Anda di halaman 1dari 17

MOBILE ADVERTISING PADA SMARTPHONE BAGI PENGEMBANG APLIKASI

MOBILE ADVERTISING ON SMARTPHONES FOR APPLICATION DEVELOPERS


Nadya Ariesta Komala Dewi, Irwansyah

Universitas Indonesia nadyaariesta@gmail.com

Universitas Indonesia dr.irwansyah@gmail.com

nadyaariesta@gmail.com, dr.irwansyah@gmail.com

Naskah diterima: ____, direvisi: _____, disetujui____

Abstract

Adsense Mobile (AdMob) is one of the largest platforms in the world of mobile advertising.
AdMob is the choice for mobile application developers to monetize mobile advertising in their
applications. Today's mobile advertising can be said to be one of the most dominant approaches for
a modern business to expand customer reach and as an increase in brand popularity. Mobile
advertising can be a promising form of advertising and has considerable growth opportunities for
modern businesses in Indonesia, especially businesses that want to grow through smartphones. As
one of the markets with the highest commodity smartphone users, Indonesia is among the fastest to
adopt mobile advertising. Based on the results of the study, it was found that the presence of
AdMob, generally welcomed quite well by application developers. Even so, there are still some
application developers who feel dissatisfied with the performance of AdMob because the work
system and segmentation for ad serving are still not suitable.

Keywords : Adsense Mobile, Mobile advertising, Smartphone, Application Developer, Advertiser

Abstrak
Adsense Mobil (AdMob) adalah salah satu platform terbesar di dunia mobile advertising. AdMob
menjadi pilihan bagi pengembang mobile application untuk menghasilkan uang (monetisasi) dari mobile
advertising di aplikasi mereka. Mobile advertising saat ini dapat dikatakan menjadi salah satu pendekatan
yang paling dominan bagi sebuah bisnis modern untuk memperluas jangkauan pelanggan dan sebagai
peningkatan popularitas brand. Mobile advertising dapat menjadi bentuk periklanan yang cukup menjanjikan
dan memiliki peluang pertumbuhan yang cukup besar bagi bisnis modern di Indonesia, khususnya bisnis
yang ingin tumbuh melalui smartphone. Sebagai salah satu pasar dengan komoditas pengguna smartphone
tertinggi, Indonesia termasuk yang paling cepat mengadopsi mobile advertising. Berdasarkan hasil
penelitian, ditemukan bahwa kehadiran dari AdMob ini, umumnya disambut dengan cukup baik oleh para
pengembang aplikasi. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa pengembang aplikasi yang merasa
kurang puas dengan kinerja dari AdMob tersebut karena sistem kerja dan segmentasi untuk penayangan
iklan tersebut masih kurang sesuai.

Keywords : Adsense Mobile, Mobile Advertising, Telepon Pintar, Pengembang Aplikasi, Pengiklan
PENDAHULUAN

Adsense Mobile (Admob) menjadi sebuah hal yang tidak umum bagi para pengembang
aplikasi. Kehadiran AdMob bagi pengembang aplikasi menjadi suatu fenomena tersendiri. Adsense
Mobil (AdMob) adalah salah satu platform terbesar di dunia mobile advertising dan telah melayani
lebih dari 40 miliar banner mobile dan iklan teks per bulan di seluruh situs web mobile dan sejenis
(Wali 2017). AdMob telah diakuisisi oleh google sejak tahun 2009. Admob menjadi layanan beriklan
untuk platform mobile, seperti Android, IOS, Flash Lite, WebOS, dan berbagai browser web mobile
standar yang digunakan oleh mitra google dalam melakukan promosi.

AdMob memungkinkan penggunanya untuk dapat memutuskan bentuk atau jenis iklan
seperti yang ingin mereka tampilkan dan dapat menetapkan filter-nya sendiri sehingga hanya iklan
yang relevan yang ditampilkan. Berdasarkan jaringan iklan, terdapat empat bentuk iklan yaitu:
Banner ads, Video ads, Native ads, Full page interstitials ads (iklan yang muncul untuk menutupi
seluruh layar ponsel pengguna). Pengiklan yang ingin memanfaatkan penempatan dalam aplikasi ini
dapat menggunakan Iklan Google untuk muncul di lokasi iklan AdMob.

AdMob menjadi pilihan bagi pengembang mobile application untuk menghasilkan uang
(monetisasi) dari mobile advertising di aplikasi mereka. Terdapat beberapa platform mobile
advertising lainnya seperti Google ads, Facebook/ Instagram ads, Bing ads, AdMob, AdColony,
Tubemogul, dan Airpush. Tetapi Salah satu platform mobile advertising paling populer adalah
AdMob (Muhammad 2018). AdMob sendiri selalu berusaha untuk mengembangkan fiturnya. Salah
satunya adalah "smart segmentation", sehingga pengguna yang tidak ingin membeli aplikasi, maka
harus menonton iklan sebagai ganti pembayaran atas aplikasi tersebut di smartphone-nya.

Tapi ternyata AdMob ini ditanggapi dengan berbagai komentar oleh para pengembang
aplikasi. Ada pengembang aplikasi yang menyukai AdMob dan setia menggunakannya. Adapula
pengembang aplikasi yang tidak puas atas AdMob dan memilih untuk tidak menggunakannya lagi.

Pengembang aplikasi tentunya tidak hanya melihat pada pengembangan aplikasi


dikembangkannya saja, namun juga keuntungan yang bisa didapatkannya. AdMob diharapkan bisa
menjadi penghasil uang (monetisasi) dari mobile advertising di aplikasi mereka. Mobile advertising
sendiri saat ini menjadi hal yang menarik di dalam dunia online. Menurut penelitian yang dirilis
PwC, pendapatan mobile advertising di Indonesia diperkirakan meningkat empat kali lipat dari US
$6 juta di tahun 2013 menjadi US $24 juta pada tahun 2018 (Eka 2017). Mobile advertising saat ini
dapat dikatakan menjadi salah satu pendekatan yang paling dominan bagi sebuah bisnis modern
untuk memperluas jangkauan pelanggan dan sebagai peningkatan popularitas brand.

“Kami telah melihat bahwa konsumen di Asia rata-rata cenderung lebih banyak
menggunakan pembelian dalam aplikasi dibandingkan pengguna lain di seluruh dunia. Bagi
Indonesia, kami memperkirakan pertumbuhan belanja iklan digital yang terus berlanjut
didorong oleh industri seperti sektor e-niaga, teknologi keuangan, game dan sektor FMCG.
Bahkan pasar dewasa seperti Singapura tidak sebanding dengan Indonesia” pernyataan dari
Paul Michio McCarthy, Sales Director Asia Pacific AppsFlyer.

