PROPOSAL
Oleh:
NURKHAIRA
1508102010008
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
JULI, 2019
PENGESAHAN
Oleh
Nama : Nurkhaira
NIM : 1508102010008
Jurusan : Fisika
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II
Nurkhaira
NPM: 1508102010008
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bidang kesehatan, radiologi merupakan salah satu unit penunjang yang
memanfaatkan penggunaan radiasi pengion khususnya sinar X untuk menegakkan
diagnosa suatu penyakit pasien. Hasil dari pelayanan radiologi akan menentukan
diagnosa penyakit pasien sehingga dapat ditentukan perencanaan pengobatan bagi
pasien tersebut dengan lebih akurat, tepat dan optimal. Radiografer sebagai tenaga
kesehatan yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan
radiografi dengan pemanfaatan radiasi pengion di instalasi radiologi harus mampu
menjamin keakurasian dan keamanan pesawat sehingga dapat terselenggaranya
pelayanan kesehatan di bidang radiologi yang aman bagi pasien, radiografer dan
lingkungan.
Quality Assurance (QA) adalah suatu program manejemen yang
dimanfaatkan untuk memastikan kesempurnaan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan sistem pengumpulan data dan evaluasi data yang sistematik. Quality
Control adalah bagian dari program QA yang meliputi teknik monitoring dan
pemeliharaan alat sistem radiologi (Papp,2006). QA dan QC telah lama dikenal
dalam dunia radiologi. Joint Commossion on the Accrediation of Hospital (JCAH)
mengungkapkan bahwa salah satu tanggung jawab kepala instalasi pelayanan
radiologi adalah menjaga program QC untuk meminimalisir pengulangan prosedur
pemeriksaan yang merugikan serta menghasilkan informasi diagnostic berkualitas
tinggi (Gray, 1983). Penerapan QA dalam setiap prosedur radiografi diharapkan
mampu memberi manfaat dalam penanganan pasien, dan memastikan agar setiap
radiograf yang dihasilkan mempunyai nilai informasi diagnostik yang akurat, serta
memberikan kemungkinan yang minimal terhadap dosis radiasi dan biaya
pemeriksaan (NCRP,1988). Pembenaran yang nyata bagi upaya QA dan QC terletak
dengan hasil yang dapat diperoleh yang disebut sebagai 3D (dose, diagnosis, dollar)
, yaitu dosis yang sekecil kecilnya, diagnose yang akurat, serta biaya yang murah
untuk menjamin kualitas pelayanan radiologi. (Papp,2006).
Kualitas dalam pelayanan radiologi tidak terlepas dari kepuasan pelanggan
instalasi radiologi. Oleh karena itu kualitas pelayanan juga berarti customer
statisfaction. Keberhasilan kualitas pelayanan radiologi tersebut sangat dipengaruhi
oleh kegiatan program jaminan mutu (QAP) dan program kendali mutu (QCP).
Program jaminan mutu merupakan cakupan keseluruhan program manajemen yang
diterapkan untuk menjamin keutamaan pelayanan kesehatan. Melalui kegiatan ini,
informasi diagnostik yang memadai dengan biaya yang serendah mungkin dan dosis
yang sekecil-kecilnya kemungkinan akan dapat dicapai sehingga tujuan kepuasan
pasien terpenuhi. Sedangkan QCP merupakan bagian dari QAP yang berhubungan
dengan teknik- teknik pengawasan dan pemeliharaan elemen-elemen teknis suatu
sistem imejing yang berpengaruh terhadap kualitas/mutu gambar. Dalam kegiatan
kendali mutu (quality control) terdapat bagian-bagian yang meliputi pemeriksaan
peralatan, lingkungan kerja, serta pengujian kinerja dalam pelaksanan kegiatan
radiologi. Salah satu parameter yang penting dalam sinar-X adalah kualitas keluaran
radiasi dari mesin sinar-X tersebut ataupun sering disebut dengan kualitas berkas
radiasi. Kualitas berkas radiasi ini merupakan besarnya daya tembus dari mesin
sinar-X yang akan dipancarkan terhadap objek (tubuh pasien). Berkas radiasi sinar-X
berpengaruh terhadap dosis radiasi yang akan diterima pasien dan juga terhadap
kualitas citra radiograf yang akan dihasilkan, dimana jika kualitas berkas radiasi
sinar-X buruk (low quality) maka berkas energi sinar-X nya rendah sehingga tidak
dapat menembus tubuh pasien akibatnya proses penyinaran yang dilakukan tidak
berperan dalam memberikan informasi diagnostik pada film atau penerima citra.
