PROFIL PERUSAHAAN
2. DISTINCTIVE COMPETENCIES
Distinctive Competencies Unilever: Pengembangan SDM dan Pemahaman Pasar
Consumer Goods
Unilever mempunyai gaya lain dalam mengembangkan budaya kerja
karyawannya. Unilever, menurut Direktur SDM PT Unilever Indonesia Tbk. Josef
Bataona, Unilever sengaja mendesain kantornya dengan berbagai display produk
sedemikian rupa, sehingga menciptakan kesan di benak karyawan bahwa mereka
adalah bagian dari perkembangan dan kemajuan perusahaan. Tempat kerja
diupayakan agar menjadi home kedua bagi karyawan dengan televisi 29 inci,
misalnya. Salah satu kegunaannya, memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada
karyawan yang berulang tahun. Di ruangan lain ada fasilitas kebugaran, kamar mandi,
kamar ganti dan spa yang dikelola dengan serius.
Unilever juga selektif dalam proses rekrutmen calon karyawan. Perusahaan ini
merekrut fresh graduate S-1 dari berbagai disiplin ilmu dengan predikat excellent dari
universitas ternama. “Ini penting, karena kekuatan kami justru terletak pada
pengembangan SDM dan pemahaman pasar consumer goods,” kata Josef.
Perusahaan ini lebih suka menciptakan sendiri SDM dan profesional yang
dibutuhkannya lewat program MT ketimbang merekrut profesional berpengalaman
dari perusahaan lain. “Unilever berpikir jangka panjang. Sementara itu, profesional
yang direkrut dari perusahaan lain umumnya bersifat jangka pendek dan tingkat
loyalitasnya amat rendah,” ujar Josef membanding. Orientasi program MT
berlangsung selama setahun. Dalam periode ini para peserta MT (MTers) diajak
mengenal perusahaan secara menyeluruh. Lalu mereka diangkat menjadi asisten
manajer, sesuai dengan minatnya seperti tercantum dalam formulir. Inilah learning
period , sebab pada tahap ini mereka belajar banyak lewat kerja praktis.
Perkembangan MTers dimonitor perusahaan selama dua tahun. Setelah melewati
periode ini ditentukan, berhak-tidaknya kandidat dipromosikan. MTers inilah yang
dicanangkan menjadi pemimpin masa depan di Unilever. Yang lulus kemudian diberi
kesempatan 6 bulan menjalani pertukaran ke kantor Unilever di mancanegara. Setelah
itu, mereka dipromosikan menjadi manajer merek. Juga, masih ada basic training,
yang berlaku untuk semua karyawan Unilever — terutama level manajerial.
Pelatihan yang diberikan berkisar pada presentation skill, how to manage
people, dan pengetahuan lain untuk menunjang karir mereka. Guna memfasilitasi
program pelatihan di lingkungannya, Unilever memiliki Learning Department.
Sementara itu, bentuk pengajarannya adalah sharing knowledge. Jadi, tidak harus di
dalam kelas formal. Setiap karyawan Unilever didorong untuk berbagi ilmu dan
keterampilan kepada karyawan lain. Untuk itu, ada poinnya sendiri. Bila poin sudah
cukup, memperoleh reward, misalnya berbentuk hadiah atau vocer berlibur bersama
keluarga ke Bali. Ada 6 nilai yang dikembangkan Unilever dalam pembinaan SDM,
yaitu:
Customer, consumer and community focus
Teamwork
Integrity
Making things happened
Sharing of Joy
Excellent
3. KEUNGGULAN KOMPETITIF
Untuk mengetahui apakah Unilever mempunyai keunggulan kompetitif dari
pesaing-pesaingnya maka dilakukan identifikasi pesaing utama perusahaan serta
kekuatan dan kelemahan mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis
perusahaan dengan cara Competitive Profile Matrix (CPM). Critical Success Factor
(CSF) dari matrix ini mencakup eksternal dan internalnya.. Berikut adalah analisis
