Sejarah Jemaat Bukit Moria Lina Ino
Sejarah Jemaat Bukit Moria Lina Ino
Pada tahun 2012 dilaksanakan Sidang Sinoe GMIH yang ke-XXVII di desa Dorume,
kecamatan Loloda Utara, Kabupaten Halmahera Utara (HALUT). Pada sidang terbut terjadi
pemilihan ketua dan sekretaris sinode periode tahun 2012-2017. Beberapa anggota persidang
seperti Bpk S.S Duan, M.Th., Bpk Hans Anu, M,Th., Bpk Y. Biso, M.Th., Bpk Edison Mailoa,
S.Th., dan Ibu May-Luhulima, mengajukan diri sebagai bakal calon pemilihan, yang pada
akhirnya gagal karena criteria bakal calon yang tidak memenuhi standar syarat.
Kegagalan kelima orang ini kemudian membentuk satu kelompok dengan tujuan untuk
membaharui GMIH dengan menamakan kelompok tersebut sebagai “Tim Reformasi” atau yang
biasanya dikenal dengan nama “Pembaharuan”. Tujuan dibangunnya tim ini semata-mata untuk
menjatuhkan nama baik dari ketua dan sekretaris sinode terpilih, yakni: Bpk. Pdt. Anton Piga,
M.Si. dan Bpk. Demianus Ice, M.Th. Hal ini dilakukan karena kelima orang tersebut meragukan
keabsahan dari siding sinode itu, serta melihatnya sebagai suatu siding yang cacat dalam kasus
pemilihan ketua dan sekretaris sinodenya. Pada Sidang Majelis Sinode yang dilaksanakan di
Jemaat Betlehem Wosia, persoalan ini dapat dihentikan melalui metode pendekatan BPHS
Sinode GMIH dengan kelompok yang dibangun oleh kelima orang tersebut. Moment saling
Persoalan ini dikemudian hari kembali muncul ketika Bupati Halmahera Utara (Ir. Hein
Namotemo, M.Si.) kalah dalam ajang pemilihan gubernur Maluku Utara. Kekalahan ini
ditafsirkannya karena kurangnya dukungan polotik dari pimpinan maupun warga masyarakat
yang merupakan warga gereja (baca: orang Kristen). Hal ini menyebabkan orang nomor satu di
Halmahera Utara itu masuk ke dalam ranah Agama dan mengintervensi gereja lewat kekuasaan
yang ada pada jabatannya. Para pegawai pemerintah yang nota bene memiliki jabatan sebagai
kepala dinas dipengaruhi memecahkan gereja lewat sikap melanjutkan persoalan kelima orang
yang meragukan keabsahan siding sinode di Dorume pada tahun 2012. Banyak pimpinan jemaat
serta warganya dipengaruhi untuk meragukan keabsahan pemilihan ketua dan sekretaris sinode
di Dorume 2012 lewat sosialisasi yang dilakukan oleh “Tim Reformasi/Pembaharuan” tersebut.
Setelah mempengaruhi sejumlah warga jemaat, Tim Reformasi yang dibecking oleh Bupati
Halmahera Utara ini kemudian melakukan Sidang Sinode sendiri pada tanggal 5-9 September
yang berlangsung di kediaman Bupati. Sidang ini bertujuan untuk merubah tata gereja GMIH
sekaligus memilih ketua dan sekretaris Sinode baru karena tidak mengakui keabsahaan
kepemimpinan Bpk. Anton Piga, M.Si dan Bpk Demianus Ice, M.Th. Dikemudian hari kelompok
ini menanamkan diri mereka dengan nama Pembaharuan, karena telah membaharui hasil sidang
diberlakukan kepada segelintir warga gereja yang tidak mendukung hasil siding sinode
pembaharuan yang didukung oleh elit pemerintahan ini. Melanjutkan ideologi Bupati Halmahera
Utara, maka usaha ini dilanjutkan dengan cara mausk ke jemaat-jemaat untuk mendukung “Tim
Jemaat Bukit Moria Pitu dibawah pimpinan jemaat Balamu dan staf majelisnya tidak
luput dari usaha ini. Pada bulan Februari tahun 2013 jemaat Bukit Moria Pitu Lina Ino
melaksanakan rapat evaluasi pelayanan jemaat yang pada saat itu dihadiri oleh warga sidi jemaat,
1
Imbas dari prahara ini juga adalah bahwa beberapa anggota jemaat yang notabenenya merupakan pegawai
negeri sipil menjadi korban dari kebijakan pemerintah yang merupakan dalang atau otak dari pergerakan tim
reformasi ini. Diantaranya: 1. Pnt Tua Welman Klaidu (pimpinan jemaat), kapasitasnya sebagai pengawas SD
Tobelo Tengah dipindahkan ke Kec.Loloda Utara Desa Djikolamo; 2. Pnt Wenan Kalidu (Majelis Aktif), kapasitasnya
sebagai Kepala Ruangan Anak di RSUD Tobelo dipindahkan ke Puskesmas Galela Pesisir; 3.Pnt Nove Huragana
(Majelis Aktif), kapasitasnya sebagai Guru SD Kalipitu di Kec. Tobelo Tengah dipindahkan ke SD Pelita Galela; 4. Ibu
Nonice Djeda, kapasitasnya sebagai Guru SD Kalipitu di Kec. Tobelo Tengah dipindahkan ke Kec. Loloda Utara Desa
Djikolamo; 5. Ibu Lisnawati Makabiwang, kapasitasnya sebagai Guru SD Lina Ino dipindahkan ke Kec. Galela Utara
Desa Waringin Jaya.
