Anda di halaman 1dari 22

STUDI PENETUAN KUALITAS BERKAS RADIASI SINAR X

SEBAGAI PARAMETER QUALITY CONTROL

PROPOSAL

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna


pelaksanaan penelitian Tugas Akhir

Oleh:

NURKHAIRA
1508102010008

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
JULI, 2019
PENGESAHAN

STUDI PENETUAN KUALITAS BERKAS RADIASI SINAR X


SEBAGAI PARAMETER QUALITY CONTROL

Oleh

Nama : Nurkhaira
NIM : 1508102010008
Jurusan : Fisika

Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II

Nama:_Dr Rini Safitri. S.Si, M.Si Evi Yufita S.Si, M.Si


NIP :19700425199512001 NIP: 197509202000122001
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah Subhana hua ta’ala, yang


telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga Proposal Tugas Akhir yang berjudul
STUDI PENENTUAN KUALITAS BERKAS RADIASI SINAR-X DI RS PRINCE
NAYEF UNSYIAH BANDA ACEH dapat diselesaikan. Selawat dan salam
disanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam. Proposal
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh
gelar Sarjana di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Syiah Kuala. Penyelesaian penulisan Proposal Tugas Akhir ini tidak
terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun
materil. Pada kesempatan ini, ucapan terimakasih diucapkan kepada:
1. Bapak Dr. Eng. Nasrullah, S.Si., M.T. selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Syiah Kuala.
2. Ibu Dr. Rini Safitri, S.Si., M.Si, selaku Pembimbing I dan ibu Evi Yufita, S.Si,
M.Si, selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.
3. Teman-teman Fisika 2015 yang telah ikut memberi dukungan dan semangat
kepada penulis.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Keluarga tercinta yang telah
mendukung dan selalu mendoakan penulis selama penyelesaian studi di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala. Semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, 28 Juli 2019