Competitive Profile Matrix (CPM ) PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Tabel Competitive Profile Matrix (CPM ) PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Critical Weight Unilever Wings Group P&G Kao
Success Ratin Weighted- Ratin Weighted- Ratin Weighted- Ratin Weighted-
Factors g Score g Score g Score g Score
Advertising 0,20 4 0,8 3 0,6 3 0,6 3 0,6
Product 0,10 3 0,3 3 0,3 3 0,3 3 0,3
Quality
Price 0,10 3 0,3 3 0,3 2 0,2 2 0,2
Competiveness
Management 0,10 4 0,4 3 0,3 3 0,3 3 0,3
Financial 0,10 3 0,3 3 0,3 1 0,1 1 0,1
Position
Customer 0,10 4 0,4 3 0,3 3 0,3 2 0,2
Loyalty
Global 0,15 4 0,6 4 0,6 3 0,45 3 0,45
Expansion
Market Share 0,05 3 0,15 3 0,15 3 0,15 3 0,15
Sales 0,05 4 0,2 4 0,2 3 0,15 3 0,15
Distribution
Customer 0,05 4 0,2 2 0,1 3 0,15 3 0,15
Service
1,00 3,65 3,15 2,70 2,60
Dari Competitive Profile Matrix (CPM) PT. Unilever Indonesia, Tbk. Dapat
diambil kesimpulan bahwa Unilever memiliki keunggulan kompetitif dan memiliki
posisi yang kuat sebagai pemimpin dalam pasar. Seperti terlihat pada data di atas,
total nilai tertimbang PT. Unilever Indonesia, Tbk., sebesar 3,65 merupakan nilai
tertinggi dibandingkan pesaingnya yaitu Wings Group, P&G dan Kao. Di antara
pesaing-pesaing tersebut, Kao menempati posisi terlemah. Dalam matrix tersebut
dapat dilihat pula Critical Success Factor (CSF) berupa iklan merupakan yang
terpenting terlihat dari bobotnya yaitu 0,2. Advertising, Management, Customer
Loyalty, Global Expansion, Sales Distribution dan Customer Service PT. Unilever
Indonesia, Tbk. adalah superior dengan peringkat 4-nya. Karena memiliki banyak
Critical Success Factor (CSF), PT. Unilever Indonesia, Tbk., memiliki keunggulan
kompetitif dan menjadi pemimpin di pasar.
Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
memberikan nilai pada penyusunan Competitive Profile Matrix (CPM) PT. Unilever
Indonesia, Tbk., yaitu:
1. Advertising
Unilever Menampilkan model-model yang muda, berkulit putih,
berambut panjang dan bertubuh seksi, sehingga
memacu konsumen untuk membeli produk tersebut
agar dapat mengalami sendiri reinforcement yang
diterima si model dalam iklan tersebut.
Dipadukan dengan misi sosial, sehingga kedekatan
dengan konsumen dapat terus terjaga. Terlihat dari
pembelanjaan iklan dan promosi yang telah
mendorong pertumbuhan penjualan di tengah pasar
yang kompetitif. PT. Unilever Indonesia sebagai salah
satu perusahaan dengan belanja iklan terbesar menurut
majalah marketing (Top Brand Survey,
edisi khusus 2007).
P&G Menggunakan selebriti yang menjelaskan pengalaman mereka
menggunakan produk tersebut. Saat iklan diberikan nilai
edukasi seperti 7 tanda penuaan. Total belanja iklan sebesar Rp
100 milyar
Wings Group Menampilkan public figure yang terkenal demi menjaga
image produk. Namun Wings lebih menerapkan konsep
kehati-hatian sehingga pengeluaran belanja iklan hanya
sebesar Rp 44 milyar
Kao Fokus terhadap diferensiasi promosinya.
2. Product Quality
Unilever Mempunyai motto “Operational Excellence with No
Compromise on Quality” dimana menjalankan operasinya
dengan baik tanpa mengabaikan kualitas produk terlihat
dari penghargaan Asia’s 200 Leading Companies Award.
P&G Berorientasi terhadap riset dan penemuannya menjadi
senjata untuk menjaga kualitas produk dan continuous
improvement.
Wings Group Menggunakan policy untuk kulaitas produk. Memperoleh
sertifikat ISO 9001:2000 dan GMP.
Kao Menggunakan kelebihan hak paten material yang dimiliki.
