Anda di halaman 1dari 17

5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

Lainnya Buat Blog Masuk

kumpulan askep mahasiswa


perawat
Senin, 23 Maret 2015 Mengenai Saya

abdul rokhim
askep keluarga stroke Ikuti 1

Lihat profil lengkapku

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN MASALAH PASCA STROKE Arsip Blog

▼ 2015 (1)
▼ Maret (1)
askep keluarga stroke

Disusun oleh Kelompok 3:


1. Beni Kurniawan
2. Deni anggara
3. Imam Nur Ajis
4. Misbahul Munir
5. Reni Nur Indah
6. Rita Yuliana
7. Singgih Suhartoyo
8. Syaifur Rahman

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, semata-mata
atas segala limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan pasca stroke ini, penulis
menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam hal bentuk dan isi dari
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca agar dapat bermanfaat dan diaplikasikan kedalam kehidupan

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 1/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

pribadi, keluarga maupun bermasyarakat dalam pengembangan Asuhan Keperawatan


yang profesional.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam pembuatan
Makalah ini, baik dalam bentuk maupun dari isi Makalah ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
Makalah atau karya ilmiah kedepannya.

Jombang, 24 April 2014

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Merupakan masalah neurologik primer di dunia. Banyak upaya yang dilakukan
untuk mengurangi tingkat kematian akibat stroke, meskipun upaya pencegahan itu telah
menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir, tetapi stroke
masih merupakan peringkat ketiga penyebab kematian. Orang yang menderita stroke,
dalam kesehariannya sering tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Mereka selalu membutuhkan bentuan orang lain untuk melakukannya. Kesabaran orang
yang merawat penderita stroke sangat diperlukan dalam hal ini.

1.2.Tujuan
Tujuan Umum :
Keluarga dan penderita stroke mampu memahami dan melaksanakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan penyakit stroke sehingga dapat mengurangi atau
menghindari stroke kambh lagi.
Tujuan Khusus :
1. Melaksanakan asuhan keperawatan individu dalam keluarga dengan penyakit stroke.
2. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang penyakit stroke.
3. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan penderita pasca stroke di
rumah.
1.3.Batasan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang dibahas adalah :
1. Pengertian stroke
2. Penyebab stroke
3. Faktor resiko terjadinya stroke
4. Tanda dan gejala
5. Jenis-jenis komplikasi stroke

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR STROKE


2.1. Pengertian Stroke

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 2/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak (Suzanne).
Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh darah yang
menyediakan darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah ke otak menjadi kurang
atau berhenti, yang kemudian merusak atau memusnahkan area – area tertentu dalam
jaringan otak (discases penyakit )
Storke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang
utama di indonesia, serangan otak ini merupakan kegawat daruratan media yang harus
ditangani secara cepat, tepat dan cermat.
Stroke adalah sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non traumatik (Doengoes, 2004:290).
Cidera serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit cerebrovaskuler
menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsioanal maupun struktural
yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh
sistem pembuluh darah otak (doengoes:290)
Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang bersifat mendadak dan disertai
dengan defisit neuologik (Dr. H. Soedomo Hadinoto)
Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian
yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran dareh otak.

2.2 Klasifikasi stroke


a. Transtient Iskemia Attach (TIA)
Yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam
b. Stroke in evolution ( SIE)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap
c. Completeted stroke iskemic (CSI)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap
d. Reversible iscemic neurological defisit (RIND)
Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja kelainan yang
ada menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24 jam
2.3 Penyebab Stroke
Berdasarkan penyebab stroke dibedakan menjadi 2:
a. Stroke hemorhagic
Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid. Disebabkan
oleh pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu biasanya kejadiannya saat
melakukan aktifitas atau saat aktif namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun.
b. Stroke non hemorhagic
Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksi dan selanjutnya dapat timbul oedema
skunder. Kesadaran umumnya baik
2.4. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
a. Trombosis cerebral
b. Emboli
c. Tumor otak
d. Hemorhagic
e. Tekanan darah tinggi
f. Kelemahan dinding arteri
http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 3/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

g. Cidera kepala

2.5. Faktor resiko


Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau kelainan yang
memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami serangan stroke pada suatu
saat.

1. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama


a. Usia
Stroke dapat menyerang segala usia, tetapi semakin tua usia seseorang
maka semakin besar kemungkinan orang tersebut terserang stroke.
b.Jenis Kelamin
Laki - laki dua kali lebih berisiko daripada perempuan, tetapi jumlah perempuan
yang meninggal akibat stroke lebih banyak.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga dengan riwayat anggota keluarga pernah mengalami stroke berisiko
lebih besar daripada keluarga tanpa riwayat stroke.
d. Ras
Ras Afrika - Amerika mempunyai risiko yang lebih tinggi mengalami kematian
dan kecatatan akibat stroke dibandingkan dengan ras kulit putih.
2. Faktor Risiko yang Dapat Diobati
a. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyebab stroke.
b. Merokok
Merokok dapat mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan peningkatan plak
pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi darah. Nikotin
dari rokok dapat meningkatkan tekanan darah.
c. Diabetes Melitus
Penyakit diabetes mellitus dapat mempercepat timbulnya plak pada pembuluh
darah yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya stroke iskemik. Penderita
diabetes cenderung menderita obesitas. Obesitas dapat mengakibatkan hipertensi
dan tingginya kadar kolesterol, di mana
keduanya merupakan faktor risiko stroke.

d. Obesitas
Peningkatan berat badan dapat meningkatkan risiko stroke. Obesitas juga dapat
menimbulkan faktor risiko lainnya seperti tekanan darang tinggi, tingginya
kolesterol jahat, dan diabetes.
e. Penyakit pada Arteri Carotid dan Arteri Lainnya
Pembuluh darah arteri carotid merupakan pembuluh darah utama yang membawa
darah ke otak dan leher. Rusaknya pembuluh darah carotid akibat lemak
menimbulkan plak pada dinding arteri sehingga menghalangi aliran darah di
arteri.
f. Kurangnya Aktivitas Fisik
Latihan penting untuk mengontrol faktor risiko stroke, seperti berat badan,
tekanan darah, kolesterol, dan diabetes.
g. Alkohol, Kopi, dan Penggunaan Obat - Obatan
Konsumsi alkohol meningkatkan risiko stroke. Minum alkohol lebih dari satu
gelas pada pria dan lebih dua gelas pada pria dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Selain itu, minum tiga gelas kopi sehari dapat meningkatkan
tekanan darah dan risiko stroke. Penggunaan obat - obatan seperti kokain dan
amphetamine merupakan risiko terbesar terjadinya stroke pada dewasa muda.
h. Kurang Nutrisi
Diet tinggi lemak, gula, dan garam meningkatkan risiko stroke. Penelitian
menunjukkan bahwa mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayur sehari dapat
mengurangi risiko stroke sebesar 30%.
i. Stres

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 4/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

Penelitian menunjukkan hubungan antara stress dengan mempersempit


pembuluh darah carotid.
j. Estrogen Pemakaian pil KB atau Hormone Replacement Theraphy (HRT) yang
mengandung estrogen dapat mengubah kemampuan penggumpalan darah
yang dapat mengakibatkan stroke.

2.6. Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50 ml/
menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan arteri
pada waktu hipotensi yang menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi
terus menerus terjadi maka dapat menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi
dapat menyebabkan perdarahan intra kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan
perdarahan yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya.
Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan fase spasme
arteri hemisfer otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga timbul
iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit neurologis
yang berupa hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari pembuluh darah otak
dapat meningkatkan tekanan darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak.
Koma terjadi karena apabila daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan
penekanan pada seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo)

2.7 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Suzane (2001) adalah:
a.Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunteer terhadap gerakan motorik. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis
atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke
adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan oleh hal berikut:
1) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk berbicara.
2) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang terutama ekspresif
atau reseptif.
2.8.Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang yang biasa disebabkan oleh stroke antara lain :
a. Hipoxia serebral, diminimalkan dengan memberikan oksigen ke darah yang
adekuat ke otak, pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan
hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membentu dalam mempertahankan
oksigen jaringan.
b. Aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas
pembuluh darah serebral, hipertensi atau hipotensi perlu dihindari untuk mencegah
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluanya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katub jantung protestik, embolisme akan menurunkan aliran darah
ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. (Smeltzer, 2002,
p.2137)
d. Vasospasme, terjadi stroke hemorrhage juga sebelum pembedahan. Pada individu
dengan aneurisme biasanya terjadi dari 3-12 hari setelah hemorrhage aubarakhnoid.
e. Hidrosefalus, menandakan adanya ketidak seimbangan antara pembetukan dan
reabsorbsi dari cairan serebro spinal (CSS). Hidrosefalus terjadi pada 15-20 %
pasien dengan hemorrhage subaraknoid.