Nurkhaira
NPM: 1508102010008
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam bidang kesehatan, radiologi merupakan salah satu unit penunjang yang
memanfaatkan penggunaan radiasi pengion khususnya sinar X untuk menegakkan
diagnosa suatu penyakit pasien. Hasil dari pelayanan radiologi akan menentukan
diagnosa penyakit pasien sehingga dapat ditentukan perencanaan pengobatan bagi
pasien tersebut dengan lebih akurat, tepat dan optimal. Radiografer sebagai tenaga
kesehatan yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan
radiografi dengan pemanfaatan radiasi pengion di instalasi radiologi harus mampu
menjamin keakurasian dan keamanan pesawat sehingga dapat terselenggaranya
pelayanan kesehatan di bidang radiologi yang aman bagi pasien, radiografer dan
lingkungan.
Quality Assurance (QA) adalah suatu program manejemen yang
dimanfaatkan untuk memastikan kesempurnaan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan sistem pengumpulan data dan evaluasi data yang sistematik. Quality
Control adalah bagian dari program QA yang meliputi teknik monitoring dan
pemeliharaan alat sistem radiologi (Papp,2006). QA dan QC telah lama dikenal
dalam dunia radiologi. Joint Commossion on the Accrediation of Hospital (JCAH)
mengungkapkan bahwa salah satu tanggung jawab kepala instalasi pelayanan
radiologi adalah menjaga program QC untuk meminimalisir pengulangan prosedur
pemeriksaan yang merugikan serta menghasilkan informasi diagnostic berkualitas
tinggi (Gray, 1983). Penerapan QA dalam setiap prosedur radiografi diharapkan
mampu memberi manfaat dalam penanganan pasien, dan memastikan agar setiap
radiograf yang dihasilkan mempunyai nilai informasi diagnostik yang akurat, serta
memberikan kemungkinan yang minimal terhadap dosis radiasi dan biaya
pemeriksaan (NCRP,1988). Pembenaran yang nyata bagi upaya QA dan QC terletak
dengan hasil yang dapat diperoleh yang disebut sebagai 3D (dose, diagnosis, dollar)
, yaitu dosis yang sekecil kecilnya, diagnose yang akurat, serta biaya yang murah
untuk menjamin kualitas pelayanan radiologi. (Papp,2006).
Kualitas dalam pelayanan radiologi tidak terlepas dari kepuasan pelanggan
instalasi radiologi. Oleh karena itu kualitas pelayanan juga berarti customer
statisfaction. Keberhasilan kualitas pelayanan radiologi tersebut sangat dipengaruhi
oleh kegiatan program jaminan mutu (QAP) dan program kendali mutu (QCP).
Program jaminan mutu merupakan cakupan keseluruhan program manajemen yang
diterapkan untuk menjamin keutamaan pelayanan kesehatan. Melalui kegiatan ini,
informasi diagnostik yang memadai dengan biaya yang serendah mungkin dan dosis
yang sekecil-kecilnya kemungkinan akan dapat dicapai sehingga tujuan kepuasan
pasien terpenuhi. Sedangkan QCP merupakan bagian dari QAP yang berhubungan
dengan teknik- teknik pengawasan dan pemeliharaan elemen-elemen teknis suatu
sistem imejing yang berpengaruh terhadap kualitas/mutu gambar. Dalam kegiatan
kendali mutu (quality control) terdapat bagian-bagian yang meliputi pemeriksaan
peralatan, lingkungan kerja, serta pengujian kinerja dalam pelaksanan kegiatan
radiologi. Salah satu parameter yang penting dalam sinar-X adalah kualitas keluaran
radiasi dari mesin sinar-X tersebut ataupun sering disebut dengan kualitas berkas
radiasi. Kualitas berkas radiasi ini merupakan besarnya daya tembus dari mesin
sinar-X yang akan dipancarkan terhadap objek (tubuh pasien). Berkas radiasi sinar-X
berpengaruh terhadap dosis radiasi yang akan diterima pasien dan juga terhadap
kualitas citra radiograf yang akan dihasilkan, dimana jika kualitas berkas radiasi
sinar-X buruk (low quality) maka berkas energi sinar-X nya rendah sehingga tidak
dapat menembus tubuh pasien akibatnya proses penyinaran yang dilakukan tidak
berperan dalam memberikan informasi diagnostik pada film atau penerima citra.
Selain itu berkas sinar-X dengan energi yang rendah dapat mengakibatkan tambahan
penerimaan dosis yang tidak diperlukan terhadap tubuh pasien. Kebalikannya dimana
jika kualitas berkas radiasi yang dikeluarkan bagus (high quality) maka berkas energi
sinar-X tinggi sehingga dapat menghasilkan citra yang baik dan dapat mengurangi
penerimaan dosis yang tidak perlu terhadap tubuh pasien. Kualitas berkas radiasi
sinar-X dinyatakan dalam besaran Half Value Layer ( HVL) atau sering disebut nilai
tebal paruh bahan, yaitu ukuran seberapa besar daya tembus sinar-X yang menembus
bahan hingga intensitasnya tinggal separoh dari mula-mula. Semakin besar nilai
HVL maka semakin besar daya tembusnya, begitu juga sebaliknya. Nilai HVL ini
biasanya ditentukan nilai minimalnya oleh suatu badan regulator dan harus dicek
secara berkala. Di Indonesia telah dikeluarkan keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 1250, tahun 2009 tentang pedoman kendali mutu (
Quality Control) peralatan radiodiagnostik. Salah satu parameter yang ditentukan
dalam keputusan Menteri Kesehatan adalah nilai HVL. Dalam keputusan Menteri
Kesehatan dijelaskan bahwa untuk tegangan 80 kVp standar HVL yang digunakan
adalah ≥ 2,3 mmAl.. Oleh karena itu Kualitas berkas radiasi sinar-X, sebagai salah
satu bagian penting yang akan mempengaruhi kualitas citra dan juga terhadap dosis
radiasi yang akan diterima oleh pasien perlu dilakukan pengujian dalam program
Quality Control.
Dalam penelitian sebelumnya Novita Sari (2011) menyatakan bahwa uji
kendali kualitas pada pesawat sinar-X mammografi menunjukkan bahwa kualitas
keluaran yang diperoleh adalah semakin besar, tegangan dan arus masukan maka
dosis yang dihasilkan akan semakin tinggi serta densitas ketebalan yang dilewatkan
(HVL) pada pesawat sinar-X mammografi sangat menentukan kualitas berkas dan
dosis yang terpapar dari pesawat mammografi Dan kestabilan hasil keluaran
pancaran pesawat mammografi masih memenuhi standar, yaitu sebesar 69%.
Handini dan Evi (2014) juga melakukan penelitian terhadap penentuan nilai
HVL menggunakan detector dan dengan menggunakan rumus interpolasi pada
pesawat sinar-X mobile. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai HVL yang
dihasilkan dengan menggunakan detector lebih rendah dibandingkan dengan nilai
HVL yang menggunakan ketebalan filter Aluminium (Al) dihitung dengan
menggunakan rumus interpolasi.
Selain mammografi, Pesawat Rountgen juga merupakan salah satu alat
diagnosa yang menggunakan sinar-X sebagai sumbernya. Pesawat Rountgen sering
digunakan untuk mendiagnosa bagian organ dalam tubuh pasien, seperti melihat
adanya tulang yang patah dan sebagainya, sehingga perlu dilakukan uji kendali
kualitas berkas radiasi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menguji nilai Kualitas
Berkas Radiasi (HVL) terhadap pesawat Rountgen disalah satu Rumah Sakit di
Banda Aceh dengan menggunakan Filter Aluminium , dengan harapan bahwa
kualitas berkas radiasi sinar-X yang dihasilkan memenuhi standar yang telah
ditentukan sehingga aman untuk digunakan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi rumusan masalah
adalah :
1. Bagaimanakah kualitas berkas radiasi yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X
Rountgen dengan menggunakan filter Aluminium ?
2. Bagaimanakah kualitas berkas radiasi yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X
Rountgen dengan menggunkan multimeter X-Ray ?
3. Apakah kualitas berkas radiasi pesawat sinar-X Rountgn telah memenuhi
standar kestabilan yang dapat diterima
Penelitian ini dibatasi pada pengukuran nilai HVL (Half Value Layer) dengan
menggunakan filter aluminium (Al) dan dengan pengukuran langsung menggunakan
multimeter X- Ray pada pesawat Rountgen disalah satu rumah sakit di Banda Aceh.

