abdul rokhim
askep keluarga stroke Ikuti 1
▼ 2015 (1)
▼ Maret (1)
askep keluarga stroke
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, semata-mata
atas segala limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan pasca stroke ini, penulis
menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam hal bentuk dan isi dari
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca agar dapat bermanfaat dan diaplikasikan kedalam kehidupan
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 1/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Merupakan masalah neurologik primer di dunia. Banyak upaya yang dilakukan
untuk mengurangi tingkat kematian akibat stroke, meskipun upaya pencegahan itu telah
menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir, tetapi stroke
masih merupakan peringkat ketiga penyebab kematian. Orang yang menderita stroke,
dalam kesehariannya sering tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Mereka selalu membutuhkan bentuan orang lain untuk melakukannya. Kesabaran orang
yang merawat penderita stroke sangat diperlukan dalam hal ini.
1.2.Tujuan
Tujuan Umum :
Keluarga dan penderita stroke mampu memahami dan melaksanakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan penyakit stroke sehingga dapat mengurangi atau
menghindari stroke kambh lagi.
Tujuan Khusus :
1. Melaksanakan asuhan keperawatan individu dalam keluarga dengan penyakit stroke.
2. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang penyakit stroke.
3. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan penderita pasca stroke di
rumah.
1.3.Batasan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang dibahas adalah :
1. Pengertian stroke
2. Penyebab stroke
3. Faktor resiko terjadinya stroke
4. Tanda dan gejala
5. Jenis-jenis komplikasi stroke
BAB II
TINJAUAN TEORI
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 2/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak (Suzanne).
Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh darah yang
menyediakan darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah ke otak menjadi kurang
atau berhenti, yang kemudian merusak atau memusnahkan area – area tertentu dalam
jaringan otak (discases penyakit )
Storke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang
utama di indonesia, serangan otak ini merupakan kegawat daruratan media yang harus
ditangani secara cepat, tepat dan cermat.
Stroke adalah sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non traumatik (Doengoes, 2004:290).
Cidera serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit cerebrovaskuler
menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsioanal maupun struktural
yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh
sistem pembuluh darah otak (doengoes:290)
Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang bersifat mendadak dan disertai
dengan defisit neuologik (Dr. H. Soedomo Hadinoto)
Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian
yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran dareh otak.
g. Cidera kepala
d. Obesitas
Peningkatan berat badan dapat meningkatkan risiko stroke. Obesitas juga dapat
menimbulkan faktor risiko lainnya seperti tekanan darang tinggi, tingginya
kolesterol jahat, dan diabetes.
e. Penyakit pada Arteri Carotid dan Arteri Lainnya
Pembuluh darah arteri carotid merupakan pembuluh darah utama yang membawa
darah ke otak dan leher. Rusaknya pembuluh darah carotid akibat lemak
menimbulkan plak pada dinding arteri sehingga menghalangi aliran darah di
arteri.
f. Kurangnya Aktivitas Fisik
Latihan penting untuk mengontrol faktor risiko stroke, seperti berat badan,
tekanan darah, kolesterol, dan diabetes.
g. Alkohol, Kopi, dan Penggunaan Obat - Obatan
Konsumsi alkohol meningkatkan risiko stroke. Minum alkohol lebih dari satu
gelas pada pria dan lebih dua gelas pada pria dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Selain itu, minum tiga gelas kopi sehari dapat meningkatkan
tekanan darah dan risiko stroke. Penggunaan obat - obatan seperti kokain dan
amphetamine merupakan risiko terbesar terjadinya stroke pada dewasa muda.
h. Kurang Nutrisi
Diet tinggi lemak, gula, dan garam meningkatkan risiko stroke. Penelitian
menunjukkan bahwa mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayur sehari dapat
mengurangi risiko stroke sebesar 30%.
i. Stres
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 4/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
2.6. Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50 ml/
menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan arteri
pada waktu hipotensi yang menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi
terus menerus terjadi maka dapat menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi
dapat menyebabkan perdarahan intra kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan
perdarahan yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya.
Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan fase spasme
arteri hemisfer otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga timbul
iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit neurologis
yang berupa hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari pembuluh darah otak
dapat meningkatkan tekanan darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak.