Lebih lanjut lagi, Paul Michio McCarthy memberikan pernyataannya bahwa:

“Data kami menunjukkan bahwa iklan video paling sesuai untuk game mobile, memberikan
tingkat retensi 34 persen lebih tinggi daripada iklan non-video. Iklan video dapat disamakan
dengan cuplikan film; Karena spesifisitas kontennya, iklan video secara otomatis menyaring
pengguna yang tidak tertarik saat menarik minat orang-orang yang tertarik”(Eka 2017).

Meninjau dari pernyataan Paul, mobile advertising dapat menjadi bentuk periklanan yang
cukup menjanjikan dan memiliki peluang pertumbuhan yang cukup besar bagi bisnis modern di
Indonesia, khususnya bisnis yang ingin tumbuh melalui smartphone. Sebagai salah satu pasar
dengan komoditas pengguna smartphone tertinggi, Indonesia termasuk yang paling cepat
mengadopsi mobile advertising.

Tingginya penggunaan smartphone didorong pula oleh sejumlah faktor, tetapi yang paling
signifikan memberikan pengaruh adalah aplikasi (software) dan pasar aplikasi. Jaringan yang
mumpuni seperti kehadiran teknologi 4G atau Long Term Evolution (LTE), juga cukup memicu
populasi smartphone lebih banyak lagi. Hal ini pada akhirnya mendorong tumbuhnya ekosistem
digital lebih lengkap karena hadirnya beragam aplikasi dan konten yang semakin diminati
masyarakat, baik hiburan, e-commerce, kesehatan, bisnis, game, pendidikan, maupun lainnya (Arief
2018).

Berdasarkan laporan e-Marketer, Indonesia akan melampaui 100 juta pengguna smartphone
aktif pada tahun 2018, menjadikannya negara dengan populasi pengguna smartphone terbesar
keempat di dunia, berada di belakang China, India, dan Amerika Serikat.

Gambar 1. Jumlah Pengguna Aktif Smartphone Di Indonesia Dari Tahun 2013 Hingga 2018
(Millward 2014)

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bawah jumlah pengguna smartphone sekitar 103 juta.
Jumlah penggunaan smartphone yang begitu besar oleh masyarakat menunjukkan minat
masyarakat karena kecanggihan dari smartphone itu sendiri. Kecanggihan smartphone dapat dilihat
dari berbagai fitur yang dimiliki setiap tipe smartphone seperti kecepatan akses internet, akses
informasi yang cepat transfer data, yang menyamakan keunggulan sebuah komputer yang
mendukung berbagai tipe data dan dimudahkan dengan layanan aplikasi yang dapat didapatkan
secara gratis(Wali 2017). Pada masa kini, baik Individu dan organisasi dapat mengembangkan dan
juga menerbitkan aplikasi, serta bentuk monetisasi yang paling populer adalah mobile advertising
atau mobile advertising (Vallina-Rodriguez and Shah 2012)

Sementara itu, berdasarkan, data dari Statis 2018, jumlah pengguna smartphone di seluruh
dunia mencapai 2,53 juta pada tahun 2018. Lalu, Android Google dan iOS Apple adalah dua sistem
operasi smartphone terpopuler pada industri ini (Nks 2018).
Berikut ini data statista 2018, yang menggambarkan jumlah pengguna smartphone di
seluruh dunia dari tahun 2014 hingga 2020.

Gambar 2. Jumlah Pengguna Smartphone Di Seluruh Dunia Dari Tahun 2014 Hingga 2020 (Nks
2018)

Perkembangan smartphone dimulai dari pengenalan smartphone pertama bernama IBM


Simon Personal Communicator. Lalu kehadiran Nokia 9000 Communicator yang layak disebut
sebagai ponsel yang pertama kali menjadi smartphone. Setelah itu mulailah bermunculan berbagai
smartphone dari berbagai brand.

Berdasarkan penelitian terakhir dari Muhammad Wali tahun 2017 berjudul Adsense Mobile
dan Respon Pengguna Smartphone: Intrusiveness dan Irritation menunjukkan bahwa semakin
konsumen merasa bahwa iklan yang muncul pada smartphone, Adsense Mobile (Admob)
mengganggu kenyamanan mereka (intrusive), selain itu semakin tinggi perasaan marah (irritation)
yang muncul pada diri pengguna smartphone dari iklan yang muncul. Perasaan marah konsumen
berpengaruh negatif dalam pembentukan sikap pada Adsense Mobile (Admob) dan sikap pada
produk yang diiklankan. Semakin baik sikap pada Adsense Mobile (Admob) berpengaruh pada
semakin positif sikap konsumen pada produk yang diiklankan. Tetapi penelitian ini hanya melihat
sisi pengguna saja. Lalu dengan berbagai pemaparan diatas, AdMob sebagai salah satu platform
advertising ini, apakah akhirnya memberikan dampak yang baik atau buruk bagi pengembang
aplikasi?

Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah mobile advertising pada
smartphone bagi pengembang aplikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dampak
mobile advertising pada smartphone bagi pengembang aplikasi. Manfaat dari penelitian ini adalah
(1) mengetahui dampak mobile advertising pada smartphone bagi pengembang aplikasi. (2) bagi
penyedia jasa, dapat mengetahui dampak mobile advertising bagi pengembang aplikasi sehingga
lebih meningkatkan kualitas jasanya.

Penelitian akan melihat satu konsep yang akan ditelaah lebih lanjut yaitu konsep mobile
advertising, serta akan lebih berfokus kepada mobile advertising pada aplikasi.
METODE

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan pendekatan kualitatif dengan metode desktiptif,
melalui pengumpulan data yaitu studi literatur. Studi literatur adalah teknik penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku, majalah, leaflet yang berkenaan
dengan masalah dan tujuan penelitian (Danial E 2009). Melalui studi literatur, akan dapat terungkap
berbagai teori atau konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti sebagai
bahan pembahasan yang relevan, serta juga dapat melengkapi hasil penelitian dengan
menggunakan beberapa literature lainnya seperti jurnal, buku, artikel dan yang lainny, yang
berhubungan dengan tujuan penelitian.

Dalam menggunakan teknik studi literature, tentunya peneliti juga melakukan penambahan
informasi yang diperlakukan melalui pembelajaran dan pembacaan beberapa buku maupun jurnal
yang berhubungan dengan dengan penelitian, agar mendapatkan informasi tambahan yang dapat
mendukung hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adsense Mobile

Adsense Mobile (AdMob) menjadi sebuah hal yang tidak umum bagi para pengembang
aplikasi. Kehadiran AdMob bagi pengembang aplikasi menjadi suatu fenomena tersendiri. AdMob
menjadi pilihan bagi pengembang mobile application untuk menghasilkan uang (monetisasi) dari
mobile advertising di aplikasi mereka.

