Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS INDONESIA

Evaluasi Kebijakan Penghapusan Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor


dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta
Selama Periode November-Desember 2018

SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL

FIRZI ADELA AVISENA


1706107743

FAKULTASI ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL
DEPOK
DESEMBER 2019
UNIVERSITAS INDONESIA

Evaluasi Kebijakan Penghapusan Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor


dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta
Selama Periode November-Desember 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Administrasi dalam bidang Ilmu Administrasi Fiskal

HALAMAN JUDUL

FIRZI ADELA AVISENA


1706107743

FAKULTASI ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL
DEPOK
DESEMBER 2019
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Firzi Adela Avisena

NPM : 1706107743

Tanda Tangan :

Tanggal : Desember 2019


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Firzi Adela Avisena
NPM : 1706107743
Program Studi : Ilmu Administrasi Fiskal
Judul Skripsi i : Evaluasi Kebijakan Penghapusan Sanksi Pajak
Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta
Selama Periode November-Desember 2018

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Administrasi pada Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang : (................................)

Sekretaris Sidang : (................................)

Penguji Ahli : (................................)

Pembimbing : (................................)

Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkah serta
Rahmat-Nya, penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Evaluasi Kebijakan
Penghapusan Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor di Provinsi DKI Jakarta Selama Periode November-Desember 2018”.
Tujuan utama penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Administrasi Jurusan Ilmu Administrasi Fiskal
pada Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia. Penulis sangat menyadari bahwa
tanpa adanya bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan dimulai
sampai dengan penyelesaian skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat
merampungkan skripsi ini secara menyeluruh. Oleh sebab itu, penulis menghanturkan
ucapan terima kasih kepada pihak – pihak yang tersebut dibawah ini, antara lain :
1. Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag.rer.publ, selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Indonesia.
2. Dr. Milla Septiana Setyowati, M. Ak, selaku Ketua Program Studi Departemen
Ilmu Administrasi Fiskal FIA UI.
3. (......................................), selaku Dosen Pembimbing yang dengan sukarela
menyediakan waktu, tenaga, saran, dan kritik membangun demi mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi.
4. Seluruh jajaran Dewan Penguji, khususnya (........................................) sebagai
penguji ahli, yang telah memberikan banyak masukan serta kritik membangun
terhadap skripsi penulis.
5. Seluruh jajaran Dosen Ilmu Administrasi Fiskal yang telah memberikan berbagai
ilmu yang berguna dan bermanfaat selama penulis menjalankan masa perkuliahan
di FIA UI.
6. Keluarga, khususnya orang tua, yang telah memberikan motivasi serta dukungan
terhadap penulis baik secara materiil maupun non materiil untuk penyelesaian
skripsi ini.
7. Semua narasumber serta pihak – pihak tertentu yang sangat berjasa dalam
memberikan akses ke narasumber tertentu yang dapat memberikan informasi
penting yang berguna dalam penelitian ini, yaitu (.....................................)
8. Seluruh teman – teman paralel sore Ilmu Administrasi Fiskal 2017 yang bersama –
sama telah melalui segala bentuk suka maupun duka serta saling membantu antar
sesama selama diperkuliahan.
9. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap penyusunan skripsi ini yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan untuk membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap bahwa kedepannya skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, ... Desember 2019

Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:

Nama : Firzi Adela Avisena


NPM : 1706107743
Program Studi : Ilmu Administrasi Fiskal
Fakultas : Ilmu Administrasi
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalti-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Evaluasi Kebijakan Penghapusan Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea


Balik Nama Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta Selama Periode
November-Desember 2018”

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Desember 2019
Yang menyatakan

(Firzi Adela Avisena)


ABSTRAK

Nama : Firzi Adela Avisena


Program Studi : Ilmu Administrasi Fiskal
Judul : Evaluasi Kebijakan Penghapusan Sanksi Pajak kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di
Provinsi DKI Jakarta Selama Periode November-
Desember 2018