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 5/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

f. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi area
tersebut, batang otak mempengaruhi frekuensi jantung sehingga adanya iritasi kimia,
dapat mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung
g. Perdarahan ulang, pada pasien hemorrhage subarakhnoid mengalami perdarahan
ulang aneurisme yang tidak diperbaiki. (Hudak and Gallo, 1996, p.273)

2. 9. Pemeriksaan diagnostik
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya hematoma,
infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang letaknya dipermukaan
b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan
yang meningkat dan adanya cairan darah menunjukkan adanya hemorhagic.
c. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang untuk menentukan lesi
spesifik
d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak
ganguan otak, biasanya menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture
atau obstruksi dapat difisualisasi dengan alat ini.
e. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan daerah patologis
2.10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif
b. Tindakan konservatif
1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
c. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada
tindakan endarterectomy carotis.

d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan bagian penting dalam proses pemulihan stroke. Tujuan
rehabilitasi ini adalah untuk menolong penderita stroke untuk memperoleh kembali apa
yang mungkin dapat dipertahankan untuk memaksimalkan fungsi tubuh pada penderita
stroke (Stroke and Heart Foundation, 2010). Lumbantobing (2004) menyatakan bahwa
tujuan rehabilitasi ialah menjaga atau meningkatkan kemampuan jasmani, rohani,
keadaan ekonomi dan kemampuan kerja semaksimal mungkin. Berbagai usaha
dilakukan untuk mencapai tujuan ini, diantaranya terapi fisik/ fisioterapi, latihan bicara,
latihan mental, terapi okupasi, psikoterapi , memberi alat bantu, ortotik prostetik, dan
olah raga. Bentuk tindakan di atas tentunya disesuaikan dengan berat ringan cacat,
bentuk cacat, kemampuan atau tingkat mental penderita. Young & Forster (2007) dan
Duncan et al (2005) menyatakan bahwa penanganan rehabilitasi merupakan pendekatan
multidisiplin, beberapa ahli di berbagai bidang bekerja sama, misalnya dokter keluarga,
ahli rehabilitasi medik, ahli saraf, perawat dan anggota keluarga. Koordinator tindakan
rehabilitasi ini sebaiknya dipegang oleh dokter keluarga, yang lebih banyak mengetahui
penderita, keluarganya, latar belakang pendidikannya, serta tugas jabatan. Dokter
keluarga dapat bertidak sebagai motivator, memberi bimbingan dan petunjuk kepada
penderita dan keluarganya (Bradford Institute for Health Research, 2010).
2. Perawatan Penderita Stroke di Rumah
Menurut Batticaca (2008), penanganan dan perawatan penderita stroke di rumah antara
lain, berobat secara teratur ke dokter, tidak menghentikan atau mengubah dan
menambah dosis obat tanpa petunjuk dokter, meminta bantuan petugas kesehatan atau

