Anda di halaman 1dari 24

Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 98

Bagian 5
STRATIGRAFI DAN
PALEONTOLOGI

PENDAHULUAN
Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang
berasal dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan
Grafia (memerikan, menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi
yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan
serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang
lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang
sejarah bumi.

PRINSIP-PRINSIP DASAR STRATIGRAFI


Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan
kejadian geologi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Superposisi
Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak bumi tempat
diendapkannya sedimen, lapisan yang paling tua akan
diendapkan paling bawah, kecuali pada lapisan-lapisan yang
telah mengalami pembalikan.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 99

Umur Relatif Batuan Sedimen

2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)


Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang
dipengaruhi oleh gravitasi akan membentuk lapisan yang
mendatar (horizontal). Implikasi dari pernyataan ini adalah
lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah
proses pengendapan.
Pengecualian :
Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping,
terumbu, dll) dapat terjadi pengendapan miring yang disebut
Kemiringan Asli (Original Dip) dan disebut Clinoform.
3. Azas Pemotongan (Cross Cutting)
Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah
berusia lebih muda dari batuan yang diterobosnya.
4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan
berkesinambungan sampai batas cekungan sedimentasinya.
Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang
kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 100

stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak


mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh
beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya
kesinambungan lateral, yaitu :

Menghubungkan Batuan yang Sama

- Pembajian
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan
sedimentasinya.

Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 101

- Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan
yang sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang
sama (menjemari).

Penghilangan Lapisan Secara Lateral

- Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan


Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity
dimana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan
membentuk sudut dengan batuan diatasnya. Pemancungan
atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang
ketidakselarasan.

Gambar Pemancungan

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 102

- Dislokasi karena sesar


Pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang
menyebabkan terjadinya sesar atau patahan.

Gambar Dislokasi

5. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)


Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan
dua asumsi dalam evolusi organik.
Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah
sepanjang waktu dan perubahan yang telah terjadi pada
organise tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah
jumlah dari seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya.
Asumsi kedua adalah kenampakan-kenampakan anatomis
dapat ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua yang
mewakili kondisi primitif organisme tersebut.
6. Teori Katastrofisme (Catastrophism)
Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang kebangsaan Perancis
pada tahun 1830. Ia berpendapat bahwa flora dan fauna dari

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 103

setiap zaman itu berjalan tidak berubah, dan sewaktu terjadinya


revolusi maka hewan-hewan ini musnah. Sesudah malapetaka
itu terjadi, maka akan muncul hewan dan tumbuhan baru,
sehingga teori ini lebih umum disebut dengan teori Malapetaka.
7. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)
Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The
Present is The Key to The Past “, yang berarti kejadian yang
berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil dari kejadian
pada zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada
sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang
berkesinambungan seragam dengan proses-proses yang kini
sedang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa rangkaian
pegunungan-pegunungan besar, lembah serta tebing curam
tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi
melalui proses alam yang berjalan dengan sangat lambat.
Catatan buat adik-adik :
Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :
a. Proses-proses alam berlangsung secara
berkesinambungan.
b. Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula
pada masa lampau namun dengan intensitas yang berbeda.
8. Siklus Geologi
Siklus ini terdiri dari proses Orogenesa (Pembentukan Deretan
Pegunungan), proses Gliptogenesa (Proses-proses Eksogen/
Denudasi) dan proses Litogenesa (Pembentukan Lapisan

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 104

Sedimen). Bumi tercatat telah mengalami sembilan kali siklus


geologi, dan yang termuda adalah pembentukan deretan
pegunungan Alpen.

Gambar Siklus Geologi

UNSUR – UNSUR STRATIGRAFI


Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :
1. Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam
untuk dipelajari adalah batuan sedimen, karena batuan ini
memiliki perlapisan, terkadang batuan beku dan metamorf juga
dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.
2. Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan
sedimen yang disebabkan oleh proses pengendapan sehingga
menghasilkan bidang batas antara lapisan satu dengan yang

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 105

lainnya yang merepresentasikan perbedaan waktu/periode


pengendapan.

Satu Unit Perlapisan


A

Satu Unit Perlapisan


B
C Satu Unit Perlapisan

D Satu Unit Perlapisan

Gambar Perlapisan

Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi


yang berupa:
 Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian
dilanjutkan oleh pengendapan sedimen yang lain.
 Perubahan warna material batuan yang diendapkan.
 Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran
dan bentuk butir).
 Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan
lainnya.
 Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan
(komposisi mineral, kandungan fosil, dll).