Admob merupakan salah satu perusahaan advertising berbasis mobile terbesar di dunia
yang dimiliki perusahaan Google, yang mengklaim memiliki lebih dari 40 miliar banner yang siap
ditayangkan dalam aplikasi, dan apabila iklan tersebut di klik oleh pengguna aplikasi, maka
pengembang sebagai aplikasi akan dibayar sesuai ketentuan iklan.

AdMob adalah platform gratis yang memberi cara untuk menghasilkan uang dengan
menampilkan iklan yang ditargetkan di samping konten aplikasi. Melalui AdMob, dapat
menampilkan iklan yang menarik dan relevan ke pengguna aplikasi dan bahkan menyesuaikan
tampilan serta nuansa iklan agar sesuai dengan aplikasi.

AdMob menjadi cara mudah untuk memonetisasi aplikasi seluler dengan iklan bertarget
dalam aplikasi. Jika AdMob digunakan dengan Google Analytics untuk firebase, maka pengembang
aplikasi dapat memperoleh tambahan kemampuan analitis dan data penggunaan aplikasi.

Pada awalnya, AdMob didirikan oleh Omar Hamoui. Hamoui mendirikan AdMob pada tahun
2006 di San Mateo, California. Sejak awal kemunculannya, perusahaan AdMob mendapat respon
luar biasa dari para advertising yang ingin bekerja sama. Pada tahun 2009, AdMob resmi diakuisisi
Google dengan nilai mencapai 750 juta dollar Amerika. Pada kala itu, perusahaan Apple juga
tertarik untuk mengakuisisi AdMob namun apple kalah penawaran dengan Google.

Adsense mobile saat ini telah melayani telah melayani lebih dari 40 miliar banner mobile
dan iklan teks per bulan di seluruh situs web mobile dan sejenis (Wali 2017). Admob menjadi
layanan beriklan untuk platform mobile, seperti Android, IOS, Flash Lite, WebOS, dan berbagai
browser web mobile standar yang digunakan oleh mitra google dalam melakukan promosi.

AdMob memungkinkan penggunanya untuk dapat memutuskan bentuk atau jenis iklan
seperti yang ingin mereka tampilkan dan dapat menetapkan filter-nya sendiri sehingga hanya iklan
yang relevan yang ditampilkan. Berdasarkan jaringan iklan, terdapat empat bentuk iklan yaitu:
Banner ads, Video ads, Native ads, Full page interstitials ads (iklan yang muncul untuk menutupi
seluruh layar ponsel pengguna). Pengiklan yang ingin memanfaatkan penempatan dalam aplikasi ini
dapat menggunakan Iklan Google untuk muncul di lokasi iklan AdMob.

Pada AdMob, AdMob akan secara otomatis menayangkan iklan pada aplikasi pengembang
dari Jaringan AdMob dan jaringan pihak ketiga yang pengembang aplikasi pilih. Iklan ini dapat
ditargetkan ke konten dan audiens aplikasi. Jika pengembang aplikasi ingin mengatur apa yang
muncul di aplikasinya, Pengembang aplikasi dapat memblokir iklan dari pengiklan dan kategori
tertentu agar tidak ditampilkan di aplikasinya.

Fitur terbaru dari Admob adalah "smart segmentation", sehingga pengguna yang tidak ingin
membeli aplikasi, maka harus menonton iklan sebagai ganti pembayaran atas aplikasi tersebut di
smartphone-nya. Fitur ini baru diluncurkan pada Maret 2019. Fitur ini pun masih dikaji terus
menerus oleh Google.

Jmon sebagai salah seorang pengembang aplikasi menceritakan pengalamannya terkait


dengan dengan Admob pada forum android, berjudul “Bad experience with Interstitials & AdMob
recommendations”. Jmon menceritakan bahwa ia pernah menggunakan Admob, berbentuk banner.

“Hai, Saya ingin berbagi pengalaman saya dengan pengantara, dan rekomendasi
*mengagumkan* dari Admob. Salah satu aplikasi saya menjalankan iklan Admob, tetapi
hanya banner saja. Hal yang baik adalah tidak memerlukan izin yang sulit dan saya memiliki
banyak unduhan dan tingkat retensi yang cukup bagus. Saya mendapat cukup uang dari itu
dan selalu naik. Saya berada di posisi kedua kata kunci pencarian yang terkait dengan
aplikasi saya, jadi saya memiliki tingkat pemasangan yang baik, peringkat aplikasi saya
sekitar 3,6 pada waktu itu. Kemudian, saya menerima panggilan telepon dari Google Admob
Singapore. Kami berbicara sekitar 40 menit di telepon. Pada dasarnya mereka ingin
berbicara kepada saya tentang cara meningkatkan pendapatan dengan aplikasi saya.
Mereka memiliki teknik yang sangat agresif, yang saya pikir tidak sesuai dengan ide saya
tentang apa yang seharusnya menjadi sebuah aplikasi. Mereka menyarankan hal-hal
seperti: (1) Menambahkan Pengantara dan mendorong untuk itu. Mereka mengatakan
kepada saya untuk menempatkan satu pengantara setiap 1 menit, setelah melakukan suatu
tindakan; (2) Menyimpan iklan banner saya; (3) Menambahkan langganan, seperti
pembayaran mingguan untuk melihat konten aplikasi saya, jika tidak dibatasi hanya melihat
10% saja; (4) Dalam pembelian aplikasi untuk menghapus iklan, buka kunci konten, (5) Push
notifications. Saya menemukan rekomendasi ini sangat berorientasi pada uang, dan tidak
menghormati user. Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya pikir para user tidak akan
menyukai aplikasi karena jumlah iklan. Mereka mengatakan kepada saya bahwa ini akan
meningkatkan pemasangan versi berbayar dari aplikasi saya yang tidak memiliki iklan.
Mereka juga menyarankan agar saya menambahkan berlangganan mingguan untuk
menghapus iklan. Saya juga bertanya kepada mereka bahwa 1 iklan setiap menit agak
terlalu banyak. Mereka mengatakan bahwa mereka melakukan survei dan ini angka yang
bagus. Jadi saya pikir saya akan melakukan sesuatu. Saya menambahkan pengantara ke
aplikasi saya. Saya menampilkan 1 iklan setiap 1:30 menit. Saya tidak ingin hanya merilis
pembaruan dengan lebih banyak iklan. Jadi saya benar-benar bekerja keras untuk
menambahkan fitur baru dan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan,
dan merilis pengantara ditambah aplikasi baru. Bagian baiknya adalah saya melihat
peningkatan pendapatan, tetapi hanya selama seminggu. Setelah itu turun. Lalu ada
beberapa konsekuensinya. Segera saya melihat tingkat pemasangan saya turun, dalam 2
minggu turun sekitar 20-30%. Saya juga memperhatikan bahwa durasi sesi rata-rata turun
lebih dari setengahnya (dari 4 menit menjadi 1:30 - 2:00 menit). Itu menunjukkan dalam
kasus saya bahwa pengguna akan meninggalkan aplikasi setelah melihat pengantara
pertama. Karena tingkat pemasangan yang lebih rendah, aplikasi saya turun dari posisi ke-2
ke-8. Itu mendorong laju instal lebih rendah lagi. Sebelumnya, selama sekitar 2 tahun,
"pemasangan saat ini oleh perangkat" saya selalu positif, tidak pernah turun. Sejak
perubahan, itu terus menerus turun. Cukup lucu, tidak ada yang membeli versi berbayar
saya lagi! Sekarang, saya telah kehilangan 50% dari pendapatan saya yang biasa, dan saya
harus membangun kembali kepercayaan dan peringkat dari awal (Jmon, 2015).

