PROFESSIONAL ETHICS
STUDI KASUS : GARUDA INDONESIA
Disusun oleh :
1. Humam Fauzi
2. Latifatul Fajriyah
3. Mujiatno
4. Putri Utami Ruswandi
5. Yulian Anita
KELAS E-70
Dosen : Prof. Dr. Aida Vitayala Hubeis
Mata Kuliah : Hukum dan Etika Bisnis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Etika 8
2.1.1 Etika Bisnis 8
2.1.2 Etika Profesi (Proefsional) 10
2.1.3 Etika Profesi Auditor 12
2.2 Good Corporate Governance (GCG) 14
2.2.1 Penerapan Prinsip GCG Pada BUMN 15
BAB 3. PEMBAHASAN 17
3.1 Kode Etik dan Budaya Perusahaan PT. Garuda Indonesia (Persero) 17
Tbk.
3.2 Pokok-Pokok Kode Etik PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 17
3.3 Latar Belakang dan Kronologis Kasus Polemik Keuangan PT. 18
Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
3.4 Pelanggaran yang dilakukan Manajemen Garuda Indonesia dan 20
KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
3.5 Sanksi untuk PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 23
3.6 Analisis Kasus Etika Profesi Berdasarkan Kasus Garuda Indonesia 25
3.7 Analisis Pelaksanaan GCG dalam Kasus Laporan Keuangan 28
Garuda Indonesia
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN 31
4.1 Kesimpulan 31
4.2 Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 35
i
1
BAB 1
PENDAHULUAN
diantaranya Unit Bisnis Garuda Sentra Medika (GSM) dan Unit Bisnis
Garuda Cargo. Selain memiliki unit bisnis, Garuda Indonesia juga memiliki
anak perusahaan diantaranya PT. Aerowisata, PT. Sabre Travel Network
Indonesia, PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMFAA), PT. Aero
Systems Indonesia (ASYST), PT. Citilink Indonesia, PT. Gapura Angkasa,
dan Garuda Indonesia Holiday France.
Pada tahun 1996, Garuda Indonesia mengalami dua musibah besar yang
terjadi di dua tempat yang memakan korban dalam jumlah yang cukup besar
yaitu penerbangan 865 dari Fukuoka, dan penerbangan 152 di sumatera utara
yang menewaskan seluruh penumpangnya. Tahun 1997, Garuda Indonesia
terkena imbas krisis finansial asia yang membuat keuangan Indonesia
menjadi lesu. Garuda Indonesia harus memotong semua rute yang tidak
menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju Eropa dan Amerika.
Penerbangan rute domestik juga dilakukan penyesuaian ulang.
Maskapai penerbangan Indonesia mengalami deregulasi pada tahun 1999
munculnya peraturan perundang-undangan no. 5 tentang pembatasan praktik
monopoli usaha dan SK Menteri Perhubungan No. 11 tahun 2001 tentang tata
operasional awal maskapai penerbangan dengan batasan armada minimal 2
pesawat. Garuda Indonesia kehilangan hegemoni besarnya dalam pasar
penerbangan Indonesia, yang berakibat pada menurunnya pangsa kemilikian
pasar Garuda Indonesia yang telah kosong dan dimanfaatkan oleh maskapai
berbiaya rendah seperti Pelita Air Service, Awair, Lion Air dan Jatayu
Airlines. Hal ini semakin memperparah dan menyudutkan posisi Garuda pada
situasi sulit. Tahun 1994 sudah merugi dan berutang tanpa membayar,
ditambah dengan budaya kerja yang sangat birokratis dan lamban
eksekusinya membuat sistem yang ada menjadi “tidak ramah dengan ide dan
kreativitas” yang berakibat pada terhambatnya performa kompetitivitas
Garuda Indonesia dengan maskapai penerbangan lain.
Banyaknya peristiwa yang terjadi di tahun 2000 seperti kasus
meninggalnya Munir Said Thalib pada tahun 2004 yang diduga diracuni oleh
seseorang dan meninggal 2 jam sebelum mendarat dalam perjalanan dari
jakarta menuju Amsterdam dengan GA-974. Garuda Indonesia juga
3
per dolar AS). Namun, di dalam laporan keuangan 2018 malah tercatat
memiliki laba tahun berjalan senilai US$ 5,01 juta setara Rp 70,76 miliar.