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 106

Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu


lapisan dengan lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai
kontak antar lapisan.
Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :
 Kontak Tajam, yaitu kontak antara
lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan
sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan
mudah diamati perbedaannya anatra satu lapisan dengan
lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu
contohnya berupa perubahan litologi.
 Kontak Berangsur, merupakan
kontak lapisan yang perubahannya bergradasi sehingga
batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya
mempergunakan cara–cara tertentu. Terdapat dua jenis
kontak berangsur, yaitu :
a. Kontak Progradasi
b. Kontak Interkalasi
 Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan
kenampakan bidang perlapisan yang tergerus/tererosi baik
oleh arus maupun oleh material yang terbawa oleh arus.
Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar
satuan batuan yang memiliki karakteristik yang sama, dikenal
dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi
ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak
selaras.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 107

 Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu


kontak yang terjadi antara dua lapisan yang sejajar dengan
volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama
sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan
kontak berangsur.
 Kontak Lapisan Tidak
Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu
bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam
bidang ketidakselarasan, yaitu:
 Angular Unconformity,
disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan
ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu
lapisan yang telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di
atas lapisan tersebut diendapkan lapisan lain.

Gambar Angular Unconformity

 Disconformity,
kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi
dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 108

Gambar Disconformity

 Paraconformity,
disebut juga keselarasan semu, yang menunjukan suatu
lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang
ketidakselarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk
membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk
menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis
Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).

Gambar Paraconformity

 Nonconformity,
merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana
terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen
dan batuan metamorf.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 109

Gambar Nonconformity

Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi


dalam skala singkapan. Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui
dari rekonstruksi peta pola jurus.

3. Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan


suatu kenampakan yang terdapat pada batuan sedimen
dimana kenampakannya itu disebabkan oleh proses
sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi,
aktifitas biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta aliran
gravitasi sedimen. Struktur sedimen ini harus dianalisa
langsung di lapangan, dengan tujuan untuk menentukan
lingkungan pengendapan batuan serta untuk menentukan
posisi atas dan bawah dari suatu lapisan.

UMUR GEOLOGI
Mengenai waktu geologi ini kita dapat meninjaunya dari 2 segi:

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 110

1. Waktu Kualitatif dan


2. Waktu Kuantitatif.
Yang pertama menyatakan apakah suatu kejadian berlangsung
sebelum atau sesudah kejadian lainnya dengan tidak
memperhitungkan jumlah tahun, sedangkan yang kedua
menyatakan berapa tahun yang lalu suatu gejala geologi telah
berlangsung.

Waktu Kualitatif
Waktu relatif ditentukan berdasarkan kedudukan relatif daripada
batuan sedimen. Tiap lapisan sedimen mewakili waktu
pengendapannya, jadi bila kita dapat menyusun urut-urutan
daripada batuan sedimen itu dengan benar, maka kita mempunyai
pula urut-urutan waktu yang sesungguhnya. Untuk menyusunnya,
kita harus mengetahui mana yang lebih dulu dan bagian mana
yang diendapkan kemudian. Hal ini dapat dibantu dengan
menggunakan “Hukum Superposisi”. Cara lain penyusunan
lapisan-lapisan batuan yang terpencar adalah dengan melakukan
apa yang dinamakan dengan “Korelasi”
Ada dua macam korelasi yang dapat ditempuh:
1. Berdasarkan sifat fisik dari batuan sedimen tersebut.
2. Berdasarkan fosil.
Waktu Kuantitatif
Untuk mengetahui berapa tahun Dunia umurnya? Sangatlah susah
ditentukan, karena tidak ada orang yang menghitungnya. Salah

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 111

satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan mempelajari


disintegrasi dari mineral-mineral radioaktif
Prinsipnya adalah:
Inti dari beberapa unsur secara spontan akan pecah dengan
menghasilkan unsur baru (proses Radio-Aktipitet). Sebagai contoh
unsur Uranium 92U238 akan menghasilkan He dan Pb206 dalam
82

disintegrasinya. Kita juga mengetahui lamanya suatu unsur untuk


berdisintegrasi hal ini bersifat konstan artinya tidak berdasarkan
kondisi kimia dan fisika. Lamanya unsur untuk berdisintegrasi
menjadi setengahnya dinamakan “Waktu Paruh” atau “Half-Life”.