Adapula cerita dari pengembang aplikasi bernama Fingerroos. Ia menceritakan


menceritakan pengalamannya terkait dengan dengan Admob. Kisahnya ditampilkan pada web
Google AdMob berjudul “Fingersoft Memulai Bisnis Aplikasinya dengan Google AdMob”.
Perusahaannya sangat mengandalkan iklan internal AdMob yaitu cara untuk mempromosikan silang
semua properti Fingersoft dengan memproses iklan di seluruh aplikasi Fingersoft tanpa dikenai
biaya.

“Dengan kumpulan iklan yang besar, pengembang seperti kami tidak perlu
mengkhawatirkan pengelolaan tayangan yang tidak terisi atau memikirkan tentang
jaringan iklan mereka supaya mempertahankan kinerjanya seiring peningkatan yang
mereka raih. Kecepatan di mana pengembang dapat meraih jumlah unduhan yang tinggi
dan kenyataan bahwa pembaruan aplikasi dibutuhkan untuk solusi monetisasi yang terus
berubah membuat skalabilitas jaringan iklan menjadi pertimbangan yang serius – dan
bersama AdMob, tidak pernah ada masalah dengan skalabilitas. Saya membuat aplikasi ini
dalam waktu yang singkat. Saya merasa sedikit aneh ketika tiba-tiba berada di puncak
daftar unduhan dan mendapatkan ulasan bagus. Seketika itu juga, pendapatan iklan dari
AdMob mulai mengalir. AdMob memiliki rasio pengisian hamper 100% dan BPSe yang
bagus, sehingga AdMob benar-benar kami butuhkan untuk menghasilkan uang di aplikasi
gratis kami. Kami tidak perlu mengkhawatirkan sama sekali tentang tayangan yang tidak
terisi dan kami dapat meraih jumlah unduhan yang tinggi dengan cepat. AdMob
mempermudah pertumbuhan dan monetisasi dengan cepat.” (Jmon 2015)

Bagi Fingerroos, AdMob dianggap sebagai dasar monetisasi dan promosi aplikasi. Baginya
AdMob masuk akal karena merupakan jaringan iklan terbesar untuk aplikasi seluler, memiliki
puluhan ribu pengiklan, dan telah menghasilkan pendapatan yang dapat diandalkan sebelumnya.

Mobile advertising
Mobile advertising saat ini dapat dikatakan menjadi salah satu pendekatan yang paling
dominan bagi sebuah bisnis modern untuk memperluas jangkauan pelanggan dan sebagai
peningkatan popularitas brand.

Haghirian et al. mendefinisikan mobile advertising sebagai tindakan mentransmisikan pesan


promosi kepada konsumen dalam bentuk informasi pribadi dan sensitif pada waktu dan lokasi
melalui media seluler interaktif (Wang 2019).

Mobile advertising (mobile advertising) adalah bagian dari pemasaran seluler. Mobile
advertising sendiri didefinisikan sebagai “pesan komersial berbasis teks dan grafik yang dikirim ke
konsumen melalui perangkat seluler.” Iklan ini dapat muncul dalam berbagai format seperti banner
dan video serta dapat dimasukkan ke berbagai properti seluler seperti sebagai situs web yang
dioptimalkan untuk seluler, aplikasi dan game, dan lainnya (Kenton 2018).

Namun, terlepas dari kemampuan mobile advertising untuk mencapai konsumen yang
sempit dan tertarget, serta terbatas pada tempat pesan dikirim seperti seringkali ketika seseorang
sedang online di rumah atau di kantor. Sekarang perangkat seluler, terutama smartphone, banyak
digunakan, mobile advertising membantu pemasar mengirimkan kampanye, juga konsumen yang
luas dan sempit, di mana pun mereka berada. Kemampuannya untuk menangkap lokasi seseorang
dan menayangkan iklan di ponsel secara tepat waktu, kontekstual, tidak seperti saluran pemasaran
lainnya. Dengan demikian, smartphone semakin banyak digunakan sebagai sarana pemasaran
karena kemampuannya untuk menargetkan pelanggan secara efektif, mempersonalisasikan konten,
dan menyediakan lingkungan yang interaktif bagi pelanggan karena sifat perangkat (Kenton, 2018).

Mobile advertising adalah jenis iklan yang muncul di perangkat seluler seperti ponsel pintar
dan tablet yang memiliki koneksi nirkabel. Sebagai bagian dari pemasaran seluler, mobile
advertising dapat terjadi sebagai iklan teks melalui SMS, atau iklan banner yang muncul tertanam di
situs web seluler, di aplikasi yang diunduh, atau di game seluler. Teknologi seluler yang digunakan
oleh perusahaan seperti Google dan Facebook menyesuaikan mobile advertising berdasarkan
riwayat penelusuran web individu, lokasi geografis, dan dengan data yang dikumpulkan oleh
kebiasaan belanja. Karena perangkat seluler biasanya memiliki layar lebih kecil daripada komputer
atau laptop, bentuk iklan digital ini biasanya dioptimalkan untuk tampilan kecil dengan ringkas
(Kenton 2018).

Karena jumlah perangkat seluler lebih banyak daripada televisi, hampir 3 banding 1, peluang
pelanggan potensial melihat mobile advertising lebih besar daripada sebagian besar bentuk
periklanan lainnya saat ini. Salah satu model populer dalam mobile advertising dikenal sebagai
biaya per pemasangan (CPI), di mana pembayaran didasarkan pada pengguna yang memasang
aplikasi di perangkat seluler mereka. Jaringan mobile advertising CPI berfungsi sebagai incent atau
non-incent. Dalam model incent, pengguna diberikan poin virtual atau hadiah untuk menginstal
game atau aplikasi(Kenton 2018).

