Anda di halaman 1dari 12

PRA PROPOSAL PROGRAM HIBAH BINA DESA

PEMBERDAYAAN PAGUYUPAN KAKEK NENEK PEDULI ASI MELALUI


PENDAMPINGAN DAN KERJA SAMA DENGAN METODE STILETTO (STIMULASI,
PELATIHAN DAN TALKSHOW) DI DESA NGLELE SUMOBITO JOMBANG

Disusun oleh :

1. Galih Puji Prasetyo 151001017-2015


2. Fadhila Khusma Aziz 151001012-2015
3. Oktavia Indah Lesmana D 151001078-2015
4. Argita Eka A 151001055-2015
5. Inayatul Insiya 151001067-2015
6. Yunita Triwardani 161103042-2016
7. Lailia Silvia Febriana R 161103017-2016
8. Novita Sari 161103025-2016
9. Riza Amilus Sholihah 161103029-2016
10. Iffana Fitri Dayanti 161802017-2016
11. Shelin Selia Septiana 161802027-2016
12. Yunita Sulasti Ningsih 161103041-2016
13. Diana Dwi Ajang Safitri 161802010-2016
14. Dewi Fatimah 161802009-2016
15. Cici Lutfianti 161802008-2016

STIKES PEMKAB JOMBANG


JOMBANG
2018
A. JUDUL :

Pemberdayaan paguyupan kakek nenek peduli ASI melalui pendampingan dan kerja sama
dengan metode STILETTO (Stimulasi, Pelatihan dan Talkshow) di desa Nglele sumobito
jombang.

B. LATAR BELAKANG :

Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya pembangunan di Indonesia,


mulai tampak adanya pergeseran pada peran kaum ibu. Ibu tidak hanya sebagai ibu
rumah tangga saja, tetapi mulai banyak yang berpartisipasi sebagai tenaga kerja aktif di
luar rumah untuk membantu ekonomi atau untuk memanfaatkan pendidikan formal
seorang wanita akibatnya anak akan ditinggalkan beberapa jam untuk bekerja. Saat ibu
bekerja bayi akan dititipkan kepada kakek nenek untuk pengasuhan selama ibu bekerja
yang merupakan pengasuhan extended family dimana ayah, ibu, anak, kakek nenek, atau
keluarga yang lainnya tinggal dalam satu rumah akan mempengaruhi interaksi antar
anggota dalam keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang diikat dalam hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang hidup
bersama, berinteraksi satu sama lain, dan memiliki peran sosial masing-masing yang
mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga yang lain. Anggota keluarga
sangat besar pengaruhnya pada anggota keluarga yang lain. Salah satunya adalah nenek.
Hasil studi Agunbiade (2012) di Nigeria barat menyatakan bahwa nenek atau ibu mertua
merupakan seseorang yang berperan dalam produksi kesehatan anak yaitu budaya
menyusui. Namun tidak semua nenek memahami serta dapat memberikan contoh
pemberian ASI yang benar. Sehingga, dikhawatirkan dapat menyebabkan kegagalan ibu
dalam pemberian ASI pada bayinya.

Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi sangat di tentukan dengan pemberian


ASI. Khususnya pada bayi usia 0-6 bulan makan yang terpenuhi adalah ASI. Bayi hanya
mendapatkan ASI saja disebut ASI ekslusif sedikitnya selama 6 bulan pertama kehidupan.
Sedangkan, makanan padat diberikan setelah 6 bulan pemberian ASI Ekslusif yang di
sebut makanan pendamping ASI (MPASI). Pemberian ASI diberikan sampai usia dua
tahun.

Cakupan ASI ekslusif di wilayah kabupaten jombang selama 5 tahun ini mulai
dari 2010-2015 memiliki trend naik dari 53,45% di tahun 2010 menjadi 83,30% pada
tahun 2015. Sedangkan capaian ASI ekskusif tahun 2016 mengalami penurunan dari
tahun 2015 sebesar 1,24% yaitu dari 83,30% menjadi 81,66%.