Koma terjadi karena apabila daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan
penekanan pada seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo)
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 5/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
f. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi area
tersebut, batang otak mempengaruhi frekuensi jantung sehingga adanya iritasi kimia,
dapat mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung
g. Perdarahan ulang, pada pasien hemorrhage subarakhnoid mengalami perdarahan
ulang aneurisme yang tidak diperbaiki. (Hudak and Gallo, 1996, p.273)
2. 9. Pemeriksaan diagnostik
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya hematoma,
infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang letaknya dipermukaan
b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan
yang meningkat dan adanya cairan darah menunjukkan adanya hemorhagic.
c. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang untuk menentukan lesi
spesifik
d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak
ganguan otak, biasanya menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture
atau obstruksi dapat difisualisasi dengan alat ini.
e. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan daerah patologis
2.10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif
b. Tindakan konservatif
1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
c. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada
tindakan endarterectomy carotis.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan bagian penting dalam proses pemulihan stroke. Tujuan
rehabilitasi ini adalah untuk menolong penderita stroke untuk memperoleh kembali apa
yang mungkin dapat dipertahankan untuk memaksimalkan fungsi tubuh pada penderita
stroke (Stroke and Heart Foundation, 2010). Lumbantobing (2004) menyatakan bahwa
tujuan rehabilitasi ialah menjaga atau meningkatkan kemampuan jasmani, rohani,
keadaan ekonomi dan kemampuan kerja semaksimal mungkin. Berbagai usaha
dilakukan untuk mencapai tujuan ini, diantaranya terapi fisik/ fisioterapi, latihan bicara,
latihan mental, terapi okupasi, psikoterapi , memberi alat bantu, ortotik prostetik, dan
olah raga. Bentuk tindakan di atas tentunya disesuaikan dengan berat ringan cacat,
bentuk cacat, kemampuan atau tingkat mental penderita. Young & Forster (2007) dan
Duncan et al (2005) menyatakan bahwa penanganan rehabilitasi merupakan pendekatan
multidisiplin, beberapa ahli di berbagai bidang bekerja sama, misalnya dokter keluarga,
ahli rehabilitasi medik, ahli saraf, perawat dan anggota keluarga. Koordinator tindakan
rehabilitasi ini sebaiknya dipegang oleh dokter keluarga, yang lebih banyak mengetahui
penderita, keluarganya, latar belakang pendidikannya, serta tugas jabatan. Dokter
keluarga dapat bertidak sebagai motivator, memberi bimbingan dan petunjuk kepada
penderita dan keluarganya (Bradford Institute for Health Research, 2010).
2. Perawatan Penderita Stroke di Rumah
Menurut Batticaca (2008), penanganan dan perawatan penderita stroke di rumah antara
lain, berobat secara teratur ke dokter, tidak menghentikan atau mengubah dan
menambah dosis obat tanpa petunjuk dokter, meminta bantuan petugas kesehatan atau
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 6/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh, memperbaiki
kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah, membantu kebutuhan klien, memotivasi
klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik, memeriksakan tekanan darah secara
teratur, dan segera bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala
stroke. Vallery (2006) dalam Agustina,dkk (2009) mengemukakan bahwa pasien dan
orang yang merawat/ keluarga perlu menyadari semua tantangan dan tanggung jawab
yang akan dihadapi sebelum meninggalkan rumah sakit atau fasilitas rehabilitasi lain.
Meskipun sebagian besar pasien telah mengalami pemulihan yang cukup bermakna
sebelum di pulangkan, sebagian masih memerlukan bantuan untuk turun dari tempat
tidur, mengenakan pakaian, makan, dan berjalan. Keluarga sebaiknya mengetahui
tentang layanan komunitas lokal yang dapat memberikan bantuan, termasuk dokter
keluarga, perawat kunjungan rumah, ahli fisioterapi, petugas sosial, ahli terapi wicara,
dan layanan relawan. Kebutuhan pasien pasca rawat dapat meliputi kebutuhan fisiologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Berikut ini merupakan perawatan penderita stroke yang
dapat dilakukan oleh keluarga di rumah.
