Outline Skripsi
Outline Skripsi
SKRIPSI
HALAMAN SAMPUL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Administrasi dalam bidang Ilmu Administrasi Fiskal
HALAMAN JUDUL
NPM : 1706107743
Tanda Tangan :
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : (................................)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkah serta
Rahmat-Nya, penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Evaluasi Kebijakan
Penghapusan Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor di Provinsi DKI Jakarta Selama Periode November-Desember 2018”.
Tujuan utama penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Administrasi Jurusan Ilmu Administrasi Fiskal
pada Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia. Penulis sangat menyadari bahwa
tanpa adanya bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan dimulai
sampai dengan penyelesaian skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat
merampungkan skripsi ini secara menyeluruh. Oleh sebab itu, penulis menghanturkan
ucapan terima kasih kepada pihak – pihak yang tersebut dibawah ini, antara lain :
1. Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag.rer.publ, selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Indonesia.
2. Dr. Milla Septiana Setyowati, M. Ak, selaku Ketua Program Studi Departemen
Ilmu Administrasi Fiskal FIA UI.
3. (......................................), selaku Dosen Pembimbing yang dengan sukarela
menyediakan waktu, tenaga, saran, dan kritik membangun demi mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi.
4. Seluruh jajaran Dewan Penguji, khususnya (........................................) sebagai
penguji ahli, yang telah memberikan banyak masukan serta kritik membangun
terhadap skripsi penulis.
5. Seluruh jajaran Dosen Ilmu Administrasi Fiskal yang telah memberikan berbagai
ilmu yang berguna dan bermanfaat selama penulis menjalankan masa perkuliahan
di FIA UI.
6. Keluarga, khususnya orang tua, yang telah memberikan motivasi serta dukungan
terhadap penulis baik secara materiil maupun non materiil untuk penyelesaian
skripsi ini.
7. Semua narasumber serta pihak – pihak tertentu yang sangat berjasa dalam
memberikan akses ke narasumber tertentu yang dapat memberikan informasi
penting yang berguna dalam penelitian ini, yaitu (.....................................)
8. Seluruh teman – teman paralel sore Ilmu Administrasi Fiskal 2017 yang bersama –
sama telah melalui segala bentuk suka maupun duka serta saling membantu antar
sesama selama diperkuliahan.
9. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap penyusunan skripsi ini yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan untuk membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap bahwa kedepannya skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Desember 2019
Yang menyatakan
Key words: elimination of administrative sanctions, vehicle tax, title transfer tax
DAFTAR ISI
1
Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 2
ayat (2), (3), dan (4)
mencapai tujuan pembangunan dan untuk menunjang pembangunan tersebut, maka
penerimaan negara perlu terus diupayakan peningkatannya sehingga mampu membiayai
pembangunan itu”.
Reformasi pajak menjadi titik balik bagi pembiayaan pembangunan nasional.
Setelah reformasi pajak terjadi, pemerintah menetapkan sektor perpajakan menjadi tulang
punggung bagi pembiayaan pembangunan nasional yang sebelumnya hanya bertumpu
kepada pendanaan dari sektor migas negara (Dharma & Suardana, 2014). Pajak sangat
penting bagi pembangunan negara Indonesia karena pajak memberikan kontribusi
terbesar bagi pemasukan negara. Pajak saat ini menjadi andalan penerimaan bagi negara.2
Tabel 1. 1
Kontribusi Penerimaan Perpajakan Terhadap Seluruh Pendapatan Negara Dalam APBN
82.25% 82.59%
80.63%
78.14%
73.97%
Sumber : Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 – 2018
(diolah kembali oleh penulis)
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya, khususnya 2014 sampai
dengan 2019, penerimaan negara dari sektor perpajakan selalu mendominasi pendapatan
negara serta menjadi penyumbang terbesar dalam APBN Negara. Penerimaan pajak
menjadi penyumbang terbesar terjadi pada tahun 2016 dimana realisasi penerimaan
perpajakan sebesar 1.284.970,14 miliar rupiah dari total pendapatan negara yang diterima
sebesar 1.555.934,15 miliar rupiah. Sebagai primadona penerimaan negara dalam APBN
setiap tahunnya, besaran penerimaan pajak cenderung meningkat dan selalu diusahakan
2
‘Oktaviane Lidya Winerungan, “Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung”. Jurnal EMBA Vol.1 No.3, September
2013, hal. 961
untuk ditingkatkan kedepannya. Menilik balik laporan keuangan pemerintah 3 tahun
kebelakang, Tahun 2016 realisasi penerimaan pajak sebesar 1.284.970,14 miliar rupiah
yang dimana terjadi peningkatan sebesar 44.551,28 miliar rupiah dari tahun 2015. Lalu
realisasi penerimaan pajak tahun 2017 sebesar 1.343.529,84 miliar rupiah meningkat
sebesar 58.559,7 miliar rupiah dari tahun 2016 dan realisasi penerimaan pajak tahun 2018
sebesar 1.518.789,78 miliar rupiah meningkat sebesar 175.259,94 miliar rupiah dari tahun
2017.
