Anda di halaman 1dari 10

Majid, M.

Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

PROSES FOSILISASI KONVENSIONAL (MOLD,CAST,TRACK,TRAIL,BURROW,


DAN STRATA-BURIAL)

MALIK MAJID1), DEWI KARTIKAS SARAS1), DYAFINI MEITIAWATI1), DEVITA


SARI1), EGA SARI TRI FADILLAH1), ESRA SIHOMBING 1), FARIDZ UNGGUL1),
FEBBY NINGTYAS PRATIWI 1), MUHAMMAD AFDAREVA1)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI,


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

EMAIL: malik.15117083@student.itera.ac.id

Abstrak

FosilisasiKonvensionaladalah proses yang terjadisecaraumumpadasisa-sisaorganisme


baikhewanatautumbuhan yang terakumulasidalamsedimentasiatauendapan-endapan yang
mengalamipengawetansecaramenyeluruh, sebagian, ataupunjejaknyasaja. Banyak hal yang
mempengaruhi proses pembentukan fosil terutama kondisi lingkungan pengendapannya,
pembentukan fosil juga memerlukan waktu yang sangat lama. Fosil tidak hanya berupa sebagian
atau seluruh tubuh dari suatu makhluk hidup yang terawetkan, tetapi jejak yang ditinggalkan
kemudian terawetkan sejak masa holosen juga disebut fosil. Fosil jejak atau trace fossil adalah
fosil yang terbentuk hasil dari aktivitas suatu makhluk hidup yang kemudian mengalami fosilisasi.
Contoh fosil yang bukan bagian asli dari tubuh makhluk hidup nya dibedakan menjadi beberapa
jenis fosil yaitu mold, cast, trace, trail, dan burrow. Untuk mengetahui perbedaan proses dan jenis
jejak yang ditinggalkan fosil-fosil tersebut maka diperlukan pembelajaran materi dan kegiatan
praktik.

Kata kunci : fosilisasi, trace fosil, fosilisasi konvensional

Abstrak

Conventional Fossilization is a process that occurs generally in the remnants of organisms, either
animals or plants that accumulate in sedimentation or sediments that have undergone overall
preservation, in part, or in traces. Many things affect the process of fossil formation, especially the
conditions of the depositional environment, the formation of fossils also requires a very long time.
Fossils are not only in the form of part or all of the body of a living being preserved, but traces left
behind and preserved since holocene are also called fossils. Fossil traces or fossils are fossils that
are formed as a result of the activities of a living creature which is then fossilized. Examples of
fossils that are not original parts of the body of living things are divided into several types of fossils,
namely mold, cast, trace, trail, and burrow. To find out the differences in the processes and types of
traces left by these fossils, it is necessary to learn material and practical activities.

Keywords: fossilization, fossil trace, conventional fossilization

1
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Fosilisasi (fossilization) adalah proses terbentuknya organisme menjadi fosil. Pembentukan


fosil terjadi melalui proses yang rumit dan membutuhkan waktu yang panjang serta melalui
berbagai gabungan berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor fisikal, kimiawi dan
biologikal. Ilmu yang mempelajari proses fosilisasi merupakan cabang ilmu tersendiri dalam
paleontologi, yaitu taphonomy (dari bahasa Yunani tapho yang berarti penguburan dan nomos
yang berarti hukum). Ada tiga tahap umum dalam pembentukan fosil yaitu kematian, pre-
burial (sebelum terkubur) dan pasca-burial (setelah terkubur).

Proses fosilisasi diepengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut lah yang
mempengaruhi hasil dari pembentukan fosil. Ada beberapa jenis dan bentuk fosil seperti
track, trail, burrow, mold, cast dan strata-burial. Fosil terbagi menjadi berbagai jenis
tergantung seperti apa sisa yang ditinggalkannya dan proses apa yang dialami fosil tersebut.
Sangat penting untuk mengetahui proses yang dialami oleh makhluk hidup di masa lampau
karena ilmu dan pengetahuan yang didapatkan akan sangat berguna untuk masa kini dan
masa depan.

1.2 Rumusan

 Bagaimana proses terbentuknya mold dan cast.


