.
d) Terdapat tes dan latihan soal untuk mengukur penguasaan materi.
e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan sesuai dengan materi dan
lingkungan yang relevan dengan siswa.
f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
commit to user
g) Terdapat rangkuman.
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
d. Komponen Modul
Komponen modul merupakan isi yang termuat dalam modul.
Komponen modul bervariasi tetapi pada dasarnya tidak memiliki
perbedaan yang signifikan terhadap esensi isi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
4. Pengembangan Modul
a. Dasar Pengembangan Modul
Pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang
dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem
pembelajaran modul (Nurma dan Endang, 2010). Prosedur dalam
pengembangan modul perlu dilaksanakan agar sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, struktur isi tersampaikan dengan jelas dan memenuhi
kriteria modul yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
b. Perencanaan Modul
Analisis kebutuhan, kajian pustaka, dan kajian penelitian terdahulu
commit to user
merupakan dasar dari pengembangan suatu produk dalam hal ini modul.
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Pada tahap perencanaan yang meliputi analisis kebutuhan, kajian teori dan
penelitian terdahulu merupakan tahap yang menjadi dasar dalam
penyusunan modul. Modul yang akan disusun disesuaikan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang berlaku. Tujuan dari pembelajaran
ditetapkan dengan jelas dalam modul sehingga modul dapat digunakan
secara efektif. Kondisi di lapangan mengenai keterbatasan, hambatan,
karakteristik siswa, sumber belajar, dan media yang digunakan dalam
pembelajaran perlu dikaji dan diperhatikan dalam penyusunan modul.
Berdasarkan teori pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa
pembelajaran lebih memberikan makna apabila sesuai dengan konteksnya
maka disusunlah modul berbasis komik dimana konteks atas
permasalahan diilustrasikan dalam bentuk komik.
c. Penyusunan Modul
Modul pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-prinsip
pengembangan suatu modul, meliputi analisis kebutuhan, pengembangan
desain modul, implementasi, penilaian, evaluasi dan validasi, serta
jaminan kualitas (Depdiknas, 2008: 17).
Proses penyusunan modul terdiri dari tiga tahapan pokok. Pertama,
menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai.
Pada tahap ini, perlu diperhatikan berbagai karakteristik dari kompetensi
yang akan dipelajari, karakteristik siswa, dan karakteristik konteks dan
situasi dimana modul akan digunakan. Kedua, memproduksi atau
mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul antara lain meliputi:
tujuan belajar, prasyarat pembelajaran yang diperlukan, substansi atau
materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan belajar, dan komponen
pendukungnya. Ketiga, mengembangkan perangkat penilaian. Dalam hal
ini, perlu diperhatikan agar semua aspek kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terkait) dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu
yang telah ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
d. Evaluasi Modul
Untuk mengetahui apakah modul yang disusun telah sesuai dengan
desain pengembangannya serta dapat diterapkan secara efektif maka perlu
dilakukan evaluasi terhadap modul. Menurut Depdiknas (2008: 28)
evaluasi terhadap modul dilakukan dengan menilai 2 aspek yaitu dari segi
ketercapaian kompetensi dan segi mutu modul. Ketercapaian kompetensi
dapat dinilai berdasarkan kesesuaian isi modul dengan karakteristik
modul itu sendiri sedangkan aspek mutu dilihat dari segi tampilan dan
pengorganisasian materi (Depdiknas, 2008).
Untuk menilai aspek ketercapaian kompetensi, maka disusun
instrumen evaluasi yang didasarkan pada karakteristik modul.
Karakteristik modul yang dijadikan acuan dalam evaluasi modul adalah:
1) Mampu membelajarkan sendiri para siswa (Self Instructiona)l
Untuk memenuhi kriteria self instructional maka modul yang
disusun harus:
a) Memuat tujuan yang jelas.
b) Memuat materi pembelajaran yang spesifik.
c) Tersedia contoh dan ilustrasi pendukung pemaparan materi
pembelajaran. Ilsutrasi sebagai pendukung teks harus memenuhi
kriteria:
(1) Ilustrasi mengena.
(2) Ilustrasi mendukung pemaparan materi.
(3) Pesan disajikan dalam bentuk ringkas dan sederhana.