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 6/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh, memperbaiki
kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah, membantu kebutuhan klien, memotivasi
klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik, memeriksakan tekanan darah secara
teratur, dan segera bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala
stroke. Vallery (2006) dalam Agustina,dkk (2009) mengemukakan bahwa pasien dan
orang yang merawat/ keluarga perlu menyadari semua tantangan dan tanggung jawab
yang akan dihadapi sebelum meninggalkan rumah sakit atau fasilitas rehabilitasi lain.
Meskipun sebagian besar pasien telah mengalami pemulihan yang cukup bermakna
sebelum di pulangkan, sebagian masih memerlukan bantuan untuk turun dari tempat
tidur, mengenakan pakaian, makan, dan berjalan. Keluarga sebaiknya mengetahui
tentang layanan komunitas lokal yang dapat memberikan bantuan, termasuk dokter
keluarga, perawat kunjungan rumah, ahli fisioterapi, petugas sosial, ahli terapi wicara,
dan layanan relawan. Kebutuhan pasien pasca rawat dapat meliputi kebutuhan fisiologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Berikut ini merupakan perawatan penderita stroke yang
dapat dilakukan oleh keluarga di rumah.
1. Jika pasien selalu membuka mata dalam jangka panjang, maka mata mereka dapat
mengering dan menyebabkan infeksi dan ulkus kornea. Untuk mencegah hal ini,
keluarga dianjurkan penggunaan pelumas, salep, atau air mata buatan yang dapat dibeli
bebas (Edmund, 2007). Penderita stroke yang tidak dapat minum tanpa bantuan harus
membersihkan mulutnya dengan sikat lembut yang lembab atau kapas penyerap sekitar
satu jam. Perawatan mulut yang teratur sangat penting, terutama untuk penderita yang
sulit atau tidak dapat menelan (Edmund, 2007).
2. Menangani masalah makan dan minum
Penderita stroke memerlukan makanan yang memadai, lezat, dan seimbang
dengan cukup serat, cairan (2 liter atau lebih sehari), dan miktonutrien. Jika
nafsu makan penderita berkurang maka penedrita stroke dapat diberi makanan
ringan tinggi - kalori yang lezat dalam jumlah terbatas setiap 2 -3 jam, bersama
dengan minuman suplemen nutrisional. Penderita stroke harus makan dalam
posisi duduk, bukan berbaring, untuk mencegah tersedak dan pneumonia aspirasi
(John, 2004; Lotta, 2006; David 2004). Keluarga dapat elakukan modifikasi
dalam penggunaan alat makan penderita stroke, seperti meletakkan antiselip pada
alas piring atau menggunakan piring yang cekung sehingga makanan tidak
mudah tumpah. Keluarga dapat juga menyediakankan alat - alat bantu untuk
penderita stroke yang makan dengan satu tangan, seperti
mangkuk telur yang dapat ditempelkan pada meja (John, 2004; Lotta, 2006;
David 2004).
3. Kepatuhan program pengobatan di rumah
Pelayanan kesehatan berperan dalam upaya promotif, pencegahan, diagnosa dini
dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan (rehabilitasi) suatu
penyakit (Maryam, 2008). Dukungan keluarga diketahui sangat penting dalam
kepatuhan terhadap program pengobatan jangka panjang (Schatz, 1998 dalam
Stanley, 2006). Keluarga bertanggung jawab terhadap semua prosedur dan
pengobatan anggota keluarga yang sakit, seperti menggunakan obat
menggunakan alat - alat khusus, dan menjalankan latihan (Friedman, 2005).
4. Mengatasi Masalah Emosional dan Kognitif
Sebagian masalah emosional muncul segera setelah stroke, sebagai akibat
kerusakan di otak. Hampir 70% pasien stroke sedikit banyak mengalami masalah
emosional, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung,
atau depresi. Terdapat bukti bahwa orang yang menderita depresi pasca stroke
memiliki kemungkinan tiga kali lebihbesar meninggal dalam 10 tahun
dibandingkan dengan penderita stroke tanpa depresi. Namun, jika penderita
stroke dan orang yang merawatnya menyadari masalah ini, biasanya ada hal - hal
yang dapat dikerjakan untuk mengatasi masalah tersebut (Lotta, 2006).
Ketidakmampuan seseorang untuk mengekspresikan dirinya sendiri akibat
masalah bahasa dapat menimbulkan sikap mudah marah. Masalah emosional lain
timbul pada tahap lebih belakangan, misalnya sewaktu pasien akhirnya
menyadari dampak penuh stroke atas kemandirian mereka. Orang yang pernah