Dengan potensi penerimaan pajak yang cukup besar, Indonesia sangat perlu
menerapkan pembagian kewenangan dalam sistem pemerintahan yang bersifat
desentralistis. Sejarahnya, pada masa orde baru penyelenggaraan pemerintahan dilakukan
secara sentralistik dimana semua urusan didaerah sangat bergantung kepada kebijakan
pemerintah pusat. Oleh sebab itu sistem hubungan pusat dan daerah di Indonesia menurut
ukuran internasional sangat terpusat.3 Setelah terbit Undang – Undang Nomor 22 Tahun
1999 Tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah diberikan secara nyata, luas, dan
bertanggung jawab kepada daerah. Adanya pemberian kewenangan pemerintahan kepada
daerah berimplikasi kepada penyerahan biaya – biaya yang juga harus ditanggung
pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada publik. Berkaitan dengan pembiayaan
tersebut, Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyerahkan wewenang kepada
pemerintah daerah untuk dapat membuat kebijakan fiskal dalam rangka membiayai
penyelenggaraan pemerintahan. Kewenangan tersebut diwujudkan melalui kegiatan
memungut pajak dan retribusi daerah sesuai dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Ismail, 2018).
Tidak berbeda dengan daerah lainnya, DKI Jakarta sebagai daerah otonom turut
dilimpahkan wewenang untuk merancang kebijakan dari sisi penerimaan. DKI Jakarta
memiliki hak dan kewajiban secara nyata, luas, serta bertanggung jawab terhadap
3
Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi sistem tetap terpusat, antara lain :
1)iKekuasaan dalam budaya indonesia bermakna “tunggal” (karena pengaruh tradisi jawa yang
menekankan sifat kesatuan kekuasaan dan wewenang sehingga pengertian layaknya pemisahan
kekuasaan atau federalisme sulit dipahami dan diterima).
2) Adanya pelimpahan kekuasaan dikhawatirkan akan mengancam kesatuan nasional seperti yang terjadi
pada tahun 1950-an.
3)iPemerintah daerah dinilai kurang efektif dalam menyusun rencana dan menjalankan program
pembangunan.
4) Ada keinginan untuk menjaga agar dana pemerintah benar – benar dipergunakan dengan baik.
pengelolaan keuangannya. Pada hakikatnya setiap daerah otonom memiliki
ketergantungan penuh kepada komponen PAD (Pendapatan Asli Daerah) daerahnya
dalam rangka melakukan pembangunan daerahnya. Oleh karena itu, setiap daerah
berusaha mengoptimalkan komponen PAD daerahnya (Mulyanto, 2013). Jika kita
membedah PAD DKI Jakarta, terdapat 4 komponen utama yang menjadi sumber
keuangan DKI Jakarta diantaranya: 1) pajak daerah, 2) retribusi daerah, 3) hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang sah, dan 4) lain – lain PAD yang sah.
Tabel 1. 2
Komponen Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta
Grafik diatas dengan jelas menggambarkan pentingnya pajak daerah serta dominasinya
sebagai penyumbang PAD DKI Jakarta. Dengan adanya peningkatan penerimaan pajak
daerah setiap tahunnya, secara signifikan menunjukan bahwa optimalisasi dari sisi
penerimaan khususnya dalam memungut pajak daerah yang dilakukan oleh pemerintah
daerah telah berjalan dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyebutkan
setidaknya terdapat 5 jenis pajak, khususnya pajak provinsi, yaitu: 1) pajak kendaraan
bermotor, 2) pajak bahan bakar kendaraan bermotor, 3) pajak air permukaan, 4) bea balik
nama kendaraan bermotor, dan 5) pajak rokok.
