Anda di halaman 1dari 39

AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT

Faculty of Agricultural Technology


Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

A. PENDAHULUAN
Pada umumnya proses pekerjaan land clearing pada proyek-proyek konstruksi dilakukan
dengan memperhatikan kondisi lahan dan peralatan yang tersedia, seperti ditunjukkan pada
Gambar (1).

Gambar 1.1. Cara pengerjaan land clearing dan peralatan

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 1
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

1.1. Penyusunan Tata Ruang


Tata ruang disusun berdasarkan hasil survey tanah semi detail yang mencakup :
(1). Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk lokasi
(2). Batas kebun dan batas kerja kontraktor.
(3). Lokasi bibitan.
(4). Kondisi lahan : darat, rawa, pasang surut, perbukitan dan sungai (rencana outlet).
(5). Rencana pembagian blok
(6). Luas setiap blok 30 ha untuk inti dan 40 ha untuk plasma/KKPA
(7). Penentuan MR dan CR
(8). Rencana lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lainnya.
(9). Rencana lokasi pabrik dan kantor.

1.2. SURVEY AREAL


Waktu pelaksanaan survey areal (tata batas) adalah setelah dilaksanakan survey mikro
oleh instansi pemerintah dan disesuaikan dengan rencana (program) kerja perusahaan.

1.3. BLOCK DESIGN


(1). Block design dan blocking area dikerjakan segera setelah selesai dilakukan survey
tata batas, survey detail lahan dan izin lokasi perkebunan sudah dikeluarkan oleh
pemerintah daerah atau pusat.
(2). Blocking area harus diselesaikan paling lambat 3 bulan. Jadi untuk calon areal
yang luasnya besar memerlukan beberapa tim ukur berjalan sekaligus.
(3). Dimulai dari titik/tempat (bench mark = BM) yang mudah dicari/dikenali.
Biasanya titik BM diambil pada tempat-tempat atau batas-batas alam seperti
persimpangan jalan, cabang sungai dan lain-lain. Selain itu, titik BM dibuat
permanen dari beton dan dicat.
(4). Areal kebun dibagi menjadi blok-blok kecil berbentuk persegi panjang yang
luasnya 30 ha (panjang = 1.000 m dan lebar = 300 m). Panjang blok dibuat Barat –
Timur dan lebar blok arahnya Utara – Selatan.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 2
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

(5). Hasil block design dan blocking area, harus dapat menggambarkan posisi jalan,
parit (kanal), outlet, emplasemen dan lain-lain. Block design yang arah Utara –
Selatan dijadikan production road dan production drain, sedangkan block design
Barat-Timur dijadikan collection road dan collection drain.
(6). Production road panjangnya 300 m dan di salah satu sisinya (sebelah kiri) dibuat
production drain (ukuran 3,0 x 2,0 x 2,0 m), sedangkan collection road panjangnya
1.000 m dan di salah satu sisinya (sebelah atas) dibuat collection drain (2,5 x 1,5 x
2,0 m).
(7). Selain production drain dan collection drain di-design juga subsidiary drain
(ukuran 1,0 x 1,0 x 1,0 m) yang letaknya dalam blok dengan jarak tertentu.
(Source : PT. Provident Agro)

1.3.1. Lay-Out Blok Tanaman Kelapa Sawit


a. Luas Blok
Luas suatu blok tanaman kelapa sawit yang ideal adalah  30 ha.

Gambar 2.2. Pembuatan Blok 30 ha

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 3
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Perbedaan luas blok 30 ha dengan standar luas lainnya adalah dalam hal panjang jalan,
hal tersebut akan berpengaruh terhadap :
 Biaya investasi pembuatan jalan
 Biaya perawatan jalan
 Efisiensi biaya pengangkutan TBS

b. Bentuk Blok
● Empat persegi panjang dengan ukuran 1.000 m x 300 m (30 ha).
● Panjang 1.000 m dengan arah Timur-Barat dan lebar 300 m dengan arah Utara-
Selatan, sehingga collection road (CR) selalu mendapat sinar matahari sepanjang
hari.
● Lebar blok dibuat 300 meter didasarkan atas kemampuan rata-rata pemanen
mengangkut buah dari dalam blok (rintis tengah) hingga TPH adalah  150 meter
( 16 pokok).

1.4. METODE PEMBUKAAN LAHAN


Kultur teknis pembukaan lahan merupakan faktor ketiga yang menentukan kuantitas
perolehan produksi sesudah jenis tanah dan kualitas bibit. Mutu dan ketepatan persiapan
lahan/lapangan akan mempengaruhi beberapa hal, antara lain:
a. Biaya pembukaan/persiapan lahan itu sendiri
b. Biaya kemudahan dan mutu penanaman kelapa sawit
c. Masa tanaman belum menghasilkan (TBM) (berapa bulan atau tahun)
d. Produksi TBS/MKS/IKS yang akan diperoleh pada tahun pertama panen dan tahun-tahun
berikutnya
e. Biaya pemeliharaan dan panen pada waktu TBM dan TM

Areal tanaman baru (new planting) umumnya dibangun dari hutan primer atau
hutan sekunder, dengan kondisi fisik yang tidak selalu sama dari satu tempat dengan
tempat yang lain, seperti : kondisi tanah, topografi, kerapatan hutan, infrastruktur dan lain-lain.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 4
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Oleh sebab itu, pengelolaan yang baik adalah syarat terpenting untuk dapat menjamin suksesnya
pembukaan lahan baru.

Pemerintah mengeluarkan peraturan No. 28 Tahun 1995 yang menyangkut tentang


pengembangan perkebunan nasional. Salah satu dari 5 (lima) kebijakan pengembangan
perkebunan nasional adalah pelestarian lingkungan “environmental sustainability”. Untuk
mendukung kebijakan di atas, saat ini metode pembukaan lahan (land clearing) di perkebunan
dilakukan tanpa pembakaran (zero burning) (Tabel 1.1.). Pembukaan lahan dengan bakar
memiliki beberapa kerugian antara lain :
a. Punahnya keanekaragaman hayati (flora dan fauna)
b. Pencemaran udara karena asap
c. Menggangu kegiatan ekonomi dan bisnis masyarakat
d. Hilangnya hara tanah yang berasal dari pelapukan limbah hutan.

Tabel 2.1. Metode Land Clearing

METODE LAND CLEARING

1. Survey 7. Pancang rumpuk dan stacking


2. Kontrak kerja 8. Pemancangan titik tanam
3. Pembuatan batas blok 9. Penanaman LCC
4. Pembuatan drainase 10. Pembuatan tapak kuda dan teresan
5. Pancang jalan 11. Pembuatan lubang tanam
6. Imas, tumbang dan cincang 12. Ecer dan tanam

Source : Standard Operating Procedures (SOP) – Asian Agri (2004)

1.5. METODE ZERO BURNING


a. Maksud dan Tujuan
Metoda Zero Burning ini bertujuan untuk menghindari kerusakan tanah dan lingkungan
karena tidak menggunakan cara pembakaran yang bisa menimbulkan dampak negatif pada tanah
dan lingkungan, sehingga metoda Zero Burning ini adalah metoda replanting yang ramah
lingkungan.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 5
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Metoda Replanting dengan cara tanpa bakar (zero burning), seperti halnya metoda
Underplanting, adalah metoda replanting yang ramah lingkungan, karena tidak seperti metoda
Clean Clearing yang menggunakan pembakaran yang menghasilkan dampak negatif pada tanah,
antara lain kehilangan bahan organik yang besar, berupa mulsa dan humus yang terbakar yang
mengakibatkan perubahan struktur tanah dan berkurangnya kandungan karbon organik tanah.
Sedangkan metoda tanpa bakar (zero burning) ini akan menghasilkan perputaran aliran
biomassa (recycling of the biomass) ke dalam tanah, yang berdampak positif dalam jangka
panjang antara lain :
a. Memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia tanah seperti peningkatan granulasi partikel-
partikel tanah, peningkatan kapasitas menahan air tanah, peningkatan kapasitas tukar
kation tanah, dan mengurangi plastisitas dan kohesi tanah (Buckman and Brady, 1967
dalam Idris Hj.Omar).
b. Meningkatkan status bahan organik tanah, sehingga membantu memperbaiki dan
meningkatkan kesuburan tanah melalui dekomposisi bahan organik tersebut.
c. Dengan terjadinya peningkatan kesuburan tanah tersebut, kita dapat melakukan
pengurangan (reduksi) atas pupuk anorganik yang kita berikan dalam perawatan tanaman,
sehingga terjadi peningkatan efisiensi biaya (cost) perawatan tanaman.