Skripsi ini membahas mengenai

Kata kunci: Penghapusan sanksi administrasi, PKB, BBNKB


ABSTRACT

Name : Firzi Adela Avisena


Study Program : Fiscal Administration Science
Title : Evaluation of the Policy on the Elimination of Vehicle
Tax and Title Transfer Tax Administrative Sanction
In DKI Jakarta Province During The November-
December 2018 Period

This thesis discussed

Key words: elimination of administrative sanctions, vehicle tax, title transfer tax
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................................. 1


HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... 2
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... 3
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................................... 4
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 5
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...................................................... 7
ABSTRAK ................................................................................................................................... 8
ABSTRACT ................................................................................................................................. 9
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 10
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 20
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah sebagai negara berkembang, saat ini sedang gencar melakukan
pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah pembangunan yang berlangsung
secara terus menerus dan berkesinambungan serta merata di seluruh tanah air yang
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk menyejahterakan rakyat
Indonesia secara adil dan merata (Nurmiati, 2014). Pada hakikatnya pembangunan yang
dilakukan mencakup seluruh aspek kehidupan suatu bangsa, layaknya aspek
perekonomian, politik, pertahanan, keamanan, serta sosial budaya. Ditinjau dari segi
regulasi, Presiden Republik Indonesia telah mengesahkan aturan mengenai perencanaan
pembangunan nasional melalui Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Beberapa poin penting diutarakan melalui aturan
ini, diantaranya: 1) bahwa Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis,
terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, 2) Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan Asas Umum Penyelenggaraan
Negara, serta 3) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk :1
a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;
c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Dari beberapa tujuan yang telah disebutkan, diketahui bahwa setiap elemen bangsa
meliputi masyarakat dan juga pemerintah memiliki hak dan kewajiban serta tanggung
jawab secara menyeluruh terhadap tercapainya tujuan pembangunan. Menurut
(Andahyani, 2019), “Saat ini pemerintah mengarahkan pembangunan nasional untuk

1
Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 2
ayat (2), (3), dan (4)
mencapai tujuan pembangunan dan untuk menunjang pembangunan tersebut, maka
penerimaan negara perlu terus diupayakan peningkatannya sehingga mampu membiayai
pembangunan itu”.
Reformasi pajak menjadi titik balik bagi pembiayaan pembangunan nasional.
Setelah reformasi pajak terjadi, pemerintah menetapkan sektor perpajakan menjadi tulang
punggung bagi pembiayaan pembangunan nasional yang sebelumnya hanya bertumpu
kepada pendanaan dari sektor migas negara (Dharma & Suardana, 2014). Pajak sangat
penting bagi pembangunan negara Indonesia karena pajak memberikan kontribusi
terbesar bagi pemasukan negara. Pajak saat ini menjadi andalan penerimaan bagi negara.2
Tabel 1. 1
Kontribusi Penerimaan Perpajakan Terhadap Seluruh Pendapatan Negara Dalam APBN

82.25% 82.59%

80.63%

78.14%

73.97%

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 – 2018
(diolah kembali oleh penulis)

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya, khususnya 2014 sampai
dengan 2019, penerimaan negara dari sektor perpajakan selalu mendominasi pendapatan
negara serta menjadi penyumbang terbesar dalam APBN Negara. Penerimaan pajak
menjadi penyumbang terbesar terjadi pada tahun 2016 dimana realisasi penerimaan
perpajakan sebesar 1.284.970,14 miliar rupiah dari total pendapatan negara yang diterima
sebesar 1.555.934,15 miliar rupiah. Sebagai primadona penerimaan negara dalam APBN
setiap tahunnya, besaran penerimaan pajak cenderung meningkat dan selalu diusahakan