Sebelumnya, Dua komisaris Garuda Indonesia menyoroti kejanggalan
dalam laporan keuangan 2018. Terdapat beberapa pos keuangan yang
pencatatannya tak sesuai standar akuntansi yang membuat kinerja Garuda
Indonesia untung pada 2018, padahal seharusnya merugi. Keberatan mereka
sampaikan terkait kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam
penerbangan. Dalam dokumen yang didapat oleh awak media, tertulis bahwa
dua komisaris ini Chairal Tanjung dan Dony Oskaria. Keduanya merupakan
perwakilan dari PT Trans Airways, pemegang saham Garuda Indonesia
dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen.
Cerita kejanggalan tersebut bermula dari kerja sama itu dilakukan antara
PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia, penyediaan koneksi
wifi di armada pesawat. Kerjasama tersebut kemudian diperluas ke Garuda
Grup, yang juga mengikutkan Sriwijaya Air. Dari situ, Garuda akan
mendapatkan pembayaran dari Mahata Aero Teknologi sebesar US$239,94
juta. Pembayaran tersebut, US$28.000.000 di antaranya merupakan bagi hasil
Garuda Indonesia dengan PT Sriwijaya Air. Namun, hingga akhir 2018
belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata Aero Teknologi. Walau
begitu, Garuda Indonesia dalam laporan keuangan sudah mengakuinya
sebagai pendapatan tahun lalu.
Dari pihak Trans Airways berpendapat angka itu terlalu signifikan hingga
mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja
sama tersebut belum masuk sebagai pendapatan, perusahaan sebenarnya
masih merugi US$244.958.308. Adapun dengan mengakui pendapatan dari
perjanjian Mahata maka perusahaan membukukan laba sebesar
US$5.018.308. Dua komisaris ini berpendapat dampak dari pengakuan
pendapatan itu menimbulkan kerancuan dan menyesatkan. Masalahnya,
keuangan Garuda Indonesia jadi berubah signifikan dari yang sebelumnya
rugi menjadi untung.
Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut adalah Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO International), yang merupakan auditor
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etika
Chris MacDonald (2010) mengatakan bahwa etika mengacu pada filosofi
penting dan terstruktur yang mempelajari perilaku orang. Etika tidak hanya
tentang mengekspresikan bagaimana orang-orang berperilaku dan
menciptakan nilai mereka sendiri, meskipun itu dapat dianggap sebagai poin
penting, tetapi juga memeriksa dan menganalisis sejumlah keyakinan dan
kebiasaan berprinsip yang menetapkan fondasi untuk menilai norma-norma
tertentu. Etika terstruktur, seperti dikatakan oleh MacDonald, karena itu
bukan pendapat individu tetapi sistem mempersatukan beragam pendapat
menjadi paket aturan umum yang etis. Pendeknya, “Untuk tujuan praktis,
etika berarti memberikan alasan pembenaran untuk pilihan & perilaku kita
ketika itu mempengaruhi orang lain, dan alasan pembenaran untuk pujian
atau kritik kita terhadap perilaku orang lain” Kegiatan hidup manusia, adalah
persoalan tentang nilai. Manusia berbuat, karena ada sesuatu yang diinginkan.
Nilai diartikan sebagai kualitas atau sesuatu kenyataan yang mempunyai
keunggulan, kegunaan dan diinginkan. Pemahaman tentang nilai yang semula
sifatnya abstrak, berubah menjadi kenyataan dalam perbuatan. Perbuatan
yang mencerminkan nilai itu secara tidak langsung terungkap melalui norma.
Dengan demikian nilai diaktualisasikan di dalam perbuatan melalui norma.