b. Kelemahan metoda Zero Burning


Seperti halnya metoda Underplanting, metoda Zero Burning ini mempunyai resiko
serangan hama dan penyakit tanaman lebih besar daripada metoda Clean Clearing, seperti
penyakit Basal Stem Rot (BSR) akibat serangan jamur Ganoderma boninense, dan kerusakan
tanaman akibat serangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Oleh karena itu metoda
Zero Burning ini lebih cocok untuk dilakukan di daerah yang bebas Ganoderma dan
Oryctes.

1.6. PERSIAPAN LAND CLEARING (LC)


1.6.1. Penyusunan Program Land Clearing
Persiapan pembukaan lahan sebaiknya dimulai minimal 4 (empat) bulan sebelum tahun
program, sehingga tersedia waktu 16 bulan untuk menyelesaikan program. Semua tahapan

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 6
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

pekerjaan (time schedule) agar disusun secara sistematis dan satu sama lain tidak saling
menghambat. Di dalam penyusunan "time schedule" tersebut faktor yang paling perlu
diperhitungkan adalah : iklim, tenaga kerja, alat dan bahan.
Contoh jadwal kerja kegiatan operasional pembukaan lahan untuk 2.000 ha dapat dilihat
pada Gambar (1.2) di bawah ini.

Kegiatan Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov

Survey
Kontrak kerja
Pembuatan batas blok
Pembuatan drainase
Pembuatan jalan
Imas, tumbang dan cincang
Pancang rumpuk dan stacking
Pemancangan titik tanam
Penanaman LCC
Pembuatan tapak kuda dan teresan
Pembuatan lubang tanam
Pengeceran dan tanam

Gambar 1.2. Diagram Kegiatan Operasional Pembukaan Lahan untuk Areal 2.000 ha (Musim
Kemarau pada Bulan Pebruari, Musim Hujan Bulan September-Desember)

1.6.2. Peralatan Land Clearing


Peralatan yang umum dipakai dalam pembukaan lahan, yaitu:
No. Jenis Pekerjaan Alat / Bahan
1. Batas blok Theodolit, GPS dan perlengkapannya
2. Imas Parang (manual)
3. Tumbang Chainsaw, kapak (manual)
4. Cincang Parang dan kapak (manual)
Manual : parang, kapak, tuas
5. Rumpuk (stacking)
Mekanis : bulldozer, excavator

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 7
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

1.6.3. Metode Kerja Land Clearing


Metode kerja atau cara pengerjaan yang tepat dan benar akan sangat berpengaruh
terhadap produktivitas alat. Untuk menentukan metode mana yang paling tepat tergantung
beberapa faktor, seperti : volume atau spesifikasi proyek, waktu yang tersedia, dan lain-lain.
Berdasarkan pengalaman, untuk proyek dengan volume besar, sedangkan waktu yang tersedia
relatif singkat, maka bulldozer merupakan alat yang efisien.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 8
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

B. PROSES KEGIATAN LAND CLEARING


Pada proses kegiatan land clearing, hal yang umum dilakukan meliputi pekerjaan
sebagai berikut :
2.1. Mengimas (Underbrushing)
● Selesai pembuatan batas blok (blocking) dilakukan pekerjaan imas. Imas atau
underbrushing adalah suatu kegiatan pembabatan semak, anak kayu pepohonan
dan tanaman merambat yang berdiameter maksimum 10 cm hingga dekat ke
permukaan tanah.
● Dahulu kegiatan imas dilakukan secara manual dengan menggunakan parang atau
kampak, namun sekarang dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat dan
mesin, seperti tree cutter atau mulcher machine.
● Tujuan pekerjaan ini untuk mempermudah pelaksanaan penumbangan pepohonan
yang lebih besar.
● Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun mekanis.

2.2. Penumbangan (Cutting / Felling)


● Penumbangan atau Cutting atau Felling adalah kegiatan penumbangan pepohonan
yang berdiameter lebih dari 30 cm yang dilakukan setelah kegiatan imas.
● Dahulu penumbangan dilakukan secara manual dengan chain saw, namun sekarang
dilakukan dengan excavator. Dalam spesifikasi pekerjaan yang tersedia, biasanya
disebutkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti : pohon harus ditumbangkan
berikut tunggul (bonggol) dengan mengupayakan kerusakan top soil sekecil
mungkin, kayu-kayu yang produktif harus dipotong menjadi 2 atau 4 bagian yang
kelak dapat dimanfaatkan bagi keperluan transmigrasi dan sebagainya.
● Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan (MCAR-SMART,
2003) adalah :
a. Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan.
b. Penumbangan harus dilakukan secara tuntas, sehingga tidak ada pohon yang
setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 9
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

c. Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada
waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis).
d. Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam penumbangan, yaitu: kanopi, arah
angin dan topografi atau kemiringan lereng.
e. Sedangkan dalam SOP-Asian Agri (2004) dinyatakan bahwa penumbangan
dapat dilakukan dengan gergaji rantai (chain-saw) dan atau kapak.
Menumbang dengan gergaji rantai akan lebih cepat dari pada dengan kapak,
dimana 1 (satu) gergaji rantai sama dengan produktivitas 6 (enam) orang
yang memakai kapak. Pekerjaan tumbang sangat dipengaruhi oleh kerapatan
tegakan pohon per ha.
● Ketentuan yang saat ini berlaku pada kegiatan penumbangan dalam MCAR –
SMART (2003) disajikan pada Tabel (1.1) adalah:

Tabel 1.1. Ketentuan pada kegiatan penumbangan

Diameter Batang Ditebang dari Permukaan Tanah Maksimum


>8 – 12 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
13 – 30 cm 25 cm
31 – 75 cm 50 cm
76 – 150 cm 100 cm
> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama.
Source : MCAR – SMART (2003)

● Ketentuan tinggi tunggul maksimum hasil tumbangan dari permukaan tanah oleh
SOP Asian Agri Group (2004) adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2. Ketentuan pada kegiatan penumbangan

Diameter (cm) Maksimum Tinggi Tanggul (cm)


>11 – 20 30
21 – 30 40
31 – 40 45
41 – 50 50
> 50 75

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 10
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

2.3. Perun Mekanis (Piling)


Kegiatan pengumpulan kayu-kayu hasil kegiatan imas dan penumbangan yang kemudian
dikumpulkan menjadi tumpukan-tumpukan kayu pada jarak tertentu pada gawangan mati
sejajar baris tanaman, kegiatan ini disebut Perun Mekanis. Perlu diperhatikan adanya jalur
tumpukan yang sesuai dengan arah Timur – Barat atau arah angin. Alat mesin yang
digunakan adalah Bulldozer dan/atau Excavator. Dalam MCAR – SMART (2003) bahwa
penggunaan alat dan mesin tersebut sesuai kondisi areal dapat disajikan pada Tabel (1.3)
sebagai berikut :

