Anda di halaman 1dari 158

Prepared by

Ir. Harsunu Purwoto, M.Eng


Agricultural and Biosystems Engineering Department
INSTIPER - YOGYAKARTA
1
Map of Oil Palm Process
Land Clearing Pemeliharaan
Pembibitan (Persiapan Tanam Panen
Tanaman
Lahan)
Pre Nursery : 1. Imas 1. Pemancangan TBM I – III : 1. Persiapan tenaga kerja
1. Memilih lokasi pembibitan 2. Penebangan 2. Tanaman Kacangan 1. Pengendalian Gulma 2. Persiapan sarana kerja
2. Persiapan lahan pembibitan 3. Potong, cincang, rumpuk, 3. Buat Lubang  Rawat gawangan 3. Pembagian rotasi, seksi dan
 Pembersihan lahan staking 4. Pupuk lubang  Rawat piringan ancak panen
 Buat Bedeng 5. Tanam sawit  Rawat jalan kontrol 4. Panen : sesuai dengan kriteria
 Rumpuk tanah 6. Rawat TBM 0 (selama 3 bulan) 2. Pengendalian alang-alang matang panen dan matang
 Buat Instalasi Air 3. Pemupukan tuntas
3. Pengisian tanah ke Polybag 5. Mengumpulkan hasil panen di
4. Penyusuan letak Polybag TM I TPH
5. Seleksi kecambah 1. Pengendalian Gulma
6. Penanaman kecambah  Rawat gawangan
7. Pemberian Naungan  Rawat piringan
8. Pemeliharaan bibitan dan  Rawat jalan kontrol
pemupukan 2. Pengendalian alang-alang
9. Seleksi bibit 3. Pemupukan
4. Buat jalan panen
Main Nursery : 5. Pruning
1. Persiapan lahan 6. Pengendalian hama dan
2. Isi polybag besar penyakit
3. Penentuan jarak antara bibit
4. Perawatan dan pemupukan
5. Seleksi bibit

Pemasaran
Pengangkutan Pengolahan
CPO / Kernel
1. Persiapan armada angkutan 1. Loading Ramp (penampungan 1. Kontralk (DO)
(truck) dan pengisian buah ke lori) 2. Timbang kosong
2. Data harian panen, taksasi, dan 2. Sterilizer (perebusan buah) 3. Pengisian CPO / Kernel
restan 3. Rail track lori 4. Timbang Isi
3. Angkut TBS dari TBH ke Pabrik 4. Hosting Crane (mengangkut lori 5. Pengiriman (SJ)
(restan 0%) ke tressing)
5. Tressing / penebahan
(pemisahan tandan dengan
berondolan)
6. Pressing station (mengeluarkan
minyak dari berondolan)
7. Clarification station (pemurnian
minyak)
8. Kernel station (pemisahan
cangkang dengan inti) /
pengolahan kernel 2
9. Penyimpanan CPO dan kernel
di tangki timbun
Keep Quality standard
Tujuan Mekanisasi : Measurable Cost
Good Productivity

Goal : Process by Process Mechanisation

Land Infras Mainte Transpor Fruit


Planting Harvesting
Preparation strukture nance tation Processing

 Road Tracing  Fertilizhing  Evaquation


 Road Graveling  Insect  Transporting
( Grading, Foging
Compacting )  Composting
 Ditching
 Water pond
Land Clearing :  Terracce countour  Planting hole  Fruit picking  Conveying
 Mineral Soil  Ditching  Hauling  Tipping
 Peat Soil

Land preparation Infrastrukture Planting Maintaining Harvesting Transporting Fruit Processing


Clean + chiping Quick - aplicable Quick-accurate Quick - accurate Quick - accurate- Fast, low cost, handle Handle with care
Goal
effective with care - safe

 Chipping  Dozing  Hole digging  Fertilizing Fruit picking  Bin System  Conveying
Machine Machine  Exchavating  Insect Hauling  Cable system Machine
 Mulching  Grading  Ditching Foging  Conveying  Tipping
Machine  Compacting Machine  Grass cutting  Rail ways Machine
 Exchavating  Hauling  Stocking
3
 Ditching  Grass cutting
Kebun PT. SWAKARSA SINAR SENTOSA
di Muara Wahao, Kalimantan Timur 4
KEGIATAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT

5
6
1. PERENCANAAN
Tahap Perencanaan
● Survey lahan
• Kesesuaian lahan dan topografi
● Perijinan
•Perinzinan dari instansi terkait
● Persiapan
• Lokasi pembibitan
• Pembatasan lahan ( Rintis )
• Rintis Blok ( 1.000 m x 300 m )
• Kebutuhan Kecambah dan Pemesanan
• Pola LC : Darat, Gambut, Rawa
• Pelaksana LC : Kontraktor, Swakelola 7
8
Peralatan Land Clearing

GPS (Garmin) dan Kompas (Sunto)

9
10
Assessment for Soil and Water Condition
11
Mapping 12
13
PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Tujuan :
Menilai tingkat kesesuaian areal atau lahan untuk
tanaman kelapa sawit dengan tahapan :
 Syarat Tumbuh
 Survey Lahan
 Penilaian Kesesuaian Lahan.

14
PENDAHULUAN

Tanaman membutuhkan persyaratan tumbuh tertentu untuk


berproduksi tinggi tergantung dari :
1. Kondisi iklim
2. Bentuk wilayah
3. Kondisi tanah
EVALUASI LAHAN : menilai kecocokan potensi suatu lahan
dengan syarat tumbuh. Evaluasi lahan dilakukan setelah survey
dan pemetaan tanah.

15
Hasil evaluasi antara lain
adalah :
► Kesesuaian suatu wilayah untuk
budidaya
► Cara pengelolaannya
► Gambaran produktivitas yang
dihasilkan.
► Proyeksi keuntungan finansial.