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 7/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

mengalami stroke sangat rentan terhadap perubahan dalam situasi mereka,


terutama jika mereka akan meninggalkan rumah sakit atau saat mereka pertama
kali keluar rumah untuk berjalan - jalan. Ini merupakan reaksi fisiologis normal,
dan penderita stroke harus didorong untuk membahas kekhawatiran mereka akan
karier serta anggota keluarga sehingga masalah tersebut dapat diatasi sebanyak
mungkin (Lotta, 2006). Pada sebagian besar kasus, masalah emosional mereda
seiring waktu, tetapi ketika terjadi, masalah itu dapat menyebabkan penderita
stroke menolak terapi atau kehilangan motivasi untuk menjalani proses
rehabilitasi, yang dapat memengaruhi pemulihan penderita. Masalah emosional
reaktif ini sering dapat dikurangi secara substansial dengan mendorong penderita
stroke membicarakan ketakutan dan kemarahan mereka. Penderita stroke harus
merasa bahwa mereka adalah anggota keluarga yang berharga. Penting bagi
keluarga untuk mempertahankan lingkungan rumah yang suportif, yang
mendorong timbulnya perhatian orang lain dan aktivitas waktu luang, misalnya
membaca, memasak, berjalan -jalan, berbelanja, bermain, dan berbicara.
Penderita stroke yang keluarganya atau orang yang merawatnya tidak suportif
dan yang memiliki kehidupan keluarga yang tidak berfungsi cenderung memiliki
prognosis lebih buruk dibandingkan dengan penderita lainnya. Sebagian
penderita stroke mungkin merasa nyaman jika mereka berbagi pengalaman
mereka dengan penderita stroke lain (Lotta, 2006). Masalah emosional penderita
stroke dapat diatasi dengan konseling individual atau terapi kelompok.
Psikoterapi juga dapat membantu sebagian penderita, misalnya mereka yang
mengalami apatis berat, depresi, tak tertarik atau menentang pengobatan. Jika
masalahnya menetap, terutama depresi, dokter mungkin menganjurkan obat
antidepresan (misalnya, fluoksetin dan amitriptilin) atau berkonsultasi dengan
psikiater atau ahli psikologi klinis. Konsultasi dini biasanya dianjurkan untuk
penderita stroke yang mengalami depresi berat, terutama mereka yang mungkin
ingin bunuh diri (Lotta, 2006). Masalah kognitif pada penderita stroke mencakup
kesulitan berpikir, memusatkan perhatian, mengingat, membuat keputusan,
menggunakan nalar, membuat rencana, dan belajar. Hal - hal ini sering menjadi
komplikasi stroke, mengenai sekitar 64% dari penderita stroke yang selamat dan
menyebabkan demensia pada 1 dari 5 penderita stroke usia yang lebih lanjut.
Namun, bagi banyak penderita stroke, masalah kognitif yang ringan cenderung
akan mereda seiring dengan waktu, dan kemampuan mereka akan pulih
sepenuhnya (John, 2004). Jika penderita stroke tidak dapat mengikuti instruksi di
obat resep, orang yang merawat perlu menjamin bahwa penderita stroke minum
obat dalam jumlah dan saat yang tepat. Ada baiknya dibuat bagan atau tabel
tentang aktivitas harian, obat, dan kemajuan penderita stroke pada selembar
kertas (John, 2004). Penderita stroke dengan gangguan kognitif yang parah,
misalnya demensia, jarang pulih sempurna dan dapat bertambah buruk seiring
dengan waktu. Hal ini terutama berlaku pada orang berusia lanjut yang pernah
mengalami beberapa kali stroke serta mengidap penyakit - penyakit lain (John,
2004).

5. Pencegahan cedera/ jatuh


Thomas (2004) dan Leigh (2005) menyatakan faktor risiko yang mempermudah
pasien jatuh antara lain masalah ayunan langkah dan keseimbangan, obat - obat
sedatif, kesulitan melakukan aktivitas sehari - hari, inaktivitas, inkontinensia,
gangguan penglihatan, dan berkurangnya kekuatan tungkai bawah. Yudi (2007)
menyatakan bahwa indikasi terbaik bahwa penderita stroke siap bergerak ke
tingkat mobilitas vang lebih tinggi adalah kemampuan menoleransi tingkat
mobilitas yang telah mereka capai. Demi alasan keamanan, sebaiknya ada satu
atau dua orang asisten berdiri di samping penderita stroke dan membantu
penderita, terutama pada tahap - tahap awal. Ketika berdiri atau berjalan,
penderita stroke sebaiknya berupaya menggunakan tungkai mereka yang lumpuh
dengan menopangkan beban badan mereka pada tungkai tersebut sebisa mungkin