1. Jika pasien selalu membuka mata dalam jangka panjang, maka mata mereka dapat
mengering dan menyebabkan infeksi dan ulkus kornea. Untuk mencegah hal ini,
keluarga dianjurkan penggunaan pelumas, salep, atau air mata buatan yang dapat dibeli
bebas (Edmund, 2007). Penderita stroke yang tidak dapat minum tanpa bantuan harus
membersihkan mulutnya dengan sikat lembut yang lembab atau kapas penyerap sekitar
satu jam. Perawatan mulut yang teratur sangat penting, terutama untuk penderita yang
sulit atau tidak dapat menelan (Edmund, 2007).
2. Menangani masalah makan dan minum
Penderita stroke memerlukan makanan yang memadai, lezat, dan seimbang
dengan cukup serat, cairan (2 liter atau lebih sehari), dan miktonutrien. Jika
nafsu makan penderita berkurang maka penedrita stroke dapat diberi makanan
ringan tinggi - kalori yang lezat dalam jumlah terbatas setiap 2 -3 jam, bersama
dengan minuman suplemen nutrisional. Penderita stroke harus makan dalam
posisi duduk, bukan berbaring, untuk mencegah tersedak dan pneumonia aspirasi
(John, 2004; Lotta, 2006; David 2004). Keluarga dapat elakukan modifikasi
dalam penggunaan alat makan penderita stroke, seperti meletakkan antiselip pada
alas piring atau menggunakan piring yang cekung sehingga makanan tidak
mudah tumpah. Keluarga dapat juga menyediakankan alat - alat bantu untuk
penderita stroke yang makan dengan satu tangan, seperti
mangkuk telur yang dapat ditempelkan pada meja (John, 2004; Lotta, 2006;
David 2004).
3. Kepatuhan program pengobatan di rumah
Pelayanan kesehatan berperan dalam upaya promotif, pencegahan, diagnosa dini
dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan (rehabilitasi) suatu
penyakit (Maryam, 2008). Dukungan keluarga diketahui sangat penting dalam
kepatuhan terhadap program pengobatan jangka panjang (Schatz, 1998 dalam
Stanley, 2006). Keluarga bertanggung jawab terhadap semua prosedur dan
pengobatan anggota keluarga yang sakit, seperti menggunakan obat
menggunakan alat - alat khusus, dan menjalankan latihan (Friedman, 2005).
4. Mengatasi Masalah Emosional dan Kognitif
Sebagian masalah emosional muncul segera setelah stroke, sebagai akibat
kerusakan di otak. Hampir 70% pasien stroke sedikit banyak mengalami masalah
emosional, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung,
atau depresi. Terdapat bukti bahwa orang yang menderita depresi pasca stroke
memiliki kemungkinan tiga kali lebihbesar meninggal dalam 10 tahun
dibandingkan dengan penderita stroke tanpa depresi. Namun, jika penderita
stroke dan orang yang merawatnya menyadari masalah ini, biasanya ada hal - hal
yang dapat dikerjakan untuk mengatasi masalah tersebut (Lotta, 2006).
Ketidakmampuan seseorang untuk mengekspresikan dirinya sendiri akibat
masalah bahasa dapat menimbulkan sikap mudah marah. Masalah emosional lain
timbul pada tahap lebih belakangan, misalnya sewaktu pasien akhirnya
menyadari dampak penuh stroke atas kemandirian mereka. Orang yang pernah
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 7/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 8/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
dan dengan memindahkan beban badan dari satu sisi tubuh ke sisi lainnya. Pada
awalnya, penderita stroke harus mencoba hanya beberapa langkah kecil. Sesi
latihan yang sering dan singkat, dengan peningkatan gerakan secara perlahan,
merupakan cara yang paling aman dan efektif. Jika penderita stroke telah yakin
dapat berjalan di lantai yang datar, mereka dapat mulai naik tangga, tetapi tetap
memperhatikan bahwa susunan tangganya telah aman dan kuat. Selain itu,
Graham (2006) menyatakan jika penderita stroke menggunakan kursi roda,
sebaiknya rumah mereka memiliki tangga, dibangun jalan masuk landai dari
kayu atau beton. Keluarga juga mungkin perlu memperlebar pintu - pintu rumah
agar penderita stroke dapat bergerak bebas di dalam rumah. Pemasangan kabel
listrik yang aman, pegangan tangan di kamar mandi dan adaptasi rumah lainnya
juga dapat membantu penderita stroke.
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 9/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).
3. Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan menurut Suprajitno (2004:3)
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun memiliki
tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan masing-masing. Tahap–tahap
perkembangan itu antara lain:
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya
Tugas perkembangan
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga
istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 10/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
6.Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 11/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 12/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-
hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi
dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga,
diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 2005: 56)
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga.
Untuk penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak menandung
garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor
yang penting dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli
fisiotherapi.
c. Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa
memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua
kali pagi dan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi
beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam
melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,2005) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (2005:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini.
termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik
atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum
terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan
kecemasan.
5) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah.
Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti
olah raga (Friedman, 2005:9).
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 13/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
6) Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan
dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada
penderita stroke fase rehabilitasi.
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,2005:22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada
hipertensi
7) Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 2005) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman
usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik
tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang
otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah
pasien stroke.
c. Struktur peran
Menurut Friedman(2005), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran
yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik
dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan
harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi,
maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan
suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena
kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman,
2005).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke
dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi.
Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c. Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain diluar rumah.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah
yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga.
Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak
efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia
atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 14/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
3. Intervensi Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Friedman (2005:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang
dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap
klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
b. Menyusun tujuan
Friedman (2005:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan
alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (2005:64) yaitu:
1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
2. tujuan jangka menengah
3. tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor keluarga
mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan (Friedman:2005:71)
4. Implementasi keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber
yang tersedia.
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke.
Intervensi:
1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, komplikasi, cara perawatan, penanganan dan pencegahan stroke
2) Motivasi keluarga untuk mengenal masalah stroke
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat mengenai tindakan
kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita post stroke
Intervensi:
1) Memberikan informasi tentang alternatif pencegahan dpat diambil untuk mengatasi
pasien stroke, seperti menjaga kesehatan lingkungan, menghindari faktor pencetus, serta
minum obat secara teratur
2) Mendiskusikan akibat bila tidak melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
stroke
3) Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan tentang tindakan kesehatan
yang diambil pada anggota keluarga yang terkena stroke
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau perawatan post
stroke
Intervensi :
1) Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan secara teratur,
jaga diet penderita stroke.
2) Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak dirumah
d. Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan yang dapat menyebabkan
atau mempengaruhi kesehatan
Intervensi :
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 15/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke
1) Memberikan semangat pada penderita terutama yang berasal dasri keluarga itu
sendiri atau melalui orang atau sumber-sumber yang dipercaya mempunyai pengaruh
terhadap proses penyembuhan
2) Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses penyembuhan klien
e. Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber pelayanan kesehatan
terhadap perawatan post stroke
Intervensi :
1) Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat digunakan utnuk
memperoleh pelayanan kesehatan misalnya rujukan kontrol, perawatan fisiotherapi dan
sumber-sumber lain.
2) Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan sumber-sumber yang ada secara
berkesinambungan.
5. Evaluasi
Friedman (2005:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada seberapa
efektifnya intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan yang lainny. Keefektifan
dilihat dari respon keluarga bukan intervensi yang diimplementasikan. Modifikasi dlam
asuhan keperawatan mengikuti perencanaan evaluasi dan mulai dengan proses siklus
kembali ke pengkajian dengan memberikan informasi yang diperoleh dari pertemuan
sebelumnya dan diteruskan dengan revisi setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke post rehabilitasi
berdasarkan respon keluarga terhadap implementasi yang kita lakukan sesuai dengan
kriteria evaluasi yaitu mengetahui pengertian stroke, mengetahui gangguan pada
penderita stroke dan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan bagi penderita
stroke post rehabilitasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke (CVA) adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, prograsif
cepat, berupa defisit neurologist fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam / lebih
atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik.
Stroke disebabkan faktor-faktor penyumbatan pembuluh darah oleh jendalan darah
(thrombus / embolus), robek dan adanya gangguan susunan komponen darah.
3.2 Saran
- Klien sebaiknya mematuhi semua pengobatan terhadap penyakit stroke yang
dideritanya guna mempertahankan kesehatan yang optimal.
- Keluarga yang merawat sebaiknya melakukan perawatan dengan sabar dan selalu
memberikan dukungan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001).
Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (2004) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC
Friedman, M. M. (2005). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Effendy. N (2005). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient
Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2004. Jakarta: EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All, Edisi
ke 3. 2005. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya Penduduk Rawan Stroke, (Online),
(http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2 November 2007)
Posting Komentar
Beranda
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 17/17