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan penelitian ini adaah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kualitas berkas radiasi sinar-X pada pesawat Rountgen
dengan menggunakan filter Aluminium (Al).
2. Untuk mengetahui kualitas berkas radiasi sinar-X pada pesawat Rountgen
dengan menggunakan Multimeter X-Ray.
3. Untuk meninjau persentase kestabilan hasil keluaran kualitas berkas radiasi
pesawat sinar-X Rountgen yang memeuhi standar kestabilan yang dapat
diterima.

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui bagaimana paparan radiasi yang dihasilkan oleh pesawat
sinar-X Rountgen.
2. Dapat mengetahui apakah pesawat sinar-x Rountgen tersebut telah mencapai
standar kestabilan yang telah ditetapkan.
3. Memberi Informasi kepada pihak Rumah sakit tentang pentingnya uji kendali
kualitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SINAR-X

Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen seorang berkebangsaan


Jerman pada tahun 1895. Penemuannya merupakan kelanjutan dari hasil percobaan
percobaan sebelumnya antara lain dari J.J Thomson mengenai tabung katoda dan
Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan tersebut mengamati gerak
elektron yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada dalam tabung kaca
yang hampa udara. Pembangkit sinar-X berupa tabung hampa udara yang di
dalamnya terdapat filament yang juga sebagai katoda dan terdapat komponen anoda.
Jika filamen dipanaskan maka akan keluar elektron dan apabila antara katoda dan
anoda diberi beda potensial yang tinggi, elektron akan dipercepat menuju ke anoda.
Dengan percepatan elektron tersebut maka akan terjadi tumbukan tak lenting
sempurna antara elektron dengan anoda, akibatnya terjadi pancaran radiasi sinar-X (
Suyatno, 2008).
Berdasarkan proses terjadinya, sinar X dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Sinar X Bremsstrahlung
Suatu elektron yang dipercepat ataupun diperlambat gerakannya akan
memancarkan energi elektromagnetik. Ketika menumbuk suatu sasaran, elektronnya
diperlambat sehingga pada akhirnya berhenti, karena elektron tersebut bertumbukan
dengan atom-atom materi. Pada tumbukan itu terjadi transfer momentum dari
elektron ke atom, sehingga kecepatan elektron akan berkurang dan elektron akan
memancarkan foton. Pada peristiwa perlambatan elektron tersebut akan disertai
dengan pembentukan spektrum radiasi sinar-X yang bersifat kontinu (Krane, 1992).
Gambar 2.1 menggambarkan proses terjadinya proses sinar X Bremsstrahlung :
Gambar 2.1. Produksi Sinar-X Bremstrahlung