(4) Ilustrasi mendukung teks.
(5) Ilustrasi jelas dan mudah dibedakan.
(6) Ilustrasi memperjelas latar, rangkaian cerita, penjiwaan
dan karakter.
d) Terdapat tes dan latihan soal untuk mengukur penguasaan
materi.
e) Materi yang disajikan sesuai dengan materi dan lingkungan
commit
yang relevan dengan to user
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
6) Konsistensi
a) Bentuk dan huruf dari halaman ke halaman digunakan secara
konsisten.
b) Jarak spasi konsisten dan rapi.
c) Tata letak pengetikan konsisten.
5. Komik
a. Pengertian Komik
Komik merupakan suatu bentuk kartun yang merupakan karakter
dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat, dihubungkan
dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para
pembaca (Sudjana dan Rivai, 2010: 64).
Sedangkan Trimo (1997) menyatakan bahwa komik sebagai
visualisasi cerita dalam bentuk gambar-gambar yang dilengkapi dengan
kata-kata atau kalimat sebagai penjelas.
Waluyanto (2005: 51) menyatakan bahwa komik merupakan
bentuk media komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk
menyampaikan informasi secara populer dan mudah dimengerti. Selain
itu, komik merupakan alat bantu pendidikan (media pembelajaran) yang
mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien.
Menurut Cloud (2001) ilustrasi komik berbeda dengan gambar
ilustrasi pada umumnya, ilustrasi gambar hanya berfungsi untuk
menggambarkan, memperjelas dan memperkuat suatu keadaan tertentu
yang diuraikan secara verbal, sedangkan ilustrasi komik mampu
menggambarkan alur dari suatu peristiwa, rentetan cerita digambarkan
dengan sangat jelas meskipun tanpa disertai penjelasan verbal. Gambar
dalam komik merupakan penangkapan adegan saat demi saat sebagai
representasi cerita yang disampaikan dengan menampilkan figur dan latar.
Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2005: 199) komik dipandang
sebagai alat komunikasi lewat bahasa gambar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Ahli Ahli
Sub Variabel dan Indikator Responden
Materi Media
Daya Tarik
1. Menciptakan minat baca siswa 22 18 21
2. Siswa bersedia membaca tanpa adanya 22
bujukan
Kualitas Isi
1. Materi yang kompleks disajikan dalam 23 19 23
bentuk sederhana dan kesannya akan tahan
lama diingatan
2. Menumbuhkan pemahaman yang lebih 24 20 24
konkrit
3. Tema sesuai dengan materi yang diajarkan 25 21 25
Tampilan
1. Gambar mendukung teks 22
2. Gambar jelas dan mudah dibedakan 23 26
3. Ilustrasi memperjelas latar, rangkaian cerita, 24
penjiwaan, dan karakter
4. Karakter dalam komik mampu 25 27
mengidentifikasi tindakan
5. Gambar dan bahasa sesuai dengan usia 26
siswa
6. Ilustrasi menghadirkan alur cerita 27
b. Pengertian Belajar
Cronbach dalam Sardiman (2005: 20) menyatakan bahwa learning
is shown by a change in behaviour as a result of experience. Maksudnya,
belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil
dari pengalaman.
Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Hakim (2000: 1) belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan yang
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku sebagai hasil daricommit to user Hal ini berarti dalam proses
pengalaman.
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
pelajaran matematika yang sulit dan tidak menyenangkan bahkan sebagai momok
dalam pembelajaran dapat dihilangkan berubah menjadi pelajaran matematika
yang menyenangkan sehingga berakibat minat dan antusias belajar siswa menjadi
meningkat yang akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika
siswa. Kesamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan komik matematika
dalam proses pembelajaran. Namun ada beberapa perbedaan dengan penelitian ini.
Perbedaan pertama yaitu penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan
(research and development) yang menghasilkan produk berupa modul matematika
berilustrasi komik, sedangkan penenelitian sebelumnya menggunakan media
komik yang sudah ada. Perbedaan kedua yaitu penelitian ini membandingkan
kelas eksperimen yang menggunakan modul matematika berilustrasi komik
dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan modul matematika berilustrasi
komik, sedangkan penelitian sebelumnya komik matematika hanya digunakan
dalam satu kelas saja. Perbedaan ketiga yaitu subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VII SMP/MTs, sedangkan penelitian sebelumnya subyek yang digunakan
adalah siswa kelas III SD/MI.