Bentuk awal dari mobile advertising terjadi melalui pesan pengujian SMS, tetapi telah
dengan cepat berevolusi menjadi mobile advertising dan web dalam aplikasi. Banyak aplikasi
menawarkan versi gratis yang dapat diunduh tanpa biaya, tetapi dibayar dengan penempatan iklan
di dalam aplikasi. Iklan tersebut dapat dihapus dengan membeli versi aplikasi lengkap atau
premium. Versi situs web seluler juga memiliki iklan yang telah dioptimalkan untuk tampilan seluler
yang lebih kecil daripada yang akan muncul di versi lengkap situs web yang sama (Kenton 2018).
Mobile advertising juga bekerja sama dengan pemasaran seluler, yang menggunakan data
pribadi yang dikumpulkan dan teknologi seperti layanan lokasi untuk mempersonalisasi iklan
berdasarkan preferensi pengguna, kebiasaan, atau lokasi. Beberapa mobile advertising dapat
muncul hanya ketika pengguna seluler berada dekat dengan toko atau penyedia layanan tertentu.
Penempatan mobile advertising berfungsi melalui proses penawaran terprogram untuk
penempatan iklan, di mana pengiklan menawar secara real time untuk hak menempatkan iklan di
perangkat seluler. Infrastruktur yang memungkinkan untuk proses ini dikenal sebagai platform sisi
permintaan (DSP). Penggunaan platform semacam itu memungkinkan pengiklan untuk
mengoptimalkan kinerja mereka berdasarkan sejumlah indikator kinerja utama (KPI), seperti biaya
efektif per klik (eCPC) dan biaya efektif per tindakan (eCPA) (Kenton 2018).

Sebagai bentuk iklan baru, dibandingkan dengan iklan media lainnya, mobile advertising
terutama memiliki karakteristik utama sebagai berikut: (1) Akurasi; (2) Instant; (3) Karakteristik
interaksi; (4) Difusibilita; (5) Integritas; (6) Dapat diukur; (7) Biaya rendah.

Ekosistem dari Mobile advertising

Publishers, Advertisers, dan Ad networks adalah tiga komponen utama dari mobile
advertising. Publisher dalam mobile dapat juga menjadi pengembang aplikasi atau application
developer yang mungkin menyisakan beberapa wilayah layar untuk memberi informasi. Application
advertising berupa seperti banner ads. Advertiser menjadi pengatur kampanye iklan untuk
menampilkan iklannya kepada pengguna tertentu di aplikasi jika diminta oleh publisher. Sebagai
imbalannya, advertiser akan membayar publisher untuk menayangkan iklan mereka, yang
berpotensi untuk bias menghasilkan lebih banyak transaksi nanti dari pengguna jika mereka
tertarik. Agar publisher dapat terhubung dengan advertiser, maka dibentuklah Ad network. Melaui
kemitraannya dengan jutaan publiher, Ad network dapat mengintegrasikan informasi pengguna
yang disumbangkan oleh aplikasi yang berpartisipasi, menghasilkan profil untuk memprediksi
berbagai atribut pengguna (misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan) dan menggunakan
profil ini untuk mendorong kampanye iklan bertarget dari Advertiser ke grup pengguna tertentu.
Pengumpulan data dan pembuatan profil semacam itu sangat penting bagi ketiga pihak, karena
penargetan yang akurat sangat penting untuk efektivitas pengiriman iklan dan peningkatan
pendapatan penerbit (Meng 2017).

Targeting in Mobile advertising

Ad networks dapat memantau aktivitas aplikasi, daftar aplikasi, model perangkat, dan
sebagainya. Pada perangkat seluler untuk secara otomatis mengumpulkan dan menyimpulkan profil
demografis dan minat pengguna. Informasi seperti demografi, lokasi geografis, dll. Juga dapat
disediakan dari pengembang aplikasi melalui API kontrol iklan untuk penargetan kualitas yang lebih
baik untuk mempertahankan tingkat klik per tayang yang lebih tinggi, sehingga menghasilkan
pendapatan yang lebih tinggi. Pada platform besar seperti Android, karena sebagian besar
pengguna akan masuk ke akun Google mereka sebelum mulai menggunakan perangkat, lebih
banyak informasi pribadi dapat dikumpulkan dari akun ini. Dengan semua jalur potensial untuk
pengumpulan informasi, jaringan iklan dapat menggunakan fitur pribadi ini untuk membuat atau
memperbarui profil pengguna, dan mendorong iklan dalam aplikasi yang dipersonalisasi kepada
pengguna yang ditargetkan. Kami telah mempelajari antarmuka yang disediakan oleh jaringan iklan
utama, misalkan Google bagi pengiklan untuk menentukan populasi target mereka, dan
menyimpulkan jaringan iklan umumnya menyediakan tiga jenis penargetan berikut: penargetan
topik, penargetan minat, dan penargetan demografis. Penawaran seperti itu kepada pengiklan
menunjukkan bahwa jaringan iklan memiliki setidaknya beberapa perkiraan untuk setiap pengguna
mengenai atribut yang dapat digunakan untuk penargetan (Meng, 2017).

Topic Targeting

Penargetan topik memungkinkan pengiklan menempatkan mobile advertising mereka di


aplikasi yang terkait dengan konten iklan. Cukup dengan memilih satu atau beberapa topik iklan
melalui antarmuka jaringan iklan, pengiklan dapat membuat jaringan iklan dikirim ke aplikasi yang
relevan. Misalnya, dengan menargetkan topik "Otomotif & Kendaraan", pengiklan dapat
memastikan bahwa iklan terkait otomatis didorong ke aplikasi yang menyertakan konten tentang
mobil atau tema otomotif lainnya. Subtopik yang lebih tepat, seperti "Truk & SUV", juga termasuk
dalam topik umum "Otomotif & Kendaraan" untuk mencapai penargetan topik yang lebih efektif
(Meng, 2017).

Interest Targeting

Penargetan minat mencakup menjangkau pengguna yang tertarik pada produk dan layanan
yang serupa dengan yang ditawarkan pengiklan, bahkan ketika mereka menggunakan aplikasi yang
tidak terkait langsung dengan produk atau layanan yang diiklankan. Profil minat pengguna dapat
dibuat sebelumnya oleh jaringan iklan, berdasarkan pola penggunaan pengguna pada perangkat
seluler, kategori iklan yang telah mereka klik sebelumnya, dan sebagainya. Korelasi lintas platform
untuk profil minat mungkin juga diperlukan untuk menemukan pengguna yang sama di PC dan
ponsel. Dengan meminta pengiklan memilih kategori minat, jaringan iklan dapat beriklan kepada
mereka yang telah menunjukkan minat pada kategori yang sama sebelumnya di profil mereka
(Meng, 2017).

Demographic Targeting.

Pengiklan menggunakan penargetan demografis untuk menayangkan iklan kepada


pengguna yang berada dalam grup demografis yang dipilih. Misalnya, jika bisnis yang diiklankan
melayani sekelompok pengguna tertentu dalam rentang usia tertentu misalkan Orang yang lebih
muda lebih suka mobil sport), maka iklan yang ditargetkan untuk kelompok orang itu lebih efektif
daripada yang lain (Meng, 2017).