2
‘Oktaviane Lidya Winerungan, “Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung”. Jurnal EMBA Vol.1 No.3, September
2013, hal. 961
untuk ditingkatkan kedepannya. Menilik balik laporan keuangan pemerintah 3 tahun
kebelakang, Tahun 2016 realisasi penerimaan pajak sebesar 1.284.970,14 miliar rupiah
yang dimana terjadi peningkatan sebesar 44.551,28 miliar rupiah dari tahun 2015. Lalu
realisasi penerimaan pajak tahun 2017 sebesar 1.343.529,84 miliar rupiah meningkat
sebesar 58.559,7 miliar rupiah dari tahun 2016 dan realisasi penerimaan pajak tahun 2018
sebesar 1.518.789,78 miliar rupiah meningkat sebesar 175.259,94 miliar rupiah dari tahun
2017.
Dengan potensi penerimaan pajak yang cukup besar, Indonesia sangat perlu
menerapkan pembagian kewenangan dalam sistem pemerintahan yang bersifat
desentralistis. Sejarahnya, pada masa orde baru penyelenggaraan pemerintahan dilakukan
secara sentralistik dimana semua urusan didaerah sangat bergantung kepada kebijakan
pemerintah pusat. Oleh sebab itu sistem hubungan pusat dan daerah di Indonesia menurut
ukuran internasional sangat terpusat.3 Setelah terbit Undang – Undang Nomor 22 Tahun
1999 Tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah diberikan secara nyata, luas, dan
bertanggung jawab kepada daerah. Adanya pemberian kewenangan pemerintahan kepada
daerah berimplikasi kepada penyerahan biaya – biaya yang juga harus ditanggung
pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada publik. Berkaitan dengan pembiayaan
tersebut, Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyerahkan wewenang kepada
pemerintah daerah untuk dapat membuat kebijakan fiskal dalam rangka membiayai
penyelenggaraan pemerintahan. Kewenangan tersebut diwujudkan melalui kegiatan
memungut pajak dan retribusi daerah sesuai dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Ismail, 2018).
Tidak berbeda dengan daerah lainnya, DKI Jakarta sebagai daerah otonom turut
dilimpahkan wewenang untuk merancang kebijakan dari sisi penerimaan. DKI Jakarta
memiliki hak dan kewajiban secara nyata, luas, serta bertanggung jawab terhadap

3
Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi sistem tetap terpusat, antara lain :
1)iKekuasaan dalam budaya indonesia bermakna “tunggal” (karena pengaruh tradisi jawa yang
menekankan sifat kesatuan kekuasaan dan wewenang sehingga pengertian layaknya pemisahan
kekuasaan atau federalisme sulit dipahami dan diterima).
2) Adanya pelimpahan kekuasaan dikhawatirkan akan mengancam kesatuan nasional seperti yang terjadi
pada tahun 1950-an.
3)iPemerintah daerah dinilai kurang efektif dalam menyusun rencana dan menjalankan program
pembangunan.
4) Ada keinginan untuk menjaga agar dana pemerintah benar – benar dipergunakan dengan baik.
pengelolaan keuangannya. Pada hakikatnya setiap daerah otonom memiliki
ketergantungan penuh kepada komponen PAD (Pendapatan Asli Daerah) daerahnya
dalam rangka melakukan pembangunan daerahnya. Oleh karena itu, setiap daerah
berusaha mengoptimalkan komponen PAD daerahnya (Mulyanto, 2013). Jika kita
membedah PAD DKI Jakarta, terdapat 4 komponen utama yang menjadi sumber
keuangan DKI Jakarta diantaranya: 1) pajak daerah, 2) retribusi daerah, 3) hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang sah, dan 4) lain – lain PAD yang sah.

Tabel 1. 2
Komponen Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta

Pajak Daerah Retribusi Daerah Kekayaan Daerah Lain - Lain PAD


38,000,000
36,000,000
34,000,000
32,000,000
30,000,000
28,000,000
26,000,000
24,000,000
22,000,000
20,000,000
18,000,000
16,000,000
14,000,000
12,000,000
10,000,000
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011 – 2018
(diolah kembali oleh penulis)

