Anda di halaman 1dari 2

Kritik Sastra Novel

Sakura Wonder

Erik, Lily, dan Sigit. Tiga anak Indonesia yang mendapat beasiswa ke
Jepang dengan satu tujuan, yaitu meraih cita-cita. Namun setelah menjalani
kehidupan di negeri sakura itu, tujuan mereka mulai bercabang. Tanpa mereka
rencanakan, ketiganya menemukan cintanya.
Novel yang ditulis oleh Silvia Iskandar ini mengajak pembaca untuk melihat
kehidupan tradisional sekaligus hiruk pikuk kota metropolitan yang membuat
tokoh Sigit kehilangan jati diri. Anak laki-laki yang taat agama digambarkan
menjadi korban kehidupan bebas di Jepang. . Sigit, anak kampung dari Cirebon
yang digantungkan harapan orang tuanya yang selama ini berhutang budi dan
materi pada keluarga majikan orang tuanya. Jengah dengan Keiko, Silvia
Iskamndar membuat Sigit menjadi laki-laki yang terkesan kejam setelah
memanfaatkan rasa cinta Keiko terhadap dirinya; menjadi pria egois yang hanya
mementingkan perasaannya terhadap gadis yang dicintainya, Azizah. Impiannya
menjadi mahasiswa Toudai jurusan teknik elektro pupus sekejap karena waktu yang
tersita oleh Keiko, gadis Jepang yang egois dan posesif. Ditambah lagi dengan
perasaannya yang mendalam pada Azizah, gadis yang ditemuinya pada liburan di
Hokkaido. Kegagalan tersebut dilatarbelakangi oleh Sammy, teman baik Lily yang
merebut kesempatan untuk menjadi mahasiswa Toudai.
Silvia Iskandar menggambarkan tokoh Lily, seorang anak yang cerdas dan
supel membuat Ali, seniornya yang telah banyak membantunya, menyukai dirinya
yang tak diiyakan oleh Lily dengan alasan keyakinan dan suku. Hal tersebut
menambah kepercayaan diri Erik yang memang menyukai Lily. Dan perasaan Erik
terbalaskan. Namun kisah romantis mereka tak berakhir bahagia. Lily yang
awalnya dengan penuh rasa cinta menjalin tali kasih dengan Erik berakhir pesimis
dengan perasaannya. Erik, seorang kutu buku keturunan Cina yang merebut
hatinya yang membuatnya pesimis bertolak belakang dengan keinginan orang tua
yaitu menginginkan dirinya menjalin hubungan dengan orang suku batak. Namun
Erik yang sepertinya tak pernah kehabisan cara berusaha meyakinkan Lily tak
membuahkan hasil. Pengorbanan Erik yang akhirnya memilih jurusan teknik
informatika di Toudai, Tokyo yang peminatnya cenderung berakhir sia- sia setelah
Lily akhirnya menyerah pada hubungan mereka dengan berkuliah di Handai, Osaka.
Karakter Sigit yang sebenarnya menarik, seorang anak supplier buah yang
bergantung kehidupan keluarganya pada majikan orangtuanya. Anak yang rajin,
pekerja keras. Karakter tersebut hanyut begitu saja dengan mengalirnya plot
sehingga tidak relevan dengan yang dibahas selanjutnya. Karakter Lily dan Erik
yang sebenarnya juga menarik tidak diceritakan secara mendalam tertutup kisah
cinta rumit Sigit. Dan banyak tokoh-tokoh yang karakter nya tidak diperdalam
dan cenderung terlupakan.
Silvia Iskandar membuat novel ini serasa tidak fokus karena tidak jelasnya
hubungan antar cerita. Dari tulisan di belakang novel yang tidak sesuai dengan isi
novel hingga ceritanya terkesan locat-loncat tanpa akhir cerita yang jelas.
Sebaiknya dengan gaya penulisannya yang menarik dapat menghasilkan cerita yang
menarik dan jelas agar tidak membingungkan pembaca.

Zarah Tin Cahyaningrum


XII IPA 4
32

Anda mungkin juga menyukai