 Apa perbedaan mold dan cast.
 Bagaimana proses terbentuknya track, trail dan burrow.
 Apa perbedaan track, trail dan burrow.
 Bagaimana proses pembentukan strata-burial.

1.3 Tujuan

 Praktikan dapat membedakan mold dan cast.


 Praktikan dapat menjelaskan proses terbentuknya mold dan cast.
 Praktikan dapat membedakan track, trail dan burrow.
 Praktikan dapat menjelaskan proses terbentuknya track, trail dan burrow.
 Praktikan dapat menjelaskan proses terbentuknya strata-burial.

1. 4 Manfaat

Mengetahui apa yang terjadi dan dialami oleh makhluk hidup di masa lampau sangat lah
penting, sehingga kita dapat menyiapkan diri setidaknya untuk meminimalisir dampak buruk
dari proses geologi. Dengan diadakannya praktikum ini kita dapat mengetahui lingkungan

2
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

hidup seperti apa yang dapat membahayakan kehidupan suatu makhluk hidup, sehingga kita
bisa menghindari atau meminimalisir bahaya tersebut. Dalam bidang geologi mempelajari

fosil sangatlah penting, karena fosil dapat menentukan umur relatif suatu batuan. Batuan yang
terbentuk dari suatu zaman tertentu mengandung fosil yang berbeda dengan batuan yang
terbentuk pada zaman lain. Jika ditemukan fosil pada suatu batuan sedimen yang berbeda
dapat disimpulkan bahwa batuan tersebut terbentuk dalam waktu yang sama. Fosil juga
bermanfaat untuk menentukan korelasi batuan sedimen.

2. Tinjauan Pustaka

Fosilisasiadalah proses pengawetansisaataujejakmakhlukhidupsecaraalamiah yang


umumnyaberadapadabatuansedimendanterbentuk minimal padamasaholosen.
FosilisasiKonvensionaladalah proses yang terjadisecaraumumpadasisa-sisaorganisme
baikhewanatautumbuhan yang terakumulasidalamsedimentasiatauendapan-endapan yang
mengalamipengawetansecaramenyeluruh, sebagian, ataupunjejaknyasaja. Berdasarkan cara
pengawetan nya, fosil dibedakan menjadi beberapa jenis seperti fosil yang tidak berubah,
fosil yang mengalami perubahan, fosil yang berupa fragmen, dan fosil yang berupa jejak atau
bekas. Untuk fosil jejak sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan sisa
peninggalan nya yaitu mold (sisa organisme berupa cetakan fosil), cast (mold yang terisi
mineral sekunder membentuk fosil aslinya), track (jejak peninggalan organisme berupa
tapak), trail (jejak peninggalan organisme berupa seretan), burrow (jejak peninggalan
organisme berupa lubang seperti hasil galian).

3. Metode Penelitian

3.1 Observasi

Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa makhluk hidup yang terakumulasi dalam
sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh,
sebagian ataupun hanya jejeaknya. Banyak hal yang dapat menyebabkan sisa atau jejak
tersebut tidak terawetkan dan fosil, sehingga diperlukan faktor-faktor pendukung yang
mempermudah terjadinya proses fosilisasi yaitu, makhluk hidup yang mati memiliki bagian
tubuh yang keras, terbebas dari bakteri pembusuk, dan berada pada kondisi yang
mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit. Dalam peraktikum yang dilakukan
kali ini, dilakukan dengan tiga proses untuk menentukan jenis fosil yang memiliki tipe
berbeda. Proses pertama adalah melakukan simulasi pembentukan fosil track, trail ,trail, dan
burrow yaitu dengan cara membuat endapan yang lunak berupa gypsum yang telah dicampur
air kemudian membiarkan hewan berjalan di atas nya. Setelah endapan tersebut kering maka
akan terbentuk jejak yang ditinggalkan oleh makhluk hidup tersebut. Proses kedua adalah
melakukan simulasi pembentukan mold and cast, yaitu endapan buatan yang belum kering
diletakan sisa organisme di atas nya dan setelah mengering ambil sisa organisme tersebut dan
terbentuklah mold. Cetekan atau mold hasil dari proses sebelumnya kemudian diisi dengan
endapan atau matrial maka terbentuklah cast. Proses ketiga adalah penentuan strata-
burial(fosil yang terakumulasi dalam batuan sedimen yang berlapis dan jika ditemukan pada
lapisan yang semakin dalam maka umur nya semakin tua), endapan lunak ditaburkan dalam