2. Sinar X Karakteristik
Sinar X juga dapat terbentuk melalui proses pemindahan elektron atom dari
tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar-X
yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi
antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki
tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari
proses ini disebut sinar-X karakteristik (Akhadi,1998). Sinar-X karakteristik ini
timbul karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi. Kekosongan kulit
K ini diisi oleh elektron dari kulit diatasnya. Setiap sinar-X yang dipancarkan dalam
proses mengisi kekosongan dikenal sebagai sinar-X K. Sinar-X K yang dihasilkan
dari kulit n=2 (kulit L) dikenal dengan sinar-X Kα dan sinar-X K yang dihasilkan
oleh timgkat-tingkat subkulit yang tinggi lagi dikenal sebagai sinar-X Kβ, begitu juga
seterusnya. Proses terjadinya sinar-X karakteristik dapat diilustrasikan seperti pada
Gambar 2.2.
Sinar-X
Gambar2.2. Produksi Sinar-X Karakteristik

2.1.1. Sifat- Sifat Sinar-X


Sifat-sifat sinarX telah diketahui pada percobaan yang dilakukan oleh
Rountgen, yaitu sinar-X dapat memendarkan berbagai jenis bahan kimia dan juga
dapat menembus materi yang tidak dapat ditembus oleh sinar lain. Sinar-X adalah
gelombang electromagnet dengan sifat-sifat utama sebagai berikut :

1.
2. Sinar-X tidak dapat dilihat dengan mata.
3. Sinar-X bergerak lurus dengan kecepatan pergerakannya sama dengan
kecepatan cahaya.
4. Sinar-X tidak dapat di difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi bisa
didifraksikan dengan kisi Kristal.
5. Sinar-X dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat dan
memeiliki frekuensi gelombang yang tinggi.
6. Sinar-X juga mengalami serapan selama proses transmisi didalam bahan
sehingga daya tembus sinar-X bergantung pada jenis materi dan energinya.
7. Sinar-X merupakan radiasi pengion sehingga mampu menghasilkan elektron-
elektron bebas daam materi.
8. Sinar-X dapat mengubah struktur molekul pada jaringan tubuh (Rudi, 2012)

2.1.2. Proses terjadinya sinar-X

Urutan proses terjadinya sinar-X pada tabung Rountgen adalah sebagai


berikut :
1. Katoda ( filamen ) dipanaskan ( lebih dari 2.0000C ) sampai menyala dengan
mengalikan
Iistrik yang berasal dari tranformator .
2. Selanjutnya elektron-elektron dari katoda (filamen) tersebut lepas.
3. Sewaktu dihubungkan dengan tranformator tegangan tinggi, elektron-elektron
akan dipercepat gerakannya menuju anoda, dan akan dipusatkan kea lat
pemusatnya (focussing cup). Filamen dibuat relatif negative terhadap sasaran
(target) dengan memilih potensial tinggi.
4. Selanjutnya awan-awan elektron tersebut mendadak dihentikan pada sasaran
(target), sehingga akan menghasilkan panas sebesar 99% dan sinar-X sebesar
1%
5. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung,
sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar dari jendela.
6. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan
oleh radiator pendingin (Arif, 2008).

2.1.3. Interaksi Sinar-X dengan Materi


Energi dari Sinar-X akan berkurang pada saat melewati suatu materi fisik.
Hal ini dapat terjadi karena tiga proses utama, yaitu efek foto listrik, Hamburan
Compton dan Produksi Pasangan (Akhadi,2000).
a. Efek FotoListrik
Efek fotolistrik merupakan suatu interaksi dari sebuah foton dan elektron
yang terikat kuat pada sebuah atom dimana energinya sama atau lebih kecil dari
energi foton. Pada peristiwa efek fotolistrik foton diserap oleh elektron, sehingga
elektron tersebut lepas dari atom. Elektron yang terlepas dari atom akibat dari efek
foto listrik disebut dengan fotoelektron. Pada umumnya efek fotolistrik akan terjadi
pada foton-foton yang berenergi rendah, yaitu diantara 0,01 MeV- 0,5MeV. Selain
itu efek fotolistrik juga banyak terjadi pada material yang mempunyai nomor atom
(z) yang besar. Contohnya seperti pada timah hitam (Z=82). Oleh karena itulah
timbal cukup baik digunakan sebagai bahan pelindung terhadap bahaya radiasi sinar-
X (Cember,1983). Ilustrasi terjadinya proses efek fotolistrik seperti ditunjukkan pada
gambar 2.3.