Tabel 1. 3
Kontribusi PKB dan BBNKB terhadap Penerimaan Pajak Daerah DKI Jakarta
(Dalam jutaan rupiah)
Kontribusi
Penerimaan
Tahun PKB & BBNKB terhadap
Pajak Daerah
Pajak Daerah (%)
2013 23.367.019,94 10.749.175,77 46,00
2014 27.050.949,02 10.505.504,35 38,84
2015 29.076.926,60 10.775.603,95 37,06
2016 31.607.479,86 12.147.526,48 38,43
2017 36.500.782,27 13.033.138,79 35,71
Sumber : Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2014 – 2018
(diolah kembali oleh penulis)
Analisis dari tabel diatas adalah dari beberapa jenis pajak daerah yang dapat dipungut
pemerintah daerah DKI Jakarta, meskipun kontribusi PKB dan BBNKB terhadap pajak
daerah memiliki kecenderungan menurun setiap tahunnya, namun pajak kendaraan
bermotor (selanjutnya disebut PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (selanjutnya
disebut BBNKB) memiliki kontribusi lebih besar dibandingkan dengan jenis pajak daerah
lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa PKB dan BBNKB menjadi penyumbang PAD
DKI Jakarta yang potensial setiap tahunnya.
Banyak hal yang menyebabkan tingginya angka penerimaan PKB dan BBNKB di
DKI Jakarta. Faktor utama yang menyebabkan tingginya angka penerimaan PKB dan
BBNKB dari tahun ke tahun adalah meningkatnya kuantitas kendaraan bermotor di DKI
Jakarta. Hal tersebut selaras dengan bunyi Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa
objek PKB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
Tabel 1. 4
Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar Menurut Jenis Kendaraan
(Tidak termasuk TNI, POLRI, dan CD)
Jenis ∆/tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Kendaraan (%)
Sepeda
10.825.973 11.949.280 13.084.372 13.989.590 13.310.672 5,30
Motor
Mobil
2.742.414 3.010.403 3.266.009 3.469.168 3.525.925 6,48
Penumpang
Mobil
561.918 619.027 673.661 706.014 689.561 5,25
Beban
Mobil Bus 358.895 360.223 362.066 363.483 338.730 -1,44
Ransus 129.113 133.936 137.859 139.801 141.516 2,32
Jumlah 14.618.313 16.072.869 17.523.967 18.668.056 18.006.404 5,35
Sumber : Statistik Transportasi DKI Jakarta Tahun 2018
(diolah kembali oleh penulis)
Pertumbuhan kendaraan bermotor secara keseluruhan mengalami pertumbuhan 5,35%
dalam tahun 2012 sampai 2016. Jenis kendaraan dengan pertumbuhan tertinggi terdapat
dalam jenis mobil penumpang dan sepeda motor dengan pertumbuhan masing masing
sebesar 6,48% dan 5,30%. Tingginya peningkatan jumlah kendaraan pada kedua jenis
kendaraan tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya adalah terjangkau
(murah), ekonomis, dan proses kepemilikan yang sangat mudah dalam membeli
kendaraan bermotor baru. Selain itu, sulitnya mendapatkan kendaraan umum yang aman,
nyaman, mudah diakses, tepat waktu, dan dengan harga yang relatif terjangkau juga
menjadi faktor yang melatarbelakangi tingginya kepemilikan pada jenis kendaraan
bermotor sepeda motor dan mobil penumpang (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI
Jakarta, 2018).
