A. PENDAHULUAN
Pada umumnya proses pekerjaan land clearing pada proyek-proyek konstruksi dilakukan
dengan memperhatikan kondisi lahan dan peralatan yang tersedia, seperti ditunjukkan pada
Gambar (1).
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 1
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 2
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
(5). Hasil block design dan blocking area, harus dapat menggambarkan posisi jalan,
parit (kanal), outlet, emplasemen dan lain-lain. Block design yang arah Utara –
Selatan dijadikan production road dan production drain, sedangkan block design
Barat-Timur dijadikan collection road dan collection drain.
(6). Production road panjangnya 300 m dan di salah satu sisinya (sebelah kiri) dibuat
production drain (ukuran 3,0 x 2,0 x 2,0 m), sedangkan collection road panjangnya
1.000 m dan di salah satu sisinya (sebelah atas) dibuat collection drain (2,5 x 1,5 x
2,0 m).
(7). Selain production drain dan collection drain di-design juga subsidiary drain
(ukuran 1,0 x 1,0 x 1,0 m) yang letaknya dalam blok dengan jarak tertentu.
(Source : PT. Provident Agro)
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 3
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Perbedaan luas blok 30 ha dengan standar luas lainnya adalah dalam hal panjang jalan,
hal tersebut akan berpengaruh terhadap :
Biaya investasi pembuatan jalan
Biaya perawatan jalan
Efisiensi biaya pengangkutan TBS
b. Bentuk Blok
● Empat persegi panjang dengan ukuran 1.000 m x 300 m (30 ha).
● Panjang 1.000 m dengan arah Timur-Barat dan lebar 300 m dengan arah Utara-
Selatan, sehingga collection road (CR) selalu mendapat sinar matahari sepanjang
hari.
● Lebar blok dibuat 300 meter didasarkan atas kemampuan rata-rata pemanen
mengangkut buah dari dalam blok (rintis tengah) hingga TPH adalah 150 meter
( 16 pokok).
Areal tanaman baru (new planting) umumnya dibangun dari hutan primer atau
hutan sekunder, dengan kondisi fisik yang tidak selalu sama dari satu tempat dengan
tempat yang lain, seperti : kondisi tanah, topografi, kerapatan hutan, infrastruktur dan lain-lain.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 4
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Oleh sebab itu, pengelolaan yang baik adalah syarat terpenting untuk dapat menjamin suksesnya
pembukaan lahan baru.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 5
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Metoda Replanting dengan cara tanpa bakar (zero burning), seperti halnya metoda
Underplanting, adalah metoda replanting yang ramah lingkungan, karena tidak seperti metoda
Clean Clearing yang menggunakan pembakaran yang menghasilkan dampak negatif pada tanah,
antara lain kehilangan bahan organik yang besar, berupa mulsa dan humus yang terbakar yang
mengakibatkan perubahan struktur tanah dan berkurangnya kandungan karbon organik tanah.
Sedangkan metoda tanpa bakar (zero burning) ini akan menghasilkan perputaran aliran
biomassa (recycling of the biomass) ke dalam tanah, yang berdampak positif dalam jangka
panjang antara lain :
a. Memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia tanah seperti peningkatan granulasi partikel-
partikel tanah, peningkatan kapasitas menahan air tanah, peningkatan kapasitas tukar
kation tanah, dan mengurangi plastisitas dan kohesi tanah (Buckman and Brady, 1967
dalam Idris Hj.Omar).
b. Meningkatkan status bahan organik tanah, sehingga membantu memperbaiki dan
meningkatkan kesuburan tanah melalui dekomposisi bahan organik tersebut.
c. Dengan terjadinya peningkatan kesuburan tanah tersebut, kita dapat melakukan
pengurangan (reduksi) atas pupuk anorganik yang kita berikan dalam perawatan tanaman,
sehingga terjadi peningkatan efisiensi biaya (cost) perawatan tanaman.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 6
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
pekerjaan (time schedule) agar disusun secara sistematis dan satu sama lain tidak saling
menghambat. Di dalam penyusunan "time schedule" tersebut faktor yang paling perlu
diperhitungkan adalah : iklim, tenaga kerja, alat dan bahan.
Contoh jadwal kerja kegiatan operasional pembukaan lahan untuk 2.000 ha dapat dilihat
pada Gambar (1.2) di bawah ini.