Grafik diatas dengan jelas menggambarkan pentingnya pajak daerah serta dominasinya
sebagai penyumbang PAD DKI Jakarta. Dengan adanya peningkatan penerimaan pajak
daerah setiap tahunnya, secara signifikan menunjukan bahwa optimalisasi dari sisi
penerimaan khususnya dalam memungut pajak daerah yang dilakukan oleh pemerintah
daerah telah berjalan dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyebutkan
setidaknya terdapat 5 jenis pajak, khususnya pajak provinsi, yaitu: 1) pajak kendaraan
bermotor, 2) pajak bahan bakar kendaraan bermotor, 3) pajak air permukaan, 4) bea balik
nama kendaraan bermotor, dan 5) pajak rokok.
Tabel 1. 3
Kontribusi PKB dan BBNKB terhadap Penerimaan Pajak Daerah DKI Jakarta
(Dalam jutaan rupiah)
Kontribusi
Penerimaan
Tahun PKB & BBNKB terhadap
Pajak Daerah
Pajak Daerah (%)
2013 23.367.019,94 10.749.175,77 46,00
2014 27.050.949,02 10.505.504,35 38,84
2015 29.076.926,60 10.775.603,95 37,06
2016 31.607.479,86 12.147.526,48 38,43
2017 36.500.782,27 13.033.138,79 35,71
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2014 – 2018
(diolah kembali oleh penulis)

Analisis dari tabel diatas adalah dari beberapa jenis pajak daerah yang dapat dipungut
pemerintah daerah DKI Jakarta, meskipun kontribusi PKB dan BBNKB terhadap pajak
daerah memiliki kecenderungan menurun setiap tahunnya, namun pajak kendaraan
bermotor (selanjutnya disebut PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (selanjutnya
disebut BBNKB) memiliki kontribusi lebih besar dibandingkan dengan jenis pajak daerah
lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa PKB dan BBNKB menjadi penyumbang PAD
DKI Jakarta yang potensial setiap tahunnya.
Banyak hal yang menyebabkan tingginya angka penerimaan PKB dan BBNKB di
DKI Jakarta. Faktor utama yang menyebabkan tingginya angka penerimaan PKB dan
BBNKB dari tahun ke tahun adalah meningkatnya kuantitas kendaraan bermotor di DKI
Jakarta. Hal tersebut selaras dengan bunyi Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa
objek PKB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
Tabel 1. 4
Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar Menurut Jenis Kendaraan
(Tidak termasuk TNI, POLRI, dan CD)
Jenis ∆/tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Kendaraan (%)
Sepeda
10.825.973 11.949.280 13.084.372 13.989.590 13.310.672 5,30
Motor
Mobil
2.742.414 3.010.403 3.266.009 3.469.168 3.525.925 6,48
Penumpang
Mobil
561.918 619.027 673.661 706.014 689.561 5,25
Beban
Mobil Bus 358.895 360.223 362.066 363.483 338.730 -1,44
Ransus 129.113 133.936 137.859 139.801 141.516 2,32
Jumlah 14.618.313 16.072.869 17.523.967 18.668.056 18.006.404 5,35
Sumber : Statistik Transportasi DKI Jakarta Tahun 2018
(diolah kembali oleh penulis)
Pertumbuhan kendaraan bermotor secara keseluruhan mengalami pertumbuhan 5,35%
dalam tahun 2012 sampai 2016. Jenis kendaraan dengan pertumbuhan tertinggi terdapat
dalam jenis mobil penumpang dan sepeda motor dengan pertumbuhan masing masing