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 8/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

dan dengan memindahkan beban badan dari satu sisi tubuh ke sisi lainnya. Pada
awalnya, penderita stroke harus mencoba hanya beberapa langkah kecil. Sesi
latihan yang sering dan singkat, dengan peningkatan gerakan secara perlahan,
merupakan cara yang paling aman dan efektif. Jika penderita stroke telah yakin
dapat berjalan di lantai yang datar, mereka dapat mulai naik tangga, tetapi tetap
memperhatikan bahwa susunan tangganya telah aman dan kuat. Selain itu,
Graham (2006) menyatakan jika penderita stroke menggunakan kursi roda,
sebaiknya rumah mereka memiliki tangga, dibangun jalan masuk landai dari
kayu atau beton. Keluarga juga mungkin perlu memperlebar pintu - pintu rumah
agar penderita stroke dapat bergerak bebas di dalam rumah. Pemasangan kabel
listrik yang aman, pegangan tangan di kamar mandi dan adaptasi rumah lainnya
juga dapat membantu penderita stroke.

B. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Pengertian Keluarga
Friedman (2005) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pengertian
keluarga yang lain sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004) yaitu suatu ikatan/
persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang
hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Sementara itu Effendi (2005:30) mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua atau
lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan (Suprajitno, 2004:14)
bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau
lebih yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama lain,
mempunyai perannya masing-masing-masing-masing dan mempertahankan suatu
kebudayaan.
Maka untuk itu indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi
adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan,
seperti yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.
2. Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto (2004:2)
a. Keluarga inti ( Nuclear family )
Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau
kehilangan pasangannya
d. Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya,
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage mother)
f. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone)
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosecual
cohabiting family)

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 9/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).
3. Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan menurut Suprajitno (2004:3)
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun memiliki
tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan masing-masing. Tahap–tahap
perkembangan itu antara lain:
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya
Tugas perkembangan
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga
istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).


Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada
saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda
dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 10/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.


2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3.Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang
tua dan remaja.

6.Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase
ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal
sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah
raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Tahap VIII keluarga usia lanjut


Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini.

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 11/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

4. Struktur Keluarga menurut Suprajino (2004:7)


Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat, antara lain:
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan
perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal
b. Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang tua dengan
anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung
kesehatan.
5. Fungsi keluarga menurut Friedman (2005)
Secara umum fungsi keluarga (friedman, 2005) adalah:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi pemerliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi
6. Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004:4)
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan
antara lain:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga akan habis.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.

C. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA


Menurut Friedman (2005:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua
tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka
referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah.
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 12/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi


rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004)
dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan
mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat
untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan
kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan
keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga.
Friedman (2005: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari
lima langkah dasar meliputi :

1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-
hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi
dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga,
diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 2005: 56)
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh Keluarga.
Untuk penderita stroke biasanya mengkonsumsi makanan yang bayak menandung
garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor
yang penting dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli
fisiotherapi.
c. Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa
memanfaatkan pengobatan tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua
kali pagi dan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi
beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam
melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,2005) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (2005:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini.
termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik
atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum
terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan
kecemasan.
5) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan darah.
Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti
olah raga (Friedman, 2005:9).

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 13/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

6) Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan
dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada
penderita stroke fase rehabilitasi.
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,2005:22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada
hipertensi
7) Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 2005) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman
usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik
tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang
otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah
pasien stroke.
c. Struktur peran
Menurut Friedman(2005), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran
yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik
dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan
harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi,
maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan
suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena
kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman,
2005).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke
dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi.
Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c. Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain diluar rumah.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah
yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga
dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga.
Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak
efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia
atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 14/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari


kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa keperawatan stroke atau cerebro vasculer accident didapatkan
diagnosa keperawatan sebagai berikut :

a. Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2006)


b. Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2006)
c. Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2006)
d. Perubahan persepsi sensori (Doengoes, 2006)
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Lynda Juall, 2004)
f. Ketidakmampuan merawat diri (Lynda Juall, 2004)
g. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan (Doengoes, 2006)