Kegiatan Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov
Survey
Kontrak kerja
Pembuatan batas blok
Pembuatan drainase
Pembuatan jalan
Imas, tumbang dan cincang
Pancang rumpuk dan stacking
Pemancangan titik tanam
Penanaman LCC
Pembuatan tapak kuda dan teresan
Pembuatan lubang tanam
Pengeceran dan tanam
Gambar 1.2. Diagram Kegiatan Operasional Pembukaan Lahan untuk Areal 2.000 ha (Musim
Kemarau pada Bulan Pebruari, Musim Hujan Bulan September-Desember)
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 7
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 8
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 9
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
c. Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada
waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis).
d. Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam penumbangan, yaitu: kanopi, arah
angin dan topografi atau kemiringan lereng.
e. Sedangkan dalam SOP-Asian Agri (2004) dinyatakan bahwa penumbangan
dapat dilakukan dengan gergaji rantai (chain-saw) dan atau kapak.
Menumbang dengan gergaji rantai akan lebih cepat dari pada dengan kapak,
dimana 1 (satu) gergaji rantai sama dengan produktivitas 6 (enam) orang
yang memakai kapak. Pekerjaan tumbang sangat dipengaruhi oleh kerapatan
tegakan pohon per ha.
● Ketentuan yang saat ini berlaku pada kegiatan penumbangan dalam MCAR –
SMART (2003) disajikan pada Tabel (1.1) adalah:
● Ketentuan tinggi tunggul maksimum hasil tumbangan dari permukaan tanah oleh
SOP Asian Agri Group (2004) adalah sebagai berikut :
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 10
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Tabel 1.3. Penggunaan alat dan mesin pada berbagai kondisi areal
Posisi Kerapatan
Jenis Alat Vegetasi Topografi
Rumpukan Kayu
Buldozer Hutan sekunder, Bukit, gelombang, Sedang -
4:1
semak belukar darat, datar rendah
Hutan primer,
Buldozer dan Tinggi -
sekunder, semak Bukit, gelombang Antar teras
Excavator rendah
belukar
Hutan primer,
Rendahan, Tinggi -
Excavator sekunder, semak 2:1
gambut rendah
belukar
Source : MCAR – SMART (2003)
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 11
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 12
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 13
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Pembuatan teras kontur atau teras kontinyu (bersambung) harus berdasar pada
timbang air (harus datar, waterpass), dan dimulai dari tempat yang paling tinggi
(atas) ke tempat yang lebih rendah. Teras kontur dibuat miring ke arah dinding
teras, dengan sudut kemiringan 100 sampai 150. Lebar teras kontur tidak sama
antara lebar teras pada pancang tanaman (titik tanam) dengan lebar teras pada
pancang kontur (yang dikenal sebagai teras penghubung). Lebar teras pada titik
tanam adalah 4 m, sedangkan lebar teras penghubung adalah 2 m (lihat pada
Gambar 1.5 dan Gambar 1.6.)
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 14
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Pembuatan tapak kuda dimulai dengan pemancangan areal tanam dengan pancang
tanaman (9 x 7,79 m untuk SPH 143), bukan pancang teras seperti pada pembuatan
teras kontur. Areal dibersihkan dari batu dan tunggul kayu, kemudian tapak kuda
dibuat tepat pada pancang tanaman. Tanah digali pada sisi lereng dan ditimbunkan
pada sisi bawahnya, lalu dibentuk bidang tapak kuda miring ke dalam dengan
sudut kemiringan 100 – 150. Kemudian tanah timbunan dipadatkan (digeblék).
Norma tenaga kerja untuk pembuatan tapak kuda ini adalah 3 – 4 tapak kuda / HK.
Untuk perawatan tapak kuda dilakukan 1 x setahun selama 3 tahun dengan norma
tenaga 13 – 15 tapak kuda / HK.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 15
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Untuk pendirian pancang kontur berikutnya pada garis lurus tersebut (untuk teras kontur
di bawahnya) dilaksanakan dengan prosedur yang sama. Dari titik-titik pancang pada garis lurus
tersebut, kemudian dapat didirikan pancang-pancang kontur yang sama ketinggiannya
(waterpass) mengelilingi bukit. Jarak antara pancang kontur tersebut adalah 9 meter. Pancang
kontur dapat berfungsi sebagai pancang tanam apabila jarak proyeksi antar teras (barisan
tanaman) tetap berjarak 7,79 m. Apabila kemiringan lereng semakin curam, sehingga jarak antar
teras semakin dekat, maka pancang tanaman turun pada teras di bawahnya, dengan jarak
proyeksi antar teras sebesar 7,79 m. Demikian pula sebaliknya, jika kemiringan lereng semakin
landai, sehingga jarak antar teras semakin jauh, maka pancang tanaman dapat dibuat diantara
kedua baris kontur tersebut, dengan ketentuan jarak proyeksinya tetap 7,79 meter.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 16
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Jika jarak proyeksi teras yang didapat dari perhitungan pada kedua kasus di atas tidak
tepat 7.79 m, tapi 30% dari 7,79 m, maka jarak antar pancang tanaman dalam teras dapat
diatur untuk menjaga SPH 143 dengan aturan sebagai berikut :
● jika jarak proyeksi tidak 7.79 m, tetapi a meter (diketahui dari jarak antar teras yang
semakin dekat atau jauh akibat dari kemiringan lereng yang tidak sama).