sebesar 6,48% dan 5,30%. Tingginya peningkatan jumlah kendaraan pada kedua jenis
kendaraan tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya adalah terjangkau
(murah), ekonomis, dan proses kepemilikan yang sangat mudah dalam membeli
kendaraan bermotor baru. Selain itu, sulitnya mendapatkan kendaraan umum yang aman,
nyaman, mudah diakses, tepat waktu, dan dengan harga yang relatif terjangkau juga
menjadi faktor yang melatarbelakangi tingginya kepemilikan pada jenis kendaraan
bermotor sepeda motor dan mobil penumpang (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI
Jakarta, 2018).
PKB dan BBNKB sebagai tulang punggung penerimaan pajak daerah DKI Jakarta
setiap tahunnya masih terdapat sejumlah permasalahan didalamnya. Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan didampingi oleh Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah DKI
Jakarta Edi Sumantri menyatakan bahwa terdapat 1.293 mobil mewah di DKI Jakarta
yang masih menunggak pembayaran pajak dengan nilai tunggakan kisaran 44,9 miliar
rupiah. Mobil-mobil tersebut antara lain bermerek Lamborghini dengan berbagai tipe
seperti Aventador, Gallardo, dan Murcielago. Kemudian, ada pula Rolls Royce, Maserati,
Ferrari, Bentley, Jaguar, Land Rover, BMW, dan Mercedes-Benz. Dari 1.293 mobil yang
menunggak, tercatat 744 kendaraan atas nama pribadi menunggak sebesar 26,1 miliar
rupiah dan 549 kendaraan atas nama badan atau perusahaan menunggak sebesar 18,8
miliar rupiah (cnnindonesia.com, 2018).
Dengan banyaknya tunggakan pajak di DKI Jakarta, berbagai cara diterapkan demi
mengoptimalkan potensi penerimaan pajak daerah DKI Jakarta misalnya dengan program
giat door to door. Kepala BPRD DKI Jakarta Edi Sumantri mengatakan bahwa program
tersebut merupakan salah satu cara menindak penunggak pajak terutama mobil mewah
dengan mendatangi kediaman para Wajib Pajak terkait bersama dengan Ditlantas Polda
serta mengekspos dimedia (megapolitan.kompas.com, 2018). Jika door to door
merupakan cara menstimulus penunggak pajak untuk melunasi pajak secara represif
(melakukan penindakan), Upaya mengoptimalkan pendapatan daerah dengan cara
persuasif juga turut dilakukan dengan cara memberikan insentif pajak kepada para Wajib
Pajak kendaraan bermotor yang masih memiliki utang pajak. Insentif pajak diberikan
berupa penghapusan sanksi administrasi PKB dan BBNKB yang sebagaimana diatur
dalam Keputusan Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 2315 Tahun 2018 Tentang Penghapusan Sanksi Administrasi
Kendaraan Bermotor, Sanksi Administrasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan
Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2018.
Kebijakan yang berlaku sejak tanggal 15 November 2018 hingga 15 Desember 2018 ini
diharapkan mampu memberikan stimulus kepada masyarakat, khususnya yang masih
memiliki tunggakan pajak, agar dapat memanfaatkan program ini serta melunasi setiap
tunggakan pajak yang masih dimilikinya.