3. Price Competitiveness
Unilever Mengupayakan investasi trade marketing dan efisiensi
packaging.
P&G Harga dibandingkan dengan produk yang lebih mahal dari
mereka. Bertujuan untuk mengalihkan perhatian konsumen
dan langsung fokus untuk wanita.
Wings Group Produknya lebih murah, fokus pada pasar menengah ke
bawah. Contohnya seperti ibu-ibu rumah tangga.
Kao Memasang harga medium dengan cara membuat survei
terlebih dahulu terhadap produk pesaingnya.
4. Management
Unilever Struktur manajemennya merupakan kombinasi dari
departemen fungsional dengan departemen lini produksi.
P&G Menggunakan kebijakan Good Corporate Governance.
Semua tindakan karyawan diatur oleh tujuan, nilai dan
prinsip perusahaan. Karyawan diberi kesempatan untuk
memiliki saham.
Wings Group Kekuatannya ialah kecepatannya membuat keputusan.
Dikarenakan pola kerja institusinya fleksibel. Setiap posisi
direktur memiliki kewenangan yang sama untuk membuat
keputusan.
Kao Mengimplementasikan 10 prinsip responsible care yang
menyangkut keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
yang baik.
5. Financial Position
Unilever Mengupayakan investasi trade marketing dan efisiensi
packaging untuk memastikan implementasi penetapan
harga bersaing dengan produk lain sesuai dengan sasaran.
P&G Dari harga kalah bersaing, namun mereka membandingkan
produknya dengan produk yang lebih mahal dari mereka.
Bisa dibilang ini taktik untuk mengalihkan perhatian
konsumen dan langsung terfokus untuk para wanita.
Wings Group Wings memang tidak pernah meluncurkan produk-produk
premium dengan harga premium. Strategi ini merupakan
cara cerdik guna memberikan value lebih besar kepada
konsumen. Wings masuk dengan harga lebih murah dari
pemimpin pasar. Dengan begitu, perceived value Wings
sangat tinggi.
Kao Dari sisi harga, KAO mencoba memasang harga
medium, bukan premium dengan cara selalu
membuat survei lebih harga terlebih dahulu terhadap
pesaingnya.
6. Customer Loyalty
Unilever Mendapatkan banyak penghargaan yang mencerminkan
besarnya Customer Loyalty yang dimilikinya, diantaranya
Customer Loyalty Index (ICLI) mencapai 88,9 di atas
rata-rata industry consumer goods, Indonesia’s Most
Admired Company (IMAC), dan Top Brand.
P&G Melaksanakan strategi reposisi merek yang bertujuan
memberikan best value kepada konsumen, menurunkan
harga dan disertai inovasi produk berupa penawaran
varian-varian baru. Secara rata-rata Customer Loyalty
Index (ICLI) yang diraih produk-produk P & G mencapai
84,8.
Wings Group Menerapkan value chain dalam bisnisnya sejak lama,
yaitu mengupayakan agar serangkaian aktifitas dalam
menghasilkan produk dari persiapan hingga after sale
service berjalan dengan baik dan meningkatkan customer
value. Customer Loyalty Index (ICLI) mencapai 75,9.
Kao Melakukan inovasi produk yang bisa memberi manfaat
dan tidak menyebabkan efek samping sehingga
memberikan banyak pilihan dan dapat meningkatkan
kepuasan konsumennya.
7. Global Expansion
Unilever Mengoperasikan pabrik perawatan kulit (skin care)
terbesar di Asia di kawasan industri Jababeka,
Cikarang, Jawa Barat. Dengan kapasitas total 53.000 ton
per tahun, pabrik produk perawatan kulit tersebut
diharapkan menjadi yang paling kompetitif dan efisien di
dunia.
P&G P&G telah beroperasi di hampir 80 negara di dunia melalui
300 brand yang dijual secara global. Indonesia merupakan
salah satunya.
Wings Group Di sejumlah negara di Timur Tengah, So Klin diklaim
sebagai market leader. Menjangkau 105 negara di seluruh
dunia. Awalnya ekspor itu dilakukan hanya sekedar untuk
memenuhi permintaan para pembeli dari luar negeri.
