Anda di halaman 1dari 2

Gejala Klinis Ameloblastoma

Secara klinis ameloblastoma biasanya asimtomatik dan tidak menyebabkan perubahan


fungsi nervus sensorik. Tumor ini berkembang dengan lambat, hingga dapat menampakkan
pembengkakan. Sebagian besar pasien secara khas datang dengan keluhan utama bengkak dan
asimetris pada wajah. Terkadang tumor yang kecil dapat teridentifikasi pada foto radiografi rutin.
Seiring dengan pembesaran tumor, tumor membentuk pembengkakan yang keras dan kemudian
dapat menyebabkan penipisan korteks yang menghasilkan egg shell crackling. Pertumbuhan yang
lambat juga memungkinkan formasi tulang reaktif yang mengarah pada pembesaran masif dan
distorsi rahang. Apabila tumor ini diabaikan, maka dapat menimbulkan perforasi tulang dan
menyebar kejaringan lunak yang menyulitkan tindakan eksisi. Nyeri adakalanya dilaporkan dan
terkait dengan infeksi sekunder.
Efek yang lain meliputi pergerakan dan pergeseran gigi, resorpsi akar gigi, paraestesia bila
canalis alveolar inferior terkena, kegagalan erupsi gigi, dan sangat jarang ameloblastoma dapat
mengulserasi mukosa. Secara umum ameloblastoma adalah jinak namun invasif lokal, sedangkan
ameloblastoma maksilar nampak sebagai lesi yang lebih agresif dan persisten. Hal ini
kemungkinan disebabkan tulang maxilla yang tipis dan rapuh, tidak seperti tulang mandibula yang
tebal, yang memungkinkan penyebaran tumor tanpa halangan pada struktur di sekitarnya. Suplai
darah yang baik ke maxilla bila dibandingkan dengan mandibula juga berkontribusi terhadap
percepatan penyebaran neoplasma lokal ini. Sedangkan pada pasien-pasien dengan ameloblastoma
sinonasal primer pada sebuah penelitian menampakkan adanya lesi massa dan obstruksi nasal,
sinusitis, epistaksis, bengkak pada wajah, dizziness, dan nyeri kepala.
Beberapa parameter lesi yang dievaluasi meliputi lokasi, ukuran, karakter (makula, ulcer,
massa), warna, termasuk penilaian homogenitas warna, morfologi permukaan (halus, pebbly,
granular, verrucous), batas tepi (halus, tidak teratur, tidak jelas, berbatas tegas), konsistensi
terhadap palpasi, gejala local, distribusi lesi jika multipel atau konfluen, fungsi aspirasi biasanya
menunjukkan cairan merah kecoklatan.4 Gambaran klinis meliputi usia rata-rata yang mengalami
ameloblastoma adalah antara 20-40 tahun, 85% terjadi pada mandibula dengan 66% terjadi pada
regio molar dan ramus, 11% pada regio premolar, dan 10% pada regio anterior serta 15% terjadi
pada maksila, kadang berhubungan dengan molar terakhir yang impaksi, ameloblastoma umumnya
mulai berkembang pada tulang kanselus mandibula dan dapat mencapai ukuran yang besar
sebelum kontur luar tulang mengalami perubahan. Selanjutnya, aspek bukal dan lingual pada
mandibula mengalami ekspansi, ameloblastoma dapat mencapai ukuran yang sangat besar tanpa
menginvasi atau mengalami ulserasi pada jaringan lunak, rasa sakit atau kerusakan saraf sensoris
terjadi bila disertai infeksi pada vena superfisial, trauma akibat ekstraksi dan pembuangan kista
berhubungan dengan insiden ameloblastoma, radiograf menunjukkan resorpsi gigi yang terlibat.
Ukuran tumor ameloblastoma sekitar 1-16 cm.
Sumber:
Kahairi A. Management of large mandibular ameloblastoma. Archives of Orofacial Sciences
(2008), 3(2): 52-55
Kawulusan N, Tajrin A, Rachmi N, Chasanah M. Penatalaksanaan Ameloblastoma dengan
Menggunakan Metode Dredging. 2018;1–7.
Cahyawati TD. Ameloblastoma. Jurnal Kedokteran Unram 2018, 7 (1): 19-25

Anda mungkin juga menyukai