Tabel 1.3. Penggunaan alat dan mesin pada berbagai kondisi areal
Posisi Kerapatan
Jenis Alat Vegetasi Topografi
Rumpukan Kayu
Buldozer Hutan sekunder, Bukit, gelombang, Sedang -
4:1
semak belukar darat, datar rendah
Hutan primer,
Buldozer dan Tinggi -
sekunder, semak Bukit, gelombang Antar teras
Excavator rendah
belukar
Hutan primer,
Rendahan, Tinggi -
Excavator sekunder, semak 2:1
gambut rendah
belukar
Source : MCAR – SMART (2003)

2.4. Rumpuk (Stacking)


● Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di
gawangan mati. Pemancangan rumpuk dilakukan apabila seluruh kayu sudah
dicincang.
● Lokasi pancang rumpukan nantinya dijadikan dasar gawangan mati pada saat
pancang tanam. Kayu hasil cincangan dirumpuk memanjang (dalam pancang
rumpukan) dengan arah Utara – Selatan.
● Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh
Operator excavator atau bulldozer. Setiap jarak  50 m diberikan pancang pembantu,
sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran.
● Pada jarak 150 (inti) atau 200 (plasma/KKPA) meter dibuat tanda tidak boleh
dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar  2 meter.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 11
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

2.5. Persyaratan Pembukaan Lahan Untuk Areal Kelapa Sawit


2.5.1. Konservasi Tanah, Air dan Keanekaragaman Hayati
a. Lakukan HCV (high conservation value) identification atau identifikasi NKT (nilai
konservasi tinggi), jika ditemukan flora dan fauna yang harus dilindungi lakukan
isolasi dan dokumentasi terhadap flora dan fauna tersebut.
b. Tidak menebang pohon dengan radius :
● 500 m dari tepi waduk atau danau
● 200 m dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa
● 100 m dari kiri kanan tepi sungai
● 50 m dari kiri kanan tepi anak sungai
● 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang
● 130 kali selisih pasang tertinggi dari tepi pantai
Land clearing dilakukan harus dengan zero burning.

2.5.2. Berdasarkan Jenis Tanah


a. Tanah Mineral
Syarat lebar terasering berdasarkan derajat kemiringan lahan adalah sebagai
berikut :

Tabel 1.4. Syarat lebar terasering berdasarkan derajat kemiringan lahan


Kemiringan Keterangan
<50 Jarak tanam standar, tidak perlu teras atau tapak kuda
5 – 80 Lebar teras minimal 2 m dengan interval 35 – 50 m
9 – 12 0
Lebar teras 4,3 – 4,5 m
13 – 25 0
Lebar teras minimal 3,0 m bergantung pada kondisi tanah atau kedalaman tanah.
>25 0
Tidak direkomendasikan untuk ditanam
Source : SOP – Pembukaan Lahan, PT. Swakarsa Sinarsentosa (2009)
Keterangan :
● Kemiringan lahan diukur dengan Abney Level atau clinometer.
● Lebar teras < 5 m dengan backdrop 0,5 m

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 12
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

● Sebelum pembuatan teras jalan dibuat terlebih dahulu untuk memudahkan


operasional dari jalan ke teras atau sebaliknya dan mengurangi resiko erosi.
Dalam SOP Provident Agro (2007), beberapa hal yang harus dilakukan adalah dengan :
a. Teras Konservasi
Pada daerah dengan kemiringan 5 – 80, teras konservasi dengan lebar 2 m dibuat
secara mekanis dengan jarak antar teras 35 – 50 m. Tapak kuda dengan rorak dapat
dibuat secara selektif jika diperlukan.
b. Teras Kontur
Pada daerah berbukit dengan kemiringan 100 – 150 dibuat teras kontur dengan
lebar 4,3 – 4,5 m secara mekanis (Tabel 1.4). Stop bund harus dibuat setiap jarak
30 m dengan lebar dan tinggi 60 – 70 cm dengan panjang ± 2 m dari tebing.

Gambar 1.3. Teras kontinyu (contour) pada pancang tanaman.


A : Tampak samping. B. : Tampak atas.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 13
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Pembuatan teras kontur atau teras kontinyu (bersambung) harus berdasar pada
timbang air (harus datar, waterpass), dan dimulai dari tempat yang paling tinggi
(atas) ke tempat yang lebih rendah. Teras kontur dibuat miring ke arah dinding
teras, dengan sudut kemiringan 100 sampai 150. Lebar teras kontur tidak sama
antara lebar teras pada pancang tanaman (titik tanam) dengan lebar teras pada
pancang kontur (yang dikenal sebagai teras penghubung). Lebar teras pada titik
tanam adalah 4 m, sedangkan lebar teras penghubung adalah 2 m (lihat pada
Gambar 1.5 dan Gambar 1.6.)

c. Teras Individu (Tapak Kuda)


Pada daerah dengan kemiringan 13 – 250 yang tidak memungkinkan dibuat teras
kontur dengan lebar 3 m harus dibuat tapak kuda dengan lebar 2,5 m mengikuti
kontur yang harus dikombinasikan dengan rorak.

Gambar 1.4. Teras individu / Tapak kuda.


A. : Tampak samping. B. : Tampak atas.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 14
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Pembuatan tapak kuda dimulai dengan pemancangan areal tanam dengan pancang
tanaman (9 x 7,79 m untuk SPH 143), bukan pancang teras seperti pada pembuatan
teras kontur. Areal dibersihkan dari batu dan tunggul kayu, kemudian tapak kuda
dibuat tepat pada pancang tanaman. Tanah digali pada sisi lereng dan ditimbunkan
pada sisi bawahnya, lalu dibentuk bidang tapak kuda miring ke dalam dengan
sudut kemiringan 100 – 150. Kemudian tanah timbunan dipadatkan (digeblék).
Norma tenaga kerja untuk pembuatan tapak kuda ini adalah 3 – 4 tapak kuda / HK.
Untuk perawatan tapak kuda dilakukan 1 x setahun selama 3 tahun dengan norma
tenaga 13 – 15 tapak kuda / HK.

d. Teras Kontinyu pada pancang kontur (Teras Penghubung)


Prosedur pertama adalah pemancangan pancang kontur. Tarik satu garis lurus dari
suatu tempat tertentu di atas bukit ke arah bawah (arah lereng). Ukur kemiringan
lereng (slope) dengan Abney Level. Dirikan pancang di titik pertama pada garis
tersebut (di puncak). Titik pancang berikutnya di garis tersebut diukur jaraknya
berdasarkan kemiringan lereng (slope) yang diukur dengan Abney Level. Setelah
diperoleh besar sudut kemiringan lereng, maka jarak ke titik pancang berikutnya
dapat diketahui dengan perhitungan berikut :
x
cos α  dimana x = 7,79 m
R
maka :
7,79
R
cos 

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 15
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Gambar 1.5. Teras kontinyu pada pancang kontur (Teras Penghubung)