PALEONTOLOGI
Di bumi ini banyak terdapat makhluk hidup yang telah mati
kemudian terkubur dalam tanah. Bagian yang terkubur tersebut
ada yang membusuk dan tidak meninggalkan sisa serta ada yang
bentuknya masih utuh seperti ketika makhluk tersebut hidup.
Berbagai sisa dari makhluk hidup tersebut membuktikan bahwa
sebelumnya telah terjadi suatu kehidupan yang berlangsung di
waktu lampau. Ada suatu ilmu yang mempelajari tentang jasad
hidup di masa lampau, yang disebut Paleontologi. Kata ini
berasal dari bahasa latin yaitu Paleos (tua), Onto (kehidupan),
Logos (ilmu). Jadi Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan masa lampau.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 112

Gambar Skala Waktu Geologi 1


Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003
Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 113

Gambar Skala Waktu Geologi 2

FOSIL
Seperti yang telah dituliskan tadi bahwa makhluk hidup yang mati
itu ada yang tidak meninggalkan sisa ataupun busuk seluruhnya di
dalam tanah namun juga ada yang tersisa oleh proses alam. Sisa-
sisa bagian tubuh dari makhluk hidup yang terkubur dalam tanah
dan telah terubah menjadi batu ini dinamakan Fosil, dimana fosil

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 114

ini merupakan salah satu cara untuk mempelajari kehidupan masa


lampau. Fosil berasal dari Bahasa Latin, yaitu “Fodere“ yang
artinya menggali. Fosil dapat dikatakan sebagai suatu bukti bahwa
pada masa lampau terdapat suatu kehidupan. Fosil itu tidak hanya
berupa sisa bagian tubuh makhluk saja (misalnya tulang
Dinosaurus), tetapi dapat juga berupa tanda (yang berupa jejak
kaki, jejak cangkang kerang). Fosil yang banyak ditemukan dalam
keadaan utuh biasanya yang berukuran kecil, sedangkan yang
ukurannya besar keterdapatannya dapat terpencar sehingga
hanya bagian-bagian tertentu saja yang dapat ditemukan kembali.
Tidak setiap makhluk hidup dapat terubah menjadi fosil. Ada hal-
hal tertentu yang menyebabkan suatu makhluk hidup dapat
terubah menjadi fosil. Untuk menjadi suatu fosil, organisme yang
telah mati harus terhindar dari proses pembusukan.
Oleh karena itu terdapat beberapa “syarat“ organisme untuk
terubah menjadi fosil, diantaranya adalah:
1. Organisme yang telah mati harus segera tertutup
oleh material sedimen. Sehingga dapat mencegah oksigen
yang dapat merusak organisme tersebut.
2. Harus terhindar dari bakteri pembusuk.
3. Organisme tersebut harus mempunyai rangka
yang kuat.
4. Organisme yang telah mati terhindar dari hewan
pemakan daging atau pemangsa.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 115

5. Terhindar dari air dalam volume yang banyak,


karena air dapat melarutkan dan menghancurkan organisme
tersebut sehingga tidak dapat menjadi fosil.
6. Terhindar dari proses Geologi (erosi, metamorfosa
dan lain-lain) yang dapat merusak fosil.

Gambar contoh fosil yang ditemukan utuh

Keadaan tersebut dapat terjadi di lingkungan laut. Oleh karena itu


keberadaan fosil di laut jauh lebih banyak daripada di darat.
Selain keadaan-keadaan tersebut, terdapat juga bahan alam dan
proses tertentu yang dapat berperan dalam terbentuknya fosil,
yaitu:
1. Silika (SiO2), yang berasal dari ledakan
Gunungapi, dapat berupa abu, dan jika bercampur dengan air
(sungai) kemudian memasuki pori-pori suatu organisme.
Setelah itu terjadi penggantian molekul-molekul organisme

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 116

oleh komponen silika, dan kemudian mengalami proses


pembatuan.
2. Collophane, yaitu zat yang terdiri dari Kalsium,
Karbonat, Sulfat dan Air. Proses pemfosilan oleh Collophane
sama seperti yang terjadi pada proses pemfosilan oleh Silika.
3. Kalsiumkarbonat (CaCO3), zat ini berasal dari
kapur yang terlapukan, kemudian terlarutkan dalam air yang
selanjutnya bercampur dengan tulang-tulang dan merubahnya
menjadi fosil.
4. Oksida Besi (FeO atau Fe2O3), zat ini berupa
Limonit, Vivianit atau Hematit. Pemfosilan dengan bahan ini
dapat menyebabkan fosil berwarna hitam atau coklat.
5. Destilasi, merupakan suatu proses pemfosilan,
dimana organisme yang telah mati dan tertimbun dalam tanah
akan menguapkan dan meninggalkan zat organik dari dalam
tubuhnya karena pengaruh panas bumi. Hasilnya adalah
berupa tapak dari bagian fosil tersebut.
6. Kompresi, proses pemfosilan yang dipengaruhi
oleh tekanan lapisan tanah, dimana organisme yang terkubur
dalam tanah akan ditekan oleh lapisan-lapisan tanah di
atasnya dan menyebabkan keluarnya zat organik dari dalam
tubuhnya. Contohnya adalah Batubara (merupakan tumbuhan
yang terendapkan dan terkubur dalam tanah akibat pengaruh
tekanan).