Selain itu berkas sinar-X dengan energi yang rendah dapat mengakibatkan tambahan
penerimaan dosis yang tidak diperlukan terhadap tubuh pasien. Kebalikannya dimana
jika kualitas berkas radiasi yang dikeluarkan bagus (high quality) maka berkas energi
sinar-X tinggi sehingga dapat menghasilkan citra yang baik dan dapat mengurangi
penerimaan dosis yang tidak perlu terhadap tubuh pasien. Kualitas berkas radiasi
sinar-X dinyatakan dalam besaran Half Value Layer ( HVL) atau sering disebut nilai
tebal paruh bahan, yaitu ukuran seberapa besar daya tembus sinar-X yang menembus
bahan hingga intensitasnya tinggal separoh dari mula-mula. Semakin besar nilai
HVL maka semakin besar daya tembusnya, begitu juga sebaliknya. Nilai HVL ini
biasanya ditentukan nilai minimalnya oleh suatu badan regulator dan harus dicek
secara berkala. Di Indonesia telah dikeluarkan keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 1250, tahun 2009 tentang pedoman kendali mutu (
Quality Control) peralatan radiodiagnostik. Salah satu parameter yang ditentukan
dalam keputusan Menteri Kesehatan adalah nilai HVL. Dalam keputusan Menteri
Kesehatan dijelaskan bahwa untuk tegangan 80 kVp standar HVL yang digunakan
adalah ≥ 2,3 mmAl.. Oleh karena itu Kualitas berkas radiasi sinar-X, sebagai salah
satu bagian penting yang akan mempengaruhi kualitas citra dan juga terhadap dosis
radiasi yang akan diterima oleh pasien perlu dilakukan pengujian dalam program
Quality Control.
Dalam penelitian sebelumnya Novita Sari (2011) menyatakan bahwa uji
kendali kualitas pada pesawat sinar-X mammografi menunjukkan bahwa kualitas
keluaran yang diperoleh adalah semakin besar, tegangan dan arus masukan maka
dosis yang dihasilkan akan semakin tinggi serta densitas ketebalan yang dilewatkan
(HVL) pada pesawat sinar-X mammografi sangat menentukan kualitas berkas dan
dosis yang terpapar dari pesawat mammografi Dan kestabilan hasil keluaran
pancaran pesawat mammografi masih memenuhi standar, yaitu sebesar 69%.
Handini dan Evi (2014) juga melakukan penelitian terhadap penentuan nilai
HVL menggunakan detector dan dengan menggunakan rumus interpolasi pada
pesawat sinar-X mobile. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai HVL yang
dihasilkan dengan menggunakan detector lebih rendah dibandingkan dengan nilai
HVL yang menggunakan ketebalan filter Aluminium (Al) dihitung dengan
menggunakan rumus interpolasi.
Selain mammografi, Pesawat Rountgen juga merupakan salah satu alat
diagnosa yang menggunakan sinar-X sebagai sumbernya. Pesawat Rountgen sering
digunakan untuk mendiagnosa bagian organ dalam tubuh pasien, seperti melihat
adanya tulang yang patah dan sebagainya, sehingga perlu dilakukan uji kendali
kualitas berkas radiasi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menguji nilai Kualitas
Berkas Radiasi (HVL) terhadap pesawat Rountgen disalah satu Rumah Sakit di
Banda Aceh dengan menggunakan Filter Aluminium , dengan harapan bahwa
kualitas berkas radiasi sinar-X yang dihasilkan memenuhi standar yang telah
ditentukan sehingga aman untuk digunakan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi rumusan masalah
adalah :
1. Bagaimanakah kualitas berkas radiasi yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X
Rountgen dengan menggunakan filter Aluminium ?
2. Bagaimanakah kualitas berkas radiasi yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X
Rountgen dengan menggunkan multimeter X-Ray ?
3. Apakah kualitas berkas radiasi pesawat sinar-X Rountgn telah memenuhi
standar kestabilan yang dapat diterima
Penelitian ini dibatasi pada pengukuran nilai HVL (Half Value Layer) dengan
menggunakan filter aluminium (Al) dan dengan pengukuran langsung menggunakan
multimeter X- Ray pada pesawat Rountgen disalah satu rumah sakit di Banda Aceh.
2.1. SINAR-X
2. Sinar X Karakteristik
Sinar X juga dapat terbentuk melalui proses pemindahan elektron atom dari
tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar-X
yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi
antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki
tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari
proses ini disebut sinar-X karakteristik (Akhadi,1998). Sinar-X karakteristik ini
timbul karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi. Kekosongan kulit
K ini diisi oleh elektron dari kulit diatasnya. Setiap sinar-X yang dipancarkan dalam
proses mengisi kekosongan dikenal sebagai sinar-X K. Sinar-X K yang dihasilkan
dari kulit n=2 (kulit L) dikenal dengan sinar-X Kα dan sinar-X K yang dihasilkan
oleh timgkat-tingkat subkulit yang tinggi lagi dikenal sebagai sinar-X Kβ, begitu juga
seterusnya. Proses terjadinya sinar-X karakteristik dapat diilustrasikan seperti pada
Gambar 2.2.
Sinar-X
Gambar2.2. Produksi Sinar-X Karakteristik
1.
2. Sinar-X tidak dapat dilihat dengan mata.
3. Sinar-X bergerak lurus dengan kecepatan pergerakannya sama dengan
kecepatan cahaya.
4. Sinar-X tidak dapat di difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi bisa
didifraksikan dengan kisi Kristal.