A. : Tampak samping. B. : Tampak atas.

Untuk pendirian pancang kontur berikutnya pada garis lurus tersebut (untuk teras kontur
di bawahnya) dilaksanakan dengan prosedur yang sama. Dari titik-titik pancang pada garis lurus
tersebut, kemudian dapat didirikan pancang-pancang kontur yang sama ketinggiannya
(waterpass) mengelilingi bukit. Jarak antara pancang kontur tersebut adalah 9 meter. Pancang
kontur dapat berfungsi sebagai pancang tanam apabila jarak proyeksi antar teras (barisan
tanaman) tetap berjarak 7,79 m. Apabila kemiringan lereng semakin curam, sehingga jarak antar
teras semakin dekat, maka pancang tanaman turun pada teras di bawahnya, dengan jarak
proyeksi antar teras sebesar 7,79 m. Demikian pula sebaliknya, jika kemiringan lereng semakin
landai, sehingga jarak antar teras semakin jauh, maka pancang tanaman dapat dibuat diantara
kedua baris kontur tersebut, dengan ketentuan jarak proyeksinya tetap 7,79 meter.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 16
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Jika jarak proyeksi teras yang didapat dari perhitungan pada kedua kasus di atas tidak
tepat 7.79 m, tapi  30% dari 7,79 m, maka jarak antar pancang tanaman dalam teras dapat
diatur untuk menjaga SPH 143 dengan aturan sebagai berikut :
● jika jarak proyeksi tidak 7.79 m, tetapi a meter (diketahui dari jarak antar teras yang
semakin dekat atau jauh akibat dari kemiringan lereng yang tidak sama).

a
cos α  maka a  R cos α
R

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 17
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

● dan jarak antar pancang tanam yang dicari : b meter, maka berlaku persamaan :

9,0 * 7,79
 9,0 * 7,79  b * a atau b (meter)
a

Penanaman Kelapa Sawit di Areal Berbukit


Penanaman kelapa sawit di areal berbukit dengan kemiringan lereng rata-rata diatas 200 (36%)
sampai 400 (84%) dilaksanakan di atas teras kontur. Ada 3 (tiga) tahap kegiatan pra-penanaman
sawit di areal berbukit, yaitu :
1. Tahap Pembangunan Teras Kontur
1.1. Penentuan titik pancang kontur dilakukan dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
1.1.1. Perencanaan :
● Peralatan : Abney level, 2 buah tiang pedoman yang sama panjangnya, yaitu
setinggi mata petugas leveling (orang ke-I), tiang pancang kontur, tali meteran.
● Tenaga kerja : 3 orang, dengan tugas masing-masing : orang ke-I membawa Abney
level yang diletakkan di tiang pedoman I dengan tugas melakukan leveling, orang
ke-II membawa tiang pedoman II dan bertugas menunjukkan posisi titik pancang
kepada pembawa pancang, orang ke-III bertugas membawa pancang dan
memancang.
● Prinsip batasan pembuatan kontur :
Karena variasi kemiringan lereng di lapangan, maka jarak proyeksi (jarak datar)
antar kontur yang dibuat dapat bervariasi dengan batasan  30% dari 7,79 meter,
atau dalam interval 5,45 m sampai 10,13 m. Artinya bila kemiringan lereng
semakin curam, sehingga jarak datar antar kontur kurang dari 5,45 meter, maka
kontur diputus (pancang terakhir dengan ujung pancang dicat warna merah,
sedangkan pancang-pancang kontur lainnya dengan ujung pancang dicat warna
putih). Begitu juga sebaliknya, bila lereng semakin landai sehingga jarak datar
antar kontur lebih dari 10,13 meter; maka di tengah diantara kedua kontur tersebut
dibuat kontur ekstra (kontur sisipan), dimulai dengan pancang kontur yang
ujungnya dicat warna merah.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 18
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

1.1.2. Pelaksanaan Pemancangan


a. Penentuan pancang induk
Pancang-pancang induk ditempatkan pada satu garis lurus dari puncak lereng ke
bawah (arah lereng) yang merupakan garis pedoman, dengan lereng yang dipilih
adalah lereng dengan kemiringan rata-rata yang ada di suatu areal (bukan lereng
yang paling curam atau paling landai). Penentuan garis pedoman untuk
penempatan pancang induk dipilih dari beberapa lokasi yang telah diukur
kemiringannya dengan Abney level, dan dipilih yang memiliki gradien
kemiringan rata-rata di areal tersebut.
x 7,79
Jarak antara dua pancang induk (R) adalah = = , dimana x adalah
cos α cos α
jarak datar antar kontur dan α adalah besar sudut kemiringan lereng.

Gambar 1.6. Jarak pancang induk

b. Penempatan pancang kontur.


(1). Proses dimulai dari pancang induk tertinggi. Orang ke-I (pembawa tiang
pedoman I yang telah dipasang Abney level) mengatur atau mengarahkan
posisi orang ke-II (pembawa tiang pedoman II) agar kedudukan atau
posisinya horizontal. Posisi horizontal tersebut diperoleh pada saat garis
ujung tiang pedoman II tepat berimpit dengan garis horizontal dan
gelembung air pada Abney level di tiang pedoman I. Jarak antara orang ke-
I dan orang ke-II adalah 9 meter.
(2). Orang ke-II kemudian menunjukkan posisi tiang pancang kontur kepada
orang ke-III (pembawa pancang) yang kemudian menancapkan tiang
pancang pada titik yang dimaksud.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 19
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Gambar 1.7. Penentuan posisi pancang kontur

(3). Kemudian orang ke-II bergerak menjauh dari orang ke-I, mencari posisi
horizontal berikutnya mengikuti pengarahan orang ke-I dengan jarak  9
meter dari posisi pancang pertama. Setelah posisi titik horizontal
ditemukan, orang ke-II tersebut kembali mengarahkan orang ke-III untuk
menancapkan tiang pancang di titik yang dimaksud.
(4). Orang ke-I (pembawa Abney level) kemudian bergerak maju ke posisi
tiang pancang kedua tersebut untuk penentuan posisi pancang kontur
ketiga. Begitu juga orang ke-II bergerak ke depan, sehingga jarak antara
orang ke-I dan orang ke-II tidak terlalu jauh ( 9 meter).
(5). Demikian dilakukan berulang sampai diperoleh kontur pertama yang
mengelilingi bukit.
(6). Pembuatan kontur kedua dimulai dari pancang induk kedua yang terletak di
bawah pancang induk pertama (lihat gambar 15). Kemudian dilakukan
prosedur yang sama dengan prosedur pada butir b.1 , b.2, sampai b.5 di
atas.
(7). Apabila kemiringan lereng semakin curam dan kontur menyempit sampai
jarak datar antara kontur yang sedang dipancang dengan kontur sebelumnya
kurang dari 5,45 meter, maka kontur diputus, diberi pancang terakhir pada
kontur tersebut dengan ujungnya dicat warna merah. Kemudian para
personil kembali ke pancang induk untuk memulai kontur berikutnya.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 20
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Tetapi apabila kondisi lereng curam atau penyempitan kontur terjadi pada
jarak yang pendek saja, misalnya dalam jarak 18 meter lereng landai
kembali, sehingga diperkirakan kontur akan melebar kembali; maka
pancang kontur diteruskan.
(8). Sebaliknya, bila kemiringan lereng semakin landai dan kontur melebar
sampai lebih dari 10,13 meter, maka di tengah-tengah diantara dua kontur
dimulai pembuatan kontur baru (kontur ekstra atau sisipan) dengan pancang
pertama diberi cat warna merah. Kontur sisipan atau kontur ekstra ini juga
dihentikan pemancangannya bila jarak antar konturnya kembali menyempit
sampai kurang dari 5.45 meter, juga diberi pancang dengan warna merah.
1.2. Pembuatan Teras Kontur
Pembuatan konstruksi teras kontur adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian tinggi.
Diperlukan operator bulldozer yang terlatih dengan baik untuk membuat teras kontur
yang level dan konsisten Alat yang diperlukan adalah bulldozer, misal bulldozer
Caterpillar type D3 atau D4, atau yang setara dengan itu. Pembuatan teras kontur dengan
bulldozer dilaksanakan setelah pemasangan pancang kontur selesai dilakukan, sehingga
operator bulldozer dapat melihat dengan jelas pola garis kontur yang direncanakan dan
dipersiapkan. Teras kontur dibuat dengan lebar 2.0 – 2.5 m, datar (level) keliling bukit
sesuai dengan pancang kontur yang telah dipasang.

