Anda di halaman 1dari 1

PONDOK PESANTREN HIDAYATUT THULLAB

Kamulan Durenan Trenggalek Jatim 66381


(0355) 879525
e-mail: pondoktengah@yahoo.com
AS-ILAH UNTUK BMK PP ALFALAH PLOSO

1. KEKERASAN TERHADAP TKW


Sudah merupakan fakta universal dan bukan rahsia lagi bahwa, angka kemiskinan di Indonesia tahun
terakhir ini terus meningkat, terbukti dg banyaknya masyarakat Indonesia yg “mengundi nasib” dg menjadi
TKI di beberapa kota besar bahkan sampai ke luar negeri. Fenomena perlidungan terhadap TKI khususnya
yg berada di luar negeri pun beragam. Ada sebagian TKW yg bekerja di luar negeri disiksa oleh majikanya,
ada juga yang terlantar di pinggir jalan raya dan kolong jembatan. Walaupun demikian, mereka tetap diam
saja karena ketidakberdayaannya. Seperti halnya yg dialami Sumiti, dia disiksa oleh majikannya dg tidak
manusiawi.
Tampaknya fenomena di atas, tidak begitu mengusik ketengana pemerintah Indonesia, terbukti pemerintah
tetap saja mengizinkan PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) untuk mengirimkan para TKW-
nya ke luar negeri.

Pertanyaan :
a. Menurut Yuridis Fiqih, apakah pemerintah menanggung konsekwensi hukum terkait kejadian
penganiayaan terhadap TKI ?
b. Masih ditolerirkah PJTKI mengirimkan TKW-nya ke negara yang sudah terbukti seakan kurang
melindungi warga asing ?
c. Bagimana sikap terbaik pemerintah menyikapi insiden di atas?

2. IBAROT “KONTRADIKTIF”
Cermati kedua Ibarat Kontradiktif dibawah ini

ُ‫َاخلَ!هُ أَ َم!!ا ِكن‬


ِ ‫ُور ) بِقَ ْي ٍد ِز ْدته بِقَوْ لِي ( ُم ْختَصٌّ بِ َما َسافَ َر ِم ْنهُ ) َكبَلَ ٍد َوقَرْ يَ! ٍة َوإِ ْن َك!!انَ د‬
ٍ ‫او َزةُ س‬ َ ‫( َوأَ َّولُهُ ) أَيْ ال َّسفَ ِر لِ َسا ِك ِن أَ ْبنِيَ ٍة ( ُم َج‬ 
)218 ‫ ص‬/ 5 ‫ (ج‬- ‫ع أِل َ َّن َج ِمي َع َما هُ َو دَا ِخلُهُ َم ْعدُو ٌ!د ِم َّما َسافَ َر ِمنهُ (حاشية الجمل‬
ْ ُ ‫َار‬
ِ ‫خَ ِربَ ٍة َو َمز‬
ُ
‫( َو ) َرابِ ُعهَا ( َد َوا ُم َسفَ ِر ِه إلَى َع ْق ِد ثَانِيَ ٍة فَلَوْ أَقَا َم قَ ْبلَ!هُ فَاَل َج ْم! َع ) ( قَوْ لُ!هُ إلَى َع ْق! ِد ثَانِيَ! ٍة ) أَيْ أَ َّما َع ْق! ُد اأْل ولَى فَاَل ي ُْش!ت ََرطُ ُو ُج!!و ُد‬ 
)309 ‫ ص‬/ 5 ‫ (ج‬- ‫ َو َو َج َد ِع ْن َد َع ْق ِد الثَّانِيَ ِة َكفَى (حاشية الجمل‬، ‫ال َّسفَ ِر ِع ْن َدهُ َحتَّى لَوْ أَحْ َر َم بِاأْل ُولَى فِي اإْل ِ قَا َم ِة ثُ َّم َسافَ َر‬
Menurut kami, kesimpulan kasar untuk Ibarat pertama adalah seseorang dianggap sebagai musafir yang
konsekwensinya boleh Tarakhhus, itu jika sudah melewati Sur. Dan kesimpulan Ibarat kedua adalah Salah
satu syarat melakukan Jama’ Taqdim yaitu Dawamussafar (masih dalam perjalanan) hingga ia melakukan
Takbirotul Ihram shalat yang kedua (‘Aqdus tsaniyyah), sedangkan Takbiratul Ihram shalat pertama (‘Aqdul
Ula) tidak disyaratkan dalam perjalanan (Wujudussafar) bahkan jika musafir melakukan takbiratul ihram
shalat pertama dalam kondisi Iqamah kemudian ia melakukan safar dan ketika takbiratul ihram shalat
kedua ia dalam kondisi safar maka sah sah saja.

Pertanyaan:
a. Kami menangkap ada semacam kontradiksi diantara kedua ibarat diatas, benarkah musafir harus
melawati sur terlebih dahulu jika menghendaki tarakhhus?
b. Jika Ya, bagaimana dengan Ibarat kedua yang menyatakan tidak disyaratkan wujuddussafar pada
takbirotul ihrom shalat pertama?
c. Sebenarnya, bagaimana yang dikehendaki dengan ‘Aqdu dalam Ibarat diatas?

Anda mungkin juga menyukai