16
SYARAT TUMBUH
IKLIM
● Temperatur udara : 22 – 33 0C (optimum : 27 0C). (question :
temperatur optimal untuk fotosintesa atau evapotranspirasi?)
● Curah hujan : 1.250 – 3.000 mm/tahun (optimum : 1.750 –
2.500 mm/tahun) (question : bagaimana dengan 2 musim ?)
● Bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan) < 3 bulan
(optimum : 0 – 1 bulan) (question : 100 mm dari mana?)
● Kelembaban udara : 50 – 90 % (optimum : 80 %)
● Lama penyinaran matahari : 5 – 7 jam/hari (atau intensitas? )
● Ketinggian tempat : < 400 m dpl (optimum : < 200 m dpl)
Syarat tumbuh ini tergantung pada jenis tanaman dan kondisi
biofisik wilayah. 17
CURAH HUJAN :
 Curah hujan optimum dengan penyebaran yang merata
sepanjang tahun. (question : bila tidak merata bagaimana ?)
 Bila rerata curah hujan tahunan : < 1.250 mm/tahun dengan
bulan kering > 3 bulan, maka faktor pembatas berat. (question
: bila rerata hujan tahunan < 1.250 mm bagaimana ?)
 Defisit air yang tinggi akan merangsang pembentukan bunga
jantan (question : pada permanent wilting point berapa% dari
soil moisture ?).
 Tanaman akan lebih toleran terhadap curah hujan > 3.000
mm/tahun. Masalah teknis perencanaan, yaitu : panen,
perawatan jalan, efektivitas pemupukan, serangan hama dan
penyakit.
18
ANALISIS NERACA AIR
1. Model Neraca Air Umum
Model Neraca Air Umum (NAU) merupakan neraca
perhitungan untuk mengetahui saat terjadinya periode basah
atau kering dengan menggunakan data-data klimatologi,
seperti : curah hujan dan evapotranspirasi suatu lahan
pertanian atau perkebunan dalam jangka waktu yang relatif
lama (bulan) berdasarkan selisih antara curah hujan (CH)
dengan evapotranspirasi potensial (ETP).

19
Gambar 1. Contoh Grafik Neraca Air Umum

20
2. Model Neraca Air lahan
 Neraca Air Lahan (NAL) merupakan neraca
perhitungan untuk mengetahui kebutuhan air suatu
tanaman per harinya, yang didasarkan atas
ketersediaan sisa air dalam tanah. Sisa air tanah
adalah jumlah air netto yang tersisa setelah
digunakan untuk evaporasi dan transpirasi. Neraca
air lahan dapat digunakan untuk menaksir
kebutuhan air tanaman pada tiap fase pertumbuhan
dalam hitungan harian. Data yang ditampilkan
dalam perhitungan neraca air lahan antara lain :
curah hujan (CH), hari hujan (HH), evaporasi (Ev) dan
rata-rata curah hujan serta rata-rata evaporasi.
21
Gambar 2. Contoh Grafik Neraca Air Lahan

22
 Model ini merupakan penggabungan data
klimatologis dengan data jenis tanah terutama
data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL),
kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP),
dan Air tersedia (WHC = Water Holding
Capacity).

23
Model Neraca Air Lahan yang dikembangkan oleh
Thornthwaite menggunakan sistem perhitungan
dengan kaidah analisisnya sebagai berikut :

1. Data Temperatur (T)


Suhu yang digunakan dalam analis neraca air ini
berupa data suhu rata-rata bulanan dalam jangka
waktu satu tahun yang dihitung dari data historis,
misalnya 20 tahun.

24
2. Indeks Panas (I)
Data indeks panas disesuaikan berdasarkan data suhu
bulanan yang mengacu pada tabel indeks panas yang
terdapat pada table Thornthwaite. Pada table Thorntwaite
tersebut terlihat kolom kiri menunjukkan suhu udara dan
lajur atas menunjukkan decimal suhu udara. Contoh :
pada bulan Januari temperature mencapai 27,3 0C, maka
dalam table kolom paling kiri dicari temperature 270 dan
angka desimalnya 0,3 pada lajur atas. Kemudian
keduanya dipotongkan dan akan didapat angka I = 13,07.
Langkah ini dilanjutkan hingga bulan Desember.

25
3. ETP belum disesuaikan (ETP Unadj)
Perhitungan ETP Unadj mengacu pada tabel indeks
panas berdasarkan data suhu udara yang ada. Tabel
ETP Unadj mengacu pada table Thornthwaite. Contoh :
bulan Januari temperature 27,3 0C, maka besarnya
ETP harian belum disesuaikan sebesar = 4,7 mm.
Langkah ini dilanjutkan hingga bulan Desember.

26
4. ETP disesuaikan (ETP adj)
Langkah ini dibagi kedalam 2 (dua) sub-langkah, yaitu :
Mencari Faktor Koreksi : Faktor Koreksi merupakan nilai
tetapan yang diperoleh berdasarkan informasi nilai
lintang wilayah kajian.
Menetapkan ETP disesuaikan (ETP adj). ETP adj diperoleh
dengan cara mengalikan nilai ETP Unadj dengan faktor
koreksi. Contoh : bulan Januari ETP unadj sebesar 4,7
dikalikan dengan factor koreksinya sebesar 31,5, maka
diperoleh nilai 148,5. Lakukan langkah ini hingga bulan
Desember.

27
5. Curah Hujan (CH)
Data curah hujan yang digunakan merupakan data
curah hujan bulanan jangka panjang minimal
selama 10 tahun dengan peluang terlampaui 75%.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung
peluang hujan terlampaui 70% adalah :

28
1. Analisa Probabilitas Curah Hujan
Apabila dibutuhkan dalam pengisian data curah hujan (CH)
rata-rata bulanan pada tabel Neraca Air Lahan dapat
dihitung berdasarkan probabilitas tertentu dengan metode
Rangking dan metode statistic dengan persamaan Weibull
atau Chegodayev, misalnya dicari curah hujan (CH) dengan
peluang (P) > 75%. Persamaan tersebut adalah :

a. Metode Weibull, secara matematis dinyatakan dengan


persamaan :

m
P
n 1

29
b. Metode Chegodayev, dengan persamaan matematis :

m  0,3
P
n  0,4

dengan :
P(Xm) : adalah peluang terjadinya kumpulan nilai yang
diharapkan selama periode pengamatan.
N : jumlah data pengamatan.
m : nomor urut kejadian atau peringkat kejadian.

30
Tabel 1. Contoh tabel neraca air lahan bulanan metode Thornthwaite
dan Mather

Bulan CH ETP CH-ETP APWL KAT KAT ETA Defisit Surplus Run-off

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Total

31
Tabel 2. Data contoh menghitung CH peluang P > 75 %

Juli Urutan
Rangking Peluang (%)
Tahun CH (besar – kecil)
1974 76 260 1 3.7
1975 139 244 2 7.4
1976 160 233 3 11.1
1977 172 228 4 14.8
1978 186 199 5 18.5
1979 233 186 6 22.2
1980 114 172 7 25.9
1981 82 165 8 29.6
1982 62 162 9 33.3
1983 244 160 10 37.0
1984 86 140 11 40.7
1985 99 139 12 44.4
1986 162 120 13 48.1
1987 61 114 14 51.9

32
Tabel 2. Data contoh menghitung CH peluang P > 75 % (cont’d)

Juli Urutan
Rangking Peluang (%)
Tahun CH (besar – kecil)
1988 65 111 15 55.6
1989 199 99 16 59.3
1990 75 97 17 63.0
1991 35 86 18 66.7
1992 140 82 19 70.4
1993 120 76 20 74.1
1994 165 75 21 77.8
1995 228 65 22 81.5
1996 111 62 23 85.2
1997 61 61 24 88.9
1998 260 61 25 92.6
1999 97 35 26 96.3
CH-rerata 132
Sd 64,29

33
Kesimpulan :
1. Berdasarkan metode Rangking dan Weibull pada Tabel (2), maka
diperoleh :
 CH (P>75%) = 165 mm dengan peluang 77,8%
 CH (P>75%) = 120 mm dengan peluang 74,1%
2. Curah hujan (CH) dengan peluang kejadian P > 75% terlampaui,
secara cepat dapat ditentukan dengan cara interpolasi kedua
curah hujan tersebut diatas, yaitu :

75  74,1
 * (165  120)  10,95 mm
77,8  74,1

maka diperoleh :
CH (P>75%) = 120 mm + 10,95 mm = 130,95 mm.
34
3. Berdasarkan perhitungan diatas, nampak bahwa
penggunaan nilai rerata aritmatik cenderung diperoleh
curah hujan yang lebih besar (132 mm), sedangkan
dengan metode peluang kejadian hujan terlampaui 75%
(P>75%) mendapatkan nilai yang lebih kecil dan hal ini
lebih realistis untuk bulan Juli, yaitu sebesar 130,95 mm.

35
Example : The effects of water deficit to oil palm productivity
Water Deficit Productivity Decreasing
(mm/year) (tonnes FFB /ha/year) (%)
0 22.0 -
100 20.0 9.1
200 17.9 18.6
300 15.7 28.6
400 13.5 38.6
Source :

Question :
1. Perhitungan Water Deficit berdasarkan metode PPKS atau
Thornwhite ?
2. Perhitungan Water Requirement berdasarkan water holding
capacity (WHC) atau evapotranspiration (ETcrop) ?
36
3. Neraca Air Metode PPKS

37
CASE RESEARCH :

PENGARUH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP


KUANTITAS AIR DENGAN PENDEKATAN NERACA AIR
TANAMAN (STUDI KASUS DI PT. REZEKI KENCANA

Oleh :
Inge Meitasari, Asripin Aspan dan Robby Irsan
Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Tanjungpura – 2012

38
Contoh : Hasil Perhitungan Neraca Air dengan Metode Thronwhite
(Taken from : Inge Meitasari, Asripin Aspan and Robby Irsan, 2012)

39
40
Jadi kebun sawit selain sebagai tanaman yang bernilai
ekonomis tinggi, sumber pendapatan, lapangan pekerjaan,
pendapatan ekspor non migas, salah satu sembako dan
juga sebagai produksi oksigen (O2). Disamping itu,
perkebunan kelapa sawit juga memiliki kemampuan
penyerapan (adsorption capability) emisi karbon dioksida
CO2 yang tinggi, ini sangat berguna dalam mengurangi
konsentrasi CO2 di udara yang merupakan gas rumah kaca
yang menyebabkan pemanasan global yang berdampak
pada perubahan iklim di bumi.

41
CASE RESEARCH : Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.6 – 2012

NERACA AIR DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


DI PPKS SUBUNIT KALIANTA KABUN RIAU

Oleh :
Heriansyah Pasaribu, Aras Mulyadi dan Suardi Tarumun
Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Riau

42
43
44
1. Perhitungan persentase intersepsi pada tegakan kelapa sawit
memiliki nilai sebesar 21,23% dari curah hujan.
Evapotranspirasi di perkebunan kelapa sawit berkisar 68,23 –
125,63 mm/bulan, dengan rata-rata sebesar 92,05
mm/bulan atau setara dengan 1.104,5 mm/tahun.
2. Kebutuhan air tanaman kelapa sawit lebih kecil jika
dibandingkan dengan kebutuhan air pada tanaman kelapa
dan tanaman hutan seperti pinus, akasia, segon, karet dan
jati. Kedalaman muka air tanah di area pertanaman kelapa
sawit berfluktuasi yang dipengaruhi kondisi iklim, terutama
curah hujan. Muka air tanah menurun pada periode musim
kering dan meningkat kembali pada musim penghujan.
Penurunan muka air tanah tersebut tidak bersifat permanen.
45
BENTUK WILAYAH
 Datar – Berombak – Kemiringan 0 – 8%  sesuai
 Bergelombang – Berbukit - Kemiringan 8 – 30%  perlu
teras untuk mencegah erosi, tempat penaburan pupuk dan
pengutipan tandan buah dan perlu pembangunan dan
pemeliharaan jaringan transport (jalan)
 Berbukit kemiringan > 30%  tidak disarankan karena
solum tanah dangkal, erosi tinggi, pemupukan tidak efektif,
kesukaran dalam panen pengangkutan tandan buah dan
produktivitas rendah, sehingga perlu bangunan pencegah
erosi.
46
PARIT IRIGASI / DRAINASE
 Drainase yang baik menunjang pertumbuhan dan produtivitas
yang tinggi.
 Drainase yang buruk (tergenang) atau fraksi lempung tinggi
akan menghambat respirasi dan penyerapan hara oleh
perakaran.
 Drainase yang terlalu cepat (fraksi pasir tinggi) akan
mengurangi kemampuan tanah untuk menahan air.
► Question : berapa volume air (m3) atau berapa % air yang harus
di-drainage atau harus di-conserve ?

47
48
Kesesuaian Lahan
Berdasarkan gradasi butiran :
● Bongkah (boulder)
● Kerakal
● Kerikil
● Pasir
● Lanau
● Lempung
● Organik (gambut, rawa).

Question :
Apabila dari analisa gradasi, misalnya didominasi oleh %-tase
fraksi pasir, maka berapa besarnya permeabilitas tanah?

49
Bongkah
(boulder)

50
Lanau (silt)

51
Lempung (clay)

52
Gambut (peat) Organik

53
Laterite Soils

54
KARAKTERISASI TANAH
Sifat Hidrolis
Permeabilitas Kapilaritas
Kerikil dan Pasir sangat tinggi – tinggi Dapat diabaikan
Lanau rendah tinggi
sangat rendah sampai tdk sangat tinggi
Lempung
tertembus (kedap)
sangat tinggi sampai rendah sampai tinggi
Organik
sangat rendah

Question : Kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah masih perlu
dikuantitatifkan menjadi : mm/jam atau cm/hari dan sebagainya.

55
KARAKTERISASI TANAH
Sifat Kekuatan
Asal Kekuatan Kuat Relatif
Kerikil dan Pasir gesekan antar butiran tinggi sampai sedang
gesekan antar butiran dan
Lanau sedang sampai rendah
kohesi semu
gesekan antar butiran dan tinggi sampai sangat
Lempung
kohesi rendah
gesekan antar butiran dan
Organik sangat rendah
kohesi

Question : Kriteria gesekan dan kohesi masih perlu dikuantitatifkan


menjadi : gram/cm2 atau kg/m2 dan sebagainya.
56
KARAKTERISASI TANAH
Sifat Deformasi
Kemampuan
Kembang / Susut
Dipadatkan
Kerikil dan Pasir memuaskan tidak
Lanau sangat sulit tidak - sedikit
Lempung kesulitan sedang sedang sampai tinggi
Kembang; sedikit
Organik tidak dapat dipakai
susut; tinggi

57
PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN
 Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah
tanaman perkebunan yang toleran terhadap kondisi
lingkungan kurang baik
 Untuk mencapai produksi tinggi memerlukan kondisi
lingkungan optimal
 Kondisi lingkungan: iklim, tanah, dan bentuk wilayah
 Faktor berpengaruh yang lain, misal : bahan
tanaman (genetis) dan perlakuan kultur teknis.

58
 Evaluasi lahan adalah aktivitas untuk menilai
kecocokan potensi sumber daya lahan (iklim,
tanah, bentuk wilayah) dengan persyaratan
tumbuh tanaman kelapa sawit
 Hasil evaluasi akan memberikan informasi tentang
kelayakan suatu lahan untuk budidaya kelapa
sawit, cara pengelolaan, dan gambaran
produktivitas, yang nantinya menentukan
keuntungan finansial.

59
Contoh : Faktor Kondisi Tanah
 Kondisi tanah yang baik dapat mengurangi pengaruh buruk
faktor lain.
 Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah ultisols, inceptisols,
andisols, dan histolisols
 Pada tekstur tanah agak kasar sampai halus, yaitu antara pasir
berlempung sampai liat masif
 Karakteristik untuk penilaian kesesuaian lahan : batuan di
permukaan, kedalaman efektif, tanah, tekstur tanah, kondisi
drainase, tingkat kemasaman.
 Tekstur tanah ideal = lempung berdebu. Lempung liat berdebu,
lempung berliat, dan lempung liat berpasir.

60
 Kedalaman efektif > 100 cm, apabila < 50 cm tidak
direkomendasikan.
 Kemasaman tanah optimal pH 5,0 - 6,0, masih toleran pd
pH 3,5 – 4,0 (lahan gambut), pada pH >7,0 hasil tidak
optimal. Kemasaman dapat dikelola dengan pemupukan
seperti dolomit, kapur pertanian, dan fosfat alam (rock
phospate).

61
KELAS KESESUAIAN LAHAN
Ditentukan berdasar jumlah dan intensitas faktor pembatas :
Sangat sesuai (S1)

Sesuai Sesuai (S2)


(S)
Kelas lahan Agak sesuai (S3)

Tidak sesuai
Tidak bersyarat (N1)
sesuai
(N)
Tidak sesuai
permanen (N2)

62
INTENSITAS FAKTOR PEMBATAS
KARAKTERISTIK LAHAN
No SIMBOL
TANAH MINERAL Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)

1.750 – 1.500
1 Curah hujan, mm h 1.750 – 3.000
> 3.000
1.500 – 1.250 <1.250

2 Bulan kering, bl k <1 1-2 2-3 >3


3 Ketinggian ,m dpl l 0 – 200 200 – 300 300 – 400 > 400
Berombak- Bergelombang- Berbukit-
Datar-berombak
4 Bentuk wilayah, % w
<8
bergelombang berbukit bergunung
8 – 15 15 – 30 > 30

5
Batuan di permukaan & dalam b <3 3 – 15 15 – 40 > 40
tanah, % volume
6 Kedalaman efektif, cm s >100 100 – 75 75 – 50 < 50

Lempung berdebu,
lempung liat Liat, liat berpasir, Pasir
7 Tekstur tanah t berpasir, lempung lempung berpasir, berlempung, Liat berat, pasir
liat berdebu, lempung debu
lempung berliat

Sangat cepat,
Agak terhambat, Cepat, sangat
8 Kelas drainase d Baik, sedang
agak cepat terhambar terhambat,
tergenang
4,0 – 5,0 3,5 – 4,0 < 3,5
9 Kemasaman tanah, pH a 5,0 – 6,0
6,0 – 6,5 6,5 – 7,0 >7,0
63
KARAKTERISTIK INTENSITAS FAKTOR PEMBATAS
No Simbol
LAHAN GAMBUT Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)

1.750 – 1.500
1 Curah hujan, mm h 1.750 – 3.000
>3.000
1.500 – 1.250 <1.250

2 Bulan kering, bulan k <1 1–2 2–3 >3

3 Ketinggian ,m dpl l 0 – 200 200 – 300 300 – 400 > 400

4
Kandungan bahan kasar, b <3 3 – 15 15 – 40 > 40
%volume
5 Ketebalan gambut,cm s 0 – 60 60 – 150 150 – 300 > 300

Hemik,
6
Tingkat pelapukan t saprik
Hemosaprik, fibrohemik,
fibrik
gambut saprohemik hemofibrohem
ik, terhambat
Sangat
cepat,
Agak terhambat, Cepat,
7 Kelas drainase d Baik, Sedang
agak cepat terhambar
sangat
terhambat,
tergenang

8 Kemasaman tanah, pH a 5,0 – 6,0 4,0 – 5,0 3,5 – 4,0 <3,5

64
KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN

KELAS KESESUAIAN LAHAN KRITERIA


Unit lahan dengan faktor pembatas ringan <= 1
S1 (sangat sesuai) (optimal)
Unit lahan dengan faktor pembatas ringan > 1 dan
S2 (sesuai) /atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas
sedang
Unit lahan dengan faktor pembatas sedang > 1 dan
S3 (agak sesuai) /atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat
Unit lahan dengan faktor pembatas berat >= 2 yg
N1 (tidak sesuai bersyarat) masih bisa diperbaiki
Unit lahan dengan faktor pembatas berat tdk bisa
N2(tidak sesuai permanen) diperbaiki

Contoh: kelas S, sub-kelas S3, unit S3-d2.a3


65
Perbaikan Kelas Kesesuaian
 Penilaian kesesuaian secara aktual ditujukan terhadap
karakteristik lahan sebelum diperbaiki, penilaian potensial
= setelah diperbaiki.
 Contoh perbaikan : parit drainase, perbaikan hara
tanah/pemupukan
 Kelas Kemampuan Lahan yang dianggap sesuai :
S1, S2, dan S3 dengan rata-rata produksi 24, 22, dan 20
ton TBS/ha.

66
ALAT dan MESIN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

1. Land Clearing : excavator, 4. Fertilization : Traktor,


Bulldozer, Road Grader, Fertilizer Spreader, Empty
Road roller. Bunch Spreader, aerial
2. Replanting : Enviro mulcher, manuring.
Chipping bucket 5. Gawangan : Rotaslasher.
3. Penanaman : Puncher (PC), 6. Transportasi : Traktor, trailler,
Seedling Transplanting Bin system.
machine.

67
68
PENGANTAR
 Mekanisasi Perkebunan : Penggunaan alat berat / ringan
untuk pembukaan lahan, perawatan, panen serta
transportasi hasil perkebunan.
 Kegiatan yang sering dilakukan :
 Pembukaan lahan : pembuatan jalan, perun mekanis
menggunakan bulldozer dan excavator.
 Penanaman : areal gambut pembuatan lubang
tanam dengan puncher, sedangkan pada areal
mineral menggunakan post hole digger.

69
 Replanting : metode chipping dan enviro mulcher.
 Pemeliharaan tanaman : Rotary Slasher untuk perawatan
pasar pikul, fertilizer spreader dan aerial manuring untuk
pemupukan, EBS, Mini Side Typing Trailler, Crane Grapple
untuk aplikasi janjang kosong.
 Panen : traktor yang dilengkapi dengan grabber.
 Transport panen : menggunakan crane truck.

70
Sistem Pembukaan Lahan
1. Manual :
Menggunakan tenaga manusia, alat-alat sederhana. Penggunaan
tenaga sangat banyak
2. Mekanis :
Menggunakan peralatan mekanis, seperti : traktor, buldozer.
Cara ini digunakan pada areal lahan yang rata (slope 0 – 8%).
Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat
berat dalam JKT (jam kerja traktor).
3. Khemis :
Melalui peracunan pohon atau penyemprotan bahan kimia
tertentu (untuk alang-alang). Pada daerah yang curah hujannya
tinggi cara ini kurang efektif. Dibutuhkan air untuk pelarut
herbisida. 71
PEMBUKAAN LAHAN ( Land clearing )
 Hutan sekunder
 Semak belukar
 Areal alang-alang
 Padang rumput
 Areal rawa / gambut
 Areal berbukit
Tahapan Land Clearing adalah :
● Pembuatan blok
● Merintis
● Mengimas
● Menebang
● Perun mekanis
72
Tabel 1. Kapasitas traktor dengan beberapa peralatan

Lebar
Mesin dan Kecepatan Efisiensi Kapasitas
No. Kegiatan Potongan JKT/ha
Peralatan (km/jam) (%) ( ha )
(m)

1. Membabat JD 307 1,8 4,0 70 0,50 2,00

JD SA 234
2. Membajak (I) 4 plow 28 1,0 5,0 70 0,35 2,86
inch
JD SA 234
3. Membajak (II) 4 plow 28 1,0 5,0 80 0,40 2,50
inch
JD Integral
4. Menggaru (I) Disc Harrow 2,8 5,0 80 1,12 2,89
9,5 inch
JD Integral
5. Menggaru (II) Disc Harrow 2,8 5,0 80 1,12 0,89
9,5 inch

73
Tabel 2. Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer

Manual Mekanis
No. Uraian Kebuutuhan Kebutuhan
Alat Tenaga Alat HK atau
(HK/ha) JKT
Parang
1. Babat / Imas 20 – 25 Parang 20 – 25 HK
panjang

Gergaji rantai,
2. Menumbang 30 – 60 Bulldozer 10 – 14 JKT
Kampak
Parang,
Gergaji
3. Merencek Kampak, 40 – 50 40 – 50 HK
rantai
Gergaji rantai

4. Merumpuk - 10 – 15 Bulldozer 7 – 9 JKT

Membersihkan
5. Cangkul 20 Bulldozer 8 JKT
jalur / areal
60 – 75 HK
Jumlah 120 – 160 HK
25 – 32 JKT

74
Tabel 3. Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder

Manual Mekanis
No. Uraian Kebuutuhan
Kebutuhan HK
Alat Tenaga Alat
atau JKT
(HK/ha)
1. Babat / Imas Parang 15 – 20 Parang 15 – 20 HK

2. Menumbang Gergaji rantai 25 – 35 Bulldozer 8 – 12 JKT


Parang, Gergaji
3. Merencek 20 – 30 20 – 30 HK
Gergaji rantai rantai
4. Merumpuk - 10 – 12 Bulldozer 4 – 6 JKT
Membersihkan
5. Cangkul 15 – 20 Bulldozer 6 JKT
jalur / areal
35 – 55 HK
Jumlah 85 – 117 HK
18 – 24 JKT

75
Tabel 4. Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar

Manual Mekanis
No. Uraian Kebuutuhan Kebutuhan
Alat Tenaga Alat HK atau
(HK/ha) JKT

1. Babat / Imas Parang 20 – 25 Parang 15 – 20 HK

Parang,
2. Merencek Gergaji 15 – 20 Parang 15 – 20 HK
rantai

3. Merumpuk - 10 – 15 -

Membersihkan jalur /
4. Cangkul 20 Bulldozer 4 – 6 JKT
areal

30 – 40 HK
Jumlah 65 – 80 HK
4 – 6 JKT

76
2. Rintis Blok (Blocking)
Pekerjaan membuat rintisan-rintisan blok yang
nantinya akan menjadi batas-batas blok.
Alat yang digunakan :
1. Roll Meter
2. Tali
3. Parang
4. Cat
5. Kompas
6. Pancang.

77
Pembukaan Batas Block Dengan Alat Berat
(Source : PT. Mitra Unggul Pusaka, Segati Estate, Asian Agri Group)
78
Pembukaan Batas Block Dengan Alat Berat
(Source : PT. Mitra Unggul Pusaka, Segati Estate, Asian Agri Group)
79
Pembukaan Batas Block Dengan Alat Berat
(Source : PT. Mitra Unggul Pusaka, Segati Estate, Asian Agri Group)
80
Pembukaan Batas Block Dengan Alat Berat
(Source : PT. Mitra Unggul Pusaka, Segati Estate, Asian Agri Group)
81
CHAIN SAW

Gasoline chain saw

82
Tabel 5. Kebutuhan tenaga untuk pembukaan padang alang-alang
dengan cara manual
Kebutuhan
No. Kegiatan HK/ha
Babat tandas :
1. 12
 Dengan parang babat jerami dikumpulkan
Cangkul I (C-1) :
2.  7 hari setelah babat. 125
 Sampai ke akar, tanah dibalik
Cangkul II (C-2) :
 7 hari setelah C-1
3. 7
 Tanah dipecah-pecah dengan cangkul, akar alang-
alang diayap dan dikumpulkan
Garpu I (G-1) :
4.  7 hari setelah C-2 20
 Akar-akar diambil dengan garpu
Garpu II (G-2) :
5. 10
 14 hari setelah G-1
Garpu III (G-3) :
6. 7
 14 hari setelah G-2
Garpu IV (G-4) :
7. 4
 14 hari setelah G-3
Garpu V (G-5) :
8. 2
 14 hari setelah G-4
Jumlah : 86 hari 187 HK
83
Tabel 6. Kebutuhan tenaga untuk pembukaan padang alang-alang
dengan cara mekanis

No. Kegiatan Kebutuhan JKT/ha


Merajang :
1.  Mencincang perakaran alang-alang 2
 Alat : traktor rantai/ban dengan disc harrow
Bajak I (B-1) :
 Tanah dibalik sampai kedalaman 30 cm.
2. 2,6 – 3,0
 Dengan traktor D-8/D-6 yang dilengkapi
dengan disc plow
Bajak II (B-2) :
 3 minggu setelah B-1
3. 2,6 – 3,0
 Arah bajakan memotong arah B-1
 B-1 arah U-S, maka B-2 arah B-T
Garu I (G-1) :
 2 minggu setelah B-2
4. 1,4 – 2,0
 Menghaluskan bongkahan tanah dengan
disc harrow
Garu II (G-2) :
5. 1,4 – 2,0
 2 minggu setelah G-1
Jumlah : 52 hari 10 – 12 JKT
84
MESIN dan PERALATAN LAND CLEARING :
 excavator, bulldozer, road grader, road roller.

85
EXCAVATOR

86
DESCRIPTION :
 An excavator is an engineering vehicle consisting of
an articulated arm (boom, stick), bucket and cab
mounted on a pivot (a rotating platform,) a top an
undercarriage with track or wheels. (Wikipedia)
 Memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari ukuran
mini (Compact Excavator) sampai pada ukuran yang
sangat besar seperti untuk di perkebunan atau
pertambangan.

87
FUNGSI :
● Menggali parit dan lubang
● Penanganan material (material stocking)
● Pembongkaran
● Mengangkat barang atau material berat
● Landscaping
● Pertambangan

88
Penggantian bucket :
Penggunaan Land Clearing Chipping bucket
khusus Replanting Enviromulcher
Puncher bucket

89
BAGIAN-BAGIAN :
 Engine
 Hydraulic system
 Arm and Bucket
 Cabin operator
 Under carriage

90
91
7 inc TFT liquid Crystal display

Kabin

Hydraulic Bucket
control valve

Radiator and
Oil Cooler
Under Carriage

Engine Main Pump 92


OPERATION :
 Operasional kerja menggunakan sistem hidrolik
 Pergerakan arm bucket dan perputaran body kabin (swing)
dapat dikontrol melalui dua tuas utama yang ada di
kanan-kiri sheat operator dalam kabin
 Travelling dikontrol oleh dua tuas yang dilengkapi dengan
dua pedal didepan sheat operator
 Penyetelan operasi mesin (rpm) dapat melalui display
panel di depan sheat operator.

93
Tuas penggerak bucket dan
swing (putaran)

Display panel
control

Tuas penggerak roda Tuas penggerak arm


(hydraulic)
94
Bucket dari Excavator

95
Skema Under Carriage

Carrier Roller

Final drive

Sprocket
Track shoe
Idler
Track Roller 96
Spesifikasi Excavator Komatsu PC-200
(contoh)
 Model Engine : KOMATSU SAA6D107E-1
 Horse power : 110 Kw 148 HP (net)
 Rated RPM : 2000 rpm
 Main pump : untuk Boom, arm, bucket, swing dan travel
 Max oil flow : 439 ltr/menit
 Steering control : dua lever (tuas) yang dilengkapi pedal
 Max travel speed : 5.5 Km/ jam
 Kapasitas Bucket : 0,5 – 1,2 m3

97
Pelumasan dan Bahan bakar (contoh)
 Tangki solar : 400 lt (full tanki)
 Oli mesin : 23 lt
 Final drive : 3.3 lt tiap sisi
 Swing drive : 6.6 lt
 Oli hidrolik : 135 lt
 Greasing : Under carriage, swing, arm, bucket

98
Hal yang harus diperhatikan
dalam operasional Excavator

 Penggunaan bahan bakar


 Volume Oli baik enggine maupun hydrolic system
 Greasing untuk semua nepple
 Travelling Travel Motor

99
Operasional daerah rawa / gambut :
 Gunakan Swamp Track
 Sediakan chain saw untuk memotong kayu logging (untuk pijakan)
 Usahakan operasi minimal 2 unit

100
Main drain construction in peat land
101
Main drain construction in swamp land
102
Swamptrack excavator in swamp land operation
103
MAINTENANCE
 Rutin / Berkala : oli, saringan solar dan oli,
saringan udara, greasing
 Situasional : Under carriage, bucket, hidrolik
system
 Over haul : engine, main pump.

104
Skidder Machine
105
Skidder Machine
106
Skidder Machine
107
Scrub Cutter (imas mekanis)
108
ROTARY MULCHER

109
WHEEL TYPE
TREE MULCHER

110
TRACK TYPE
TREE MULCHER

111
BULL DOZER

112
BULL DOZER

113
DESCRIPTION
 A bulldozer is an engineering vehicle equipped with a
substantial metal plate (known as a blade), used to push large
quantities of soil, sand, rubble, etc. ( Wikipedia)
 Memiliki gigi track shoe yang lebih panjang dibanding
excavator untuk memperkuat cengkraman ke tanah
 Bisa memanfaatkan bebannya sendiri untuk mendorong
(menyeret) sesuatu yang sangat berat
 Tools utama berupa blade dan ripper.

114
Equipments Utama Bulldozer

Blade
Ripper

115
 Blade berfungsi untuk meng-cutting permukaan dan
mendorong sesuatu objek. Ada 3 jenis blade, yaitu :
o Straight blade, pendek, tidak mempunyai sayap samping,
cocok untuk pekerjaan grading
o Universal blade, tinggi dan sangat melengkung dan
mempunyai sayap samping yang lebar untuk menyeret
material
o Combination blade, ukuran sedang, dan sayap samping
lebih pendek, biasanya digunakan di quarry untuk stock
pile

116
 Ripper, berfungsi untuk menggaruk bebatuan
atau permukaan tanah yang keras. Terdapat 2
(dua) jenis ripper, yaitu :
o Single ripper
o Multi shank ripper.