2. Tahap Penentuan Titik Tanam.


Tahap penentuan titik tanam ini berisi kegiatan-kegiatan pra-penanaman dengan urutan
sebagai berikut :
2.1. Perencanaan
a. Peralatan yang diperlukan : tali meteran plastik dengan panjang 17, 10 meter,
siku-siku dari kayu, tiang-tiang pancang tanaman sepanjang 1.5 m yang ujungnya
ditandai dengan cat atau pita plastik berwarna kuning atau putih.
b. Tenaga kerja : 3 orang, dengan tugas masing-masing sebagai berikut : orang ke-I
memegang pangkal tali di teras kontur yang telah dipancang dengan pancang
tanaman, orang ke-II memegang bagian tengah tali dan siku-siku kayu di teras

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 21
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

kontur kedua yang akan dipancang dengan pancang tanaman, dan orang ke-III
memegang ujung tali di teras kontur kedua yang akan dipancang dengan pancang
tanaman; ketiganya pada posisi  1 meter dari tebing teras (sisi sebelah dalam
teras).
c. Prinsip penentuan titik pancang tanaman : Jarak datar antar barisan tanaman atau
antar kontur sudah ditetapkan besarnya yaitu 7,79 meter. Realitas di lapangan,
jarak antar kontur tersebut dapat bervariasi karena variasi kemiringan lereng, dan
sudah dibatasi dalam selang 5,45 m sampai 10,13 m. Karena perubahan jarak
antar teras kontur tersebut, maka jarak antar pancang tanaman di dalam barisan
juga berubah, tidak tetap 9 meter. Dengan pertimbangan akan aspek praktikal,
maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut :
(1). Dibuat tabel hubungan antara jarak antar barisan (kontur) dan jarak antar
tanaman di dalam barisan.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 22
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

(2). Kemudian dibuat tali ukuran dengan panjang 17,10 meter yang akan
digunakan untuk menentukan titik pancang tanaman secara praktis.
2.2. Pelaksanaan
a. Pada kontur pertama (kontur teratas), titik pancang tanaman dapat langsung
ditentukan, dimulai dari pancang induk teratas terus bergerak pada teras kontur
pertama dengan jarak antar pancang 9 meter keliling kontur sampai kembali ke
titik awal.
b. Untuk menentukan titik pancang tanaman pada kontur kedua, lakukan langkah-
langkah berikut :
● Letakkan pangkal tali ukuran di titik tengah di antara dua pancang tanaman
sawit pada kontur pertama (pangkal tali dipegang oleh orang ke-I).
● Tarik tali ke bawah (arah lereng) menuju kontur kedua, kemudian belokkan
tali 900 pada titik atau posisi  1 meter dari tebing bagian dalam teras
kontur kedua. (arah belokan bisa ke kanan atau ke kiri, dengan ketentuan
untuk kegiatan berikutnya harus dengan arah yang tetap; misal ke arah kiri,
maka kegiatan berikutnya terus ke arah kiri). Pada titik siku ini tali
dipegang oleh orang ke-II, dan pada posisi ujung tali dipegang oleh orang
ke-III.
● Maka titik siku pada pertengahan tali dan titik ujung tali merupakan dua
titik pancang tanaman di teras kontur kedua. Harus diingat bahwa jarak
antara pangkal tali ke titik siku adalah jarak datar. Jadi usahakan agar
tegangan tali dari pangkal ke titik siku dalam posisi datar (level), bukan
miring mengikuti kemiringan lereng.
c. Untuk menentukan titik pancang tanaman berikutnya, pembawa pangkal tali pada
kontur I bergerak ke kiri pada kontur I bersamaan dengan pergerakan dua orang
(orang II dan III) yang berada di teras kontur kedua. Dengan menjaga posisi siku-
siku, maka ujung tali atau titik pancang terakhir pada aktivitas pertama tadi (butir
b.3) menjadi titik siku-siku, dan ujung tali pada aktivitas ini menjadi titik
pancang tanaman berikutnya. Demikian seterusnya sampai teras kontur kedua
terisi pancang tanaman.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 23
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

d. Untuk menentukan titik pancang tanaman pada teras kontur berikutnya


mengikuti prosedur yang sama dengan prosedur di atas.
e. Pancang induk dicabut setelah pancang tanaman selesai dipancangkan.
f. Tahap penentuan titik tanam selesai.

Gambar 1.8. Penentuan posisi pancang tanaman

3. Tahap Pembuatan Teras Tanaman


Teras tanaman selebar 4 m dibuat dengan melebarkan teras kontur pada posisi titik
tanam, dengan menggali tanah di sisi dalam dan menimbun tanah di sisi luar teras
kontur. Hal ini dapat dilakukan secara manual dengan alat-alat cangkul, angkong (wheel
barrow), alu untuk pemadatan tanah (penggeblék); maupun secara mekanis dengan
menggunakan bulldozer atau shovel loader.

Gambar 1.9. Pembuatan teras tanaman

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 24
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan konstruksi teras.


1. Pembangunan konstruksi teras sebelum dimulai harus memperhitungkan detail
pembiayaan secara lengkap karena pembuatan teras ini dapat menghabiskan biaya yang
besar.
2. Pembangunan konstruksi teras memerlukan operator bulldozer yang terlatih dengan baik
dan menguasai pekerjaannya (skilled operator), karena teras yang dibuat harus level.
3. Karena pembangunan konstruksi teras yang sempurna seratus persen level sukar dijumpai
realitanya di lapangan, maka untuk mengurangi erosi tanah yang disebabkan oleh aliran air
di permukaan tanah (run-off) pada teras yang tidak level tersebut, perlu dibuat tanggul-
tanggul penahan air (water stop bunds) pada teras. Tanggul dibuat dengan timbunan batu
dan tanah yang dipadatkan setinggi 30 cm, dengan lebar atas 15 – 20 cm dan lebar bawah
30 cm. Jarak interval antar tanggul berkisar antara 10 m sampai 30 m, tergantung pada
besarnya kemiringan atau tidak levelnya teras. Semakin miring akan menyebabkan aliran
permukaan (run-off) semakin besar, sehingga jarak antar tanggul yang harus dibuat juga
semakin pendek.
4. Teras kontur dan tapak kuda memerlukan perbaikan (repair) pada kerusakan yang
disebabkan oleh erosi air hujan selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM).
Frekuensi perbaikan atau rotasi perawatan teras adalah satu kali setahun.
5. Setelah teras selesai dibuat, lahan diantara teras, baik pada tepi teras (tanah yang
dipadatkan) maupun pada lahan miring (slope); harus segera ditanami dengan tanaman
kacangan (LCC). Dosis benih tanaman kacangan yang diperlukan per hektar adalah
campuran Pueraria javanica (PJ) 3 kg dengan Calopogonium mucunoides (CM) 6 kg.
Untuk penutupan rumpukan batang kayu yang lebih cepat guna mencegah
perkembangbiakan hama kumbang tanduk (Oryctes sp), maka perlu ditanam kacangan
Mucuna cochinchinensis (MC) sebanyak 15 kg per hektar. Penutupan lahan dengan
tanaman penutup lahan ini penting sekali untuk mencegah erosi tanah, terutama tanah
lapisan atas (top soil).

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 25
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

C. SIFAT FISIK MATERIAL


3.1. Umum
Medan kerja dan sifat fisik material akan banyak berpengaruh dalam pemilihan secara
teknis jenis alat apa yang tepat digunakan dalam pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dengan
tidak sesuainya alat dengan kondisi medan kerja atau kondisi material, akan menimbulkan
kesulitan berupa tidak efisiennya alat dan akan menimbulkan kerugian, karena banyaknya waktu
yang hilang
Material yang berada di permukaan bumi ini sangat beraneka ragam baik jenis, bentuk
dan lain sebagainya. Sedangkan material dalam pemindahan tanah secara mekanis meliputi :
tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar dan alang-alang).