Gambar 2.3. Proses Efek Fotolistrik (Gabriel, 1996)

b. Hamburan Compton
Hamburan Compton umumnya terjadi pada elektron-elektron bebas ataupun
elektron yang terikat lemah pada lapisan kulit yang terluar pada penyinaran dengan
energi radiasi yang lebih tinggi, yaitu antara 200-1000 KeV. Pada Hamburan
Compton energi radiasi hanya diserap sebagian saja untuk mengeluarkan elektron
dari atom, sedangkan sisa energi akan terpancar sebagai “Scattered Radiation” atau
hamburan radiasi dengan energi yang rendah dari energi mula-mula. Berikut ilustrasi
proses terjadinya Hamburan Compton seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Hamburan Compton (Larasati, 2013)

c. Produksi Pasangan
Sebuah foton yang berenergi lebih dari 1,02 MeV, pada saat bergerak dekat
dengan sebuah inti, secara spontan akan menghilang dan energinya akan muncul
kembali sebagai sebuah positron dan sebuah elektron (Cember, 1983) seperti yang
digambarkan dalam Gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.5 Produksi Pasangan (Akhadi, 2000).

Elektron dan positron memiliki energi yang sama, bedanya adalah salah satu partikel
bermuatan positif dan yang lain bermuatan negatif. Untuk menghasilkan massa dari
dua buah partikel (positron dan elektron), maka foton harus mempunyai energi yang
cukup (Edwards, 1990). Ini sesuai dengan teori Einstein yang menyatakan bahwa
energi ekivalen dengan massa yang dapat dirumuskan sebagai berikut
(Gabriel,1996).
2.1.4. Komponen Pesawat Sinar-X
Sinar-x dihasilkan dari tabung sinar-X ketika elektron dari filament
berinteraksi dengan material logam yang biasa disebut target. Komponen utama dari
tabung sinar-X ini adalah katoda dan anoda. Bagian katoda merupakan filamen
tungsten yang berada pada focussingcup. Elektron dihasilkan oleh filamen dan dan
difokuskan terhadap target di anoda. Ketika menekan tombol ekposur, maka arus
listrik mengalir ke filamen ini sehingga menyebabkan filamen tersebut menjadi
panas. Filamen yang panas ini akan menghasilkan elektron yang berada disekitar
filamen. Semakin panas filamen maka jumlah elektron yang dihasilkan akan semakin
banyak (Robert, 2007).
Pada bagian anoda, terdapat target tungsten yang diletakan pada sebuah
batang tembaga. Ketika elektron dari filamen menumbuk target dan dihasilkan sinar-
X, disaat itu akan dihasilkan panas berlebih. Batang tembaga tersebut akan menyerap
sebagian panas yang dihasilkan sehingga target tidak mengalami kelebihan panas.

Gambar 2.6. Susunan dalam tabung Sinar-X (Rahman, 2008).

Tabung sinar-X pada Gambar 2.5 terdiri dari beberapa komponen utama yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Filamen yang berfungsi melepaskan elektron ketika sudah dipanaskan.
2. Focussing Cup berfungsi untuk memfokuskan elektron ke target.
3. Ruang tempat pergerakan elektron dari filamen ke target.
4. Target agar sinar-X dapat dihasilkan ketika berinteraksi dengan elektron.
5. Batang Tembaga yang diletakkan dengan target yang berfungsi untuk
menyerap kelebihan panas.
6. Ruang Vakum supaya tidak ada elektron yang tidak berinteraksi dengan
udara ataupun dengan gas lainnya.
7. Glass enclosure untuk mencegah hamburan sinar-X pada arah yang tidak
dikehendaki.
8. Jendela Berrylium untuk menjadi tempat keluarnya sinar-X dari tabung.

