(FMP3)
Forum Musyawaroh
Pondok Pesantren Putri se-Jawa Timur
Di Pondok Pesantren Putri Sulaiman
Sukorejo Gandusari Trenggalek Jawa Timur
19-20 Muharram 1441 H./18-19 September 2019 M.
ٗاندهسح األٔن
MEMUTUSKAN
Pertanyaan:
a) Apa hukum menggunakan aplikasi edit foto seperti FaceApp dan
aplikasi lainya baik untuk foto sendiri atau orang lain?
Jawaban :
Hukum menggunakan aplikasi edit foto untuk fotonya sendiri
diperbolehkan.
Untuk foto orang lain boleh diedit selama ada ridlo (kerelaan) dari
pemiliknya dan tidak ada unsur menyakitinya.
Namun hukum tersebut bisa menjadi haram bila terdapat motivasi yang
tidak dibenarkan syariat.
Referensi
1. Hasyiah Syarwani , Juz 6 hal. 210
2. Ahkamul Fuqoha fi muqorrarati Muktamar NU, Hal 94
3. Umdatul Mufti Wal Mustafti, Juz 2 hal. 152
4. Asybah Wa An Nadhoir, Hal 33
5. dll
Referensi
1. Ihya’ Ulumiddin, juz 3 hal. 145
2. Hasyiah Bujairomi Ala Manhaj, juz 2 hal. 244-247
3. Fiqh Al-islami, Juz 2 hal 821
4. Dll.
MEMUTUSKAN
Referensi
1. Umdatul Mufti Wal Mustafti, Juz 2 hal. 152
2. Al Fatawi Al Kubro, juz 4 hal. 249
3. Hasyiah Albajuri, juz 2 hal. 128
4. Dll.
Referensi
1. Ihya’ Ulumuddin, Juz 2 hal. 331
2. Isadurrafiq, juz 2 hal. 105
3. Al Adzkar , juz 1 hal. 365
4. Dll.
B
ٗاندهسح األٔن
MEMUTUSKAN
Pertanyaan:
a) Bagaimana hukumnya memproduksi, menjual, membeli dan
mengoleksi barang-barang tersebut?
Jawaban:
Hukum memproduksi barang-barang sebagaimana dalam deskripsi
terdapat khilaf sebagai berikut:
1. Menurut pendapat yang dikutip dalam kitab Tafsir Ruh al-Ma’aniy
hukumnya boleh, karena dibuat untuk permainan dan bukan untuk
disembah. Berpijak pada pendapat ini, hukum menjual, membeli
dan mengoleksinya boleh.
2. Menurut mayoritas ulama, hukumnya haram kecuali berupa
boneka yang dibuat permainan anak kecil. Berpijak pada pendapat
yang mengharamkan ini, hukum menjual, membeli, dan
megoleksinya terjadi khilaf. Sebagian ulama memperbolehkannya,
dan sebagian ulama yang lain mengharamkannya.
Catatan: Berpijak pada pendapat kedua, apabila barang-barang
tersebut berupa barang yang diletakkan di tempat-tempat yang tidak
terhormat, seperti dibuat untuk bantal, guling, kasur dsb, maka terjadi
khilaf. Sebagian ulama memperbolehkannya, dan sebagian ulama yang
lain mengharamkannya.
Pertanyaan:
b) Jika tidak diperbolehkan, apa yang harus dilakukan atas barang-
barang yang terlanjur sudah dibeli?
Jawaban:
Idem.
Pertanyaan:
a) Bagaimana solusi terkait ibadahnya mengingat tidak bisa lepas dari
lingkungan tersebut?
Jawaban:
Solusi pertama mengikuti qaul muqabil al-azdhar yang berpendapat
bahwa menyucikan najis mugholladzoh bisa dengan tujuh kali basuhan
air yang salah satunya dicampur dengan sabun, atau mengikuti qaul
dlo’if dalam mazhab Syafi’iyyah yang berpendapat bahwa anjing
tergolong najis mutawassithoh yang cara menyucikannya cukup dengan
satu kali basuhan air.