Norma hidup masyarakat merupakan penampung norma keluarga, pada
hakikatnya merupakan perwujudan nilai oleh individu di dalam hubungan
antar (interaksi) menuju terwujudnya kepentingan dan keteraturan.
bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen
lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan
orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur,
pemakai, dan lain-lain (Dalimunthe, 2004). Etika adalah komitmen untuk
melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Etika
bisnis adalah kode etik perilaku perusahaan berdasarkan nilainilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan bisnis. Secara
singkat, etika bisnis dapat dikatakan merupakan tata cara berbisnis secara
sehat. Intinya adalah menjalankan bisnis tanpa adanya tindakan yang
merugikan hak dan kepentingan pihak lain yang terkait dengan bisnis
(Nurseto, 2018). Selanjutnya Nurseto (2018) menyatakan bahwa, kinerja
bisnis sesungguhnya tidak hanya diukur dari perolehan keuntungan semata,
tetapi perlu juga mengedepankan komitmen moral, pelayanan, mutu, dan
tanggung jawab sosial. Mengedepankan tindakan beretika dalam berbisnis
dapat dikatakan merupakan strategi bisnis jangka panjang yang terbaik.
Secara umum, prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam
menjalankan bisnis beretika adalah:
a. Kejujuran
b. Tanggung jawab
c. Transparansi
d. Profesional
e. Kepercayaan
f. Keadilan
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kode etik dan Budaya Perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan praktik GCG, PT GI
telah merumuskan kebijakan terkait kode etik berupa Pedoman Etika Bisnis
dan Etika Kerja yang berperan sebagai pedoman standar sikap dan perilaku
dalam pelaksanaan segenap aktivitas bisnis sekaligus pencapaian visi dan
misi PT GI. Sebagai pedoman sikap dan perilaku, Pedoman Etika Bisnis dan
Etika Kerja mengacu pada praktik industri terbaik dengan memperhatikan
kesesuaian terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia.
Melalui penerapan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja yang menyeluruh
untuk seluruh insan PT GI tanpa terkecuali, PT GI juga berharap mampu
meningkatkan kesadaran dan mengarahkan pola pikir, sikap, dan perilaku
segenap karyawan pada pengelolaan usaha yang baik sesuai prinsip- prinsip
GCG dan hubungan yang selaras dengan pemangku kepentingan dalam
jangka waktu Panjang
Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk,
diresmikan pertama kali pada 10 Februari 2011 ditandai dengan
penandatanganan Komitmen oleh Direksi, Dewan Komisaris, Pejabat Vice
President, dan GM Kantor Cabang. Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja PT
GI telah disahkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama PT GIpada 11
Maret 2011 dan diperbaharui dengan Surat Keputusan Direktur Utama PT GI
tanggal 7 Oktober 2015. Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja memuat di
antaranya sebagai berikut:
a. Jati Diri Perusahaan, yang berisi mengenai Visi dan Misi PT GI, Tata Nilai
PT GI serta Perilaku Utama yang harus ditampilkan oleh pegawai PT GI.
18
3.3 Latar Belakang dan Kronologis Kasus Polemik Keuangan PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk.
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan yang terlibat dalam kasus Garuda
Indonesia tidak menjaga integritasnya, karena diduga telah melakukan
manipulasi laporan keuangan dan tidak menyampaikan hal yang sebenarnya.
Akuntan professional diharuskan tidak boleh terkait dengan pernyataan
resmi, laporan, komunikasi atau informasi lain ketika akuntan meyakini
bahwa informasi tersebut terdapat :
Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan.
Informasi atau pernyataan yang dilengkapi secara sembarangan.
Penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya
diungkapkan sehingga akan menyesatkan.
4. Objektifitas
Dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau
tidak memihak siapapun. Dalam kasus Manajemen, AP Kasner Sirumapea
dan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan diduga tidak
obyektif karena telah merekayasa laporan keuangan sehingga hanya
menguntungkan pihak-pihak tertentu yang berada dan terkait dengan Garuda
Indonesia, khususnya manajemen garuda. Hal ini juga melanggar prinsip
independensi yang harus dimiliki oleh Akuntan Publik dan tidak terddapat
conflict of interest dengan siapapun dalam melaksanakan pekerjaanya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional
Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh
kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada
tingkat yang diperlukan. Dalam kasus ini, auditor Garuda Indonesia tidak
melaksanakan kehati-hatian profesional sehingga tidak mengetahui
terjadinya rekayasa pencatatan yang mengakibatkan Garuda Indonesia yang
seharusnya rugi namun laporan keuangan mengalami keuntungan, namun
disisi lain ahrus membayar pajak atas pendapatan yang sebenarnya belum di
terima.