a
cos α maka a R cos α
R
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 17
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
● dan jarak antar pancang tanam yang dicari : b meter, maka berlaku persamaan :
9,0 * 7,79
9,0 * 7,79 b * a atau b (meter)
a
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 18
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 19
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
(3). Kemudian orang ke-II bergerak menjauh dari orang ke-I, mencari posisi
horizontal berikutnya mengikuti pengarahan orang ke-I dengan jarak 9
meter dari posisi pancang pertama. Setelah posisi titik horizontal
ditemukan, orang ke-II tersebut kembali mengarahkan orang ke-III untuk
menancapkan tiang pancang di titik yang dimaksud.
(4). Orang ke-I (pembawa Abney level) kemudian bergerak maju ke posisi
tiang pancang kedua tersebut untuk penentuan posisi pancang kontur
ketiga. Begitu juga orang ke-II bergerak ke depan, sehingga jarak antara
orang ke-I dan orang ke-II tidak terlalu jauh ( 9 meter).
(5). Demikian dilakukan berulang sampai diperoleh kontur pertama yang
mengelilingi bukit.
(6). Pembuatan kontur kedua dimulai dari pancang induk kedua yang terletak di
bawah pancang induk pertama (lihat gambar 15). Kemudian dilakukan
prosedur yang sama dengan prosedur pada butir b.1 , b.2, sampai b.5 di
atas.
(7). Apabila kemiringan lereng semakin curam dan kontur menyempit sampai
jarak datar antara kontur yang sedang dipancang dengan kontur sebelumnya
kurang dari 5,45 meter, maka kontur diputus, diberi pancang terakhir pada
kontur tersebut dengan ujungnya dicat warna merah. Kemudian para
personil kembali ke pancang induk untuk memulai kontur berikutnya.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 20
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Tetapi apabila kondisi lereng curam atau penyempitan kontur terjadi pada
jarak yang pendek saja, misalnya dalam jarak 18 meter lereng landai
kembali, sehingga diperkirakan kontur akan melebar kembali; maka
pancang kontur diteruskan.
(8). Sebaliknya, bila kemiringan lereng semakin landai dan kontur melebar
sampai lebih dari 10,13 meter, maka di tengah-tengah diantara dua kontur
dimulai pembuatan kontur baru (kontur ekstra atau sisipan) dengan pancang
pertama diberi cat warna merah. Kontur sisipan atau kontur ekstra ini juga
dihentikan pemancangannya bila jarak antar konturnya kembali menyempit
sampai kurang dari 5.45 meter, juga diberi pancang dengan warna merah.
1.2. Pembuatan Teras Kontur
Pembuatan konstruksi teras kontur adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian tinggi.
Diperlukan operator bulldozer yang terlatih dengan baik untuk membuat teras kontur
yang level dan konsisten Alat yang diperlukan adalah bulldozer, misal bulldozer
Caterpillar type D3 atau D4, atau yang setara dengan itu. Pembuatan teras kontur dengan
bulldozer dilaksanakan setelah pemasangan pancang kontur selesai dilakukan, sehingga
operator bulldozer dapat melihat dengan jelas pola garis kontur yang direncanakan dan
dipersiapkan. Teras kontur dibuat dengan lebar 2.0 – 2.5 m, datar (level) keliling bukit
sesuai dengan pancang kontur yang telah dipasang.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 21
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
kontur kedua yang akan dipancang dengan pancang tanaman, dan orang ke-III
memegang ujung tali di teras kontur kedua yang akan dipancang dengan pancang
tanaman; ketiganya pada posisi 1 meter dari tebing teras (sisi sebelah dalam
teras).
c. Prinsip penentuan titik pancang tanaman : Jarak datar antar barisan tanaman atau
antar kontur sudah ditetapkan besarnya yaitu 7,79 meter. Realitas di lapangan,
jarak antar kontur tersebut dapat bervariasi karena variasi kemiringan lereng, dan
sudah dibatasi dalam selang 5,45 m sampai 10,13 m. Karena perubahan jarak
antar teras kontur tersebut, maka jarak antar pancang tanaman di dalam barisan
juga berubah, tidak tetap 9 meter. Dengan pertimbangan akan aspek praktikal,
maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut :
(1). Dibuat tabel hubungan antara jarak antar barisan (kontur) dan jarak antar
tanaman di dalam barisan.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 22
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
(2). Kemudian dibuat tali ukuran dengan panjang 17,10 meter yang akan
digunakan untuk menentukan titik pancang tanaman secara praktis.