Menurut penelitian yang dirilis PwC, pendapatan mobile advertising di Indonesia


diperkirakan meningkat empat kali lipat dari US $6 juta di tahun 2013 menjadi US $24 juta pada
tahun 2018 (Eka 2017).

“Kami telah melihat bahwa konsumen di Asia rata-rata cenderung lebih banyak
menggunakan pembelian dalam aplikasi dibandingkan pengguna lain di seluruh dunia. Bagi
Indonesia, kami memperkirakan pertumbuhan belanja iklan digital yang terus berlanjut
didorong oleh industri seperti sektor e-niaga, teknologi keuangan, game dan sektor FMCG.
Bahkan pasar dewasa seperti Singapura tidak sebanding dengan Indonesia” pernyataan dari
Paul Michio McCarthy, Sales Director Asia Pacific AppsFlyer.

Lebih lanjut lagi, Paul Michio McCarthy memberikan pernyataannya bahwa:

“Data kami menunjukkan bahwa iklan video paling sesuai untuk game mobile, memberikan
tingkat retensi 34 persen lebih tinggi daripada iklan non-video. Iklan video dapat disamakan
dengan cuplikan film; Karena spesifisitas kontennya, iklan video secara otomatis menyaring
pengguna yang tidak tertarik saat menarik minat orang-orang yang tertarik” (Eka, 2017).

Meninjau dari pernyataan Paul, mobile advertising dapat menjadi bentuk periklanan yang
cukup menjanjikan dan memiliki peluang pertumbuhan yang cukup besar bagi bisnis modern di
Indonesia, khususnya bisnis yang ingin tumbuh melalui smartphone. Sebagai salah satu pasar
dengan komoditas pengguna smartphone tertinggi, Indonesia termasuk yang paling cepat
mengadopsi mobile advertising.

PEMBAHASAN

Mobile advertising saat ini dapat dikatakan menjadi salah satu pendekatan yang paling
dominan bagi sebuah bisnis modern. Kehadiran mobile advertising ini, mengikuti perkembangan
dari teknologi komunikasi dan informasi itu sendiri, yaitu perkembangan telepon menjadi telepon
seluler lalu menjadi smartphone. Kehadiran bentuk iklan baru ini tentunya akan diikuti juga oleh
dampak. Dampak ini akan dirasakan oleh para pelaku yang terlibat pada mobile advertising.

Mobile advertising (mobile advertising) adalah bagian dari pemasaran seluler. Mobile
advertising sendiri didefinisikan sebagai “pesan komersial berbasis teks dan grafik yang dikirim ke
konsumen melalui perangkat seluler.” Iklan ini dapat muncul dalam berbagai format seperti banner
dan video serta dapat dimasukkan ke berbagai properti seluler seperti sebagai situs web yang
dioptimalkan untuk seluler, aplikasi dan game, dan lainnya (Kenton 2018).

Lalu terdapat definisi lainnya terhadap mobile advertising. Haghirian et al. mendefinisikan
mobile advertising sebagai tindakan mentransmisikan pesan promosi kepada konsumen dalam
bentuk informasi pribadi dan sensitif pada waktu dan lokasi melalui media seluler interaktif (Wang,
2018).

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa adevertising merupakan bagian


dari pemasaran seluler yang mentransmisikan pesan promosi berbasis teks dan grafik kepada
konsumen dalam bentuk informasi pribadi dan sensitif pada waktu dan lokasi tertentu melalui
perangkat seluler interaktif. Iklan ini dapat muncul dalam berbagai format seperti banner dan video
serta dapat dimasukkan ke berbagai properti seluler seperti sebagai situs web yang dioptimalkan
untuk seluler, aplikasi dan game, dan lainnya.

Sebagai bentuk iklan baru, mobile advertising memiliki karakteristik utama sebagai berikut:
(1) Akurasi; (2) Instant; (3) Karakteristik interaksi; (4) Difusibilita; (5) Integritas; (6) Dapat diukur;
(7) Biaya rendah. Dengan perkembangan seluler menjadi smartphone, maka pemasar mengirimkan
kampanye, juga konsumen yang luas dan sempit, di mana pun mereka berada. Kemampuannya
untuk menangkap lokasi seseorang dan menayangkan iklan di ponsel secara tepat waktu,
kontekstual, tidak seperti saluran pemasaran lainnya. Dengan demikian, smartphone semakin
banyak digunakan sebagai sarana pemasaran karena kemampuannya untuk menargetkan
pelanggan secara efektif, mempersonalisasikan konten, dan menyediakan lingkungan yang
interaktif bagi pelanggan karena sifat perangkat tersebut.

Mobile advertising dapat terjadi pada berbagai platform termasuk di aplikasi yang diunduh,
atau di game seluler. Teknologi seluler yang digunakan oleh perusahaan seperti Google dan
Facebook menyesuaikan mobile advertising berdasarkan riwayat penelusuran web individu, lokasi
geografis, dan dengan data yang dikumpulkan oleh kebiasaan belanja. Karena perangkat seluler
biasanya memiliki layar lebih kecil daripada komputer atau laptop, bentuk iklan digital ini biasanya
dioptimalkan untuk tampilan kecil dengan ringkas. Salah satu model populer dalam mobile
advertising dikenal sebagai biaya per pemasangan (CPI), di mana pembayaran didasarkan pada
pengguna yang memasang aplikasi di perangkat seluler mereka. Jaringan mobile advertising CPI
berfungsi sebagai incent atau non-incent. Dalam model incent, pengguna diberikan poin virtual
atau hadiah untuk menginstal game atau aplikasi. Banyak aplikasi menawarkan versi gratis yang
dapat diunduh tanpa biaya, tetapi dibayar dengan penempatan iklan di dalam aplikasi. Iklan
tersebut dapat dihapus dengan membeli versi aplikasi lengkap atau premium.

Mobile advertising juga bekerja sama dengan pemasaran seluler, yang menggunakan data
pribadi yang dikumpulkan dan teknologi seperti layanan lokasi untuk mempersonalisasi iklan
berdasarkan preferensi pengguna, kebiasaan, atau lokasi. Penempatan mobile advertising berfungsi
melalui proses penawaran terprogram untuk penempatan iklan, di mana pengiklan menawar secara
real time untuk hak menempatkan iklan di perangkat seluler. Infrastruktur yang memungkinkan
untuk proses ini dikenal sebagai platform sisi permintaan (DSP). Penggunaan platform semacam itu
memungkinkan pengiklan untuk mengoptimalkan kinerja mereka berdasarkan sejumlah indikator
kinerja utama (KPI), seperti biaya efektif per klik (eCPC) dan biaya efektif per tindakan (eCPA)
(Kenton 2018).

Bila dijelaskan lebih lanjut, Publishers, Advertisers, dan Ad networks adalah tiga komponen
utama dari mobile advertising.