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 117

7. Pembekuan, organisme yang telah mati di


lingkungan es dapat terlindung dan terkungkung bagian
tubuhnya oleh es. Sehingga dapat terhindar dari bakteri
pembusuk. Organisme yang terfosilkan seperti ini dapat
terawetkan bersama dagingnya.

Gambar ‘Cetakan’ yang dibentuk oleh daun setelah


hilangnya zat organik yang terdapat dalam daun

JENIS-JENIS FOSIL
Berdasarkan ukurannya, fosil terbagi menjadi :
1. Macrofosil (fosil besar), tanpa menggunakan
mikroskop.
2. Microfosil (fosil kecil), mengunakan mikroskop.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 118

3. Nanofosil, fosil yang sangat halus dan dipelajari


dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran
yang sangat teliti.

Gambar fosil Mammuthus (sejenis gajah purba) yang mengalami


pemfosilan di dalam es sehingga selain tulangnya, dagingnya
pun dapat terawetkan

KETERDAPATAN FOSIL
Fosil bisa terdapat di lingkungan darat dan laut. Keberadaan fosil
di darat biasanya terdapat di:
1. Dalam lapisan es, contohnya fosil Mammuthus
(sejenis gajah purba) yang ditemukan utuh di Siberia.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 119

2. Dalam lapisan Loss (gurun). Angin membawa


material pasir gurun sehingga menutupi organisme yang telah
mati dan menghindarkannya dari pembusukan.
3. Dalam getah (damar), contohnya fosil serangga
yang terbungkus getahnya.
4. Sekitar lingkungan gunungapi, dimana abu
gunungapi dapat menutupi organisme.
Fosil di lingkungan air lebih banyak ditemukan, seperti di
lingkungan air tawar, air payau dan air laut.
 Lingkungan air tawar bisa mengandung
banyak fosil, namun tidak sebanyak yang ditemukan di
lingkungan air laut. Fosil bisa terdapat di lingkungan danau
(fosil ikan) atau di lingkungan rawa yang banyak terdapat fosil
batubara. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan rawa yang
sama sekali tidak mengandung zat asam, yang menyebabkan
tidak terdapatnya hewan tetapi didominasi oleh tumbuhan.
 Lingkungan air payau, lingkungan ini
kurang baik untuk proses pemfosilan karena sedimen yang
terdapat di daerah ini berbutir kasar sehingga tidak dapat
menutup organisme seutuhnya yang menyebabkan organisme
tersebut mudah untuk terbusukkan.
 Lingkungan air laut, di lingkungan ini
sedimen organik merupakan batuan yang mengandung banyak
fosil, seperti pada batugamping.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 120

KLASIFIKASI FOSIL
Klasifikasi fosil dikenal dengan nama taksonomi. Adapun
urut-urutan dari taksonomi adalah sebagai berikut :

KINGDOM

PHYLUM

KLAS

ORDO

FAMILI

GENUS

SPESIES

KEGUNAAN FOSIL
Fosil dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Menentukan perkiraan umur relatif batuan; lapisan yang
memiliki kesamaan kandungan fosil diperkirakan diendapkan
pada waktu yang bersamaan.
2. Mengetahui kisaran lingkungan pengendapan; penemuan fosil
pada suatu tempat dapat menjadi petunjuk untuk menentukan
lingkungan pengendapan, misalnya dengan ditemukannya fosil

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003


Bagian 5 Stratigrafi dan Paleontologi 121

ikan pada suatu lapisan menunjukan bahwa wilayah sekitar


lapisan tersebut kemungkinan adalah suatu lingkungan air.
3. Menentukan korelasi batuan; lapisan batuan pada suatu
daerah dapat dikatakan sama dengan lapisan batuan di daerah
lain jika keduanya mengandung jenis fosil yang sama.

Departemen Pendidikan HMG UNPAD 2003

Anda mungkin juga menyukai