2.2. Pelaksanaan
a. Pada kontur pertama (kontur teratas), titik pancang tanaman dapat langsung
ditentukan, dimulai dari pancang induk teratas terus bergerak pada teras kontur
pertama dengan jarak antar pancang 9 meter keliling kontur sampai kembali ke
titik awal.
b. Untuk menentukan titik pancang tanaman pada kontur kedua, lakukan langkah-
langkah berikut :
● Letakkan pangkal tali ukuran di titik tengah di antara dua pancang tanaman
sawit pada kontur pertama (pangkal tali dipegang oleh orang ke-I).
● Tarik tali ke bawah (arah lereng) menuju kontur kedua, kemudian belokkan
tali 900 pada titik atau posisi 1 meter dari tebing bagian dalam teras
kontur kedua. (arah belokan bisa ke kanan atau ke kiri, dengan ketentuan
untuk kegiatan berikutnya harus dengan arah yang tetap; misal ke arah kiri,
maka kegiatan berikutnya terus ke arah kiri). Pada titik siku ini tali
dipegang oleh orang ke-II, dan pada posisi ujung tali dipegang oleh orang
ke-III.
● Maka titik siku pada pertengahan tali dan titik ujung tali merupakan dua
titik pancang tanaman di teras kontur kedua. Harus diingat bahwa jarak
antara pangkal tali ke titik siku adalah jarak datar. Jadi usahakan agar
tegangan tali dari pangkal ke titik siku dalam posisi datar (level), bukan
miring mengikuti kemiringan lereng.
c. Untuk menentukan titik pancang tanaman berikutnya, pembawa pangkal tali pada
kontur I bergerak ke kiri pada kontur I bersamaan dengan pergerakan dua orang
(orang II dan III) yang berada di teras kontur kedua. Dengan menjaga posisi siku-
siku, maka ujung tali atau titik pancang terakhir pada aktivitas pertama tadi (butir
b.3) menjadi titik siku-siku, dan ujung tali pada aktivitas ini menjadi titik
pancang tanaman berikutnya. Demikian seterusnya sampai teras kontur kedua
terisi pancang tanaman.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 23
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 24
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 25
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 26
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
dimana :
LCM : volume dalam keadaan kondisi lepas/gembur (m3)
BM : volume dalam kondisi asli (m3)
Swell : faktor kembang tanah (%), disajikan pada Tabel (1.4)
(3). Keadaan padat (compact) adalah keadaan yang akan dialami material yang
mengalami proses pemadatan dimana volumenya akan menyusut, karena
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 27
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Faktor konversi pengembangan (swell faktor) dapat dilihat pada Tabel (1.5)
berikut.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 28
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 29
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 30
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
maksimum (pay load); tahanan gelinding (rolling resistance); tahanan tanjakan (grade
resistance); koefisien traksi; tenaga tarik (draw bar pull) dan lain-lain.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 31
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
P
RR
B
dimana:
RR : rolling resistance (kg/ton)
P : tegangan total dalam tali penarik (kg)
B : berat total kendaraan + muatan (ton)
Panjang L
V
W.G
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 32
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Contoh (2) : Sebuah kendaraan dengan berat 4000 kg harus naik dengan landai 6%,
berapakah tambahan tenaga traksi yang diperlukan?
Jawab :
Tambahan tenaga traksi 0,06 * 4.000 kg 240 kg
Besarnya koefisien traksi dipengaruhi berbagai macam faktor, untuk kendaraan beroda
karet, misalnya : faktor-faktor meliputi kembangan ban, bentuk dan ukuran ban, tekanan
angin dalam ban, keadaan permukaan tanah dan sebagainya. Variasi-variasi tidak dapat
diberikan secara tepat, akan tetapi secara percobaan telah disusun seperti pada Tabel (1.8)
di bawah ini, yang dapat digunakan sebagai perkiraan :
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 33
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Contoh (3) :
Suatu mesin 200 HP, 4 tak, bekerja pada ketinggian 6000 ft. Tentukan tenaga mesin
efektif.
Jawab:
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 34
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
375 * HP * Efficiency
Rimpull (lbs)
Speed(mph)
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 35
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Contoh (4) :
Suatu alat berat 4 tak 185 HP, berjalan pada gear ke-3 dengan kecepatan 33 mph, berat
alat + muatan 16 ton. Efisiensi alat tersebut 85% dan RR = 50 lbs/ton. Alat tersebut
bekerja pada ketinggian 3500 ft. Mampukah alat berat tersebut menempuh landai
tanjakkan 3% ?