2.2. RADIASI SINAR-X


Radiasi adalah suatu pancaran energi melalui suatu materi dalam bentuk
partikel atau gelombang. Ketika radiasi melewati suatu materi, kemudian membentuk
partikel bermuatan positif dan negatif, maka proses ini disebut radiasi ionisasi. Salah
satu contoh radiasi ionisasi yaitu radiasi sinar-X (Edward et al.,1990: 4). Radiasi
sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan rentang panjang gelombang
kurang lebih dari 0,01 hingga 10 nm dan energinya kurang lebih dari 100 eV hingga
100 keV (Krane,1992:318). Radiasi sinar-X ini dipakai secara meluas dalam bidang
kedokteran terutama untuk tujuan diagnostik (Beiser, 1992: 60).

2.2.1 Sumber Radiasi Internal


Sumber Radiasi Internal ialah berupa unsur-unsur radioaktif yang masuk dan
terikat oleh tubuh. Pada dasarnya suatu sumber radioaktif dapat terikat oleh organ
tubuh, apabila unsur tersebut dibutuhkan oleh organ yang mengikatnya. Smber
radiasi seperti ini akan memancarkan radiasinya ke sekeliling organ dimana sumber
tersebut diikat. Sebaliknya jika suatu sumber radioaktif tidak yang tidak dibutuhkan
masuk kedalam tubuh, maka unsure tersebut tidak akan diikat dan akansegera
dikeluarkan oleh tubuh. Contoh beberapa sumber radioaktif alam yang termasuk ke
dalam sumber radiasi internal adalah Belirium, Carbon, Uranium dan Kalium
(Akhadi, 2000).

2.2.2. Sumber Radiasi Eksternal


Sumber radiasi eksternal ialah sumber radiasi yang berasal dari luar tubuh
manusia. Contohnya yaitu sumber radiasi yang terdapat disekeliling manusia seperti
radiasi sinar-X. Radiasi eksternal banyak dimanfaatkan dalam keperluan diagnose
dan terapi. Dosis radiasi akibat kerja umumnya berasal dari sumber-sumber radiasi
buatan, seperti: perangkat sinar-X, irradiator, reaktor nuklir, akselerator serta
sumber-sumber eksternal lainnya. Perangkat sinar-X dapat berperan sebagai sumber
radiasi bagi pasien maupun operator perangkat sinar-X tersebut.Irradiator merupakan
alat yang dapat digunakan untuk meradiasi bahan dengan sumber radiasi yang ada di
dalamnya berupa sumber radiasi-γ dan neutron bagi para pekerja reaktor, sedangkan
akselerator merupakan sumber radiasi neutron serta radiasi inti lainnya bagi para
pekerja di tempat tersebut (Akhadi, 2000).

2.3. EFEK RADIASI SINAR-X


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di ruangan Instalasi Radiologi khususnya


ruangan Rountgen di RS.PRINCE NAYEF UNSYIAH. Penelitian ini akan dilakukan
kurang lebih selama 6 bulan, yaitu pada bulan Juni sampai November 2019.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian


Jadwal Kegiatan (Bulan)
No. Nama Kegiatan Juni Juli Agustus September Oktober November
1 Studi literature
2 Penulisan
Proposal
3 Seminar KBM
4 Seminar Proposal
5 Persiapan alat dan
bahan
6 Pengukuran dan
Pengambilan data
7 Pengolahan dan
analisa data
8 Penulisan tugas
akhir
9 KBM Hasil
10 Sidang

3.2. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini seperti pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2. Alat dan Bahan
No. Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Pesawat Sinar X Rountgen 1 buah
2 Multimeter X-Ray 1 buah
3 Filter Aluminium kemurnian 99,9% dengan 1 buah
ketebalan 0,106 mm dan 0,055 mm
3.3. PROSEDUR PENELITIAN