Di dalam pertemuan tersebut pimpinan jemaat menghadirkan “Tim Reformasi” yang dipimpin
langsung oleh Joice Duan, M.Th untuk mensosialissikan program kerja dari tim tersebut. Namun
hal ini dibantah langsung oleh tua-tua jemaat, mereka beralasan bahwa sosialisasi kerja Tim
Reformasi tidak teragendakan di dalam surat pemberitahuan rapat evaluasi pelayanan jemaat.
Dalam rapat itu terdapat pernyataan dari Pnt Tua Bpk. Welam Kalidu yang berargumen: “Bahwa
Tim Pembaharuan harus segera meninggalkan atau keluar dari ruang rapat evaluasi pelayanan
jemaat, karena agenda untuk sosialisasi hasil SSI tidak ada dalam pembahasan rapat ini”.2
Maka dalam forum inilah terjadi tarik-menarik, sehingga tim pembaharuan meninggalkan tempat
Kondisi ini semakin memanas dikalangan jemaat karena terjadi pro-kontra, bahkan
pimpinan jemaat (Pdt. S. Balamu) tidak mampu menetralisir isu ini tetapi yang terjadi adalah
pimpinan jemaat berpihak terhadap kelompk SSI. Dari keberpihakan ini maka jemaat pun ikut
terkotak-kotak dan saling mangklaim terhadap asset GMIH (gedung Gereja baru dan gedung
lama). Bahkan selaku pimpinan jemaat, Bpk Balamu telah mendukung ideologi Tim Reformasi
Kondisi ini dicermati oleh para tetua jemaat yang melayangkan surat pertama pada tanggal 12
September 2013 kepada BPHJ Bukit Moria Pitu dengan delapan butir pernyataan:
- Mempertahankan keutuhan jemaat Bukit Moria Pitu Lina Ino, karena jemaat Bukit Moria
2
Wawancara (Bpk. Pnt Tua Welman Kalidu), tgl 03 Desember 2017.
- Mempertahankan kepengurusan hasil Sidang Sinode di Dorume.
- Menolak semua pelayan khusu (Pendeta, Penatua, Diaken) yang suda mengikuti gerekan
Pembaharuan
- Mempertahankan seluruh asset GMIH di jemaat Bukit Moria Pitu Lina Ino
- Pdt. S. Larumpa-Kitong
- Bpk. F. Wenno
Namun surat ini sama sekali tidak ditanggapi oleh BPHJ Bukit Moria Pitu Lina Ino. Merasa tidak
dihargai maka para tua-tua jemaat pun melayangkan surat kedua pada tanggal 18 Oktober 2013,
yang berisikan tentang pernyataan sikap dengan menawarkan tiga butir tuntutan diantaranya:
- Mulai tanggal 03 November 2013 mengadakan ibadah Minggu dan ibadah-ibadah lain,
tidak lagi berada dibawa pengaturan BPHJ Pembaharuan Bukit Moria Pitu Lina Ino
- Pusat kendali pelayanan sementara di gedung gereja lama sebagai miliki Gereja Masehi
Injili di Halmahera
- Semua aset GMIH yang dikelola oleh jemaat akan diatur kemudian.