Referensi
1. Tadzkir an-Nas, h. 45
2. Syarh al-Mahalli ‘ala al-Minhaj, vol. 1, h. 87
3. Al-Iqna’ fi Hilli Alfafadz Abi Syuja’, vol. 1, h. 9
4. Dll.
حَٛاندهسح انثا
MEMUTUSKAN
Jawaban:
Pada dasarnya hukum menerima santri adalah fardlu kifayah, namun
bisa menjadi fardlu ‘ain jika memenuhi tiga syarat:
1. Ilmu yang diajarkan adalah ilmu yang wajib.
2. Menjadi satu-satunya lembaga pesantren yang mengajarkan.
3. Tidak ada udzur, seperti khawatir keselamatan jiwa.
Dengan demikian, hukum menolak calon santri sebagaimana dalam
deskripsi diperbolehkan, karena masih ada pesantren lain yang
berkenan menerimanya.
Referensi
1. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, vol. 1, h. 27
2. Bughyat al-Mustarsyidin, h. 15
3. Az-Zawajir ‘An Iqtirof al-Kabair, vol. 1, h. 233-236
4. Dll.
(02/ 1) انًدًٕع ششذ انًٓزب.1
كاف اكف٫ي٤ٔ ط اال كاظؽ دٕني٤ يى٨٦ ةؾ٪٬ ٨ يك٥ةف لٚ ةيحٛ٠ ؿضٚ ذنيٛذةء املكذُٚةبلني كا٣ ا٥ي٤ٕد
ة يف٧٭٩ؿ صؿية٬ْة٣ىت كاٛؿكا كص٭ني يف امل٠ ذ٥ يأز٢٭ٚ ٓ٪ذ٦ةٚ ٥٬ أظؽ٨٦ ٟت ذل٤ُٚ عٮف٤دمةٔح يى
٨ت كحيك٣ُة٣ ثةٜٚ أف يؿ٥٤ٕ٧٤ كيكذعت ل.٥ةع أظؽ الن٭ٮد كاالوط ال يأز٪ذ٦ة اكلٮص٭ني يف ا٧٬ ك٥٤ٕامل
Jawaban:
Hukumnya diperinci sebagai berikut:
Jika media ritualnya berupa ruqyah, seperti doa, hizb, mantra dsb,
maka diperbolehkan dengan memenuhi tiga syarat:
Referensi
1. Faidl al-Qodir, vol. 1, h. 559
2. Al-Fatawa al-Haditsiyyah, vol. 1, h. 20
3. Al-Fawakih ad-Diwaniy, vol. 2, h. 370
4. Dll.
554 : ش اندزء االٔل صــــٚط انمذٛ ف.1
ةؿٞٚ ٫٤ٕٚ ٮق يف٩يح اقذأذ٤٬ يف اجلة٫ة اكف يؿيق ث٦ ٕٮذة كاملؿاد٣ كٌم ا٥ٌيح ثةلٝ) دمٓ ر٥ةكٝ(أؿًٮا يلع ر
ةؿ (الثأسٞٚ ة ٔؿًٮا يلع٧٤ٚ ةء٧١ احل٥٭ٛ٦ةء ك٧٤ٕ٣ ا٥٤ٕ٦ ٨ٔ ي٤ األكرب املذ٥ٕةل٣ة يلع أم ألين ا٬أؿًٮ
٨٦ ؿ أك يشءٛك٣ةد اٞ (رشؾ) أم يشء يٮصت أذ٫ة ريق ث٧يٚ ) أم٫يٚ ٨ يك٥ة ل٦( ثةلؿيق) أم ٌم صةاـة
ممةٟٕرباين كحنٮ ذل٣ٕٮا الؿيق ثة٪٦ ٥ ز٨٦ حمؿـ كٟإف ذلٚ يح٦ األوٮؿ اإلقبلٜٚ الرشؾ اذلم اليٮا٢٬الكـ أ
أف يكٮف ثكبلـ/ؽ ادمٕٮا يلع صٮاز الؿيق برشكط زبلزحٝ ك/ ظضؿ٨ةؿ إثٝ ٟٮع يف ذلٝةق ػٮؼ الٮ٪ٕ٦ ٢ص٭