3.2. Sifat Fisik Material


Sifat fisik material terhadap alat berat akan berpengaruh terutama dalam hal :
(1). Menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran produksi atau kapasitas
produksinya
(2). Perhitungan volume pekerjaan.
(3). Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.
Beberapa sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan dalam hubungan dengan
aplikasi alat berat adalah :
(1). Pengembangan dan penyusutan material
(2). Berat material
(3). Bentuk Material
(4). Kohesivitas material
(5). Kekerasan material
(6). Daya dukung tanah.

3.2.1. Pengembangan dan Penyusutan Material


Pengembangan dan penyusutan material merupakan perubahan (penambahan atau
pengurangan) volume material yang terjadi apabila material tersebut diganggu dari

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 26
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

bentuk aslinya (digali, dipindahkan, diangkut atau dipadatkan). Dengan adanya


perubahan tersebut, pengukuran volume maupun kerapatan material dibedakan:
(1). Keadaan asli (bank measure atau BM) adalah material yang masih alami dan
belum mengalami gangguan teknologi (digali, dipindahkan, diangkut dan
dipadatkan).
(2). Keadaan gembur (loose cubic meter atau LCM), adalah material yang telah
tergali dari tempat asalnya, akan mengalami perubahan volume yaitu
mengembang. Hal ini terjadi karena adanya perubahan rongga udara
diantara butiran-butiran material, dengan demikian volume akan menjadi
lebih besar sedangkan beratnya tetap.
Besarnya penambahan volume tergantung dari faktor kembang tanah (swelling
factor) yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanah. Volume dalam keadaan lepas
dapat dihitung dengan persamaan:

LCM  BM  %swell * BM

dimana :
LCM : volume dalam keadaan kondisi lepas/gembur (m3)
BM : volume dalam kondisi asli (m3)
Swell : faktor kembang tanah (%), disajikan pada Tabel (1.4)

Tabel 1.4. Faktor kembang dari berbagai jenis tanah


Jenis Tanah Swelling Factor (%)
Pasir 5 –10
Tanah permukaan (top soil) 10 – 25
Tanah biasa 20 – 45
Lempung (clay) 30 – 60
Batu 50 – 60
Sumber :

(3). Keadaan padat (compact) adalah keadaan yang akan dialami material yang
mengalami proses pemadatan dimana volumenya akan menyusut, karena

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 27
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

adanya pengurangan rongga udara diantara butiran-butiran material


tersebut. Dalam keadaan ini, volume material akan menjadi semakin kecil
sedangkan beratnya tetap.

Faktor konversi pengembangan (swell faktor) dapat dilihat pada Tabel (1.5)
berikut.

Tabel 1.5. Konversi volume tanah atau material


Menjadi Bentuk
Material Dari Bentuk
Asli Gembur Padat

Asli 1,00 1,11 0,99


Tanah berpasir Gembur 0,9 1,00 0,80
Padat 1,05 1,17 1,00
Asli 1,00 1,25 0,90
Tanah biasa Gembur 0,80 1,00 0,72
Padat 1,11 1,39 1,00
Asli 1,00 1,25 0,90
Tanah liat Gembur 0,70 1,00 0,63
Padat 1,11 1,59 1,00
Asli 1,00 1,18 1,08
Tanah campur kerikil Gembur 0,85 1,00 0,91
Padat 0,93 1,09 1,00
Asli 1,00 1,13 1,03
Kerikil Gembur 0,88 1,00 0,91
Padat 0,97 1,10 1,00
Asli 1,00 1,42 1,29
Kerikil besar dan
padat Gembur 0,70 1,00 0,91
Padat 0,77 1,10 1,00
Pecahan batu kapur, Asli 1,00 1,65 1,22
batu pasir dan cadas Gembur 0,61 1,00 0,74
lunak lainnya Padat 0,82 1,35 1,00
Pecahan Granit, Asli 1,00 1,70 1,31
basalt dan cadas Gembur 0,59 1,00 0,77
keras lainnya Padat 0,76 1,30 1,00
Asli 1,00 1,75 1,40
Pecahan cadas Gembur 0,57 1,00 0,80
Padat 0,71 1,24 1,00
Sumber: Manajemen Alat-Alat Besar, PT. United Tractors.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 28
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Contoh Soal (1) :


Jika diketahui volume tanah bercampur kerikil dalam keadaan asli sebesar 100 m3,
berapa volumenya setelah digemburkan/kondisi lepas?
Jawab :
Dari Tabel (1.4) diperoleh data bahwa faktor konversi tanah dari kondisi asli ke lepas
untuk jenis tanah bercampur kerikil adalah 1,18, maka volume dalam keadaan lepas
adalah :
Volume gembur  volume asli * faktor konversi

Volume gembur  100(m3 ) * 1,18  118 m3 (LCM)

3.2.2. Berat Material


Kemampuan suatu alat berat untuk melakukan pekerjaan, seperti : mendorong,
mengangkat, menarik, mengangkut dan lain-lain, akan sangat dipengaruhi oleh berat
material tersebut, karena setiap alat berat mempunyai batasan kapasitas, volume tertentu.

3.2.3. Bentuk Material


Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material, yang akan mempengaruhi
susunan butiran-butiran material dalam satu kesatuan volume atau tempat. Material yang
kondisi butirnya halus dan seragam kemungkinan besar isinya dapat sama dengan
besarnya volume ruang yang ditempati. Sedangkan material yang berbutir kasar dan
berbongkah-bongkah, akan lebih kecil dari nilai volume ruang yang ditempati. Hal ini
terjadi karena jenis material ini akan membentuk rongga-rongga udara yang memakan
sebagian dari ruangan tersebut.

3.2.4. Kohesivitas Material


Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat dari butiran-
butiran material itu sendiri. Material dengan kohesivitas tinggi (misal : tanah liat) akan
mudah menggunung (volume material bisa melebihi volume ruangnya). Material dengan
kohesivitas rendah (missal : pasir) apabila menempati suatu ruang akan sukar
menggunung.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 29
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

3.2.5. Kekerasan Material


Material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali atau dikupas oleh alat berat,
hal ini akan menurunkan produktivitas alat.

3.2.6. Daya Dukung Tanah


Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat yang berada
diatasnya. Apabila suatu alat berada di atas tanah, maka alat tersebut akan memberikan
tekanan pada bidang dibawahnya. Sedangkan perlawanan yang diberikan tanah adalah
daya dukung. Jika tekanan yang terjadi pada alat lebih besar dari daya dukung
tanah, maka alat akan terbenam. Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara
pengukuran atau test langsung di lapangan, biasanya digunakan alat untuk test daya
dukung tanah, yaitu : “cone penetrometer”. Tabel (1.6) di bawah ini memberikan
gambaran alat berat apa saja yang sesuai dengan daya dukung tanah yang ada :

Tabel 1.6. Daya dukung tanah untuk alat berat KOMATSU


Cone Indeks Jenis Alat Daya Tekan Alat
<2 Extra Swamp Dozer 0,15 – 0,30
2–4 Swamp Dozer 0,20 – 0,30
4–5 Small Bulldozer 0,30 – 0,60
5–7 Medium Bulldozer 0,60 – 0,80
7 – 10 Large Bulldozer 0,70 – 1,30
10 – 13 Motor Scraper 1,30 – 2,85
> 15 Dump Truck > 3,20
Sumber: Manajemen Alat-Alat Besar, PT. United Tractors

3.3. Besaran Teknis Alat Berat


Dalam menghitung produktivitas alat berat, banyak hal yang berpengaruh terhadap besar
kecilnya produktivitas tersebut, seperti: kemampuan Operator dalam mengoperasikan alat berat,
metoda pengoperasian alat, kondisi lapangan, kondisi alat itu sendiri dan lainnya. Dalam
mengoperasikan alat berat, perlu diketahui besaran teknis alat berat yang meliputi : muatan

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 30
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

maksimum (pay load); tahanan gelinding (rolling resistance); tahanan tanjakan (grade
resistance); koefisien traksi; tenaga tarik (draw bar pull) dan lain-lain.