5. Sinar-X dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat dan
memeiliki frekuensi gelombang yang tinggi.
6. Sinar-X juga mengalami serapan selama proses transmisi didalam bahan
sehingga daya tembus sinar-X bergantung pada jenis materi dan energinya.
7. Sinar-X merupakan radiasi pengion sehingga mampu menghasilkan elektron-
elektron bebas daam materi.
8. Sinar-X dapat mengubah struktur molekul pada jaringan tubuh (Rudi, 2012)
b. Hamburan Compton
Hamburan Compton umumnya terjadi pada elektron-elektron bebas ataupun
elektron yang terikat lemah pada lapisan kulit yang terluar pada penyinaran dengan
energi radiasi yang lebih tinggi, yaitu antara 200-1000 KeV. Pada Hamburan
Compton energi radiasi hanya diserap sebagian saja untuk mengeluarkan elektron
dari atom, sedangkan sisa energi akan terpancar sebagai “Scattered Radiation” atau
hamburan radiasi dengan energi yang rendah dari energi mula-mula. Berikut ilustrasi
proses terjadinya Hamburan Compton seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Hamburan Compton (Larasati, 2013)
c. Produksi Pasangan
Sebuah foton yang berenergi lebih dari 1,02 MeV, pada saat bergerak dekat
dengan sebuah inti, secara spontan akan menghilang dan energinya akan muncul
kembali sebagai sebuah positron dan sebuah elektron (Cember, 1983) seperti yang
digambarkan dalam Gambar 2.6 berikut :
Elektron dan positron memiliki energi yang sama, bedanya adalah salah satu partikel
bermuatan positif dan yang lain bermuatan negatif. Untuk menghasilkan massa dari
dua buah partikel (positron dan elektron), maka foton harus mempunyai energi yang
cukup (Edwards, 1990). Ini sesuai dengan teori Einstein yang menyatakan bahwa
energi ekivalen dengan massa yang dapat dirumuskan sebagai berikut
(Gabriel,1996).
2.1.4. Komponen Pesawat Sinar-X
Sinar-x dihasilkan dari tabung sinar-X ketika elektron dari filament
berinteraksi dengan material logam yang biasa disebut target. Komponen utama dari
tabung sinar-X ini adalah katoda dan anoda. Bagian katoda merupakan filamen
tungsten yang berada pada focussingcup. Elektron dihasilkan oleh filamen dan dan
difokuskan terhadap target di anoda. Ketika menekan tombol ekposur, maka arus
listrik mengalir ke filamen ini sehingga menyebabkan filamen tersebut menjadi
panas. Filamen yang panas ini akan menghasilkan elektron yang berada disekitar
filamen. Semakin panas filamen maka jumlah elektron yang dihasilkan akan semakin
banyak (Robert, 2007).
Pada bagian anoda, terdapat target tungsten yang diletakan pada sebuah
batang tembaga. Ketika elektron dari filamen menumbuk target dan dihasilkan sinar-
X, disaat itu akan dihasilkan panas berlebih. Batang tembaga tersebut akan menyerap
sebagian panas yang dihasilkan sehingga target tidak mengalami kelebihan panas.
Tabung sinar-X pada Gambar 2.5 terdiri dari beberapa komponen utama yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Filamen yang berfungsi melepaskan elektron ketika sudah dipanaskan.
2. Focussing Cup berfungsi untuk memfokuskan elektron ke target.
3. Ruang tempat pergerakan elektron dari filamen ke target.
4. Target agar sinar-X dapat dihasilkan ketika berinteraksi dengan elektron.
5. Batang Tembaga yang diletakkan dengan target yang berfungsi untuk
menyerap kelebihan panas.
6. Ruang Vakum supaya tidak ada elektron yang tidak berinteraksi dengan
udara ataupun dengan gas lainnya.
7. Glass enclosure untuk mencegah hamburan sinar-X pada arah yang tidak
dikehendaki.
8. Jendela Berrylium untuk menjadi tempat keluarnya sinar-X dari tabung.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini seperti pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2. Alat dan Bahan
No. Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Pesawat Sinar X Rountgen 1 buah
2 Multimeter X-Ray 1 buah
3 Filter Aluminium kemurnian 99,9% dengan 1 buah
ketebalan 0,106 mm dan 0,055 mm
3.3. PROSEDUR PENELITIAN
MULAI
Studi Literatur
2Da Db
tb ln( )−ta ln(2 )
D0 D0
HVL = 𝐷𝑎
ln( )
𝐷𝑏
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
A
A
Selesai
Tabel 3.3. Pengukuran dosis sebanyak 3 kali untuk mendapatkan dosis setengah dari
dosis mula mula
2. 60
3. 70
4. 80
5. 90
Tabel 3.4. Pengukuran kualitas berkas radiasi dengan menggunakan filter Aluminium
(Al)
5.
1. 50
0,01 kVp + 0,03≤
2. 60
HVL≤ 0,01 kVp +
3. 70
c
4.. 80
5. 90
Dimana :