Kao Cakupan wilayah bisnis PT. Kao Indonesia dibagi dalam
16 kantor cabang di seluruh Indonesia, yang mampu
melayani sampai direct customer di area kantor cabang
(inside city) bahkan indirect customer yang berada di
wilayah outside city.
4. SWOT
Internal Strategic Factors Weigh Ratin
Weighted Score
Strengths t g
1 Kenaikan kinerja keuangan perusahaan
yang stabil dan cenderung naik terlihat dari
tetap meningkatnya pertumbuhan
penjualan(13%; 11%, dan 19%),
pertumbuhan laba bersih (14%), marjin
laba bersih (15%), marjin laba kotor 0.1 4 0.4
(50,2%), arus kas bersih dari aktivitas
operasi (Rp 2.250 miliar; Rp 215), laba
bersih (Rp 1.964 triliun), laba bersih per
saham (Rp 257), price to earning ratio
(23.2 kali)
Adanya kenaikan pangsa pasar untuk
2 kategori-kategori penting seperti Face 0.05 3 0.15
Care, Savoury dan Ice Cream
Perencanaan baik dan kerjasama erat
dengan para pemasok,pelanggan dan
3 distributor untuk menghantar produk- 0.08 4 0.32
produk dari pabrik ke tempat-tempat
penjualan.
Alokasi pembelanjaan iklan dan promosi
4 0.06 4 0.24
yang tinggi yang cenderung menaik
Tingginya investasi sebesar Rp677 miliar
5 0.05 4 0.2
untuk pembelanjaan modal
Memiliki tim yang terdiri orang-orang
6 berdedikasi,terampil dan termotivasi di 0.08 4 0.32
segenap jajaran
Tingginya alokasi Capital Expenditure
7 0.05 4 0.2
yang berasal dari dana keuangan internal
Pemimpin pasar consumer goods di
8 0.1 4 0.4
Indonesia
9 Sahamnya memiliki level beta 0.7 0.07 3 0.21
Weaknesses
Growth omzet di industri tahun 2007 lebih
1 0.05 1 0.05
rendah
2 Jumlah karyawan yang berlebihan 0.07 2 0.14
Birokrasi yang panjang karena kebijakan
sentralisasi yang menyebabkan Unilever
3 0.04 1 0.04
Indonesia tidak bisa begitu saja
memutuskan sesuatu
Mayoritas produk Unilever memiliki entry
4 0.05 2 0.1
barrier yang rendah
Lambatnya konsolidasi intern dalam
5 0.04 1 0.04
pengambilan keputusan
Struktur matriks yang menyulitkan
koordinasi kegiatan antar departemen,
6 komunikasi yang tidak efektif, resolusi 0.07 2 0.14
konflik antar supporting departemen
dengan lini produk
Ketidakjelasan sertifikasi halal untuk
7 0.04 2 0.08
produk tertentu
TOTAL 1 3.03
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari PT Unilever Indonesia Tbk. ialah
sebagai berikut.
PT Unilever Indonesia Tbk. secara umum mengungguli kompetitor-
kompetitornya dalam pasar consumer goods di Indonesia.
Keunikan kompetensi PT Unilever Indonesia Tbk. terletak pada pengembangan
SDM dan pemahaman pasar consumer goods.
PT Unilever Indonesia Tbk. berkomitmen untuk menjalankan operasinya dengan
baik tanpa mengabaikan kualitas produknya.
DAFTAR PUSTAKA
Eprints. 2012. Skripsi. (Diakses online pada 3 Maret 2012), URL:
http://eprints.undip.ac.id/22560/3/Skripsi_(fix)_pdf.pdf
Gowland, Santiago. 2009. Unilever’s Sustainable Brand and Business Strategy.
(Diakses online 3 Maret 2012) URL:
http://www.melodiesinmarketing.com/2009/04/11/unilever-sustainable-brand-
lipton-knorr-dove/
Lirin. 2009. Strategi Pemasaran Semua Produk PT Unilever tbk. (Diakses online 3
Maret 2012) URL: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/strategi-
pemasaran-semua-produk-pt-unilever-indonesia-tbk/