Cakupan ASI eksklusif pada tahun 2015 tertinggi di puskesmas cukir (100%),
kemudian blimbing gudo (98,71%), jabon (97,98%), dan jogoloyo (82,0%)

Cakupan ASI memerlukan dukungan ayah, keluarga dan kerabat seperti nenek dan
kakek yang merupakan anggota keluarga yang paling dekat dengan ibu. Pentingnya
kompetensi nenek dalam pemberian ASI oleh ibu kepada bayinya. YUKENSI (paguyuban
kakek nenek ASI) adalah suatu perkumpulan atau paguyuban yang memiliki anggota
terdiri dari kakek dan nenek yang bertugas dalam kelompok pendukung ASI. Pada
tanggal 27 November 2017, Kecamatan sumobito berhasil membentuk YUKENSI
(Paguyuban Kakek Nenek ASI) di Desa Talun kidul yang merupakan bentukan keempat
YUKENSI di kabupaten jombang setelah Desa sumberagung kecamatan Megaluh, Desa
Mentaos Kecamatan Gudo, dan Desa Jantigangong kecamatan Perak. Kegiatan tersebut
dilaksankan di Posyandu lansia dengan beberapa pembekalan dan pemberian materi oleh
tim tenaga kesehatan mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan, dan
berlanjut pemberian ASI sampai dengan 2 Tahun lamanya. YUKENSI adalah paguyuban
kakek nenek ASI, merupakan sekelompok kakek nenek yang berkumpul dalam suatu
wadah yang peduli kepada ibu-ibu yang sedang menyusui. Kegiatan YUKENSI dapat
dilakukan bersamaan dengan kegiatan POSYANDU lansia dimana kakek nenek dapat
mempengaruhi anak atau ibu yang sedang menyusui bayinya selama 6 bulan dengan ASI
eksklusif dan sampai memberikan ASI usia 2 tahun. Kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan inovasi dari dinas kesehatan kabupaten Jombang untuk meningkatkan cakupan
ASI eksklusif.
YUKENSI di Kabupaten Jombang diharapkan dapat membantu cakupan ASI
eksklusif meningkat, belum semua desa. Data desa di PKM jogoloyo yang sudah di bantu
YUKENSI.

Di dalam budaya jawa bahwa nenek atau ibu dari seorang wanita sangat
berpengaruh pada wanita tersebut dalam melakukan pengasuhan pada bayinya. Seorang
nenek yakin dan berpengaruh besar terhadap anaknya (ibu) dalam hal masa menyusui.
Seorang nenek akan mendorong anaknya (ibu) melakukan hal sama saat seorang nenek
merawat anaknya yang terdahulu misalnya memberikan makanan tambahan selain ASI
seperti pisang, bubur, bahkan susu formula sebelum usia 3 bulan. Alasannya karena
produksi ASI ibu yang sedikit, tradisi turun temurun, bayi terlihat rewel setelah di susui
sehingga nenek beranggapan bahwa bayi masih lapar, bahkan nenek takut bila tidak
diberikan sekarang maka nanti bayi setelah menginjak usia 1 tahun tidak mau lepas dan
tidak mau makan makanan selain ASI, anak akan sulit makan. Tentang perawatan
payudara nenek merasa hal tersebut tidak di perlukan karena pada saat itu masih banyak
wanita tidak bekerja di luar rumah hanya merawat anaknya sendiri.

Penyebab stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
Intervensi yang saling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari pertama kehidupan (HPK) dari anak balita.
Secara lebih detail, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan
sebagai berikut.

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik. Termasuk kurangnya pengetahuan ibu


mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu
melahirkan beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari
anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, dan 2
dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima makanan pendamping Air Susu Ibu
(MPASI). MPASI diberikan atau mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6
bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI
juga dapat mencukupi daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak
terhadap makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Antenatal care (pelayanan
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Postnatal care pembelajaran dini yang
berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi kemenkes dan bank dunia
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di posyandu semakin menurun dari 79% di
2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke
layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi
suplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan
pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar
di layanan PAUD (Pendidikan anak usia dini)).
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Hal ini
dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih mahal menurut beberapa
sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta
94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di
Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami
anemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan
menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum
bersih. Beberapa penyebab seperti dijelaskan diatas berkontribusi pada masih
tingginya pervalensi stunting di Indonesia dan oleh karenanya diperlukan rencana
intervensi yang komprehensif untuk dapat mengurangi pervalensi di Indonesia.

C. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah keterlibatan Kakek Nenek pada pencapaian ASI Eksklusif?
2. Upaya apakah yang dilakukan untuk pencapaian pemberian ASI Eksklusif?
3. Bagaimanakah metode yang efektif untuk pemberdayaan. Kakek Nenek untuk
pemberian ASI?

D. Tujuan
1. Pembentukan paguyupan Kakek Nenek peduli ASI (YUKENSI)
2. Mengaktifkan kader posyandu lansia dalam paguyupan Kakek Nenek ASI
3. Memberikan pelatihan dengan metode STILETTO (Stimulasi, Pelatihan dan
Talkshow), sehingga dapat mendorong keaktifan kader posyandu lansia pada
Kakek Nenek ASI

E. Indicator
1. Terbentuknya paguyuban Kakek Nenek peduli ASI, sehingga dapat meningkatkan
cakupan ASI Eksklusif
2. Diharapkan adanya peningkatan kader posyandu lansia dengan mengaktifkan
kader posyandu lansia pada kelompok kakek nenek peduli ASI Eksklusif dalam
kaitannya mengidentifikasi masalah ketidak aktifan kader, mencari alternatif
pemecahan masalah, dan melaksanakan pemecahan masalah akibat tidak aktifnya
kader posyandu lansia pada kelompok kakek nenek peduli ASI Eksklusif
3. Terjalinnya kemitraan dengan berbagai pihak (Puskesmas, Kepala Desa, dan Tim
penggerak PKK) untuk menyelesaikan masalah pencapaian cakupan ASI
Eksklusif

F. Luaran
1. Meningkatkan angka cakupan ASI Eksklusif
2. Menigkatkan angka cakupan pemberian ASI sampai 0-6 bulan
3. Peningkatan kemampuan kader posyandu lansia dalam memberikan pendidikan
ASI Eksklusif dan pemberian ASI sampai 0-6 bulan
4. Pendampingan kerjasama dengan berbagai pihak yang lebih luas untuk
peningkatan cakupan ASI Eksklusif dan pemberian ASI sampai 0-6 bulan

G. Kegunaan
1. Meningkatkan peran serta kakek nenek dalam pencapaian ASI Eksklusif dan
pemberian ASI sampai 0-6 bulan
2. Memberi dukungan dalam mengaktifkan kader posyandu lansia guna
meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan pemberian ASI sampai 0-6 bulan

H. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN


Desa Nglele berada di kecamatan Sumobito kabupaten Jombang yang terdiri dari 4 Rw
dan 16 RT. Untuk batas utara yaitu desa Trawasan, batas barat Tugu sumberjo. batas timur desa
Badas dan batas selatan Ploso kerep. Masyarakat desa Ngele kurang mengetahi tentang
pemberian ASI eksklusif padahal ASI eksklusif sangat penting pada anak usia 0 sampai 6 bulan.
Hal ini dibuktikan dengan rendahnya ibu menyusui di desa Nglele dari total bayi 0 sampai 6
bulan di desa Nglele hanya sekitar 67,9% anak perempuan yang diberikan ASI eksklusif,
sedangkan anak laki-laki 119,8% dari data Puskesmas Jogoloyo di tahun 2017.

I. METODE PELAKSANAAN DAN BIAYA


1. Jenis, strategi dan kegiatan

NO Jenis kegiatan Strategi kegiatan Biaya

1 Penyusun proposal Identifikasi data untuk latar Rp. 500.000


belakang penyusunan proposal.

2 Survay lapangan Menentukan masalah tentang Rp. 500.000


cakupan ASI eksklusif dan cakupan
pemberian ASI sampai 0-6 bulan
yang terjadi di PKM Jogoloyo dan
desa Nglele.

3 Kerjasama dengan pihak Melakukan MOU dengan DINKES, Rp. 500.000


terkait PKM Jogoloyo. Desa Jogoloyo,
ketua PKK, desa Jogoloyo.