1.2. Perumusan Masalah


Penerimaan Pajak Daerah yang tinggi dan meningkat setiap tahunnya melalui
berbagai jenis pungutan, dimana pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan
bermotor memiliki kontribusi terbesar jika diperbandingkan dengan jenis pajak daerah
lainnya (lihat tabel 1.3), ternyata masih belum menunjukan performa penerimaan yang
optimal. Padahal jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta selalu meningkat setiap
tahunnya.
Tabel 1. 5
Jumlah Penerbitan STNK Menurut Status Penerbitan DKI Jakarta

1,764,418
2013
476,505

1,755,523
2014
479,876

1,471,165
2015
556,050

1,400,850
2016
430,977

Kendaraan Baru Balik Nama


Sumber : Statistik Transportasi DKI Jakarta Tahun 2018
(diolah kembali oleh penulis)
Tabel 1.5 menunjukan bahwa setiap tahun terdapat penerbitan STNK untuk kendaraan
baru yang cukup tinggi. Pada tahun 2016 saja, telah terjadi penerbitan STNK untuk
kendaraan baru sebanyak 1.400.805 lembar. Hal tersebut menunjukan bahwa setidaknya
terdapat penambahan kendaraan baru di DKI Jakarta sebanyak 1.400.805 unit kendaraan.
Selain itu, ditambah dengan kendaraan yang sudah ada namun berganti kepemilikan
(balik nama) dengan dengan jumlah penerbitan sebesar 430.977 lembar (Badan Pusat
Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2018).
Sangat disayangkan bahwa dengan tingginya pertumbuhan angka kendaraan
bermotor di DKI Jakarta tidak diiringi dengan optimalnya peneriman pajak kendraan
bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor yang merupakan komponen penting
PAD DKI Jakarta. Buktinya, masih tercatat sebanyak 1.293 mobil mewah dengan
berbagai merek seperti Lamborghini, Rolls Royce, Maserati, Ferrari, Bentley, Jaguar,
Land Rover, BMW, dan Mercedes-Benz yang masih melakukan tunggakan pajak dengan
besaran angka hingga 44,9 miliar rupiah. Hal tersebut menunjukan bahwa Wajib Pajak
kendaraan bermotor baik yang memiliki kondisi ekonomi berkecukupan maupun tidak
berkecukupan masih kurang memiliki kesadaran untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan yang merupakan kewajibannya sebagai Warga Negara, khususnya sebagai
Wajib Pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta.
Dengan penerimaan PKB dan BBNKB yang cenderung tinggi dan meningkat setiap
tahunnya, lantas tidak membuat pemerintah setempat berhenti untuk melakukan
optimalisasi PKB dan BBNKB. Banyak cara dilakukan pemerintah beserta dengan
instansi pajak setempat demi mengoptimalkan angka pajak daerah salah satunya adalah
dengan memberikan insentif pajak. Insentif pajak diberikan dengan cara menghapuskan
sanksi administrasi PKB, BBNKB, dan PBB P2 untuk Wajib Pajak kendaraan bermotor
yang utang pajaknya masih belum dilunasi sampai dengan insentif diberlakukan.
Berdasarkan hal – hal yang sebagaimana telah dijabarkan diatas, peneliti tertarik
untuk meneliti lebih jauh dengan penelitia yang berjudul “Evaluasi Kebijakan
Penghapusan Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor di Provinsi DKI Jakarta Selama Periode November-Desember 2018”.
Adapun hal – hal yang menjadi pokok permasalahan (research problem) dalam penelitian
ini, ialah:
1) Bagaimana evaluasi pelaksanaan program penghapusan sanksi Pajak Kendaraan
Bermotor dan sanksi administrasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang
berlangsung sejak tanggal 15 November 2018 hingga 15 Desember 2018 di Provinsi
DKI Jakarta?
2) Apa dampak yang ditimbulkan dari program penghapusan sanksi administrasi Pajak
Kendaraan Bermotor dan sanksi administrasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
terhadap PAD DKI Jakarta dan masyarakat, khususnya Wajib Pajak kendaraan
bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta?

1.3. Tujuan Penelitian


1.4. Signifikansi Penelitian
1.5. Sistematika Penulisan
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Ismail, T. (2018). Potret Pajak Daerah di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.
Peraturan:
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah
________________, Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Karya Ilmiah:
Andahyani, S. (2019). Dampak Penghapusan Sanksi Administrasi Perpajakan
Berdasarkan Pasal 37A Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 Terhadap
Kepastian Hukum Bagi Wajib Pajak. Depok: Universitas Indonesia.
Nurmiati. (2014). Pengaruh Denda, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus,
dan Kondisi Keuangan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP
Pratama Makassar Utara. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.
Mulyanto, Budi. (2013). Analisis Strategi Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Pajak Kendaraan Bermotor.
Depok: Universitas Indonesia.
Dharma, G. P., & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi
Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, h: 340-353.
Winerungan, Oktaviane Lidya. (2013). Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan
Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung.
Jurnal EMBA Vol.1 No.3, h: 960-970
Sumber Lainnya:
Mediani, Mesha. ”Ribuan Mobil Mewah di DKI Menunggak Pajak”. Berita Peristiwa
CNN Indonesia 12 Januari 2018. 29 Juli 2019
<https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180112190901-20-268513/ribuan-
mobil-mewah-di-dki-menunggak-pajak>
Puspita, Sherly. ”Penagihan Door-to-Door Efektif Kumpulkan Pajak”. Megapolitan
Kompas 18 Januari 2018. 29 Juli 2019
<https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/18/06565921/anies-proses-
penagihan-pajak-kendaraan-mewah-dengan-door-to-door-akan>
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2015). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
________________________________________. (2016). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2015. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
________________________________________. (2017). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2016. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
________________________________________. (2018). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
________________________________________. (2019). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2018. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2011). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2011). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2012). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2012). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2013). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2013). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2014). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2014). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2015). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2015). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2016). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2016). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2017). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2017). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2018). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2018). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. Statistik Transportasi DKI Jakarta 2018.
Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta

Anda mungkin juga menyukai