Terhitung sepuluh hari setelah surat ini dilayangkan BPHJ pun merespon surat tersebut
dengan dipanggilnya para tua jemaat untuk duduk bersama dan membicarakan terkait surat yang
Dalam forum tersebut, para tua jemaat meminta bahwa BPHJ segera mengembalikan waga
jemaat untuk kembali menjadi warga GMIH, jika tidak maka kami tetap mempertahankan
pernyataan sikap seperti yang sudah termaktup diatas.4 Namun pimpinan jemaat (Pdt. S. Balamu)
mengatakan bahwa sangat tidak mungkin kami (jemaat SSI) untuk kembali ke GMIH, dan itu
Pada tanggal 2 November 2013, para tua jemaat bersama dengan sebagian jemaat yang
empertahankan keutuhan GMIH, memutuskan untuk membersihkan gedung gereja lama yang
3
Sebelum ketiga hal itu disampaikan, ada lima hal yang dinyatakan dalam surat kedua, yakni:
1). Kami tidak lagi mengakui kepemimpinan Pdt. S. Balamu sebagai ketua BPHJ Bukit Moria Pitu Lina Ino yang
bersangkutan telah dimutasikan sesuai SK. No. 0795/Kpts/XXVII/D-m/2013 tanggal 26 Juni 2013 dan diberi
sanksi/disiplin gereja oleh BPHS GMIH No. 1006/Kpts/XXVII/D-b/2013 tanggal 19 September 2013.
2). Dalam periode kepemimpinan Pdt. S. Balamu di jemaat Bukit Moria (2008 sampai sekarang) tidak ada kemajuan
pelayanan, yang ada hanyalah perpecahan dan kehancuran jemaat.
3). Pdt. S. Balamu telah melecehkan keputusan Sidi-sidi jemaat yang melayani Sakramen Baptisan dari gereja
dedominasi (bukan Protestan).
4). Mempergunakan keuangan jemaat dengan semena-mena (meminjamkan ke pihak ketiga, menyetor ke
pemerintah daerah untuk program keluarga kurang mampu dan menyetor ke Pembaharuan untuk kegiatan SSI.
5). Pdt. S. Balamu dan majelis jemaat telah mengiring jemaat Bukit Moria Pitu Lina Ino ke Pembaharuan atas nama
jemaat.
4
Ibid, wawancara dengan Bpk. Welman Kalidu.
sekarang telah dijadikan sebagai gedung serbaguna pemuda, namun mereka yang ada di pihak
SSI melarang untuk menggunakan gedung gereja lama, sehingga pada saat itu juga terjadi aksi
Maka pada tanggal 3 November 2013 warga jemaat yang tetap mempertahankan
keutuhan GMIH, mereka bersepakat benrsama untuk membentuk jemaat snediri yang dipimpin
oleh Pnt Tua Welman Kalidu, dan Pnt D. Nyonya selaku Sekretaris Jemaat ditambah tiga orang
Majelis Aktif antara lain (Pnt. Nove Huragana, membidangi anak dan remaja, Pnt Nonince
Hohakay, dan Dkn Yosepina Sipahelut dan Pnt Tua Ch. Huragana, Pnt Tua Yafet Bilang, Pnt
Tua Robinson Bitjoli, Pnt Tua R. Wenno-Mandak, Dkn Tua M. Kalidu dan Dkn Tua Sulastri
Rantia besama dengan 62 kepala keluarga, melaksanakan ibadah minggu di bawah tenda (tenti)
Dalama proses selanjtnya dan atas keputusan bersama mereka kemudian membangun gedung
gereja yang baru, dan tepatnya pada tanggal 19 November 2013 dilaksanakan peletakan batu
pertama. Dan tanah ini, dipinjamkan oleh keluarga Loasari selama 5 (lima) tahun. Proses
pembangunan gedung gereja baru sangat signifikan dalam rentang waktu mulai terhitung sejak
beribadah di tenda pada tanggal 3 November, warga jemaat yang mempertahankan identitas
GMIH 1949 dapat beribadah di dalam gedung gereja pada tanggal 15 Desember 2013 hingga
saat ini.
Setelah berpisah dari gereja induk karena persoalan mempertahankan identitas GMIH
yang utuh, maka untuk pertama kalinya jemaat GMIH Bukit Moria Pitu Lina Ino (yang sekarang
menggunakan nama Bukit Moria Lina Ino) melakukan sidang sidi jemaat pada bulan Januari
2014 dengan merumuskan BPHJ pertama di dalam jemaat yang baru terbentuk itu. Berikut
komposisi BPHJ dan badan majelis pertama jemaat GMIH Bukit Moria Lina Ino pasca sidang
16). Pendeta pertama : Pdt. Nn. Oshin Rosana Monica Pakey, S.Th.
Dalam perjalanan pelayanan, jemaat Bukit Moria Lina Ino kemudian melakukan pemilihan
BPHJ dan Majelis Jemaat periode 2017-2022. Demikian hasil pemilihan pelayan yang