3.3.1. Muatan Maksimum


Muatan maksimum (pay load) merupakan muatan bersih yang dapat diangkut oleh suatu
unit alat pengangkut dan dinyatakan dalam bank meter kubik atau tanah asli; tanah
lepas; dan tanah setelah dipadatkan.

3.3.2. Tahanan Gelinding


Tahanan gelinding atau rolling resistance (RR), yaitu : tahanan yang timbul pada
roda kendaraan beroda akibat pergerakannya diatas permukaan datar. Besarnya
RR dipengaruhi oleh jenis roda dan kondisi permukaan jalan. Tanah yang lembek
memberikan RR yang lebih besar dari tanah yang keras permukaannya. Pada kendaraan
beroda ban karet, besar tahanan ini juga tergantung dari ukuran ban, angin di dalam ban
dan bentuk kembangan dari permukaan ban. Untuk tipe roda rantai (crawler), besarnya
tahanan ini terutama tergantung dari sifat permukaan saja. Untuk perencanaan alat berat,
secara pendekatan tahanan gelinding dapat dihitung :

RR  CRR * berat kendaraan roda

Sedangkan besarnya CRR (coefficient of rolling resistence) atau koefisien tahanan


gelinding, dapat dilihat pada Tabel (1.7).

Tabel 1.7. Koefisien tahanan gelinding


CRR
Tipe dan Keadaan Landasan
Roda Besi Roda Ban
Rel besi 0,01 -
Beton 0,02 0,02
Jalan macadam 0,03 0,03
Perkerasan kayu 0,03 -
Jalan datar tanpa pekerasan, kering 0,05 0,04
Landasan tanah keras 0,10 0,04
Landasan tanah gambur 0,12 0,05
Landasan tanah lunak 0,16 0,09
Kerikil, pasir tidak dipadatkan 0,15 0,12
Tanah basah, lumpur - 0,16

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 31
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

CRR = 2 % + (0,6 %) setiap cm terbenamnya roda.


Sebenarnya sangat sukar untuk secara pasti menentukan besarnya RR ini, secara praktis
hanya didapat dari percobaan-percobaaan saja, yaitu dengan menarik sesuatu kendaraan
dengan tali penarik yang dihubungkan dengan alat pengukur tegangan. Tegangan (kg)
total di dalam tali penarik ini (sampai kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap)
adalah harga RR permukaan itu per berat kendaraan (ton).

P
RR 
B

dimana:
RR : rolling resistance (kg/ton)
P : tegangan total dalam tali penarik (kg)
B : berat total kendaraan + muatan (ton)

3.3.3. Tahanan Tanjak


Jika suatu kendaraan bergerak melalui suatu tanjakan, maka diperlukan tenaga traksi
tambahan sebanding dengan besarnya landai tanjakan tadi, demikian pula bila kendaraan
menurun terjadi pengurangan tenaga traksi, hal ini karena adanya pengaruh gravitasi.
Kelandaian dinyatakan dalam %, yaitu perbandingan antara perubahan ketinggian per
satuan panjang jalan.

Panjang L

V
W.G

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 32
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Contoh (2) : Sebuah kendaraan dengan berat 4000 kg harus naik dengan landai 6%,
berapakah tambahan tenaga traksi yang diperlukan?
Jawab :
Tambahan tenaga traksi  0,06 * 4.000 kg  240 kg

3.3.4. Koefisien Traksi


Jika terdapat geseran yang cukup antara permukaan roda dengan permukaan jalan, maka
tenaga mesin dapat dijadikan tenaga traksi maksimal. Tetapi jika tidak cukup terdapat
geseran antara roda dengan permukaan jalan, maka kelebihan tenaga mesin dilimpahkan
kepada roda dan akan mengakibatkan selip. Untuk mendapatkan traksi maksimal
sebelum terjadi selip antara roda dengan permukaan tanah (traksi kritis), maka koefisien
traksi dapat disebut sebagai faktor yang harus dikalikan dengan berat total kendaraan
pada roda geraknya.

Traksi Kritis  KoefisienTraksi * Berat Total Kendaraan

Besarnya koefisien traksi dipengaruhi berbagai macam faktor, untuk kendaraan beroda
karet, misalnya : faktor-faktor meliputi kembangan ban, bentuk dan ukuran ban, tekanan
angin dalam ban, keadaan permukaan tanah dan sebagainya. Variasi-variasi tidak dapat
diberikan secara tepat, akan tetapi secara percobaan telah disusun seperti pada Tabel (1.8)
di bawah ini, yang dapat digunakan sebagai perkiraan :

Tabel 1.8. Koefisien traksi pada masing-masing keadaan


Jenis Permukaan Ban Karet Crawler
Beton, kering dan kasar 0,80 – 1,00 0,45
Tanah liat, kering 0,50 – 0,70 0,90
Tanah liat, basah 0,40 – 0,50 0,70
Pasir basah dan kerikil 0,30 – 0,40 0,35
Pasir kering, lepas 0,20 – 0,30 0,30

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 33
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

3.3.5. Pengaruh Ketinggian


Semakin tinggi kedudukan (elevasi) suatu tempat, semakin kurang padat kadar oksigen
di daerah itu. Mesin-mesin dari peralatan yang biasa dipergunakan untuk pelaksanaan
konstruksi bekerja atas dasar pembakaran zat asam (oksigen) dari udara dengan bahan
bakar. Dengan berkurangnya kadar oksigen akan berpengaruh terhadap hasil-hasil
pembakaran dan tenaga mesin. Ketinggian = Lokasi suatu tempat dengan permukaan air
laut. Persamaan praktis yang dapat digunakan, antara lain :
a. Mesin 4 langkah/tak
Berkurangnya tenaga mesin adalah 3% dari HP (horse power) seluruhnya untuk
penambahan 1.000 ft diatas 750 m (± 2.500 ft) yang pertama dari permukaan air
laut.
b. Mesin 2 langkah/tak
Berkurangnya tenaga mesin adalah 1% dari HP seluruhnya untuk setiap
penambahan 1.000 ft di atas 750 m (± 2.500 ft) yang pertama dari permukaan air
laut.
c. Mesin Supercharger.
Dapat mengurangi kehilangan tenaga mesin. Supercharger dapat menaikkan tenaga
mesin sampai 125%. Supercharger bekerja dengan cara menginjeksi oksigen ke
dalam silinder.

Contoh (3) :
Suatu mesin 200 HP, 4 tak, bekerja pada ketinggian 6000 ft. Tentukan tenaga mesin
efektif.
Jawab:

Hilangnya tenaga mesin :

3% * 200 HP * (6.000  2.500)


  21 HP
1.000

Jadi tenaga mesin efektif = 200 HP – 21 HP = 179 HP.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 34
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

3.3.6. Tenaga Tarik (Drawbar Pull)


Drawbar pull (DBP) atau tenaga tarik adalah tenaga yang tersedia pada hook (gantol
atau kait) yang terdapat di bagian belakang tractor (untuk menarik suatu muatan).
Besarnya DBP ini dinyatakan dalam kg, lb atau HP. dari tenaga mesin keseluruhan
setelah dikurangi untuk mengatasi geseran-geseran mekanis tractor dan lain-lain, sisanya
diperhitungkan sebagai DBP.