 Publisher dalam mobile dapat juga menjadi pengembang aplikasi yang mungkin menyisakan
beberapa wilayah layar untuk memberi informasi. Application advertising berupa seperti
banner ads.
 Advertiser menjadi pengatur kampanye iklan untuk menampilkan iklannya kepada
pengguna tertentu di aplikasi jika diminta oleh publisher. Sebagai imbalannya, advertiser
akan membayar publisher untuk menayangkan iklan mereka, yang berpotensi untuk bias
menghasilkan lebih banyak transaksi nanti dari pengguna jika mereka tertarik. Agar
publisher dapat terhubung dengan advertiser, maka dibentuklah Ad network.
 Ad network, melalui kemitraannya dengan jutaan publisher, dapat mengintegrasikan
informasi pengguna yang disumbangkan oleh aplikasi yang berpartisipasi, menghasilkan
profil untuk memprediksi berbagai atribut pengguna (misalnya usia, jenis kelamin, tingkat
pendapatan) dan menggunakan profil ini untuk mendorong kampanye iklan bertarget dari
Advertiser ke grup pengguna tertentu. Pengumpulan data dan pembuatan profil semacam
itu sangat penting bagi ketiga pihak, karena penargetan yang akurat sangat penting untuk
efektivitas pengiriman iklan dan peningkatan pendapatan penerbit. Ad networks dapat
memantau aktivitas aplikasi, daftar aplikasi, model perangkat, dan sebagainya.

Pada perangkat seluler untuk secara otomatis mengumpulkan dan menyimpulkan profil
demografis dan minat pengguna. Informasi seperti demografi, lokasi geografis, dll. Juga dapat
disediakan dari pengembang aplikasi melalui API kontrol iklan untuk penargetan kualitas yang lebih
baik untuk mempertahankan tingkat klik per tayang yang lebih tinggi, sehingga menghasilkan
pendapatan yang lebih tinggi. Pada platform besar seperti Android, karena sebagian besar
pengguna akan masuk ke akun Google mereka sebelum mulai menggunakan perangkat, lebih
banyak informasi pribadi dapat dikumpulkan dari akun ini. Dengan semua jalur potensial untuk
pengumpulan informasi, jaringan iklan dapat menggunakan fitur pribadi ini untuk membuat atau
memperbarui profil pengguna, dan mendorong iklan dalam aplikasi yang dipersonalisasi kepada
pengguna yang ditargetkan. Kami telah mempelajari antarmuka yang disediakan oleh jaringan iklan
utama, misalkan Google bagi pengiklan untuk menentukan populasi target mereka, dan
menyimpulkan jaringan iklan umumnya menyediakan tiga jenis penargetan berikut: penargetan
topik, penargetan minat, dan penargetan demografis.

Salah satu dari mobile advertising yang cukup popular adalah Adsense Mobile (AdMob).
Admob merupakan salah satu perusahaan advertising berbasis mobile terbesar di dunia yang
dimiliki perusahaan Google, yang mengklaim memiliki lebih dari 40 miliar banner yang siap
ditayangkan dalam aplikasi, dan apabila iklan tersebut di klik oleh pengguna aplikasi, maka
pengembang sebagai aplikasi akan dibayar sesuai ketentuan iklan. AdMob menjadi sebuah hal yang
tidak umum bagi para pengembang aplikasi. Kehadiran AdMob bagi pengembang aplikasi menjadi
suatu fenomena tersendiri. AdMob menjadi pilihan bagi pengembang mobile application untuk
menghasilkan uang (monetisasi) dari mobile advertising di aplikasi mereka. AdMob adalah platform
gratis yang memberi cara untuk menghasilkan uang dengan menampilkan iklan yang ditargetkan di
samping konten aplikasi. Melalui AdMob, dapat menampilkan iklan yang menarik dan relevan ke
pengguna aplikasi dan bahkan menyesuaikan tampilan serta nuansa iklan agar sesuai dengan
aplikasi. AdMob menjadi cara mudah untuk memonetisasi aplikasi seluler dengan iklan bertarget
dalam aplikasi. Jika AdMob digunakan dengan Google Analytics untuk firebase, maka pengembang
aplikasi dapat memperoleh tambahan kemampuan analitis dan data penggunaan aplikasi.

AdMob telah menjadi layanan beriklan untuk platform mobile, seperti Android, IOS, Flash
Lite, WebOS, dan berbagai browser web mobile standar yang digunakan oleh mitra google dalam
melakukan promosi. AdMob memungkinkan penggunanya untuk dapat memutuskan bentuk atau
jenis iklan seperti yang ingin mereka tampilkan dan dapat menetapkan filter-nya sendiri sehingga
hanya iklan yang relevan yang ditampilkan. Berdasarkan jaringan iklan, terdapat empat bentuk iklan
yaitu: Banner ads, Video ads, Native ads, Full page interstitials ads (iklan yang muncul untuk
menutupi seluruh layar ponsel pengguna). Pengiklan yang ingin memanfaatkan penempatan dalam
aplikasi ini dapat menggunakan Iklan Google untuk muncul di lokasi iklan AdMob. AdMob akan
secara otomatis menayangkan iklan pada aplikasi pengembang dari Jaringan AdMob dan jaringan
pihak ketiga yang pengembang aplikasi pilih. Iklan ini dapat ditargetkan ke konten dan audiens
aplikasi. Jika pengembang aplikasi ingin mengatur apa yang muncul di aplikasinya, Pengembang
aplikasi dapat memblokir iklan dari pengiklan dan kategori tertentu agar tidak ditampilkan di
aplikasinya.

AdMob sendiri, dalam update terbarunya, sudah mengeluarkan fitur terbaru bernama
"smart segmentation", sehingga pengguna yang tidak ingin membeli aplikasi, maka harus
menonton iklan sebagai ganti pembayaran atas aplikasi tersebut di smartphone-nya. Fitur ini baru
diluncurkan pada Maret 2019. Fitur ini pun masih dikaji terus menerus oleh Google sebagai pemilik
dari AdMob.

Kehadiran dari AdMob ini, umumnya disambut dengan cukup baik oleh para pengembang
aplikasi (Publisher) dan pengiklan (Advertiser). Jika dibandingkan dengan platform lainnya, AdMob
menjadi salah satu yang popular. Mobil (AdMob) adalah salah satu platform terbesar di dunia
mobile advertising dan telah melayani lebih dari 40 miliar banner mobile dan iklan teks per bulan di
seluruh situs web mobile dan sejenis.
Meskipun demikian, masih terdapat beberapa pengembang aplikasi yang merasa kurang
puas dengan kinerja dari AdMob tersebut karena sistem kerja dan segmentasi untuk penayangan
iklan tersebut masih kurang sesuai. Namun dengan adanya fitur terbaru dari Google, pemilik
AdMob bernama "smart segmentation" menjadi langkah baik dari AdMob. Kehadiran AdMob
sebagai Ad Network dalam mobile advertising tentunya akan dapat menjadi hal bagus bagi lingkup
mobile advertising, khususnya mobile advertising pada aplikasi smartphone.