3.3.1. Diagram Penelitian

MULAI

Studi Literatur

Proses Pengukuran Kualitas Berkas Radiasi Pada


Pesawat Sinar X Rountgen

Menggunakan Filter Aluminium Menggunakan Multimeter X-Ray

Parameter Terukur : D0,Db,Da,tb,ta Hasil Pengukuran Nilai HVL


sebanyak 3 x Pengukuran

Perhitungan Nilai HVL


Analisis Data

2Da Db
tb ln( )−ta ln(2 )
D0 D0
HVL = 𝐷𝑎
ln( )
𝐷𝑏

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

A
A

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

.3.2. Langkah-langkah Kerja

Adapun langkah-langkah kerja secara detail dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut:
a. Pengukuran Kualitas Berkas Radiasi Menggunakan Filter Aluminium
1. Menyiapkan filter aluminium.
2. Menyiapkan multimeter X-ray.
3. Memastikan bahwa tabung sinar-X yang digunakan telah dipanaskan.
4. Meletakkan posisi detector pada meja atau pada tempat datar tegak lurus
pada sumbu utama/menghaadap tabung sinar-X dan kolimasikan seluas
ukuran detector.
5. Memilih arus tabung secara manual
6. Memilih tegangan tabung secara manual, yaitu 80 Kv
7. Melakukan penyinaran tanpa menggunakan filter untuk menentukan
dosis mula-mula (D0).
8. Menentukan D0/2 kemudian melakukan penyinaran sesuai dengan faktor
ekpose pada tahap 5 dan 6.
9. Menambahkan filter dibawah kolimator sehingga menghasilkan dosis
dibawah D0/2, kemudian catatlah ketebalan dari filter yang digunakan
tersebut.
10. Mengurangkan filter dibawah kolimator sehingga menghasilkan dosis
diatas D0/2, kemudian catat ketebalan filter tersebut.
11. Melakukan Penyinaran yang sama dengan tegangan (kVp) yang berbeda-
beda
12. Menghitung nilai HVL dengan Persamaan berikut :
2Da Db
tb ln( )−ta ln(2 )
D0 D0
HVL = 𝐷𝑎
ln( )
𝐷𝑏

13. Menghitung nilai batas toleransi dengan persamaan.

b. Pengukuran langsung menggunakan Multimeter X-Ray.


1. Menyiapkan alat ukur multimeter X-Ray.
2. Memilih arus tabung secara manual
3. Memilih tegangan tabung secara manual yaitu 50 Kv
4. Mencatat nilai HVL yang tercatat pada multimeter X-ray
5. Melakukan penyinaran dengan tegangan yang berbeda
6. Mencatat nilai HVL yang tercatat pada multimeter X-ray.

3.4. TABEL PENGAMATAN

Tabel 3.3. Pengukuran dosis sebanyak 3 kali untuk mendapatkan dosis setengah dari
dosis mula mula

No. Pengaturan D0 (mGy) Rata- D0 / 2


kVp MAs 1 2 3 Rata
1. 50

2. 60

3. 70

4. 80

5. 90

Tabel 3.4. Pengukuran kualitas berkas radiasi dengan menggunakan filter Aluminium
(Al)

No. Setting D0 / 2 ta Da tb Db HVL Batas


kVp mAs (mm) (mGy) (mm) (mGy) (mmAl) Toleransi
1. 0,01 kVp +
0,03≤
2.
HVL≤ 0,01
3.
4. kVp + c

5.

Tabel 3.5. Pengukuran kualitas berkas radiasi menggunakan Multimeter X-Ray

No. Pengaturan HVL (mmAl) Rata-Rata Nilai Toleransi


kVp MAs 1 2 3

1. 50
0,01 kVp + 0,03≤
2. 60
HVL≤ 0,01 kVp +
3. 70
c
4.. 80

5. 90

3.5. ANALISIS DATA

3.5.1. Pengukuran HVL Kualitas Berkas Radiasi menggunakan filter Aluminium

Untuk menganalisis data pada pengukuran kualitas berkas radiasi


menggunakan filter aluminium menggunakan beberapa rumus antara lain sebagai
berikut :

1. Mencari nilai batas toleransi


0,01 kVp + 0,03≤ HVL≤ 0,01 kVp + c

2. Mencari nilai HVL (Half Value Layer)


2Da Db
tb ln( )−ta ln(2 )
D0 D0
HVL = 𝐷𝑎
ln( )
𝐷𝑏

Dimana :

HVL = Ketebalan suatu lapisan yang bisa menghasilkan intensitas


D0/2 (mmAl)
D0 = dosis mula-mula (mGy)
tb = ketebalan suatu lapisan lebih kecil dari D0/2 (mmAl)
ta = ketebalan suatu lapisan lebih besar dari D0/2 (mmAl)
Da = D0 ≤ D0/2 (mGy)
Db = D0/ ≥ D0/2 (mGy)

3.5.2. Pengukuran HVL mengunakan Multimeter X-Ray


Untuk menganalisis data pengukuran kualitas berkas radiasi menggunakan
multimeter X-Ray hanya menggunakan rumus toleransi dan nilai HVL nya tercatat
langsung dikeluaran alat multimeter X-Ray.

Anda mungkin juga menyukai