PKB dan BBNKB sebagai tulang punggung penerimaan pajak daerah DKI Jakarta
setiap tahunnya masih terdapat sejumlah permasalahan didalamnya. Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan didampingi oleh Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah DKI
Jakarta Edi Sumantri menyatakan bahwa terdapat 1.293 mobil mewah di DKI Jakarta
yang masih menunggak pembayaran pajak dengan nilai tunggakan kisaran 44,9 miliar
rupiah. Mobil-mobil tersebut antara lain bermerek Lamborghini dengan berbagai tipe
seperti Aventador, Gallardo, dan Murcielago. Kemudian, ada pula Rolls Royce, Maserati,
Ferrari, Bentley, Jaguar, Land Rover, BMW, dan Mercedes-Benz. Dari 1.293 mobil yang
menunggak, tercatat 744 kendaraan atas nama pribadi menunggak sebesar 26,1 miliar
rupiah dan 549 kendaraan atas nama badan atau perusahaan menunggak sebesar 18,8
miliar rupiah (cnnindonesia.com, 2018).
Dengan banyaknya tunggakan pajak di DKI Jakarta, berbagai cara diterapkan demi
mengoptimalkan potensi penerimaan pajak daerah DKI Jakarta misalnya dengan program
giat door to door. Kepala BPRD DKI Jakarta Edi Sumantri mengatakan bahwa program
tersebut merupakan salah satu cara menindak penunggak pajak terutama mobil mewah
dengan mendatangi kediaman para Wajib Pajak terkait bersama dengan Ditlantas Polda
serta mengekspos dimedia (megapolitan.kompas.com, 2018). Jika door to door
merupakan cara menstimulus penunggak pajak untuk melunasi pajak secara represif
(melakukan penindakan), Upaya mengoptimalkan pendapatan daerah dengan cara
persuasif juga turut dilakukan dengan cara memberikan insentif pajak kepada para Wajib
Pajak kendaraan bermotor yang masih memiliki utang pajak. Insentif pajak diberikan
berupa penghapusan sanksi administrasi PKB dan BBNKB yang sebagaimana diatur
dalam Keputusan Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 2315 Tahun 2018 Tentang Penghapusan Sanksi Administrasi
Kendaraan Bermotor, Sanksi Administrasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan
Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2018.
Kebijakan yang berlaku sejak tanggal 15 November 2018 hingga 15 Desember 2018 ini
diharapkan mampu memberikan stimulus kepada masyarakat, khususnya yang masih
memiliki tunggakan pajak, agar dapat memanfaatkan program ini serta melunasi setiap
tunggakan pajak yang masih dimilikinya.
1,764,418
2013
476,505
1,755,523
2014
479,876
1,471,165
2015
556,050
1,400,850
2016
430,977
Buku:
Ismail, T. (2018). Potret Pajak Daerah di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.
Peraturan:
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah
________________, Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Karya Ilmiah:
Andahyani, S. (2019). Dampak Penghapusan Sanksi Administrasi Perpajakan
Berdasarkan Pasal 37A Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 Terhadap
Kepastian Hukum Bagi Wajib Pajak. Depok: Universitas Indonesia.
Nurmiati. (2014). Pengaruh Denda, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus,
dan Kondisi Keuangan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP
Pratama Makassar Utara. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.
Mulyanto, Budi. (2013). Analisis Strategi Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Pajak Kendaraan Bermotor.
Depok: Universitas Indonesia.
Dharma, G. P., & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi
Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, h: 340-353.
Winerungan, Oktaviane Lidya. (2013). Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan
Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung.
Jurnal EMBA Vol.1 No.3, h: 960-970
Sumber Lainnya:
Mediani, Mesha. ”Ribuan Mobil Mewah di DKI Menunggak Pajak”. Berita Peristiwa
CNN Indonesia 12 Januari 2018. 29 Juli 2019
<https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180112190901-20-268513/ribuan-
mobil-mewah-di-dki-menunggak-pajak>
Puspita, Sherly. ”Penagihan Door-to-Door Efektif Kumpulkan Pajak”. Megapolitan
Kompas 18 Januari 2018. 29 Juli 2019
<https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/18/06565921/anies-proses-
penagihan-pajak-kendaraan-mewah-dengan-door-to-door-akan>
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2015). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
________________________________________. (2016). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2015. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
________________________________________. (2017). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2016. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
________________________________________. (2018). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
________________________________________. (2019). Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2018. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2011). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2011). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2012). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2012). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2013). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2013). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2014). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2014). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2015). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2015). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2016). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2016). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2017). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2017). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. (2018). Jakarta Dalam Angka 2011 (Jakarta
in Figure 2018). Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
__________________________________. Statistik Transportasi DKI Jakarta 2018.
Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta