Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PROFIL PERUSAHAAN

Unilever merupakan perusahaan multinasional campuran Inggris-Belanda


yang memproduksi berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan,
produk kebersihan, produk kesehatan, dan lain-lain. Didirikan pertama kali pada
tanggal 1 Januari 1930 oleh Antonius Johannes Jurgens, Samuel van den
Bergh dan William Hulme Lever, Viscount Leverhulme. Unilever berada di urutan
ketiga di dunia dalam hal pendapatan di antara perusahaan yang memproduksi produk
sehari-hari (setelah Procter & Palmer dan Nestle).
Unilever terbagi menjadi dua induk perusahaan, pertama, Unilever N.V
berada di Rotterdam, Belanda, dan yang kedua, Unilever PLC berada di London,
Inggris. Kedua perusahaan Unilever ini mempunyai direktur yang sama dan
mengoperasikan satu bisnis yang sama pula. Non-executive Chairman Unilever N.V.
dan PLC dijabat oleh Michel Treschow dan Paul Polman sebagai Group Chief
Executive.
Perusahaan yang dikenal sebagai produsen es krim terbesar di dunia ini
memiliki lebih dari 400 merek terdaftar, walaupun 25 merek diantaranya
menyumbangkan lebih dari 70% total penjualan. Unilever mengorganisasikan
mereknya kedalam dua kategori utama, Food and Beverages, dan Home and
Personal Care. Unilever merupakan salah satu perusahaan yang termasuk royal
dalam membelanjakan anggarannya untuk iklan dan promosi. Pada tahun 2010,
Unilever menghabiskan dana sekitar 8 milyar dollar untuk sektor ini.
Sejak awal didirikannya Unilever terus melebarkan sayapnya ke berbagai
negara termasuk di Indonesia. PT Unilever Indonesia Tbk. Merupakan perusahaan
yang didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever
dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. PT
Unilever Indonesia Tbk. mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana
Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Dan dari ekspansi global yang telah dilakukan oleh Unilever sejak dulu, pada
Desember 2011, Perusahaan ini berada di posisi ke 18 dalam daftar FTSE, dengan
kapitalisasi pasar mencapai 27.3 milyar poundsterling.
BAB II
PEMBAHASAN
1. CORE COMPETENCIES
Mungkin banyak yang menyangka bahwa core competence PT Unilever
adalah pada kualitas produknya. Padahal terdapat core competence yang lebih
powerful dibandingkan itu, yaitu:
- Jalur Distribusi
Produk disalurkan melalui multinational retailer (Lotte mart, Carrefour, dll), retailer,
wholesaler dan distributor menuju toko-toko. Kita bisa mendapati produk Unilever
hampir di seluruh rumah yang terdapat di Indonesia. Bahkan di daerah pelosok,
produk Unilever bisa kita temui di kios maupun warung terdekat.
- Diferensiasi Produk
Produk Unilever terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi
Unilever tetap mempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang botol
kaca, sachet, botol kecil dan masih banyak lagi kemasannya.
- Berfokus pada Peluang Pasar
Produk Unilever menggunakan sistem informasi pelanggan yang beda dengan yang
lain, produk masuk kedalam pasar dengan cara mempromosikan barang-barangnya
dengan cara terjun langsung ke masyarakat dengan bukti-bukti kualitas secara real,
misalnya dengan diadakannya perlombaan-perlombaan bagi masyarakat dengan
membandingkan antara produk Unilever dengan produk-produk pesaing lainnya.
- Menguatkan Keakraban Pelanggan dan Pemasok
Menggunakan sistem informasi untuk memfasilitasi akses langsung dari pemasok
terhadap jadwal produksi.dan bahkan mengizinkan pemasok untuk memutuskan
bagaimana dan kapan mengirim pasokan kepada pemasok. Selain itu Unilever juga
melakukan tanya jawab kepada para konsumen dan membuat suara konsumen
sebagai tempat para konsumen mengeluh.
- Marketing
Dalam PT Unilever Indonesia, promosi yang dilakukan paling banyak melalui media
elektronik. Namun dalam kehidupan sehari-hari promosi yang dilakukan PT. Unilever
Indonesia tidak hanya lewat media elektronik tetapi banyak juga melalui media cetak,
sponsorship, mengadakan event-event yang memasukkan produk-produk dari PT.
Unilever seperti Kecap Bango, Pepsodent, Shampo Pantene, dll. Karena jika promosi
yang dilakukan hanya melalui media elektronik maka PT. Unilever Indonesia tidak
mendapatkan keuntungan yang optimal. Masyarakat di Indonesia terdiri dari berbagai
kalangan dan tingkatan sosial yang beragam. Jika perusahaan tidak bisa menyentuh
hati masyarakat semua kalangan maka perusahaan tidak dapat berkembang pesat.
Makna dari iklan yang ditawarkan oleh perusahaan juga harus bisa dipahami oleh
berbagai kalangan, karena iklan adalah salah satu cara promosi yang bisa dilakukan
oleh perusahaan agar dapat memperoleh keuntungan yang optimal.
Selain melalui iklan elektronik proses pemasaran yang dilakukan Unilever juga
menggunakan berbagai cara, diantaranya dengan berbagai program pemasaran yang
dapat menarik perhatian pelanggan. Kupon belanja gratis produk unilever adalah
salah satu cara promosi yang dilakukan oleh Unilever, selain itu diskon-diskon yang
diberikan juga banyak menarik perhatian pelanggan yang berasal dari kalangan
masyarakat menengah kebawah.
Pemasaran berskala besar seperti ini hanya satu daripada beragam program promosi
yang dilakukan Unilever, promosi interpersonal langsung ke pelanggan juga
dilakukan oleh Unilever dengan memberikan keuntungan khusus yang diberikan pada
pelanggan setia pengguna produk Unilever. Dengan program pemasaran ini
diharapkan Unilever dapat mencakup pangsa pasar yang luas di pasar konsumen
Indonesia.
- Global purchasing of agricultural raw materials
- Global logistics network
- Scientific knowledge in food technology & nutrition
- One of world’s largest communicators with people
- Experts in influencing public behavioral change, worldwide
- Membuat produk yang meningkatkan kesehatan masyarakat, higienis, dan nutrisi.
Dengan menggunakan pengetahuan scientific teknologi makanan dan nutrisi, produk-
produk unilever dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, higienis dan nutrisi. Dari
waktu ke waktu sudah banyak teknologi baru yang dikembangkan pada produk-
produknya seperti shampo, sabun, es krim, dan menjadi leader market dibandingkan
produk kompetitor.
- Kemampuan untuk bekerja di partnership multisektoral
- Kemampuan mengarahkan dan membangun masyarakat serta manajemen proyek

2. DISTINCTIVE COMPETENCIES
Distinctive Competencies Unilever: Pengembangan SDM dan Pemahaman Pasar
Consumer Goods
Unilever mempunyai gaya lain dalam mengembangkan budaya kerja
karyawannya. Unilever, menurut Direktur SDM PT Unilever Indonesia Tbk. Josef
Bataona, Unilever sengaja mendesain kantornya dengan berbagai display produk
sedemikian rupa, sehingga menciptakan kesan di benak karyawan bahwa mereka
adalah bagian dari perkembangan dan kemajuan perusahaan. Tempat kerja
diupayakan agar menjadi home kedua bagi karyawan dengan televisi 29 inci,
misalnya. Salah satu kegunaannya, memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada
karyawan yang berulang tahun. Di ruangan lain ada fasilitas kebugaran, kamar mandi,
kamar ganti dan spa yang dikelola dengan serius.
Unilever juga selektif dalam proses rekrutmen calon karyawan. Perusahaan ini
merekrut fresh graduate S-1 dari berbagai disiplin ilmu dengan predikat excellent dari
universitas ternama. “Ini penting, karena kekuatan kami justru terletak pada
pengembangan SDM dan pemahaman pasar consumer goods,” kata Josef.
Perusahaan ini lebih suka menciptakan sendiri SDM dan profesional yang
dibutuhkannya lewat program MT ketimbang merekrut profesional berpengalaman
dari perusahaan lain. “Unilever berpikir jangka panjang. Sementara itu, profesional
yang direkrut dari perusahaan lain umumnya bersifat jangka pendek dan tingkat
loyalitasnya amat rendah,” ujar Josef membanding. Orientasi program MT
berlangsung selama setahun. Dalam periode ini para peserta MT (MTers) diajak
mengenal perusahaan secara menyeluruh. Lalu mereka diangkat menjadi asisten
manajer, sesuai dengan minatnya seperti tercantum dalam formulir. Inilah learning
period , sebab pada tahap ini mereka belajar banyak lewat kerja praktis.
Perkembangan MTers dimonitor perusahaan selama dua tahun. Setelah melewati
periode ini ditentukan, berhak-tidaknya kandidat dipromosikan. MTers inilah yang
dicanangkan menjadi pemimpin masa depan di Unilever. Yang lulus kemudian diberi
kesempatan 6 bulan menjalani pertukaran ke kantor Unilever di mancanegara. Setelah
itu, mereka dipromosikan menjadi manajer merek. Juga, masih ada basic training,
yang berlaku untuk semua karyawan Unilever — terutama level manajerial.
Pelatihan yang diberikan berkisar pada presentation skill, how to manage
people, dan pengetahuan lain untuk menunjang karir mereka. Guna memfasilitasi
program pelatihan di lingkungannya, Unilever memiliki Learning Department.
Sementara itu, bentuk pengajarannya adalah sharing knowledge. Jadi, tidak harus di
dalam kelas formal. Setiap karyawan Unilever didorong untuk berbagi ilmu dan
keterampilan kepada karyawan lain. Untuk itu, ada poinnya sendiri. Bila poin sudah
cukup, memperoleh reward, misalnya berbentuk hadiah atau vocer berlibur bersama
keluarga ke Bali. Ada 6 nilai yang dikembangkan Unilever dalam pembinaan SDM,
yaitu:
 Customer, consumer and community focus
 Teamwork
 Integrity
 Making things happened
 Sharing of Joy
 Excellent

3. KEUNGGULAN KOMPETITIF
Untuk mengetahui apakah Unilever mempunyai keunggulan kompetitif dari
pesaing-pesaingnya maka dilakukan identifikasi pesaing utama perusahaan serta
kekuatan dan kelemahan mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis
perusahaan dengan cara Competitive Profile Matrix (CPM). Critical Success Factor
(CSF) dari matrix ini mencakup eksternal dan internalnya.. Berikut adalah analisis
Competitive Profile Matrix (CPM ) PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Tabel Competitive Profile Matrix (CPM ) PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Critical Weight Unilever Wings Group P&G Kao
Success Ratin Weighted- Ratin Weighted- Ratin Weighted- Ratin Weighted-
Factors g Score g Score g Score g Score
Advertising 0,20 4 0,8 3 0,6 3 0,6 3 0,6
Product 0,10 3 0,3 3 0,3 3 0,3 3 0,3
Quality
Price 0,10 3 0,3 3 0,3 2 0,2 2 0,2
Competiveness
Management 0,10 4 0,4 3 0,3 3 0,3 3 0,3
Financial 0,10 3 0,3 3 0,3 1 0,1 1 0,1
Position
Customer 0,10 4 0,4 3 0,3 3 0,3 2 0,2
Loyalty
Global 0,15 4 0,6 4 0,6 3 0,45 3 0,45
Expansion
Market Share 0,05 3 0,15 3 0,15 3 0,15 3 0,15
Sales 0,05 4 0,2 4 0,2 3 0,15 3 0,15
Distribution
Customer 0,05 4 0,2 2 0,1 3 0,15 3 0,15
Service
1,00 3,65 3,15 2,70 2,60

Dari Competitive Profile Matrix (CPM) PT. Unilever Indonesia, Tbk. Dapat
diambil kesimpulan bahwa Unilever memiliki keunggulan kompetitif dan memiliki
posisi yang kuat sebagai pemimpin dalam pasar. Seperti terlihat pada data di atas,
total nilai tertimbang PT. Unilever Indonesia, Tbk., sebesar 3,65 merupakan nilai
tertinggi dibandingkan pesaingnya yaitu Wings Group, P&G dan Kao. Di antara
pesaing-pesaing tersebut, Kao menempati posisi terlemah. Dalam matrix tersebut
dapat dilihat pula Critical Success Factor (CSF) berupa iklan merupakan yang
terpenting terlihat dari bobotnya yaitu 0,2. Advertising, Management, Customer
Loyalty, Global Expansion, Sales Distribution dan Customer Service PT. Unilever
Indonesia, Tbk. adalah superior dengan peringkat 4-nya. Karena memiliki banyak
Critical Success Factor (CSF), PT. Unilever Indonesia, Tbk., memiliki keunggulan
kompetitif dan menjadi pemimpin di pasar.
Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
memberikan nilai pada penyusunan Competitive Profile Matrix (CPM) PT. Unilever
Indonesia, Tbk., yaitu:
1. Advertising
Unilever  Menampilkan model-model yang muda, berkulit putih,
berambut panjang dan bertubuh seksi, sehingga
memacu konsumen untuk membeli produk tersebut
agar dapat mengalami sendiri reinforcement yang
diterima si model dalam iklan tersebut.
 Dipadukan dengan misi sosial, sehingga kedekatan
dengan konsumen dapat terus terjaga. Terlihat dari
pembelanjaan iklan dan promosi yang telah
mendorong pertumbuhan penjualan di tengah pasar
yang kompetitif. PT. Unilever Indonesia sebagai salah
satu perusahaan dengan belanja iklan terbesar menurut
majalah marketing (Top Brand Survey,
edisi khusus 2007).
P&G Menggunakan selebriti yang menjelaskan pengalaman mereka
menggunakan produk tersebut. Saat iklan diberikan nilai
edukasi seperti 7 tanda penuaan. Total belanja iklan sebesar Rp
100 milyar
Wings Group Menampilkan public figure yang terkenal demi menjaga
image produk. Namun Wings lebih menerapkan konsep
kehati-hatian sehingga pengeluaran belanja iklan hanya
sebesar Rp 44 milyar
Kao Fokus terhadap diferensiasi promosinya.

2. Product Quality
Unilever Mempunyai motto “Operational Excellence with No
Compromise on Quality” dimana menjalankan operasinya
dengan baik tanpa mengabaikan kualitas produk terlihat
dari penghargaan Asia’s 200 Leading Companies Award.
P&G Berorientasi terhadap riset dan penemuannya menjadi
senjata untuk menjaga kualitas produk dan continuous
improvement.
Wings Group Menggunakan policy untuk kulaitas produk. Memperoleh
sertifikat ISO 9001:2000 dan GMP.
Kao Menggunakan kelebihan hak paten material yang dimiliki.
3. Price Competitiveness
Unilever Mengupayakan investasi trade marketing dan efisiensi
packaging.
P&G Harga dibandingkan dengan produk yang lebih mahal dari
mereka. Bertujuan untuk mengalihkan perhatian konsumen
dan langsung fokus untuk wanita.
Wings Group Produknya lebih murah, fokus pada pasar menengah ke
bawah. Contohnya seperti ibu-ibu rumah tangga.
Kao Memasang harga medium dengan cara membuat survei
terlebih dahulu terhadap produk pesaingnya.

4. Management
Unilever Struktur manajemennya merupakan kombinasi dari
departemen fungsional dengan departemen lini produksi.
P&G Menggunakan kebijakan Good Corporate Governance.
Semua tindakan karyawan diatur oleh tujuan, nilai dan
prinsip perusahaan. Karyawan diberi kesempatan untuk
memiliki saham.
Wings Group Kekuatannya ialah kecepatannya membuat keputusan.
Dikarenakan pola kerja institusinya fleksibel. Setiap posisi
direktur memiliki kewenangan yang sama untuk membuat
keputusan.
Kao Mengimplementasikan 10 prinsip responsible care yang
menyangkut keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
yang baik.

5. Financial Position
Unilever Mengupayakan investasi trade marketing dan efisiensi
packaging untuk memastikan implementasi penetapan
harga bersaing dengan produk lain sesuai dengan sasaran.
P&G Dari harga kalah bersaing, namun mereka membandingkan
produknya dengan produk yang lebih mahal dari mereka.
Bisa dibilang ini taktik untuk mengalihkan perhatian
konsumen dan langsung terfokus untuk para wanita.
Wings Group Wings memang tidak pernah meluncurkan produk-produk
premium dengan harga premium. Strategi ini merupakan
cara cerdik guna memberikan value lebih besar kepada
konsumen. Wings masuk dengan harga lebih murah dari
pemimpin pasar. Dengan begitu, perceived value Wings
sangat tinggi.
Kao Dari sisi harga, KAO mencoba memasang harga
medium, bukan premium dengan cara selalu
membuat survei lebih harga terlebih dahulu terhadap
pesaingnya.

6. Customer Loyalty
Unilever Mendapatkan banyak penghargaan yang mencerminkan
besarnya Customer Loyalty yang dimilikinya, diantaranya
Customer Loyalty Index (ICLI) mencapai 88,9 di atas
rata-rata industry consumer goods, Indonesia’s Most
Admired Company (IMAC), dan Top Brand.
P&G Melaksanakan strategi reposisi merek yang bertujuan
memberikan best value kepada konsumen, menurunkan
harga dan disertai inovasi produk berupa penawaran
varian-varian baru. Secara rata-rata Customer Loyalty
Index (ICLI) yang diraih produk-produk P & G mencapai
84,8.
Wings Group Menerapkan value chain dalam bisnisnya sejak lama,
yaitu mengupayakan agar serangkaian aktifitas dalam
menghasilkan produk dari persiapan hingga after sale
service berjalan dengan baik dan meningkatkan customer
value. Customer Loyalty Index (ICLI) mencapai 75,9.
Kao Melakukan inovasi produk yang bisa memberi manfaat
dan tidak menyebabkan efek samping sehingga
memberikan banyak pilihan dan dapat meningkatkan
kepuasan konsumennya.

7. Global Expansion
Unilever Mengoperasikan pabrik perawatan kulit (skin care)
terbesar di Asia di kawasan industri Jababeka,
Cikarang, Jawa Barat. Dengan kapasitas total 53.000 ton
per tahun, pabrik produk perawatan kulit tersebut
diharapkan menjadi yang paling kompetitif dan efisien di
dunia.
P&G P&G telah beroperasi di hampir 80 negara di dunia melalui
300 brand yang dijual secara global. Indonesia merupakan
salah satunya.
Wings Group Di sejumlah negara di Timur Tengah, So Klin diklaim
sebagai market leader. Menjangkau 105 negara di seluruh
dunia. Awalnya ekspor itu dilakukan hanya sekedar untuk
memenuhi permintaan para pembeli dari luar negeri.
Kao Cakupan wilayah bisnis PT. Kao Indonesia dibagi dalam
16 kantor cabang di seluruh Indonesia, yang mampu
melayani sampai direct customer di area kantor cabang
(inside city) bahkan indirect customer yang berada di
wilayah outside city.

4. SWOT
Internal Strategic Factors Weigh Ratin
Weighted Score
Strengths t g
1 Kenaikan kinerja keuangan perusahaan
yang stabil dan cenderung naik terlihat dari
tetap meningkatnya pertumbuhan
penjualan(13%; 11%, dan 19%),
pertumbuhan laba bersih (14%), marjin
laba bersih (15%), marjin laba kotor 0.1 4 0.4
(50,2%), arus kas bersih dari aktivitas
operasi (Rp 2.250 miliar; Rp 215), laba
bersih (Rp 1.964 triliun), laba bersih per
saham (Rp 257), price to earning ratio
(23.2 kali)
Adanya kenaikan pangsa pasar untuk
2 kategori-kategori penting seperti Face 0.05 3 0.15
Care, Savoury dan Ice Cream
Perencanaan baik dan kerjasama erat
dengan para pemasok,pelanggan dan
3 distributor untuk menghantar produk- 0.08 4 0.32
produk dari pabrik ke tempat-tempat
penjualan.
Alokasi pembelanjaan iklan dan promosi
4 0.06 4 0.24
yang tinggi yang cenderung menaik
Tingginya investasi sebesar Rp677 miliar
5 0.05 4 0.2
untuk pembelanjaan modal
Memiliki tim yang terdiri orang-orang
6 berdedikasi,terampil dan termotivasi di 0.08 4 0.32
segenap jajaran
Tingginya alokasi Capital Expenditure
7 0.05 4 0.2
yang berasal dari dana keuangan internal
Pemimpin pasar consumer goods di
8 0.1 4 0.4
Indonesia
9 Sahamnya memiliki level beta 0.7 0.07 3 0.21
Weaknesses
Growth omzet di industri tahun 2007 lebih
1 0.05 1 0.05
rendah
2 Jumlah karyawan yang berlebihan 0.07 2 0.14
Birokrasi yang panjang karena kebijakan
sentralisasi yang menyebabkan Unilever
3 0.04 1 0.04
Indonesia tidak bisa begitu saja
memutuskan sesuatu
Mayoritas produk Unilever memiliki entry
4 0.05 2 0.1
barrier yang rendah
Lambatnya konsolidasi intern dalam
5 0.04 1 0.04
pengambilan keputusan
Struktur matriks yang menyulitkan
koordinasi kegiatan antar departemen,
6 komunikasi yang tidak efektif, resolusi 0.07 2 0.14
konflik antar supporting departemen
dengan lini produk
Ketidakjelasan sertifikasi halal untuk
7 0.04 2 0.08
produk tertentu

TOTAL 1 3.03

External Strategic Factors Weighted


Weight Rating
Opportunities Score
Stabilitas ekonomi yang relatif baik dengan
1 pertumbuhan yang menggembirakan bagi 0.03 3 0.09
ekonomi Indonesia sebesar
Pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah
2 pulau-pulau seperti Sumatera, Kalimantan, 0.08 4 0.32
Sulawesi dan Papua
Tingginya kepuasan konsumen kepuasan
3 konsumen terlihat dari predikat prima indeks 0.06 3 0.18
kepuasan konsumen
Banyaknya pemain pasar nasional yang
4 belum memiliki cara produksi kosmetik yang 0.05 4 0.2
baik
Luasnya potential market sekitar 250 juta
5 tepatnya 122.527.186 laki-laki (49,9%) dan 0.07 4 0.28
122.922.553 (50.1%)
Tingginya ketergantungan masyarakat akan
6 0.08 3 0.24
jenis produk consumer goods
Rekomendasi investasi pada saham dengan
7 0.05 3 0.15
level beta di bawah 1
Tinggi dan stabilnya tingkat kesetiaan
8 masyarakat atas produk consumer goods 0.07 3 0.21
83%
Threats
Adanya kenaikan biaya bahan baku dan
bahan kemasan seperti minyak kelapa sawit,
1 gula kelapa dan bahan berbahan dasar 0.09 4 0.36
petroleum yang disebabkan oleh kenaikan
harga minyak, bahan kimia dan komoditas
Instabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata
2 0.03 3 0.09
uang asing
3 Melemahnya daya beli konsumen 0.03 3 0.09
Maraknya pemalsuan dan penyelundupan
4 0.07 4 0.28
produk Cina
Rendahnya infrastruktur yang memadai
5 berupa jalan yang menyebabkan tingginya 0.03 2 0.06
biaya pemasaran produk
Adanya penghapusan subsidi BBM bagi
6 0.02 2 0.04
industri
Tidak konsistennya pasokan gas dari
7 0.02 1 0.02
Pertamina
Adanya tren perubahan gaya hidup
8 masyarakat dari produk tradisional-naisonal 0.09 3 0.27
menjadi produk luar negeri
Adanya kampanye anti Unilever oleh
9 Greenpeace akibat penggundulan hutan yang 0.05 2 0.1
membahayakan
10 Produk pesaing dengan harga lebih murah 0.08 4 0.32
TOTAL 1 3.3

BAB III
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari PT Unilever Indonesia Tbk. ialah
sebagai berikut.
 PT Unilever Indonesia Tbk. secara umum mengungguli kompetitor-
kompetitornya dalam pasar consumer goods di Indonesia.
 Keunikan kompetensi PT Unilever Indonesia Tbk. terletak pada pengembangan
SDM dan pemahaman pasar consumer goods.
 PT Unilever Indonesia Tbk. berkomitmen untuk menjalankan operasinya dengan
baik tanpa mengabaikan kualitas produknya.

DAFTAR PUSTAKA
Eprints. 2012. Skripsi. (Diakses online pada 3 Maret 2012), URL:
http://eprints.undip.ac.id/22560/3/Skripsi_(fix)_pdf.pdf
Gowland, Santiago. 2009. Unilever’s Sustainable Brand and Business Strategy.
(Diakses online 3 Maret 2012) URL:
http://www.melodiesinmarketing.com/2009/04/11/unilever-sustainable-brand-
lipton-knorr-dove/
Lirin. 2009. Strategi Pemasaran Semua Produk PT Unilever tbk. (Diakses online 3
Maret 2012) URL: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/strategi-
pemasaran-semua-produk-pt-unilever-indonesia-tbk/

Anda mungkin juga menyukai