3. Intervensi Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Friedman (2005:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang
dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap
klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
b. Menyusun tujuan
Friedman (2005:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang
berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan
alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (2005:64) yaitu:

1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
2. tujuan jangka menengah
3. tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan psikomotor keluarga
mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan (Friedman:2005:71)

4. Implementasi keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber
yang tersedia.
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke.
Intervensi:
1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, komplikasi, cara perawatan, penanganan dan pencegahan stroke
2) Motivasi keluarga untuk mengenal masalah stroke
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat mengenai tindakan
kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita post stroke
Intervensi:
1) Memberikan informasi tentang alternatif pencegahan dpat diambil untuk mengatasi
pasien stroke, seperti menjaga kesehatan lingkungan, menghindari faktor pencetus, serta
minum obat secara teratur
2) Mendiskusikan akibat bila tidak melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
stroke
3) Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan tentang tindakan kesehatan
yang diambil pada anggota keluarga yang terkena stroke
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau perawatan post
stroke
Intervensi :
1) Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan secara teratur,
jaga diet penderita stroke.
2) Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak dirumah
d. Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan yang dapat menyebabkan
atau mempengaruhi kesehatan
Intervensi :

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 15/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

1) Memberikan semangat pada penderita terutama yang berasal dasri keluarga itu
sendiri atau melalui orang atau sumber-sumber yang dipercaya mempunyai pengaruh
terhadap proses penyembuhan
2) Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses penyembuhan klien
e. Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber pelayanan kesehatan
terhadap perawatan post stroke
Intervensi :
1) Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat digunakan utnuk
memperoleh pelayanan kesehatan misalnya rujukan kontrol, perawatan fisiotherapi dan
sumber-sumber lain.
2) Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan sumber-sumber yang ada secara
berkesinambungan.
5. Evaluasi
Friedman (2005:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada seberapa
efektifnya intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan yang lainny. Keefektifan
dilihat dari respon keluarga bukan intervensi yang diimplementasikan. Modifikasi dlam
asuhan keperawatan mengikuti perencanaan evaluasi dan mulai dengan proses siklus
kembali ke pengkajian dengan memberikan informasi yang diperoleh dari pertemuan
sebelumnya dan diteruskan dengan revisi setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke post rehabilitasi
berdasarkan respon keluarga terhadap implementasi yang kita lakukan sesuai dengan
kriteria evaluasi yaitu mengetahui pengertian stroke, mengetahui gangguan pada
penderita stroke dan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan bagi penderita
stroke post rehabilitasi.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stroke (CVA) adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, prograsif
cepat, berupa defisit neurologist fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam / lebih
atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik.
Stroke disebabkan faktor-faktor penyumbatan pembuluh darah oleh jendalan darah
(thrombus / embolus), robek dan adanya gangguan susunan komponen darah.
3.2 Saran
- Klien sebaiknya mematuhi semua pengobatan terhadap penyakit stroke yang
dideritanya guna mempertahankan kesehatan yang optimal.
- Keluarga yang merawat sebaiknya melakukan perawatan dengan sabar dan selalu
memberikan dukungan kepada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.


http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 16/17
5/10/2018 kumpulan askep mahasiswa perawat: askep keluarga stroke

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001).
Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (2004) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (2005). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC

Effendy. N (2005). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient
Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2004. Jakarta: EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All, Edisi
ke 3. 2005. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya Penduduk Rawan Stroke, (Online),
(http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2 November 2007)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Stroke, (Online), (http://


depkes.co.id/stroke.html)
http://bintangdilaut-siputih.blogspot.com/2012/03/askep-keluarga-dg-stroke.html di unduh pada
tanggal 24 April 2014 jam 12.30 WIB

Diposting oleh abdul rokhim di 21.42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: nenkheni80@g Logout

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

http://ocheymrenny.blogspot.com/2015/03/askep-keluarga-stroke.html 17/17

Anda mungkin juga menyukai