4 Sosialisasi tentang YUKENSI 1.Menjalin kerjasama dengan Rp.1.750.000


(paguyupan kakek nenek ASI) petugas DINKES PKM Jogoloyo,
PKK desa, Kader posyandu Lansia
(1x pertemuan) peserta sebanyak 35
orang.

2. Mengundang kader lansia –


lansia disekitarnya (1x pertemuan)
peserta sebanyak 35 orang.
Rp.1.750.000
3. Memberikan materi untuk
sosialisasi keterlibatan YUKENSI
dalam pencapaian target ASI
eksklusif dan pemberian ASI 0-6
bulan (1x) peserta sebanyak 50 Rp.2.500.000
orang.

5 Sosialisasi program kerja Menjalin kerja sama dengan Rp.1.750.000


petugas PKM, kader kesehatan,
tentang kerja YUKENSI (35 orang)

6 Fokus grup Discus (FGD) Mengundang petugas puskesmas, Rp.2.500.000


ibu menyusui, kader posyandu,
Kepala desa, Ketua tim PKK desa,
Kader posyandu lansia metode
curah pendapat (50 orang) untuk
mencari kekuatan dan kelemahan
masyarakat dalam mendukung
kegiatan YUKENSI.

7 Modul dan buku lembar balik 1. Penyusunan dan membuat buku Rp.2.500.000
modul untuk pembelajaran
pelatihan pada kader posyandu
lansia berdasarkan dari FGD
(1 modul).
2. Membuat buku lembar balik Rp.4.000.000
untuk kader posyandu dalam
pelatihan YUKENSI (4 lembar
balik).

8 Pelatihan Kader YUKENSI 1. Pelatihan kader posyandu lansia Rp.10.000.000


dalam kegiatan YUKENSI
menggunakan buku modul dan
lembar balik peserta (20 orang).
Ceramah (materi) diskusi dan
praktek menggunakan boneka
payudara tiruan.

2. Pelatihan penggunaan alat alat


untuk memerah ASI, cara menyusui
, nutrisi ibu menyusui.

3. Evaluasi pelatihan Rp.10.000.000

9 Peran kader Posyandu dalam Pendampingan kegiatan posyandu Rp.3.000.000


yukensi lansia dalam peningkatan peran
YUKENSI (3x pertemuan) dengan
kader yang memberikan materi.

10 Evaluasi pelatihan 1. Evaluasi kemampuan kader Rp.2.000.000


dalam memberikan materi (20
orang).
2. Evaluasi pemahaman lansia Rp.2.500.000
(YUKENSI) materi yang diberikan
(50 orang)
11 Talkshow Pertemuan petugas PKM, Rp.3.000.000
fasilitator, Kepala desa, PKK,
kader, Peserta posyandu lansia
tentang materi dan cara keterlibatan
YUKENSI dalam cakupan ASI
ekslusif peserta (60 orang)

12 Monitoring kegiatan dilakukan Monitoring Rp.4.150.000


2 kali kegiatan Posyandu
1. Keaktifan kader posyandu

2. Keaktifan peserta posyandu

3. Kemampuan kader dan peserta


(50 orang)

13 Penyusun Laporan Melaporkan seluruh kegiatan Rp.5.00.000

14 Total Rp.47.800.000

Sumber dana:

1. PHBD Rp.45.000.000

2. Stikes pemkab Rp.2.000.000

3. Bantuan transparan

Petugas PKM Rp.300.000

4. Dana desa untuk posyandu Rp.500.000

Rp.47.800.000

J. Jadawal Kegiatan

No Kegiatan Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agustus sept

1. Penyusunan proposal

2. Survey lapangan di
PKM Jogoloyo dan
desa nglele kecamatan
Jogoloyo kabupaten
Jombang

3. Kerjasama dengan
pihak mitra (DINKES,
PKM, desa, PKK)

4. Sosialisasi program
kerja

5. Fokus grup discus


dengan pihak mitra

6. Penyusunan modul dan


lembar balik

7. Rekrutmen peserta
pelatihan sebagai kader
YUKENSI

8. Petugas pelatihan teori


praktek kader
YUKENSI

9. Evaluasi pelatihan

10. Pendampingan peran


kader

11. Pendampingan kader


dan posyandu lansia

12. Talkshow

13. Monitoring kegiatan

Anda mungkin juga menyukai