3
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

suatu wadah kemudian di atas nya diletakan beberapa sisa organisme, lakukan berulang kali
sampai terbentuk beberapa lapisan. Lapisan tersebut menandakan mana fosil yang lebih dulu
terbentuk, fosil yang ditemukan pada lapisan terbawah merupakan fosil yang berumur paling
tua dan fosil yang ditemukan pada lapisan yang semakin ke atas maka umur nya semakin
muda.

3.1 Alat dan Bahan

1. Tepung gypsum, berfungsi sebagai endapan yang dapat mengering dan tempat
terakumulasinya fosil.

2. Air mineral, berfungsi untuk membuat endapan lunak dengan cara mencampurnya dengan
tepung gypsum.

3. Mangkuk plastik, merpukan wadah tempat percampuran gypsum dan air.

4. Sendok logam, berfungsi untuk mengaduk campran air dengan gypsum.

5. Nampan, tempat dituangkannya adonan gypsum yang merupakan lokasi pembentukan


trace fosil.

6. Pasir biru, merupakan lapisan pertama proses strata-burial.

7. . Pasir putih, merupakan lapisan kedua proses strata-burial.

8. . Pasir hijau, merupakan lapisan ketiga proses strata-burial.

9. Pasir kuning, merupakan lapisan keempat proses strata-burial.

10. Impraboard, merupakan tempat proses simulasi pembentukan strata-burial.

11. Dua belas sisa organisme, berfungsi sebagi bahan pembentukan fosil strata-burial.

12. Lima sisa organisme, berfungsi sebagi bahan pembentukan fosil mold and cast.

13. Dua hewan hidup, berfungsi sebagi bahan pembentukan fosil trace fosil.

14. Lakban hitam, untuk menyatukan potongan impraboard.

15. Cutter dan gunting, untuk memotong impraboard serta lakban.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

Setelah dilakukan praktikum Fosilisasi Konvensional, hasilnya praktikam dapat mengetahui


proses pembentukan trace fosil dan strata-burial. Berikut adalah proses praktikum yang
dilakukan:

4
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

4.1.1 Proses fosilisasi mold and cast

Mold merupakan hasil dari cetakan suatu organisme, sedangkan cast adalah mold yang terisi
oleh matrial sedimen tertentu. Berikut adalah simulasi pembentukan mold and cast :

1) Siapkan mangkuk plastik kemudian masukan gypsum secukupnya kedalam mangkuk.

2) Tuangkan air mineral kedalam mangkuk yang telah diisi gypsum sampai dirasa cukup
kemudian aduk menggunakan sendok.

3) Setelah cukup kental masukan sisa organisme yang dapat membentuk mold and cast ke
dalam adonan. Sisa yang dimasukan berupa kol, udang, kulit jeruk, dan cangkang kerang.

Gambar 1. Peletakan Sisa Organisme

4) Setelah sisa organisme dimasukan, keringkan adonan gypsum dengan cara mengipasnya
agar cepat mengering.

5) Setelah adonan kering maka lepaskan sisa organisme dari adonan dan terbentuklah mold
yang berupa cetakan sisa organisme.

Gambar 2. Mold

6) Mold kemudian diisi dengan gypsum, tunggu sampai kering sehingga terbentuk cast.

5
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

Gambar 3. Cast

4.1.2 Proses fosilisasi track, trail and burrow

1) Siapkan mangkuk plastik kemudian masukan gypsum secukupnya kedalam mangkuk.

2) Tuangkan air mineral kedalam mangkuk yang telah diisi gypsum sampai dirasa cukup
kemudian aduk menggunakan sendok.

3) Tunggu sampai adonan sedikit kering, untuk mempercepat pengeringan maka kipas
adonan tersebut.

4) Setelah adonan cukup kering dan bisa meninggalkan jejak jika tersentuh maka ambil
hewan hidup yang telah dibawa.