c
ٗاندهسح األٔن
MEMUTUSKAN
Referensi
1. Al-Bujairomi ‘Ala Al-Khotib, vol. 2, h. 10
2. Bughyah Al-Mustarsyidin, h. 78
3. Mughni Al-Muhtaj, vol. 1, h. 61
4. Dll.
b. Apa sikap yang harus dilakukan penunggu pasien rawat inap
?sebagaimana deskripsi di atas
Jawaban: Yang harus dilakukannya adalah Amar ma’ruf nahi munkar,
seperti: menasehati, mendorong dan mengajari pasien tata cara
melaksanakan ibadah yang benar, membangunkan pasien supaya
melaksanakan sholat di dalam waktu apabila tidur setelah masuk waktu
sholat, dll. Dan berkewajiban membantu menyempurnakan pelaksanaan
rangkaian ibadah apabila ada permintaan dari pasien.
Referensi
1. Is’ad Ar-Rofiq, vol. 1, h. 65
2. I’anah At-Tholibin, vol. 1, h. 120
3. Inaroh Ad-Dujah. 160
4. Dll.
حَٛاندهسح انثا
MEMUTUSKAN
b. Jika boleh, sejauh mana tugas-tugas yang boleh diemban oleh fatser?
Jawaban: Idem
Referensi
1. Salalim Al-Fudlola`, h. 14
2. Bidayah Al-Hidayah, vol. 1, h. 7
3. Syarh Shohihul Bukhori vol. 5, h. 75
4. Dll.
Referensi
1. Is’ad Ar-Rofiq, vol. 2 h. 114-115
2. Al-Fatawi Al-Fiqhiyyah Al-Kubro, vol. 2, h. 129
3. Fathu Al-Bari vol. 10, h. 406
4. Dll.
?b. Sebatas mana kewajiban anak taat kepada perintah orang tua
Jawaban: Selama tidak memerintahkan perkara haram, akan tetapi
penting bagi orang tua untuk tidak memerintahkan hal-hal yang sulit
dilakukan anak dan membantu anak supaya dapat menjalankan birrul
walidain.
Referensi
1. Ihya` ‘Ulumi Ad-din, vol. 3 h. 146
2. Ittihaf As-sadah, vol. 6, h. 322
3. Dalil Al-Falihin vol. 2, h. 486
4. Dll.
.1إزٛاء ػهٕو انذٔ ٍٚيؼّ تخشٚح انسافع انؼشال ٙخـ 3صـ 196
كًليٛيح اٞ٣يةـ ٞ٭٧ة دٕؿؼ ممة ذ٠ؿ٩ةق يف ظ ٜاألػٮة ٚإف ٬ؾق الؿاثُح آكؽ ٨٦األػٮة ث ٢يـيؽ ٬٭٪ة
أمؿاف أظؽ٧٬ة أف أكرث ا ٧٤ٕ٣ةء ىلع أف َةٔح األثٮي ٨كاصجح يف النج٭ةت كإف ل ٥جتت يف احلؿاـ املعي
ظىت إذا اك٩ة يت٘٪ىةف ثأٛ٩ؿادؾ ٔ٪٭٧ة ثةُٕ٣ةـ ٤ٕٚي ٟأف دأكٕ٦ ٢٭٧ة ألف دؿؾ النج٭ح كرع كرًة
الٮادلي ٨ظذ ٥كًلؾل٣ ٟحف ل ٟأف تكةٚؿ يف ٦جةح أك ٩ة٤ٚح إال ثإذ٩٭٧ة كاملجةدرة إىل احلش اذلم ٬ٮ ٚؿض