Diketahui : 1 ton = 2204,6 lbs = 1000 kg; 1 lbs = 0,0004536 ton = 0,4536 kg
Jawab:
a. Tenaga mesin efektif :
Karena alat bekerja pada ketinggian 3500 ft, maka tenaga mesin yang hilang :
375 * HP * Efficiency
Rimpull (lbs)
Speed (mph)
Kesimpulan : alat tersebut harus pindah gear, agar mampu melewati medan
tersebut.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 36
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
Contoh (5) :
Sebuah traktor roda 160 HP berjalan pada gigi ke-1 dengan kecepatan 3,6 mph, maka
Rimpull yang tersedia pada roda-roda maksimum adalah :
375 * HP * Efficiency
Rimpull (lbs)
Speed(mph)
Tenaga tersebut hanya dapat dimanfaatkan apabila cukup gesekan antara tanah dengan
roda. Misalkan traktor tersebut pada gigi ke-4 dengan kecepatan 22,4 mph harus menarik
beban muatan (total + berat traktor) sebesar 16 ton dan harus melalui tanjakan 5% dan
rolling resistance (RR) = 50 lbs/ton, maka :
3,6 (mph)
a. Rimpull(lbs) * 13.500 (lbs) 2.160 lbs
22,4 (mph)
Note : pengaruh landai permukaan (grade) adalah 10 kg atau 20 lbs per ton
berat alat mesin setiap % tanjakan (grade).
Dalam hal ini rimpull yang tersedia = 2.160 lbs < 2.400 lbs (berat traktor + muatan
yang harus ditarik), maka gigi ke-4 harus pindah gigi yang lebih rendah agar
traktor dapat menarik beban.
Rangkuman :
1. Medan kerja dan sifat fisik material berberpengaruh dalam pemilihan secara teknis jenis
alat apa yang tepat digunakan dalam pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Yang dimaksud dengan material dalam pemindahan tanah secara mekanis meliputi tanah,
batuan, vegetasi (pohon, semak belukar dan alang-alang).
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 37
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
3. Pemilihan cara pelaksanaan dikerjakan secara manual atau dikerjakan secara mekanik
(dengan alat-alat besar) tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
a. Kemampuan keuangan.
b. Kemampuan penyediaan buruh/tenaga kerja.
c. Keadaan medan.
d. Besarnya volume pekerjaan.
e. Waktu pelaksaan yang diminta.
4. Material/tanah kondisinya dibedakan menurut keadaan:
a. Tanah/material dalam keadaan asli
b. Tanah/.material telah diusik, sehingga kondisinya menjadi lepas (loose)
c. Tanah /material dan keadaan padat.
5. Besaran teknis alat berat terdiri dari:
a. Muatan maksimum
b. Tahanan gelinding
c. Tahanan tanjak
d. Koefisien traksi
e. Kemampuan mendaki tanjakan
f. Draw barr pull
g. Rimpull
h. Pengaruh ketinggian
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 38
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA
SUMBER PUSTAKA :
1. Anonim. (2003). Pembukaan Lahan dan Penanaman, Management Committee
Agronomy and Research (MCAR) – Sinar Mas Group, Jakarta.
2. Anonym. (2004). Standard Operating Procedures (SOP) : Persiapan Lahan, Asian
Agri Group, Jakarta.
3. Anonym. (2007). Standard Operating Procedures (SOP), PT. Provident Agro,
Jakarta.
4. Corley, R.H.V; Hardon, J.J; Wood, B.J. (1976). Developments in Crop Science (1),
Journal of Oil Palm Research, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam, The
Netherlands
5. Djaenuddin, D.; Basuni; Hardjowigeno, S.; Subagyo, H.; Sukardi, M.; Marsudi,I.;
Sukarta,N.; Hakim, L; Widagdo; Dai, J.; Suwandi, V.; Bachri, S.; Jordens, E.R.
(1994). Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian Dan Tanaman
Kehutanan, Centre For Soil and Agroclimate Research, Bogor, Indonesia.
6. Rankine, I.R; and T.H. Fairhurst. (1999). Field Handbook, Oil Palm Series,
Immature, volume 2, Oxford Graphic Printers Pte,Ltd, Singapore.
7. Turner, P.D. and R.A. Gillbanks. (1982). Oil Palm Cultivation and Management,
The Incorporated Society of Planters, Kuala Lumpur, Malaysia.
Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 39