5) Letakan hewan tersebut diatas adonan gypsum dan biarkan berjalan sehingga dapat
membentuk tapak, seretan ataupun lubang.

6) Setelah hewan tersebut meninggalkan jejak atau seretan, pindahkan hewan tersebut dari
atas adonan gypsum kemudian keringkan gypsum.

7) Setelah gypsum mengering maka tebentuklah track, trail and burrow yang merupakan
jejak peninggalan dari hewan sebelumnya.

Gambar 4. Trace Fosil

4.1.3 Proses pembentukan strata-burial

1) Siapkan gunting, lakban dan impraboard.

2) Potong impraboard menggunakan gunting dan bentuklah sisi-sisi balok.

6
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

3) Setelah terbentuk sisi-sisi nya maka satukan dan bentuklah sebuah balok dengan sisi atas
yang terbuka.

4) Jika sudah terbentuk maka tuangkan pasir untuk lapisan pertama secukupnya.

5) Untuk lapisan pertama letakan sisa organisme yaitu, tulang ayam, tulang bebek, kulit
jeruk, dan kol.

Gambar 5. Lapisan Pertama

6) Kemudian tuangkan lagi lapisan kedua yaitu pasir yang bebrbeda ntuk mengubur sisa
organisme tersebut.

7) Pada lapisan kedua ini organisme yang diletakan adalah kepala ikan, kepala udang, daun
cemara, dan batang berdaun.

Gambar 6. Lapisan Kedua

8) Kemudian tuangkan lagi lapisan ketiga yaitu pasir yang bebrbeda ntuk mengubur sisa
organisme tersebut.

9) Pada lapisan ketiga ini organisme yang diletakan adalah daun mangga, daun kemangi,
batang daun kelengkeng, dan bunga anggrek.

Gambar 7. Lapisan Ketiga

7
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

10) Kemudian tuangkan lagi lapisan keempat yaitu pasir yang bebrbeda ntuk mengubur sisa
organisme tersebut.

11) Pada lapisan keempat ini organisme yang diletakan adalah daun kelengkeng, kuaci,
semangka, dan timun.

Gambar 8. Lapisan Keempat

12) Setelah itu tuangkan pasir terakhir untuk menutup sisa orginesme sebelumnya.

13) Setelah semua tertutup buatlah adonan gypsum tetapi yang lebih cair dibanding dengan
adonan yang dibuat di awal.

14) Kemudian tuangkan adonan tersebut sampai menutupi seluruh permukaan pasir.

Gambar 9. Proses Penuangan Adonan

15) Tunggu hingga permukaan yang berupa adonan gypsum mengering dan air terserap
kedalam lapisan pasir.

Gambar 10. Hasil Percobaan Strata-Burial

16) Proses yang dilakukan diatas adalah simulasi pembentukan strata-burial, dimana yang
terbentuk terlebih dahulu adalah yang berada diposisi terbawah.

4.2 Pembahasan

8
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

Fosil merupakan jejak atau sisa-sisa organisme yang mengalami perubahan susunan mineral.
Untuk menjadi fosil, maka diperlukan beberapa proses. Kami mensimulasikan proses
fosilisasi konvensional, dari percobaan proses fosilisasi konvensional tersebut kami dapat
menghasilkan beberapa jenis fosil yaitu mold, cast, track, trail, burrow, dan strata-burial.

Proses pembentukan mold yang dilakukan dalam percobaan adalah dengan menggunakan sisa
tulang ikan, tulang ikan diletakan di atas adonan gypsum yang belum mengering sehingga
bagian tulang tersebut sedikit masuk ke dalam adonan. Mold sendiri merupakan cetakan dari
sisa organisme yang terawetkan, jika yang tercetak adalah bagian luarnya maka disebut
eksternalmold, sementara jika bagian dalam yang tercetak maka disebut internalmold. Ketika
gypsum mengering, angkat tulang ikan yang sebelumnya sehingga terbentuklah mold. Pada
percobaan ini mold yang terbentuk adalah eksternalmold.