3.3.7. Tenaga Roda (Rimpull)


Rimpull merupakan tenaga yang disediakan mesin kepada roda geraknya, dan
dinyatakan dalam kg atau lb. Rimpull adalah daya tarik mesin yang dalam
kerjanya tidak menimbulkan slip dan mampu menggerakkkan alat. Besarnya
rimpull dapat diperoleh pada spesifikasi alat. Tapi jika tidak terdapat, maka besarnya
rimpull dapat dihitung menurut rumus berikut :

375 * HP * Efficiency
Rimpull (lbs) 
Speed(mph)

3.3.8. Kemampuan Mendaki Tanjakan (Grade Resistance)


Kemampuan mendaki menunjukkan landai maksimum yang dapat ditempuh oleh sebuah
kendaraan yang dinyakan dalam % landai. Kemampuan mendaki tergantung pada:
 Kondisi kendaraan (kosong atau dimuati)
 Cara menarik muatan.
 Kecepatan pada gear yang dipilih.
Kemampuan tersebut juga dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:
 Daya tarik (DBP atau rimpull)
 Tahanan gelinding (RR)
 Berat total kendaraan.
 Landai permukaan.
Untuk crawler tractor, maka kemampuan mendaki ini dihitung atas dasar sisa DBP yang
tinggal, setelah dari DBP seluruhnya dikurangi dengan DBP yang diperlukan untuk
mengatasi RR

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 35
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Contoh (4) :

Suatu alat berat 4 tak 185 HP, berjalan pada gear ke-3 dengan kecepatan 33 mph, berat
alat + muatan 16 ton. Efisiensi alat tersebut 85% dan RR = 50 lbs/ton. Alat tersebut
bekerja pada ketinggian 3500 ft. Mampukah alat berat tersebut menempuh landai
tanjakkan 3% ?
Diketahui : 1 ton = 2204,6 lbs = 1000 kg; 1 lbs = 0,0004536 ton = 0,4536 kg
Jawab:
a. Tenaga mesin efektif :
Karena alat bekerja pada ketinggian 3500 ft, maka tenaga mesin yang hilang :

3% * 185 HP * (3.500  2.500)


  5,5 HP
1.000

Tenaga mesin efektif alat berat tersebut = 185 – 5,55 = 179,45 HP

b. Rimpull pada gear ke 3:

375 * HP * Efficiency
Rimpull (lbs) 
Speed (mph)

375 * 179,45 (HP) * 0,85


Rimpull (lbs)   1.733,32 lbs
33 (mph)

c. Untuk mengatasi RR diperlukan :

 50 (lbs/ton) * 16 (ton)  800 lbs

d. Untuk mengatasi tanjakkan diperlukan :

 3% * 16 ton  0,03 * 2.204,6 (lbs)  1.058,208 lbs

Jadi Rimpul minimal yang diperlukan untuk memelihara gerakan :

= 800 (lbs) + 1058,208 (lbs) = 1.858,208 (lbs) > 1733,32 (lbs)

Kesimpulan : alat tersebut harus pindah gear, agar mampu melewati medan
tersebut.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 36
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

Contoh (5) :
Sebuah traktor roda 160 HP berjalan pada gigi ke-1 dengan kecepatan 3,6 mph, maka
Rimpull yang tersedia pada roda-roda maksimum adalah :

375 * HP * Efficiency
Rimpull (lbs) 
Speed(mph)

375 * 160 (HP) * 0,80


Rimpull(lbs) 
3,6 (mph)

Tenaga tersebut hanya dapat dimanfaatkan apabila cukup gesekan antara tanah dengan
roda. Misalkan traktor tersebut pada gigi ke-4 dengan kecepatan 22,4 mph harus menarik
beban muatan (total + berat traktor) sebesar 16 ton dan harus melalui tanjakan 5% dan
rolling resistance (RR) = 50 lbs/ton, maka :

3,6 (mph)
a. Rimpull(lbs)  * 13.500 (lbs)  2.160 lbs
22,4 (mph)

b. Akibat rolling resistane (RR) = 50 (lbs/ton) * 16 (ton)  800 lbs

c. Akibat grade resistance (GR) = 5 * 20 * 16 (ton)  1.600 lbs

Note : pengaruh landai permukaan (grade) adalah 10 kg atau 20 lbs per ton
berat alat mesin setiap % tanjakan (grade).

d. Total resistance (TR) = 800 lbs + 1.600 lbs = 2.400 lbs

Dalam hal ini rimpull yang tersedia = 2.160 lbs < 2.400 lbs (berat traktor + muatan
yang harus ditarik), maka gigi ke-4 harus pindah gigi yang lebih rendah agar
traktor dapat menarik beban.

Rangkuman :
1. Medan kerja dan sifat fisik material berberpengaruh dalam pemilihan secara teknis jenis
alat apa yang tepat digunakan dalam pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Yang dimaksud dengan material dalam pemindahan tanah secara mekanis meliputi tanah,
batuan, vegetasi (pohon, semak belukar dan alang-alang).

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 37
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

3. Pemilihan cara pelaksanaan dikerjakan secara manual atau dikerjakan secara mekanik
(dengan alat-alat besar) tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
a. Kemampuan keuangan.
b. Kemampuan penyediaan buruh/tenaga kerja.
c. Keadaan medan.
d. Besarnya volume pekerjaan.
e. Waktu pelaksaan yang diminta.
4. Material/tanah kondisinya dibedakan menurut keadaan:
a. Tanah/material dalam keadaan asli
b. Tanah/.material telah diusik, sehingga kondisinya menjadi lepas (loose)
c. Tanah /material dan keadaan padat.
5. Besaran teknis alat berat terdiri dari:
a. Muatan maksimum
b. Tahanan gelinding
c. Tahanan tanjak
d. Koefisien traksi
e. Kemampuan mendaki tanjakan
f. Draw barr pull
g. Rimpull
h. Pengaruh ketinggian

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 38
AGRICULTURAL and BIOSYSTEMS ENGINEERING DEPARTMENT
Faculty of Agricultural Technology
Stiper Agricultural University (INSTIPER) - YOGYAKARTA

SUMBER PUSTAKA :
1. Anonim. (2003). Pembukaan Lahan dan Penanaman, Management Committee
Agronomy and Research (MCAR) – Sinar Mas Group, Jakarta.
2. Anonym. (2004). Standard Operating Procedures (SOP) : Persiapan Lahan, Asian
Agri Group, Jakarta.
3. Anonym. (2007). Standard Operating Procedures (SOP), PT. Provident Agro,
Jakarta.
4. Corley, R.H.V; Hardon, J.J; Wood, B.J. (1976). Developments in Crop Science (1),
Journal of Oil Palm Research, Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam, The
Netherlands
5. Djaenuddin, D.; Basuni; Hardjowigeno, S.; Subagyo, H.; Sukardi, M.; Marsudi,I.;
Sukarta,N.; Hakim, L; Widagdo; Dai, J.; Suwandi, V.; Bachri, S.; Jordens, E.R.
(1994). Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian Dan Tanaman
Kehutanan, Centre For Soil and Agroclimate Research, Bogor, Indonesia.
6. Rankine, I.R; and T.H. Fairhurst. (1999). Field Handbook, Oil Palm Series,
Immature, volume 2, Oxford Graphic Printers Pte,Ltd, Singapore.
7. Turner, P.D. and R.A. Gillbanks. (1982). Oil Palm Cultivation and Management,
The Incorporated Society of Planters, Kuala Lumpur, Malaysia.

Compilated by Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng Land Clearing & Production in Oil Palm Plantation
Page 39

Anda mungkin juga menyukai