Supriadi (2008) menyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan
kartun matematika secara umum lebih menyenangkan daripada pembelajaran
biasa sehingga belajar lebih efektif dan siswa termotivasi untuk meningkatkan
prestasi dalam belajar matematika. Kesamaan dengan penelitian ini adalah
membandingkan kelas eksperimen yang menggunakan komik dengan kelas
kontrol yang tidak menggunakan komik. Namun ada beberapa perbedaan dengan
penelitian ini. Perbedaan pertama yaitu subyek penelitian ini adalah siswa kelas
VII SMP/MTs, sedangkan penelitian sebelumnya subyek yang digunakan adalah
siswa kelas XI SMK. Perbedaan kedua yaitu instrument tes yang digunakan pada
penelitian ini berupa tes pilihan ganda, sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan instrument tes uraian.
Fatra (2008) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media
komik dapat efektif dalam membangkitkan minat belajar matematika siswa
sekolah dasar. Kesamaan dengan penelitian ini adalah membandingkan kelas
eksperimen yang menggunakancommit
komikto user
dengan kelas kontrol yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini membuktikan bahwa komik sebagai salah satu budaya dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.
Kesamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan komik dalam proses
pembelajaran. Namun ada beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Perbedaan
pertama yaitu penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran matematika,
sedangkan penelitian sebelumnyacommit to user
digunakan pada pembelajaran sains. Perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
kedua yaitu subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP/MTs, sedangkan
penelitian sebelumnya subyek yang digunakan adalah guru sekolah dasar.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan analisis kebutuhan didapatkan beberapa permasalahan dalam
pembelajaran matematika khususnya pada materi skala dan perbandingan. Di
antaranya adalah pembelajaran matematika hanya berupa transfer materi dari guru
kepada siswa sehingga pembelajaran matematika menjadi kurang bermakna.
Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak dan
kompleks sehingga dalam penyampaiannya harus bisa merubah konsep yang
abstrak menjadi konkret. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN 2013/2014 dan hasil
observasi siswa kelas VII MTs Negeri Ngawi dimana daya serapnya masih dalam
kategori rendah.
Penggunaan modul pembelajaran di sekolah juga berpengaruh dalam proses
pembelajaran matematika. Guru masih melakukan medote pembelajaran langsung
dan hanya memanfaatkan modul pembelajaran yang monoton dan sederhana saat
proses pembelajarannya sehingga belum bisa memahamkan siswa secara
maksimal. Pembelajaran matematika yang abstrak tidak cukup jika hanya
diajarkan lewat metode pembelajaran langsung.
Agar proses pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna, siswa dapat
enjoy dalam menerima pembelajaran dan berperan aktif dalam proses
pembelajaran, maka solusi dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas
yaitu dengan mengembangkan modul matematika berilustrasi komik. Modul
matematika berilustrasi komik ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan
yang ada di kehidupan nyata. Dikembangkannya modul matematika berilustrasi
komik dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh beberapa guru seperti
keterbatasan alat, bahan, waktu, dan ruang. Selain itu, dengan modul matematika
berilustrasi komik ini diharapkan hasil belajar dari siswa juga semakin meningkat.
Berikut adalah Gambar 2.2 berupa bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Penelitian Pendahuluan (analisis literatur, analisis masalah dan analisis kebutuhan) dan
Pengumpulan Informasi
Akar masalah:
Diperlukan
Bahan ajar yang memotivasi siswa Pembelajaran yang mengajak siswa Pembelajaran yang dapat
belajar mandiri, pembelajaran untuk dapat menyelesaikan masalah membuat siswa enjoy dan
berpusat pada siswa di kehidupan sehari-hari termotivasi untuk belajar
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, hipotesis penelitian ini yaitu
modul matematika berilustrasi komik pada materi skala dan perbandingan sebagai
modul pembelajaran matematika kelas VII SMP/MTs yang dikembangkan lebih
efektif daripada pembelajaran langsung yang tidak menggunakan modul
matematika berilustrasi komik dilihat dari prestasi belajar siswa.
commit to user