117
PENGGUNAAN UMUM
 Pembuatan rintis jalan
 Mendorong dan menarik benda-benda berat
 Menggaruk material ( stock pile) di quarry
 Pertambangan
 Perkebunan :
o Land Clearing / Replanting
o Pembuatan jalan
o Pembuatan teras kontour
o Pembuatan tapak bangunan.
118
OPERATION
 Operasional unit dikendalikan oleh tuas control
yang ada di kanan-kiri sheat operator dalam
kabin
 Travelling control dikendalikan oleh tuas sebelah
kiri sheat operator
 Blade control dikendalikan oleh tuas yang ada
disebelah kanan sheat operator.

119
Panel control

Travel control joystick Pedal gas Blade control joystick


120
Spesifikasi Bulldozer KOMATSU D 65
(contoh)
 Model enggine : KOMATSU SAA6D114E-3
 Jumlah silinder : 6 Cyl
 Tenaga : Net 153 KW 205 HP
 Rated RPM : 1950 rpm
 Undercarriage
o Jumlah Track Roller : 8 Un tiap sisi
o Jumlah Shoe : 45 Un tiap sisi
o Lebar shoe : 915 mm
o Ground contact area : 60115 cm2
o Ground pressure area : 29.8 Kpa atau 4.32 Psi
121
Pelumasan dan Bahan bakar
(contoh)
 Bahan bakar : 514 lt (full tank)
 Oil mesin : 28 lt
 Oli final drive : 27 lt
 Oli transmisi : 48 lt
 Oli hidrolik : 55 lt
 Grease : untuk under carriage dan nipple.

122
MAINTENANCE
 Rutin / Berkala : oli, saringan solar dan oli, saringan
udara, greasing
 Situasional : Under carriage, Cutting edge, end bit,
hydraulic system
 Over haul : engine, transmission.

123
Track type tractor
124
GRADER

125
Grader
126
127
128
MESIN dan PERALATAN LAND CLEARING :
excavator, bulldozer, road grader, whell loader

Wheel Loader
129
WHEEL LOADER

130
Cabin

Cylinder
Radiator

Engine

Bucket
Differential

Transmission Drive shaft

131
132
Warning level I
Peringatan bagi operator, dimana
bila diabaikan tidak akan merusak
alat atau mencelakakan operator.

Warning level II
Peringatan bagi operator, dimana
apabila diabaikan dapat merusak alat,
tetapi tidak sampai mencelakai operator.

Warning level III


Peringatan bagi operator, dimana apabila
diabaikan dapat merusak alat dan mencelakai
operator.

133
134
Backhoe Loader 135
Swing

136
Backhoe Loader 137
Track type Loader
138
Wheel Skidder
139
WHEEL ROLLER

140
141
Mini Wheel Tracktor
142
Wood Chipping Machine
143
Wood Chipping Machine
144
Wood Chipping Machine
145
Wood Chipping Machine
146
Wood Chipping Machine
147
Stump Grinder Machine
148
Stump Grinder Machine
149
Stump grinding process

150
Tree Stump-root Removal
151
Tree Stump-root Removal
152
PEMERIKSAAN ALAT BERAT
Sebelas langkah pemeriksaan traktor sebelum Unit dioprasikan
1 . Periksa batas permukaan oil Engine
2 . Periksa batas permukaan air Radiator
3 . Periksa air Battery.
4 . Periksa batas Oil steering.
5 . Periksa batas Oil hydraulic.
6 . Periksa tegangan Fan belt.
7. Periksa dan Drain Fuel filter separator.
8. Periksa ketinggian Pedal brake kanan dan kiri.
9. Periksa ketinggian Pedal Clutch.
10.Periksa hand brake.
11. Periksa tekanan roda / ban
153
Jenis alat untuk perun mekanis

Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Kerapatan


Rumpukan Kayu
Buldozer Hutan sekunder, gelombang, darat, 4:1 Sedang - rendah
semak belukar datar
Buldozer Hutan primer Datar, gelombang 2:1 Tinggi - sedang
Buldozer Hutn primer, Bukit, gelombang Antar Tinggi - rendah
dan Excavator sekunder, semak teras
belukar
Excavator Hutan primer, Rendahan, gambut 2:1 Tinggi - rendah
sekunder, semak
belukar

154
Persiapan Areal
● Areal relatif datar sampai bergelombang.
● Inventarisasi Areal.
● Kondisi pasar pikul harus bebas sisa tunggul kayu dan parit CR
sudah ditimbun.
● Pembagian areal bulan basah dan bulan kering.
Pelaksanaan / Cara Kerja
● Rotary slaher digerakan oleh PTO dihubungan dengan shaft.
● Tractor Gear H-1 dan PTO pada putaran 1.500 rpm.
● Pada gundukan, draft kontrol dinaikkan.
● Lebar Ps.Pikul 1,5 mtr, untuk 1 Ps.Pikul (300 M) 5 – 10 menit.
● Prestasi rata-rata 5,31 ha/HM
● Tinggi potongan diatur sesuai keinginan (± 5 cm). 155
Masalah yang sering dijumpai :
Rotary Slasher :
● Kipas/baling-baling patah, akibat sisa tunggul dan akar
kayu.
● Baut kipas longgar atau lepas, akibat getaran pisau dan
getaran rotary slasher.
Areal :
● Sisa tunggul dan kayu tidak bersih pada saat perataan.
● Pastikan pasar pikul bebas dari tunggul dan kayu beri 1
tenaga untuk blok rencana rotary slasher.

156
157
SELAMAT BELAJAR
THE BEST OILPALM UNIVERSITY IN
INDONESIA 158

Anda mungkin juga menyukai