Data statistik dari PubMatic tahun 2019 menunjukkan bahwa mobile advertising di
Indonesia memiliki prospek yang bagus. Teknologi dalam bentuk mobile kini hampir menjadi tren
teknologi secara umum juga ikut mendorong pertumbuhan belanja mobile ads di seluruh dunia.
PubMatic memperkirakan total belanja mobile ads di tahun ini akan melebihi $200 miliar (sekitar
$2.811 triliun). Tingkat pertumbuhan di sektor ini pun disebut PubMatic akan tetap berada di
wilayah dua digit hingga 2022. Berdasarkan data PubMatic, In-app purchase, atau pembelian atau
transaksi di dalam aplikasi, bisa dibilang sebagai salah satu pendorong utama angka peningkatan
belanja mobile ads ini. Lebih lanjut, menurut PubMatic, adopsi internet seluler di kalangan
konsumen memang didorong oleh aplikasi. User lebih banyak menghabiskan lebih banyak waktu di
aplikasi dibandingkan melalui mobile web. Pada triwulan kedua tahun lalu saja pengguna perangkat
mobile yang mengunduh aplikasi digital di seluruh dunia hampir mendekati 30 juta, sehingga, dapat
dikatakan bahwa memajang promosi atau berkampanye melalui aplikasi kini telah menjadi tren.
Maka tidak mengherankan jika saat ini hampir semua aplikasi menyediakan ruang untuk beriklan.
Gambar 3. Tren Belanja Digital Advertising di Indonesia Proyeksi 2019 (PubMatic, 2019)

Selanjutnya, pernyataan dari Paul Michio McCarthy, Sales Director Asia Pacific AppsFlyer.
berdasarkan penelitian yang dirilis PwC, pendapatan mobile advertising di Indonesia diperkirakan
meningkat empat kali lipat dari US $6 juta di tahun 2013 menjadi US $24 juta pada tahun 2018.

“Data kami menunjukkan bahwa iklan video paling sesuai untuk game mobile, memberikan
tingkat retensi 34 persen lebih tinggi daripada iklan non-video. Iklan video dapat disamakan
dengan cuplikan film; Karena spesifisitas kontennya, iklan video secara otomatis menyaring
pengguna yang tidak tertarik saat menarik minat orang-orang yang tertarik” pernyataan
dari Paul Michio McCarthy, Sales Director Asia Pacific AppsFlyer.

Meninjau dari pernyataan Paul, mobile advertising dapat menjadi bentuk periklanan yang
cukup menjanjikan dan memiliki peluang pertumbuhan yang cukup besar bagi bisnis modern di
Indonesia, khususnya bisnis yang ingin tumbuh melalui smartphone. Sebagai salah satu pasar
dengan komoditas pengguna smartphone tertinggi, Indonesia termasuk yang paling cepat
mengadopsi mobile advertising.
PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa mobile advertising
pada smartphone bagi pengembang aplikasi sudah memberikan manfaat bagi pengembang aplikasi.
Lebih dari itu, tingkat penggunaan smartphone yang tinggi di Indonesia semakin mempengaruhi
tumbuhnya mobile advertising di Indonesia. Data statistik dari PubMatic tahun 2019 menunjukkan
bahwa mobile advertising di Indonesia memiliki prospek yang bagus. Teknologi dalam bentuk
mobile kini hampir menjadi tren teknologi secara umum. Salah satu platform untuk mobile
advertising adalah AdMob.

AdMob telah menjadi layanan beriklan untuk platform mobile, seperti Android, IOS, Flash
Lite, WebOS, dan berbagai browser web mobile standar yang digunakan oleh mitra google dalam
melakukan promosi. AdMob memungkinkan penggunanya untuk dapat memutuskan bentuk atau
jenis iklan seperti yang ingin mereka tampilkan dan dapat menetapkan filter-nya sendiri sehingga
hanya iklan yang relevan yang ditampilkan. Kehadiran dari AdMob ini, umumnya disambut dengan
cukup baik oleh para pengembang aplikasi (Publisher). Meskipun demikian, masih terdapat
beberapa pengembang aplikasi yang merasa kurang puas dengan kinerja dari AdMob tersebut
karena sistem kerja dan segmentasi untuk penayangan iklan tersebut masih kurang sesuai.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada penelitian ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membimbing peneliti pada penelitian ini, yaitu Bapak Irwansyah dan Mbak Niken selaku dosen
pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Tegar. 2018. “Teknologi 4G Dorong Transformasi Digital.”


https://ekonomi.bisnis.com/read/20180505/105/791898/teknologi-4g-dorong-transformasi-
digital.

Danial E, dan Warsiah N. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pkn UPI.

Eka, Randi. 2017. “Memahami Potensi Dan Tantangan ‘Mobile Advertising’ Di IndonesiaNo Title.”
https://dailysocial.id/post/memahami-potensi-dan-tantangan-mobile-advertising-di-indonesia.

Jmon. 2015. “Bad Experience with Interstitials & Admob Recommendations.”


https://www.b4x.com/android/forum/threads/bad-experience-with-interstitials-admob-
recommendations.56292/https://www.b4x.com/android/forum/threads/bad-experience-
with-interstitials-admob-recommendations.56292/.

Kenton, Will. 2018. “Mobile Advertising.” https://www.investopedia.com/terms/m/mobile-


advertising.asp.

Millward, Steven. 2014. “Indonesia Diproyeksi Lampaui 100 Juta Pengguna Smartphone Di 2018,
Keempat Di Dunia.” https://id.techinasia.com/jumlah-pengguna-smartphone-di-indonesia-
2018.

Muhammad, Fahad. 2018. “7 of the Best Mobile Ad Platforms Used by Modern Digital Marketers.”
2018. https://instapage.com/blog/mobile-ad-platforms.
Nks. 2018. “Jumlah Pengguna Smartphone Di Seluruh Dunia Dari 2014-2020.”
https://teknologi.id/insight/jumlah-pengguna-smartphone-di-seluruh-dunia-dari-2014-2020/.

Vallina-Rodriguez, Narseo, and Jay Shah. 2012. “Breaking for Commercials: Characterizing Mobile
Advertising.” Proceedings of the …, 343. https://doi.org/10.1145/2398776.2398812.

Wali, Muhammad. 2017. “Adsense Mobile Dan Respon Pengguna Smartphone : Intrusiveness Dan
Irritation” 1 (2): 107–20.

Wang, Ying. 2019. “Path to Effective Mobile Advertising in Asian Markets Credibility , Entertainment
and Peer Influence.” https://doi.org/10.1108/APJML-06-2017-0112.

Anda mungkin juga menyukai