Selanjutnya adalah proses pembentukan cast. Mold yang sudah terbentuk melalui proses
sebelumnya kemudian diisi adonan gypsum. Cast merupakan mold yang terisi matrial
sedimen tertentu yang dalam percobaan kali yang kami gunakan adalah adonan gypsum
untuk mengisi mold yang telah terbentuk. Setelah adonan mengering dan semua rongga telah
terisi maka terbentuk lah cast.

Percobaan berikutnya yang kami lakukan adalah pembentukan strata-burial. Infraboard yang
telah dibentuk kotak dengan bagian atas terbuka kemudian diisi pasir, pasir diumpamakan
sebagai sedimen. Setelah itu sisa organisme diletakan di atas nya kemudian tutup lagi
menggunakan pasir yang berbeda sampai empat lapisan. Jika sisa organisme telah terkubur
semua maka tuangkan adonan gypsum cair kedalam kotak hingga menutupi seluruh
permukaan pasir. Percobaan proses pembentukan strata-burial yang telah dilakukan
menunjukan bahwa lapisan terbawah merupakan yang pertama kali terbentuk. Semakin
keatas lapisan tersebut semakin muda waktu pembentukannya, begitu juga sebaliknya. Fosil
yang ditemukan pada suatu lapisan sedimen akan menunjukan umur yang sama dengan
batuan sedimen tersebut, karena dapat disimpilkan keduanya terbentuk dalam waktu
bersamaan.

Percobaan terakhir adalah proses pembentukan track,trail dan burrow. Sama seperti pada
awal percobaan pembentukan mold and cast yaitu membuat adonan gypsum di atas nampan
terlebuh dahulu. Setelah dirasa cukup kering dan bisa meninggalkan jejak, letakan hewan
hidup yang telah dibawa keatas nampan berisi adonan gypsum. Biarkan hewan tersebut
berjalan dan meninggalkan jejak kaki serta seretan ekornya. Dalam percobaan kali ini kami
menggunakan bunglon sebagai alternatif pembuatan trace fosil. Ketika adonan sudah kering
maka terbentuklah track yang berupa jejak kaki bunglon dan trail yang berupa seretan ekor
bunglon.
5. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan Fosilisasi Konvensional, kita dapat menyimpulkan beberapa
hal :
 Pembentukan fosil memerlukan banyak faktor pendukung yaitu umumnya harus
memiliki bagian tubuh yang keras, terbebas dari bakteri pembusuk, dan berada pada
kondisi yang mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit.

9
Majid, M. Proses Fosilisasi Konvensional (mold, cast, track, trail, dan strata-burial)

 Fosil jejak dapat berupa jejak kaki, seretan atau lubang galian suatu organisme yang
terawetkan.
 Fosil dapat berupa cetakan luar atau dalam dari suatu organisme.
 Fosil dapat berupa hasil cetakan tubuh organisme yang terisi, baik bagian luar atau
dalam.
 Fosil terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan jejak atau sisa-sisa yang
ditinggalkan.
 Dalam suatu lapisan sedimen, batuan yang terletak dibawah akan berumur lebih tua
dibanding batuan yang berada di atas nya.
 Fosil yang ditemukan dalam lapisan sedimen dapat membantu menentukan korelasi
batuan tersebut sesuai dengan waktu pembentukannya.
 Fosil yang ditemukan pada lapisan batuan sedimen memiliki umur yang sama dengan
batuan tersebut karena terbentuk dalam waktu yang bersamaan.

6. Ucapan Terimakasih
Melalui tulisan ini saya mengucapkan terimakasih kepada asissten praktikum yang telah
membimbing kelompok kami dalam melaksanakan percobaan proses fosilisasi konvensional.
Saya ucapkan terimakasih juga kepada dosen penanggung jawab yang telah mengawasi
jalannya praktikum, sehingga kami dapat memahami proses pembentukan fosil dengan baik.

7. Referensi
 www.efbumi.net/2016/08/mengenal-fosil-apa-itu-fosil-jenisnya.html
 Benton, Michael and David Harper. 1997. Basic Paleontology. England : Addison
Wesley Longman.
 http://www.academia.edu/11159238/LAPORAN_PRAKTIKUM_PALEONTOLOGI
 http//www.generasibiologi.com/2009/02/proses-fosilisasi-pada-makhluk-hidup.html

10

Anda mungkin juga menyukai