6. Perilaku professional
Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten
selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
28
implementasi etika dalam bisnis memiliki peran yang sangat besar. Pada
intinya etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus
terpenuhi. Salah satu contohnya pada prinsip-prinsip GCG mencerminkan
etika bisnis yang dapat memenuhi keinginan seluruh stakeholdernya. Etika
bisnis yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu perusahaan untuk
membuatnya tetap berdiri kokoh dan tahan terhadap segala macam serangan
ketidakstabilan ekonomi.
31
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan ulasan dari Bab Pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap prinsip etika profesi Akuntan
Publik yang dilakukan oleh AP Kasner Sirumapea dan KAP Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, selaku auditor laporan keuangan PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Adapun pelanggaran yang telah dilakukan yaitu :
a. Tanggung jawab profesi
Seorang akuntan dan auditor harus bertanggung jawab secara
professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Auditor ,
AP Kasner Sirumapea dan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang
& Rekan kurang bertanggung jawab secara profesi, yang mana telah
melanggar Audit (SA) 315, SA 500 dan SA 560.
b. Kepentingan Publik
Akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau mereka yang
berhubungan dengan perusahaan seperti kreditur, investor, dan lain-
lain. Dalam kasus ini, dalam melakukan proses penilaian kinerja
laporan keuangan, Auditor , AP Kasner Sirumapea dan KAP
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan telah melakukan
manipulasi laporan keuangan sehingga brdampak terhadap kesalahan
pemberian putusan kredit maupun fasilitas perbankan lainnya, dan
dari segi share holder dirugikan karena perseroan harus membayar
pajak atas pendapatan yang tidak diterima sehingga mempengaruhi
nerasa laba rugi yang sesungghnya
c. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
32
dan standar profesional yang telah ditetapkan, dalam hal ini adalah
standar yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntansi
Indonesia), International Federation Of Accountants, badan pengatur
dan undang-undang yang relevan dengan profesi akuntan.
yang telah kita ketahui, bahwa masih terdapat banyak perusahaan yang
menurut masyarakat luas, telah memberikan dampak buruk bagi
masyarakat, lingkungan, dan negara. Tentunya hal tersebut sangat
bertolak belakang dengan etika bisnis dan norma-norma yang ada.
Oleh karena itu, peran pemerintah, serta didukung oleh masyarakat,
sangat penting bagi kelancaran penarapan etika bisnis di Indonesia.
35
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Nurlestari. 2016. Penerapan Nilai Etika Bisnis (Studi pada PT. Garuda
Indonesia Periode 2016). Dikutip dari :
https://www.academia.edu/34861008/PENERAPAN_NILAI_ETIKA_BIS
NIS_Studi_Pada_PT_Garuda_Indonesia_Tbk_Periode_2016_Makalah_ini
_dibuat_untuk_memenuhi_salah_satu_tugas_mata_kuliah_Business_Ethic
s_and_Good_Governance
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-
profile/corporate-vision-mission/
Lubis, Suhrawardi K., Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994.
Nurseto T. n.d. Etika Bisnis [Internet]. [diacu 2018 November 2]. Tersedia dari
Setiawan, Ivan aries dan Imam Ghozali, 2006, Akuntansi Keperilakuan Konsep
Dan Kajian Empiris Perilaku Akuntan, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Sihwahjoeni dan Gudono, 2000. Persepsi Akuntan Trhadap Kode Etik Akuntan.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 3 No.2.
Siti Kurnia Rahayu. (2010). AUDITING, Konsep Dasar dan Pedoman Pemriksaan
Akuntan Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
36
Sumber Pengertian. 2017. Pengertian Etika Bisnis Menurut Para Ahli dan Contohnya.
Diambil dari:http://www.sumberpengertian.com/pengertian-
etika-bisnis-menurut-para- ahli-dan-contohnya (10 Oktober
2017) Wikipedia. 2017. Etika Bisnis. Diambil dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis (11 Oktober 2017)
Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko
Audit Terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan publik. Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3.